• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

TESIS

OLEH :

MUHAMMAD HARIS 177005122 / HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

(2)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP DENDA PIUTANG IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN YANG TIDAK DIBAYAR

OLEH PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR (Studi di BPJS Ketenagakerjaan

Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

MUHAMMAD HARIS 177005122 / HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 4 Oktober 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum 3. Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum

Universitas Sumatera Utara

(5)

Universitas Sumatera Utara

(6)

wajib membayar iuran tepat waktu sesuai dengan program yang diikuti. Jika perusahaan peserta tersebut terlambat atau menunggak pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan, maka dapat dikenakan sanksi denda sebesar 2% (dua persen) dari total iuran BPJS Ketenagakerjaan yang harus dibayarkan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar. Dalam pelaksanaannya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pembayaran iuran beserta denda BPJS Ketenagakerjaan tidak dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar.

Para pengusaha/perusahaan hanya membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan yang tertunggak tanpa membayar dendanya, namun anehnya pihak BPJS Ketenagakerjaan tetap harus menerima pembayaran iuran yang tertunggak tanpa disertai denda keterlambatan tersebut, padahal patut diketahui pendapatan Negara pada sektor BPJS Ketenagakerjaan tersebut menjadi berkurang.

Ketidakpatuhan dalam membayarkan denda piutang iuran oleh perusahaan pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan ini bisa terus terjadi disebabkan karena tidak jelasnya akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar. Adapun permasalahan timbul, yaitu : mengenai kepastian hukum pengenaan denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan; akibat hukum bagi perusahaan peserta jika denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan tidak dibayarkan; dan hambatan penagihan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang serta upaya yang telah dilakukan.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Sifat penelitian adalah deskriptif analisis. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan, sedangkan data primer dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam (indepth interview) tanpa pedoman wawancara. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisa dengan menggunakan metode analisa kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pengenaan denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan telah berkepastian hukum, maka BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan juga harus mengedepankan penagihan denda karena denda termasuk kepada pendapatan lain Dana Jaminan Sosial sebagai pemasukan Negara; Akibat hukum denda tidak dibayar bagi perusahaan peserta adalah tidak ada regulasi yang mengaturnya. Sebaiknya, BPJS Ketenagakerjaan membuat aturan sanksi kepada perusahaan terdaftar yang tidak membayar denda; dan hambatan yang dihadapi di lapangan terkait penagihan denda, seringkali perhitungan denda antara database karyawan pada perusahaan berbeda dengan database karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan, maka sebaiknya bagi BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang menciptakan suatu aplikasi agar terkoneksi dengan perusahaan-perusahaan terdaftar sehingga perusahaan tersebut dengan mudah mengupdate database karyawannya.

Kata Kunci : Denda piutang iuran; BPJS Ketenagakerjaan; dan Perusahaan Peserta

Universitas Sumatera Utara

(7)

the employer is obliged to pay contributions on time in accordance with the program being followed. If the participating companies are late or in arrears in payment of the Employment Social Security Agency (BPJS) contributions, they may be subject to a fine of 2% (two percent) of the total contributions of the Employment Social Security Agency (BPJS) of Employment that must be paid by the employer company that has already been paid registered. In its implementation in South Labuhanbatu Regency, payment of contributions and fines of the Social Security Organizing Agency (BPJS) of Manpower are not carried out entirely by registered companies. Employers/companies only pay contributions from the Social Security Organizing Agency (BPJS) in arrears without paying fines, but strangely enough the Employee Social Security Organizing Agency (BPJS) must continue to receive payment in arrears without any delay, even though it is worth knowing the State income. in the sector of the Social Security Organizing Agency (BPJS) the employment is reduced. Non-compliance in paying contributions due by employer companies to the Social Security Organizing Agency (BPJS) can continue to occur due to unclear legal consequences for registered companies. As for the problems arising, namely: regarding legal certainty of the imposition of fines on contributions from Manpower Social Security Organizing Agency (BPJS) for Labor; legal consequences for the participating companies if the Manpower Social Security Agency (BPJS) contribution receivable penalties are not paid; and barriers to collection of contribution fines for receivables from the Social Security Organizing Agency (BPJS) of Branch Office (KCP) Labuhanbatu Selatan Pinang City as well as the efforts that have been made.

This research is normative legal research. The nature of the study is descriptive analysis. The type of data used is primary data and secondary data sourced from primary, secondary and tertiary legal materials. Secondary data were collected using library research, while primary data were collected using the interview with in-depth interview method without guidelines. Next, the data is analyzed using qualitative analysis methods.

The results of the study show that: The imposition of fines on contributions from the Social Security Organizing Agency (BPJS) for Labor has legal certainty, so the Social Security Organizing Agency (BPJS) for Manpower at the South Labuhanbatu Branch Office (KCP) must also prioritize the collection of fines because the fines include other income Social Security Funds as State income; The legal consequences of fines not paid for participating companies are that there are no regulations governing them. It is recommended that BPJS Employment make sanctions for registered companies that do not pay fines; and obstacles faced in the field related to billing fines, often the calculation of fines between employee databases at companies is different from employee databases at the Labor Social Security Administering Board (BPJS), so it is better for the Employee Social Security Administering Board (BPJS) of the Pioneer Branch Office (KCP) Labuhanbatu Selatan Kota Pinang created an application to connect with registered companies so that the company easily updated its employee database.

Keywords : Fee receivable fines; Social Security Organization of Employment; and participating companies

Universitas Sumatera Utara

(8)

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmad dan karuniaNya, serta selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas doa dan Syafaatnya sehingga kita masih diberikan kesehatan, dan khususnya bagi penulis masih diberikan kesempatan dan kemudahan dalam mengerjakan penelitian ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Sumatera Utara.

Penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, antara lain kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M. Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M. Hum., sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dorongan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus.

4. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M. Hum., sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing III, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dorongan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus.

6. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dorongan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus.

Universitas Sumatera Utara

(9)

8. Dr. Dedi Harianto, S.H., M. Hum., sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat membangun dalam penelitian penulis.

9. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah mengasuh dan mendidik penulis, serta kepada Istri dan Anak yang sangat sabar dan tidak hentinya memberi dukungan kepada penulis.

10. Kepada Kepala Kejaksaan Negeri Labuhanbatu Selatan yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, serta kepada Kepala BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan yang telah memberikan bantuan data sehingga dapat melengkapi penelitian ini.

11. Kepada para sahabat yang sangat membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

12. Kepada para Dosen dan para Pegawai pada Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi semua pihak terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Medan, Oktober 2019 Hormat saya,

Penulis

Muhammad Haris NIM. 177005122

Universitas Sumatera Utara

(10)

Nama : Muhammad Haris Tmpt/Tgl Lahir : Medan, 13 Oktober 1981

Alamat : Jalan Jemadi Gang Anggrek No. 1 Kelurahan Pulo Byaran Darat II Kelurahan Pulo Byaran Darat II Kecamatan Medan Timur Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara Pangkat : Jaksa Muda

Golongan : III/d

NIP : 19811013 200501 1 002

NRP : 60581012

Jabatan : Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara Pada Kejaksaan Negeri Labuhanbatu Selatan

Instansi : Kejaksaan Tinggi SUMUT Agama : Islam

Nama Ayah : Zulkfli Ramin Nama Ibu : Juniaty

Istri : Nuke Trisia Asmara, S.I.Kom.

Anak : Muhammad Bagas Pratama Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

E-mail : harisadhyaksa@gmail.com II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. Pendidikan Dasar, Menengah Umum dan Perguruan Tinggi a. SD : SD Swasta Pertiwi (1988-1994)

b. SMP : SMP Swasta Laksamana Martadinata (1994-1997) c. SMA : SMU Negeri 3 Medan (1997-2000)

d. S1 : Sarjana Hukum USU, Medan (2000-2004)

e. S2 : Program Studi Magister Ilmu Hukum, FH-USU, (2017-2019) 2. Riwayat Pendidikan Jaksa

a. Pra-Jabatan di Badan Diklat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam (Aceh) Tahun 2006;

b. Diklat Pembentukan dan Pelatihan Jaksa (PPJ) di Pusdiklat Kejaksaan RI Tahun 2007;

c. Diklat Perikanan di Sentra Pusdiklat Kejatisu Medan Tahun 2014;

d. Diklat Pidana Khusus di Pusdiklat Kejaksaan RI Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

(11)

2. Ajun Jaksa Madya, Gol III/A Tahun 2007;

3. Ajun Jaksa. Gol III/B Tahun 2008;

4. Jaksa Pratama, Gol III/C Tahun 2010;

5. Jaksa Muda, Gol III/D Tahun 2014.

V. RIWAYAT PENUGASAN

1. CPNS pada Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi NAD Tahun 2005;

2. PNS pada Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi NAD Tahun 2006;

3. Jaksa Fungsional pada Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi NAD Tahun 2007;

4. Kasubsi Ekonomi dan Moneter Pada Seksi Intelijen di Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi Aceh Tahun 2008;

5. PJ. Kasi Intelijen pada Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi Aceh Tahun 2009;

6. Kasi Intelijen pada Kejaksaan Negeri Tapaktuan Provinsi Aceh Tahun 2010;

7. Kasi Pidana Khusus pada Kejaksaan Negeri Simeulue Provinsi Aceh Tahun 2013;

8. Kasi Pemeriksa Pada Kejaksaan Negeri Rantau Prapat – Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016;

9. Kasi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Labuhanbatu Selatan Tahun Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 – Sekarang

Universitas Sumatera Utara

(12)

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 20

E. Keaslian Penelitian ... 21

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 23

1.Kerangka Teori ... 23

2.Kerangka Konsep ... 26

G. Metode Penelitian ... 29

1.Jenis dan Sifat Penelitian ... 29

2.Pendekatan Penelitian ... 30

3.Sumber Data ... 31

4.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 32

5.Analisis Data ... 34

BAB II : KEPASTIAN HUKUM PENAGIHAN DENDA PIUTANG IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN TERHADAP PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR ... 37

A. Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia... 37

1. Landasan Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ... 39

a. Landasan Filosofis ... 39

b. Landasan Yuridis ... 40

c. Landasan Sosiologis ... 42

2. Tujuan Sistem Jaminan Sosial Nasional ... 43

3. Jenis-Jenis Jaminan Sosial Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional ... 44

a. Jaminan Kesehatan ... 45

b. Jaminan Kecelakaan Kerja ... 48

c. Jaminan Hari Tua ... 50

d. Jaminan Pensiun ... 51

e. Jaminan Kematian ... 53

4. Aspek Kelembagaan SJSN di Indonesia ... 54

a. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) ... 54

b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 56

B. Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia ... 58

Universitas Sumatera Utara

(13)

b.Perlindungan Sosial ... 63

c.Perlindungan Teknis ... 64

2. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Sebelum Diundangkan UU SJSNdan UU BPJS ... 65

a.Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ... 67

b.Jaminan Kematian (JKM) ... 68

c.Jaminan Hari Tua (JHT) ... 68

d.Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) ... 70

e.Program-Program Lain ... 70

5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setelah Diundangkan UU SJSN dan UU BPJS Sebagai Dasar Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ... 71

a. Perintah Transformasi ... 71

b. Makna Transformasi ... 72

1) Perubahan Filosofi Penyelenggara Jaminan Sosial 72 2) Perubahan Badan Hukum ... 73

c. Proses Transformasi ... 78

d. Kelengkapan Peraturan Perundang-Undangan ... 80

1). Peraturan Pelaksanaan UU BPJS ... 81

2). Peraturan Pelaksanaan UU SJSN ... 83

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 85

1. Hak dan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan Menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 85

a. Hak BPJS Ketenagakerjaan ... 85

b. Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan... 86

2. Kewajiban Pekerja Membayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan ... 88

3. Hak dan Kewajiban Pengusaha/Perusahaan Terdaftar Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 90

D. Kepastian Hukum Penagihan Denda Piutang Iuran BPJS Ketenagakerjaan Terhadap Perusahaan Yang Terdaftar .... 93

1. Kedudukan Denda Dalam Sistem Hukum ... 93

2. Ketentuan Denda Dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 95

3. Kepastian Hukum Dalam Penagihan Denda Piutang Iuran BPJS Ketenagakerjaan Terhadap Perusahaan Yang Terdaftar .. ... 98

Universitas Sumatera Utara

(14)

PEMBAYARAN DENDA PIUTANG BPJS KETENAGAKERJAAN A. Profil BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan ... 105 B. Kelembagaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 108

1. Kedudukan BPJS Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 108 2. Masalah-Masalah Yang Dihadapi BPJS Ketenagakerjaan 112 3. Pengawasan Kelembagaan Terhadap BPJS

Ketenagakerjaan ... 121 C. Kepatuhan Pembayaran Iuran BPJS Ketenagakerjaan di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 123 D. Pelaksanaan Penghitungan Denda Piutang Iuran BPJS

Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 127 E. Kepatuhan Pembayaran Denda Piutang Iuran BPJS

Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ... 131 F. Akibat Hukum Terhadap PerusahaanTerdaftar Yang Tidak Membayar Denda Atas Piutang Iuran BPJS Ketenagakerjaan Pada BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang ... 133

BAB IV : KENDALA DAN SOLUSI TERKAIT PENAGIHAN DENDA

PIUTANG BPJS KETENAGAKERJAAN YANG DILAKSANAKAN OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN KCPLABUHAN BATU SELATAN KOTA PINANG ... 137 A. Kendala BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan

Dalam Penagihan Denda Piutang BPJS Ketenagakerjaan . 137 1. Pengaturan Denda Piutang BPJS Ketenagakerjaan

Termasuk Sanksi Administratif ... 137 2. Sinkronisasi Database Peserta Dengan Database Tenaga

Kerja Perusahaan Terdaftar ... 139 3. Penegakan Hukum Tindak Pidana BPJS ... 142 B. Upaya BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan

Dalam Penagihan Denda Piutang BPJS Ketenagakerjaan 146 1. Membuat Regulasi Mengenai Denda BPJS

Ketenagakerjaan ... 146 2. Melakukan Upaya Non-Litigasi ... 147 a. BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan

Kota Pinang Membuat Teguran Tertulis Kepada

Perusahaan Peserta ... 147 b. Kejaksaan Negeri Labuhanbatu Selatan Membuat

Somasi/Undangan Kepada Perusahaan Terdaftar ... 148 3. Melakukan Upaya Litigasi ... 150

Universitas Sumatera Utara

(15)

B.Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 157

Universitas Sumatera Utara

(16)

Tabel 1. Persentase Iuran JKK ... 7 Tabel 1. Data Laporan Klaim BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu

Selatan Kota Pinang Per Desember 2018 ... 15 Tabel 2. Data Perusahaan Yang Belum Terdaftar dan Perusahaan Yang

Menunggak Iuran dan Denda BPJS Ketenagakerjaan KCP

Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Per Desember 2018 ... 16

Universitas Sumatera Utara

(17)

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Cabang perintis Labuhanbatu

Selatan Kota Pinang ... 106 Gambar 2. Kantor BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan

Kota Pinang ... 107

Universitas Sumatera Utara

(18)

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.1 Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat. Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 dan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002, dan TAP MPRI-RI No. X/MPR/2001, yang menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.2

1 Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, menyatakan bahwa : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2 Soekamto, Hasbullah Thabrany, dan Bambang Purwoko, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia : Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI, (Jakarta : Kemenkokesra & GTZ German Technical Cooperation, 2006), hlm.

2.

1

Universitas Sumatera Utara

(19)

Sebagai langkah awal untuk melaksanakan amanah dari konstitusi tersebut yang merupakan bentuk konkrit peranan negara dalam mensejahterakan rakyat, maka direalisasikan pada tahun 2004 dengan diundangkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan ditindaklanjutti kemudian dengan lahirnya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (selanjutnya disebut “UU BPJS”).3 Berdasarkan ketentuan Pasal 62 UU BPJS, maka sejak tanggal 1 Januari 2014, PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) bertransformasi menjadi Badan Hukum Publik yakni BPJS Ketenagakerjaan. PT. Jamsostek (Persero) tetap dipercaya untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan penambahan Jaminan Pensiun (JP) mulai bulan Juli 2015.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU BPJS dapat dikatakan bahwa BPJS Ketenagakerjaan berfungsi untuk menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan

3 Bismar Nasution, “Elemen-Elemen Hukum Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan, Peran Negara Dalam Menjamin Kesejahteraan Rakyat”, Makalah disampaikan pada Workshop “Empat Belas Tahun Undang-Undang SJSN, Dinamika Implementasi Program Sosial Bidang Ketenagakerjaan dan Urgensi Penguatan Melalui Revisi”, Dilaksanakan Dewan Jaminan Nasional, Jakarta 31 Juli 2018, hlm.

9.

Universitas Sumatera Utara

(20)

Kerja (JKK),4 Program Jaminan Kematian (JKM),5 Program Jaminan Pensiun (JP),6 dan Program Jaminan Hari Tua (JHT).7 Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, BPJS Ketenagakerjaan mengemban tugas, sebagai berikut8 :

a. “Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta,

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah,

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta,

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial, f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

ketentuan program jaminan social, dan

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat”.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya melakukan pengelolaan terhadap BPJS dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap para pekerja yang ada di seluruh wilayah Indonesia, maka berdasarkan Pasal 11 UU BPJS

4 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan jaminan sosial berupa manfaat berupa uang tunai dan/ atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No.

44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

5 Program Jaminan Kematian (JKM) merupakan jaminan sosial berupa manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat Kecelakaan Kerja. Lihat : Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

6 Program Jaminan Pensiun (JP) merupakan jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan martabat dan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pension, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.

7 Program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan jaminan sosial berupa manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

8 Lihat : Pasal 10 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

(21)

memberikan kewenangan kepada BPJS sebagai badan hukum publik yang antara lain adalah9 :

a. “Menagih pembayaran iuran.

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya, dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesusi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial”.

Semua pekerja di Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, baik mereka yang bekerja di sektor formal maupun non-formal. Untuk pekerja yang bekerja di sektor formal, pihak perusahaan harus mendaftarkan pegawainya sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) UU BPJS, yang menyatakan bahwa setiap Pemberi Kerja diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, tanpa terkecuali. Dengan konsekwensi bahwa setiap perusahaan

9 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

(22)

yang tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program BPJS ketanagakerjaan akan memperoleh sanksi administratif berupa10 :

1. “Teguran tertulis yang dilakukan oleh BPJS, 2. Denda yang dilakukan oleh BPJS, dan

3. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang akan dilakukan oleh Pemerintah atas permintaan BPJS”.

Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja, meliputi11 :

1. “Perizinan terkait usaha.

2. Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek, 3. Izin memperkejakan tenaga kerja asing,

4. Izin perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, 5. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)”.

Tenaga kerja dan pemberi kerja wajib membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dipilih atau diikuti oleh tenaga kerja tersebut yang menentukan besar kecilnya potongan dari gaji yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut setiap bulannya. Semakin banyak jenis pelayanan yang dipilih oleh tenaga kerja tersebut maka semakin besar pula potongan iuran untuk BPJS Ketenagakerjaan yang dibebankan dari gaji tenaga kerja tersebut. Adapun jenis pelayanan dan jumlah iuran

10 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Mataram : Rajawali Press, 2010), hlm. 33.

11 Eko Wahyudi, Wiwin Yulianingsih, Moh Firdaus Shoihin, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara

(23)

yang telah ditetapkan untuk dibayar oleh tenaga kerja dan pemberi kerja antara lain adalah12 :

1. Layanan Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua (JHT) ini bertujuan untuk menjamin masa tua karyawan melalui uang tunai yang bisa dicairkan sekaligus saat peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, atau mengalami cacat permanen dan berhenti bekerja.

Jumlah JHT yang diterima merupakan akumulasi dari iuran ditambah hasil pengembangan dana.

Besarnya iuran ditetapkan 5,7% dari upah. Pemberi kerja menanggung 3,7%, dan sisanya 2% dibayar oleh pekerja melalui pemotongan gaji. Misalnya, seorang pekerja yang bergaji Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) wajib membayar iurang JHT sebesar Rp. 114.000,- (seratus empat belas ribu rupiah) setiap bulan. Pemberi kerja akan menanggung Rp. 74.000,- (tujuh puluh empat ribu rupiah) sedangkan pekerja membayar Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah). Sedangkan iuran JHT bagi Pemberi Kerja didasarkan pada jumlah nominal tertentu dari penghasilan Peserta yang ditetapkan dalam daftar sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Program JKK bertujuan melindungi tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja, dari dan ke tempat kerja, serta kemungkinan penyakit akibat lingkungan kerja. Iuran

12 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, (Jakarta : Rajawali Press, 2007), hlm. 22.

Universitas Sumatera Utara

(24)

ini sepenuhnya ditanggung oleh pemberi kerja atau perusahaan dengan besaran yang disesuaikan dengan katagori risiko di lingkungan kerja perusahaan.

Misalnya, perusahaan konstruksi punya risiko kecelakaan kerja yang berbeda dengan perusahaan jasa konsultan. Prinsipnya, semakin tinggi tingkat risiko kecelakaan kerja, semakin besar pula persentase iuran JKK.

Tabel 1 Persentase Iuran JKK

Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Iuran (% dari Upah Sebulan)

Sangat rendah 0,24%

Rendah 0,54%

Sedang 0,89%

Tinggi 1,27%

Sangat Tinggi 1,74%

Sumber : Data Sekunder, BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Tahun 2019.

Bahwa iuran JKK bagi pemberi kerja adalah didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan Peserta sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

3. Jaminan Kematian (JKM)

Program JKM merupakan asuransi dalam bentuk santunan tunai yang diberikan pada ahli waris apabila peserta meninggal dunia–bukan disebabkan kecelakaan kerja–

saat masih berstatus sebagai pekerja di perusahaan. Bagi pekerja, iuran JKM per bulan sebesar 0,30% dari upah sebulan, dan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan.

Sedangkan untuk pemberi kerja iuran JKM sebesar Rp. 6.800,00 (enam ribu delapan ratus rupiah) setiap bulan.

Universitas Sumatera Utara

(25)

4. Jaminan Pensiun (JP)

Program Jaminan Pensiun (JP) ini memberi jaminan pensiun berupa uang tunai bulanan bagi peserta–yang memenuhi masa iuran 15 tahun atau 180 bulan–sejak pensiun dari perusahaan hingga meninggal dunia. Seandainya peserta meninggal dunia sebelum masa pensiun, uang pensiun setiap bulan akan diberikan kepada ahli warisnya.

Besarnya iuran JP adalah 3% dari upah, di mana pemberi kerja menanggung 2%, dan sisanya 1% dibayar pekerja. Namun, pada tahun 2015 batas maksimal upah yang dijadikan perhitungan adalah Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah). Jika karyawan bergaji di atas jumlah itu, iuran JP tetap sebesar 3% dari Rp7.000.000,- (tujuh juta rupiah) atau Rp 210.000,- (dua ratus sepuluh ribu rupiah).

Kewajiban pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan diatur di dalam ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial13 :

(1) Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.

(2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(3) Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(4) Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden; dan

b. besaran dan tata cara pembayaran Iuran selain program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

13 Pasal 19 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

(26)

Iuran BPJS Ketenagakerjaan dipotong dari gaji pekerja dan juga ditambah dengan pembayaran dari pemberi kerja atau perusahaan terdaftar sebagai anggota BPJS, dimana iuran tersebut dikumpulkan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar dan kemudian disetorkan kepada Kantor BPJS Ketenagakerjaan setiap bulannya melalui sistem elektronik. Pembayaran iuran yang dilakukan oleh perusahaan terdaftar anggota BPJS Ketenagakerjaan dilakukan dengan sistem pembayaran Electronic Payment System (EPS) yang menggantikan sistem Virtual Account (VA).

Penggantian sistem pembayaran dari Virtual Account (VA) menjadi EPS dilakukan dalam rangka memenuhi amanat dari Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS yang mengharuskan pihaknya sebagai lembaga pengelola jaminan sosial ketenagakerjaan untuk melakukan pemisahan aset BPJS dengan dana jaminan sosial.

Dengan sistem Electronic Payment System (EPS), BPJS berusaha untuk mewujudkan sistem jaminan sosial yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan dengan baik kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, pembayaran iuran lebih mudah dilakukan karena sudah terpisah dan tergantung dari program apa yang dibayarkan. Jika sebelumnya menggunakan VA, perusahaan dan BPJS masih harus melakukan koordinasi saat proses pemisahan iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Lewat EPS, iuran yang dibayarkan sudah sesuai dengan programnya dan dilakukan self assessment oleh

Universitas Sumatera Utara

(27)

perusahaannya sendiri. Dengan begitu, risiko kesalahan penghitungan dan transaksi yang mungkin terjadi bakal kecil kemungkinannya.14

Dalam pelaksanaan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan pemberi kerja wajib membayar iuran tepat waktu sesuai dengan program yang diikuti, karena apabila perusahaan pembiayaan terlambat atau menunggak dalam melaksanakan pembayaran iuran BPJS ketenagakerjaan tersebut, maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2% (dua persen)15 dari total iuran BPJS Ketenagakerjaan yang harus dibayarkan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar. Oleh karena itu, diharapkan perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar sebagai anggota BPJS ketenagakerjaan tidak melakukan keterlambatan pembayaran atau bahkan melakukan penunggakan pembayaran iuran BPJS ketenagakerjaan karena sanksi yang cukup berat dengan adanya penambahan keterlambatan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah seluruh iuran yang harus dibayakan oleh perusahaan pemberi kerja tersebut.

BPJS Ketenagakerjaan yang ada di Labuhanbatu Selatan adalah merupakan Kantor Cabang Perintis (KCP) yang terletak di Jalan Bukit Kotapinang merupakan perpanjangan Kantor Cabang Kisaran yang dibentuk untuk memudahkan pendataan sekaligus meningkatkan pelayanan bagi masyarakat (pekerja dan pemberi kerja) yang khususnya ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dalam pelaksanaan tugasnya,

14 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, Op.cit., hlm. 23

15 Lihat : Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Pasal 31 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

Universitas Sumatera Utara

(28)

selain melayani pembayaran klaim bagi penerima manfaat yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan juga melakukan penagihan piutang iuran beserta dendanya terhadap perusahaan yang telah terdaftar di wilayah kerjanya.

Dalam pelaksanaan pembayaran iuran beserta denda BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh para pengusaha (perusahaan pemberi kerja) yang ada di Labuhanbatu Selatan, tidak dilakukan secara penuh sesuai dengan ketentuan hukum tentang pembayaran iuran maupun denda BPJS Ketenagakerjaan tersebut.16

Para pengusaha/perusahaan hanya membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan yang tertunggak tanpa membayar dendanya,17 namun pihak BPJS Ketenagakerjaan tetap harus menerima pembayaran iuran yang tertunggak tanpa disertai denda keterlambatan tersebut, walaupun pemasukan negara di sektor BPJS Ketenagakerjaan tersebut menjadi berkurang. Ketidakpatuhan dalam membayarkan denda piutang iuran oleh perusahaan pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan ini bisa terus terjadi disebabkan karena tidak jelasnya akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar apabila tidak melaksanakan pembayaran denda piutang BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

16 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

17 Lampiran 7 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No. B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Universitas Sumatera Utara

(29)

Penyebab lain BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran yang dibayarkan tanpa dendanya adalah faktor likuiditas.18 BPJS Ketenagakerjaan harus menjaga likuiditasnya mengingat besarnya jumlah klaim yang harus dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan lebih besar dari jumlah pembayaran yang diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) memiliki trik khusus untuk menjaga likuiditas. Pihaknya bertanggung jawab mengatur arus kas sehingga dapat membayarkan klaim pencairan jaminan hari tua. Demi menjaga likuiditas dengan tetap mempertahankan return investasi yang optimal, BPJS mengelola dana dengan memperhatikan regulasi yang berlaku. Jumlah iuran JHT yang diterima BPJS Ketenagakerjaan masih lebih mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan klaim JHT, sehingga tidak ada kendala likuiditas yang dihadapi BPJS.19

Berkaitan dengan hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Amandemen Kedua UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3) dan Amandamen Keempat UUD

18 Likuiditas adalah perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya; kemampuan memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktunya (tentang perusahaan dan sebagainya). Lihat : Website Resmi KBBI Online, “Likuiditas”, https://kbbi.web.id/likuiditas., diakses pada hari Kamis, tanggal 18 April 2019.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar). Contoh:

membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, dsb. Sumber : Website Resmi Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Likuiditas”, https://id.wikipedia.org/wiki/Likuiditas., diakses pada hari Kamis, tanggal 18 April 2019.

19 Harian Kontan, “Ini Strategi BPJS Ketenagakerjaan Jaga Likuiditas”, diterbitkan pada hari Selasa, tanggal 17 Mei 2016.

Universitas Sumatera Utara

(30)

1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2) yakni: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, maka Negara dalam hal ini PBJS Ketenagakerjaan wajib melayani setiap tenaga kerja dalam memperoleh jaminan sosialnya sesuai dengan tahapan20 yang diikuti. Jangan hanya karena pemberi kerja (perusahaan) tidak membayar denda piutang iuran lalu dengan serta merta masyarakat dalam hal ini tenaga kerja tidak dapat pelayanan jaminan sosial, yang menyebabkan hak selaku warga negara atau hak konstitusionalnya terganggu. Oleh sebab itu BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran (hutang pokok perusahaan) walaupun tanpa denda piutang iurannya.

Hal tersebut juga sejalan dengan adanya prinsip kepesertaan yang bersifat wajib yakni prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap,21 disamping itu dalam ketentuan umum Penjelasan UU SJSN disebutkan bahwa “kepesertaan wajib yang dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi, dan penerapan kepesertaan tersebut disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program, hingga akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat”. Dalam rangka mewujudkan prinsip kepesertaan wajib tersebut, maka BPJS sebagai badan yang diamanatkan oleh undang-undang untuk

20 Lihat : Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

21 Lihat : Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Universitas Sumatera Utara

(31)

menyelenggarakan fungsi jaminan sosial tersebut harus dapat menjamin bahwa jaminan sosial itu sendiri merupakan hak konstitusional warga negara yang dijamin oleh pasal 28 H ayat (3) amandemen kedua UUD 1945 dan pasal 34 ayat (2) amandemen keempat UUD 1945. Dengan demikian pada prinsipnya jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS adalah wujud Negara Indonesia dalam melaksanakan kewajiban konstitusionalnya.22

Beberapa faktor yang menyebabkan BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran (utang pokok pemberi kerja) tanpa menagih kembali dendanya tersebut menggambarkan tidak berjalannya regulasi yang telah ada, hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya nilai edukasi bagi masyarakat, yang terlihat seolah-olah BPJS Ketenagakerjaan tutup mata dalam hal ini, sehingga dapat menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat bagaimana seharusnya hukum bertindak.

Adapun Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang No. B/93/042019, tertanggal 22 April 2019, dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

22 Bismar Nasution, “Penguatan Undang-Undang SJSN dan BPJS Melalui Revisi, Prinsip Penyelenggaraan SJSN dan BPJS”, Makalah disampaikan pada workshop “Empat Belas Tahun Undang- Undang SJSN, Dinamika Implementasi dan Urgensi Penguatan Melalui Revisi, Dilaksanakan Dewan Jaminan Nasional, Bandung 15 November 2018, hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

(32)

Tabel 2

Data Laporan Klaim BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Per Desember 2018 No. Jlh

Perusahaan Terdaftar

Jlh Tenaga

Kerja

Klaim Jlh Klaim Yang Diajukan

Jlh Klaim Yang Dibayarkan

1. 386 14.404 JHT 910 Rp. 8.300.000.000,-

JKm 15 Rp. 372.000.000,-

JKK 5 Rp. 8.900.000,-

JP 73 Rp. 106.797.060,- Total 1.003 Rp. 8.787.697.060,-

Sumber : Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang hingga bulan Desember 2018 sudah memiliki 386 (tiga ratus delapan puluh enam) perusahaan terdaftar sebagai anggota program BPJS Ketenagakerjaan dengan jumlah tenaga kerja yang didaftarkan sebanyak 14.404 (empat belas ribu empat ratus empat) pekerja.

Hingga bulan Desember 2018 yang lalu BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Perintis Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah membayarkan sekitar Rp. 8,8 milyar klaim peserta BPJS Ketenagakerjaan. Klaim untuk Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayarkan sekitar Rp. 8,3 milyar sebanyak 910 kasus (sembilan ratus sepuluh kasus). Sedangkan untuk Jaminan Kematian (JKm) yang sudah dibayarkan sebesar Rp. 372.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh dua juta rupiah) untuk 15 kasus (lima belas kasus), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sekitar Rp. 8,9 juta untuk 5 (lima) kasus, dan Jaminan Pensiun (JP) sebesar Rp. 106.797.060,- (seratus enam juta tujuh ratus sembilan puluh tujuh ribu enam puluh rupiah) untuk 73 kasus (tujuh puluh tiga kasus).23

23 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Universitas Sumatera Utara

(33)

Adapun data perusahaan yang belum terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3

Data Perusahaan Yang Belum Terdaftar dan Perusahaan Yang Menunggak Iuran dan Denda BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Per Desember 2018

No. Jlh Perusahaan

Yg Belum Terdaftar

Jlh Perusahaan

Terdaftar

Tunggakan Iuran Realisasi Pembayaran

Iuran

1. 11 386 Rp. 4.970.000.000,- Rp. 4.000.000.000,-

Sumber : Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Perusahaan yang belum terdaftar hingga bulan Desember 2018 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sekitar 11 (sebelas) perusahaan, dan perusahaan yang menunggak pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan hingga Juli 2018 mencapai Rp. 4,97 milyar (termasuk denda) dari 62 (enam puluh dua) perusahaan yang ada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.24 Oleh karena itu BPJS ketenagakerjaan Labuhan Batu Selatan terus melakukan penagihan terhadap tunggakan iuran BPJS ketenagakerjaan yang dilakukan 62 (enam puluh dua) perusahaan tersebut hingga Desember 2018, namun baru sekitar 80% (delapan puluh persen) dari total tunggakan pembayaran ini yang telah tertagih yaitu sekitar Rp. 4 milyar, namun dari sisi jumlah perusahaan hanya sekitar 6 (enam) perusahaan atau sekitar 0,09% (nol koma nol sembilan persen) yang telah membayarkan tunggakannya. Sedangkan, sisanya terus dilakukan upaya

24 Surat Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Kisaran Nomor : B/3088/072018 tanggal 3 Juli 2018 perihal Bantuan Penegakan Hukum Terhadap Program BPJS Ketenagakeraan, Lampiran 1. Data Perusahaan Wajib Belum Daftar Wilayah Operasional Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2018, Lampiran 2. Data Perusahaan Menunggak Iuran Wilayah Operasional Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2018.

Universitas Sumatera Utara

(34)

penagihan dengan mensosialisasikan ketentuan-ketentuan hukum berupa sanksi yang didapat dijatuhkan kepada perusahaan terdaftar anggota BPJS ketenagakerjaan yang belum melaksanakan kewajibannya dalam membayar iuran BPJS ketenagakerjaan tersebut.

Bahwa dari 6 (enam) perusahaan tersebut hanya membayar pokok hutang saja,25 tanpa menghiraukan denda piutang iuran (sebesar 2% dari untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar oleh pemberi kerja) yang harus dibayarkan oleh perusahaan, dan BPJS Ketenagakjerjaan dalam hal ini Kantor Cabang Kisaran dan Kantor Cabang Perintis Labuhanbatu Selatan tidak memungut lagi denda piutang iuran tersebut, sehingga seolah-olah denda piutang iuran perusahaan yang tidak terbayar tersebut dianggap lunas sepanjang piutang iurannya (hutang pokok) telah dibayarkan.

BPJS Ketenagakerjaan telah melakukan upaya atau tindakan berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam menagih denda keterlambatan yang seharusnya dibayar oleh pihak pengusaha/perusahaan pemberi kerja yang ada di Labuhanbatu Selatan tersebut, namun hingga saat ini tindakan tersebut dirasa masih kurang efektif sehingga pihak pengusaha/perusahaan pemberi kerja hanya membayar jumlah iuran yang tertunggak saja. Salah satu penyebab kurang efektifnya penagihan denda tersebut dapat diketahui dari data awal yang di peroleh Peneliti dari BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan bahwa terhadap perusahaan pemberi kerja yang mempunyai

25 Lampiran 7 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No. B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Universitas Sumatera Utara

(35)

tunggakan iuran beserta dendanya sampai beberapa bulan berjalan, yang selanjutnya perusahaan pemberi kerja tersebut hanya membayar tunggakan iuran pokoknya saja sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang dimilikinya, maka pihak BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan selanjutnya mengecek setoran iuran yang masuk dan jika sudah sesuai dengan jumlah tenaga kerja perusahaan tersebut maka BPJS Ketenagakerjaan (sistem komputer) menganggap tagihan iuran perusahaan tersebut lunas, tanpa memperhitungkan denda keterlambatan.

Hal ini dirasa akan sangat merugikan bagi negara, dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan, sehingga dibutuhkan solusi atau upaya hukum yang lebih maksimal atau efektif dari pihak BPJS Ketenagakerjaan untuk menagih denda keterlambatan pembayaran oleh pihak pengusaha/perusahaan sehingga dapat memaksimalkan jumlah tagihan yang seharusnya diperoleh oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ketentuan tentang denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan telah memberikan kepastian hukum terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan perusahaan yang telah terdaftar?

Universitas Sumatera Utara

(36)

2. Bagaimana akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar dan tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang tidak melaksanakan pembayaran denda piutang BPJS Ketenagakerjaan?

3. Bagaimana kendala dan solusi terkait penagihan denda piutang BPJS Ketenagakerjaan yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengkaji dan menganalisis apakah ketentuan tentang denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan telah memberikan kepastian hukum terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan perusahaan yang telah terdaftar, atau tidak.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar dan tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang tidak melaksanakan pembayaran denda piutang BPJS Ketenagkerjaan.

3. Untuk mengkaji dan menganalisis kendala dan solusi terkait penagihan denda piutang BPJS Ketenagakerjaan yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang.

Universitas Sumatera Utara

(37)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan suatu penentu apakah penelitian itu berguna atau tidak. Bertitik tolak dari hal tersebut maka tujuan penelitian ini menghendaki supaya penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoretis.

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

b. Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu hukum pada umumnya untuk dijadikan bahan masukan baik bagi instansi BPJS Ketenagakerjaan pada umumnya maupun BPJS Ketenagakerjaan Labuhanbatu Selatan khususnya, peserta BPJS Ketenagakerjaan pada umumnya dan peserta BPJS Ketenagakerjaan Labuhanbatu Selatan pada khususnya, masyarakat luas yang ingin mengetahui dan memahami secara lebih mendalam tentang masalah penagihan denda piutang iuran BPJS tenaga kerja terhadap perusahaan yang telah terdaftar di daerah Labuhanbatu Selatan pada khususnya dan diseluruh wilayah Indonesia pada umumnya.

c. Dapat menambah referensi/ literatur sebagai bahan acuan bagi penelitian yang akan datang apabila melakukan penelitian dibidang yang sama dengan yang penyusun teliti.

2. Manfaat secara praktis

a. Dapat memberikan sumbangan penelitian bagi pihak-pihak berkepentingan dalam penelitian ini, seperti BPJS Ketenagakerjaan, Pemerintah, ataupun

Universitas Sumatera Utara

(38)

Akademisi yang akan melakukan kajian akademik, sehingga dapat memberi masukan dalam pembentukan/perubahan regulasi yang lebih baik guna mengatasi masalah yang sedang terjadi di masyarakat.

b. Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan peserta BPJS Ketenagakerjaan, dan para pemerhati, lembaga konsumen yang ingin lebih mengetahui dan memahami tentang masalah iuran dan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan terhadap perusahaan yang telah terdaftar.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di lingkungan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan tetapi, ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini antara lain :

1. Dara Puspita/NIM.130200266/MH dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Mekanisme Penyelesaian Klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Terhadap Karyawan Perusahaan PT. Trans Dana Profitri Brandan”.

Rumusan Permasalahan :

a. Bagaimana Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Trans Dana Profitri Brandan kepada karyawan ditinjau dari isi perjanjian dengan PT.

Trans Dana Profitri Brandan?

Universitas Sumatera Utara

(39)

b. Bagaimana tanggung jawab PT Trans Dana Profitri Brandan apabila terjadi keteralambatan dalam pembayaran premi kepada BPJS Pusat?

c. Bagaimana upaya hukum yang ditempuh karyawan terhadap PT. Trans Dana Profitri Brandan jika tidak terpenuhinya asuransi kesehatan apabila karyawan jatuh sakit?

2. Hanifa Azhari/NIM. 147021134/MH dengan judul, “Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial BPJS Kesehatan Terkait Pengadaan Barang dan Jasa Bagi Industri Farmasi di Indonesia”.

Rumusan Permasalahan :

a. Bagaimana prosedur dan tata cara terkait pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia?

b. Bagaimana keterkaitan hukum antara BPJS kesehatan dengan pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia?

c. Bagaimana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia untuk kepentingan BPJS kesehatan?

3. Muhammad Yusran Saad/NIM. 15700213/MH dengan judul, “Tinjauan Yuridis Penyelenggaran Program BPJS Ketenagakerjaan”.

Perumusan Permasalahan :

a. Bagaimana hubungan industri mengenal BPJS tujuan dan manfaat BPJS mekanisme BPJS fakultas psikologi?

b. Bagaimana badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan?

Universitas Sumatera Utara

(40)

Dari judul penelitian tersebut tidak ada kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Dengan demikian judul ini belum ada yang membahasnya sehingga penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.26Suatu teori harus dikaji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi perbandingan pegangan teoritis.27 Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum. Adapun uraian mengenai teori kepastian hukum, sebagai berikut :

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan.

Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.28

26 JJJ.Wuisman, penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, (Jakarta : FE UI, 2006), hlm.203

27 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 2003), hlm.80.

28 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari : Memahami dan Memahami Hukum, (Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010), hlm. 59.

Universitas Sumatera Utara

(41)

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.29

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum yang buruk.30

29 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Kencana, 2008), hlm. 158.

30 C.S.T. Kansil, Christine S.T Kansil, dkk., Kamus Istilah Hukum, (Jakarta : Jala Permata Aksara, 2009), hlm. 385.

Universitas Sumatera Utara

(42)

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.31

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.32

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi keadilan.

Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Menurut Gustav Radbruch keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan

hlm. 23.

31 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999),

32 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta : Penerbit Toko Gunung Agung, 2002), hlm. 82-83.

Universitas Sumatera Utara

(43)

dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.

Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai keadilan dan kebahagiaan.33

Dalam penelitian ini teori kepastian hukum dijadikan suatu pisau analisis untuk melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang timbul dalam penelitian ini yakni mengenai apakah ketentuan tentang denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan telah memberikan kepastian hukum terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan perusahaan yang telah terdaftar, atau tidak. Selanjutnya, mengenai akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar dan tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang tidak melaksanakan pembayaran denda iuran BPJS Ketenagakerjaan, dan ketentuan denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang bagaimana yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hingga akhirnya dapat diketahui bahwa penagihan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan terhadap perusahaan yang terdaftar berkepastian hukum bagi BPJS Ketenagakerjaan dan bagi perusahaan yang telah terdaftar.

2. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual atau sering disebut sebagai konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut

33 Ibid., hlm. 95.

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Tabel 1  Persentase Iuran JKK

Referensi

Dokumen terkait

Alasan utama mengapa inovasi kolaboratif lebih cocok bagi inovasi di sektor publik, karena mampu membuka siklus inovasi ke berbagai aktor yang menyentuh sumber daya inovasi

Pemisahan ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka 21 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah bahwa Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/

Ketentuan dalam annex yang menyangkut perundingan di bidang angkutan laut dalam ayat (1) menyatakkan bahwa Pasal 2 dan annex tentang pengecualian Pasal 2 termasuk keharusan

PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT INDONESIA PADA PERDAGANGAN BEBAS DALAM KERANGKA WTO, Tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian

Berdasarkan wawancara awal terkait apa saja problematika yang dialami oleh remaja di MAN 3 Malang yang telah dijabarkan pada latar belakang di atas dimana meliputi kesulitan

Apabila seluruh sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga

Dalam konteks perempuan, proses pengambilan keputusan ditingkat individu sangat dipengaruhi oleh budaya patriarki yang telah menempatkan peran-peran tertentu (kodrat)

Penyusutan BMN berupa Penyusutan Aset Tetap menurut Permenkeu 1/PMK.06/2013 adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu