• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA SEBAGAI

A. Kebangsaan

Sejak kecil Sekarno sangat menyukai cerita-cerita pewayangan terutama cerita Mahabarata, Bharata yudha, Ramayana dan tokoh favoritnya adalah Bima. Kesukaannya pada cerita-cerita tersebut, karena pengaruh dari ayahnya yang begitu mengidolakan tokoh pewayangan bernama Karna. Karna adalah seorang pahlawan besar dalam cerita Mahabarata yang sangat kuat dan sangat besar. Ayahnya mengharapkan Soekarno menjadi seorang berjiwa patriot, memiliki keberanian dan kepedulian bagi negaranya, menjadi seorang pahlawan besar bagi rakyatnya. Harapan ayah Soekarno tak sia-sia, karena pada kenyataannya Ia menjadi seorang pemimpin besar bangsa Indonesia dan menuju pada sebuah kemerdekaan bangsa.

Pada tahun 1914 Soekarno masuk menjadi siswa Hollads Inlandsche

sekolah di tandai dengan kemiskinan dan diskriminasi dari teman-teman Belanda pada kala itu. Soekarno kemudian oleh ayahnya di pindahkan ke Europeesche Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) di Mojokerto agar ia dapat memasuki HBS yang selalu berpeluang untuk memasuki perguruan tinggi Belanda. Pola pengajaran di ELS dianggap bersifat diskriminatif terhadap

anak-anak pribumi karena melakukan asas persamaan atau concordantie. Di

mana pelajaran yang diberikan sama persis dengan pengajaran yang diberikan pada tingkat pendidikan yang sama di Belanda. Soekarno menyelesaikan pendidikan ELS tepat waktu, dan ia melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi,

oleh ayahnya Soekarno dimasukkan ke Hoogere Burger School atau HBS

(Sekolah Lanjutan Tinggi) di Surabaya.1

Mengawali pendidikannya pada tahun 1916-1921 Soekarno bersekolah Hoogere Burger School (HBS) Surabaya. Pendidikan yang ia nikmati selama menjadi siswa HBS adalah pendidikan Belanda dan Barat. Ia tinggal di rumah seorang pemimpin nasionalis Tjokroaminoto, ia adalah seorang pemimpin dari Sarekat Islam (SI), disanalah ia mula mengenal paham nasionalisme. Seperti yang di jelaskan pada pembahasan sebelumnya, melalui Tjokroaminoto pula ia bisa bertemu dengan Alimin yang memperkenalkannya pada Marxisme. Dalam perjalanan awal karier politiknya, ia pun berkenalan dengan Musso dan Dharsono, mereka adalah pengurus dari Sarekat Islam dan anggota dari Indiche School Democratische Vereeniging (ISDV). Pada waktu

itu mereka tengah memainkan peranan penting dalam pergerakan melawan

kolonial dengan tokoh militan Islam seperti Haji Agus Salim.2 Soekarno

semakin mendalami teori marxis selama di bangku sekolah melalui C. Hartagh seorang guru yang mengajar bahasa Jerman di HBS yang juga

tercatat sebagai anggota ISDV.3 Perkenalannya dengan tokoh-tokoh besar

semakin membuatnya yakin untuk terjun dalam dunia politik dan ia mendapat pengaruh pemikiran Barat yang modern. Soekarno menjadi anggota Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan suci, melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi dan sosial. Ia pun mengikuti studieclub, mengembangkan pemikiran dan cita-cita, berdebat dan mengungkapkan pendapatnya yang dengan tegas tidak menyetujui tentang keharusan bagi generasi untuk menguasai bahasa Belanda. Nusantara adalah daerah yang terdiri dari pulau-pulau dan bahasa yang harus dikuasai adalah bahasa melayu baru setelahnya adalah bahasa asing.

Rasa Nasionalisme dalam diri Soekarno terus tumbuh, ia mengatakan

bahwa rumah Tjokroaminoto4 adalah dapur Nasionalisme. Di mana ia banyak

ikut terlibat dalam pembicaran-pembicaraan politik bersama Tjokroaminoto, Alimn dan Muso, Haji Agus Salim dll. Soekarno mengagumi Thomas Jefferson, melalui Declaration of Independence yang ditulisnya pada tahun       

2

Peter Kasenda, Soekarno Muda Biografi Pemikiran 1926-1933, Jakarta: Komunitas Bambu, 2010, hlm. 16. 

3

1776, buah pemikirannya menjadi menjadi cita-cita dan pendirian dasar Soekarno. Keinginannya untuk merobohkan kekuasaan kolonial Belanda terpatri dalam dirinya, ia menulis untuk majalah Tjokroaminoto dalam

“Oetoesan Hindia” dengan menggunakan nama samaran Bima.5 Melalui

Tjokroaminoto dan Sarekat Islam, Soekarno telah mengalami berbagai aliran politik secara bergantian mulai dari harga diri bangsa, persatuan dan nasionalisme. Soekarno mendapatkan suatu pelajaran berharga dari seorang Tjokroaminoto, mempunyai daya cipta dan cita-cita tinggi seorang pejuang yang mencintai tanah tumpah darahnya. Secara tak sadar ia menggembleng Soekarno.

Saat-saat bersekolah di HBS, ia seringkali merasakan kesunyian dan kesepian. Hal itu ia gunakan untuk membaca dan menyelami pemikiran dari tokoh-tokoh dunia seperti Beatrice Webb yang mendirikan gerakan buruh Inggris, Otto Bauer, Adler, Karl Marx Friedrich Engels dan Lenin. Jean Jacques Rousseau, Arstide Briand dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Perancis. Soekarno merasakan keberadaan mereka, menjadi pejuang revolusi besar dan menyelamatkan negaranya dari penjajahan kolonial Belanda.

Secara emosional pemikiran Soekarno telah terpengaruh oleh negarawan-negarawan tersebut. Di tempatnya menuntut ilmu, Soekarno       

membayangkan pemikir-pemikir yang sedang marah selagi berpidato dan meneriakkan semboyan-semboyan seperti “persetan dengan penindasan” dan “hidup kemerdekaan”. Hatinya seakan menyala-nyala dan mulai mempraktikannya dengan berdiri diatas meja dengan emosional yang tinggi.6

Melalui Tri Koro Darmo, yang kemudian namanya di ubah menjadi Jong

Java, Soekarno memiliki pergaulan sosial yang berlandaskan kebangsaan. Di mana dalam perkumpulan tersebut ia dan kawan-kawannya membaktikan diri untuk mengembangkan kebudayaan asli seperti mengajarkan main gamelan dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial.7

Setelah menyelesaikan pendidikan HBS di Surabaya selama 5 tahun pada tahun 1921, Soekarno meninggalkan Surabaya dan menuju Bandung. Di sana ia tinggal di rumah Haji Sanusi, untuk kembali meneruskan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi (Technische Hoogeschool). Menurut Soekarno kota Bandung memiliki warna ideologi yang khas. Sebab di kota Bandung ini telah berkembang pemikiran bahwa tujuan pergerakan adalah kemerdekaan penuh untuk tanah air Indonesia. Gagasan-gagasan tersebut

dikembangkan oleh Indische Partij yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada pemikiran-pemikiran Soekarno selanjutnya. Di Bandung pula ia berkenalan dengan tokoh-tokoh nasionalis sekuler, seperti Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Soekarno begitu       

terkesan dengan cara Douwes Dekker dalam mendekati situasi Hindia Belanda untuk kemudian memperkenalkan cara pandangnya meraih kemerdekaan secara penuh untuk tanah air Indonesia. Pandangan tersebut menjadi kesimpulan tersendiri bagi Soekarno dalam menunjukkan kesetiaannya kepada tanah air dan bersedia berjuang untuk memperoleh kemerdekaannya. Pengaruh pemikiran semacam itu sangat terasa pada diri Soekarno dan pada kemudian hari berkembang menjadi aliran utama dalam pemikiran nasionalisme Indonesia, hal tersebut akan terlihat jelas pada gagasan dan pemikiran politik Soekarno.8

Terutama dari Dr. Tjipto Mangunkusumo, ia mengambil suatu pelajaran penting, di mana ia memiliki keberanian untuk mempertahankan keyakinan dan berjuang untuk tanah air kaum Pandawa. Pada diri Tjipto Mangunkusumo, Soekarno menemukan kembali kepercayaan kepada Ratu Adil. Ketiga orang tersebut memimpin Indische Partij yang radikal, sebagian besar anggotanya adalah orang-orang Indo-Eropa dan merupakan satu-satunya partai yang lebih banyak berpikir dalam rangka nasioanalisme Indonesia daripada dalam Islam, Marxisme, atau ukuran-ukuran suku bangsa yang sempit. Di dalam ide-ide mereka Soekarno menemukan pembenaran bagi suatu bentuk nasionalisme yang tidak mengandung komitmen tertentu terhadap Islam, teori perjuangan kelas, maupun kaitan formal dengan kelompok etnik tertentu. Pada diri Ki Hadjar Dewantara, Soekarno belajar

tentang sistem sekolah Taman Siswa, yang dimulai dimulai pada tahun 1922, menolak Islam pembaharu dan memakai kebudayaan Jawa sebagai dasar filosofis bagi ciri nasional baru. Hal ini mendapat tanggapan postif di dalam

pemikiran Soekarno. Menurutnya cara kaum abangan Jawa, dan terutama

golongan atas di antara mereka itu, meyerap ide-ide Hindu, Buddha, Islam, dan Barat ke dalam suatu sintesis yang unik yang mereka anggap memuaskan, tampaknya menjadi model bagi seluruh bangsa Indonesia.9

Pengaruh-pengaruh dan gagasan-gagasan yang telah diterima oleh Soekarno, menjadi suatu perjalanan panjang dalam kehidupan politiknya. Tahapan dan proses yang telah ia lewati menjadikannya peka terhadap tujuan kolonial. Soekarno menyerukan nasionalisme dan persatuan demi kepentingan nasionalisme itu sendiri yang mengandung arti bahwa doktrin-doktrin untuk tidak menyerah dengan perjuangan sosial masyarakat Indonesia, menolak kekuasaan penjajahan secara radikal. Soekarno terlibat mendirikan Algemeene Studi Club di kalangan mahasiswa pada tahun 1926, organisasi ini nyata-nyata bersifat politis dengan kemerdekaan untuk Indonesia sebagai tujuannya. Di dalam gerakan ini Soekarno melihat adanya bukti bahwa yang terpenting adalah dicapainya persatuan. Nasionalisme itu muncul sebagai satu gagasan yang mempersatukan yang berangsur-angsur menjadi penting. Pandangan demikian itu bukan hanya mengenai kemerdekaan tetapi juga mengenai       

tatanan politik yang berlandaskan rasa kepribadian nasional, dimana nasionalisme telah menyajikan suatu rasa kesetiaan yang mungkin dapat menyampingkan ikatan-ikatan keluarga, rasa kesukuan atau ikatan tradisional lainnya.

Dengan dibentuknya Algemeene Sudie Club di Bandung, semakin

meyakinkan Soekarno mengutuk eksklusive dan chauvinisme nasionalisme Eropa serta mempertentangkannya dengan nasionalismenya sendiri yang berlandaskan cinta kasih seluruh umat manusia.10 Soekarno melihat penduduk bumiputra sebagai suatu kelompok sebenarnya yang tidak terbagi-bagi dalam kedudukan sosial, tetapi terbagi dalam aliran serta ideologi. Keisyafan dan tragic itu pulalah yang sekarang menjadi nyawa pergerakan rakyat di

Indonesia.11 Soekarno mengenal aspek kolonial dengan kondisi-kondisi di

Eropa yang tidak asing baginya. Ia meyakini, bahwa apa yang ia ketahui mempunyai warna ideologi yang kuat seperti Marxis sejati, di mana ia melihat dan merasakan mengenai rakyat yang diperas dan menderita, mengenai tirani kaum kapiltalis, mengenai pertentangan yang tak dapat diperdamaikan di antara kelas-kelas, serta kemenangan yang sebentar lagi akan di capai.12

Soekarno menyadari bahwa bangsa tidak ditentukan oleh ras, bahasa atau agama atau pun perbatasan wilayah. Perjuangannya lepas dari teori Islam maupun Marxis tentang revolusi sosial, yang memberikan tekanan kepada       

10

keutamaan perjuangan politik untuk mencapai kemerdekaan dan mengabaikan masalah-masalah mengenai bentuk negara dan tipe masyarakat yang akan dibangun jika merdeka nanti. Hal tersebut mencerminkan suatu konsepsi nasionalis yang murni dibandingkan dengan konsepsi-konsepsi nasionalisme yang berlaku sebelumnya di Indonesia. Dalam penggarapannya mengenai nasionalisme telah membawanya untuk menggali sumber-sumber intelektual yang bermacama-macam. Soekarno mengenali semua aliran politik dalam pergerakan Indonesia dan ia menciptakan suatu konsep ideal dengan menciptakan persatuan tanpa harus saling berhadapan dengan perlawanan dari

pihak manapun. Didalam Algeemeene Studie Club, yang menerbitkan

majalahnya sendiri Indonesia Muda, Soekarno memaparkan pemikiran-pemikirannya yang semakin matang melalui sebuah karangan “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”.

Melalui pemikirannya Soekarno berusaha mensejajarkan Nasionalisme, Islam dan Marxisme dan tujuannya adalah menempatkan orang Islam dan Marxis di bawah Nasionalis. Ia menginginkan agar orang-orang Islam dan Marxis bersekutu dengan orang-orang nasionalis dan bersama-sama menjadi satu roh yang besar, roh persatuan. Soekarno menghimbau pada masing-masing aliran untuk membenamkan perbedaan-perbedaan antara mereka dan bersama-sama bekerja untuk meraih kemerdekaan. Nasionalis yang menolak bekerja dengan kaum Marxis, adalah keliru memahami perkembangan

nasionalisme, suatu perlawanan yang sama terhadap penindasan. Kaum muslimin, pada gilirannya hendaknya mengatasi rasa takutnya terhadap Marxisme dan mengakuinya sebagai sekutu. Kapitalisme, musuh kaum Marxis, juga musuh Islam dan taktik Marxis, yang baru ialah bekerjasama dengan gerakan-gerakan nasionalisme Islam sejati. Dalam pemikiran Soekarno ketiga aliran itu memiliki status yang sama dan bukan saja hanya saling melengkapi, tetapi mengandung pengertian bahwa nasionalisme adalah arus sentral. Karena Islam adalah agama kaum yang tertindas, maka pemeluk Islam haruslah nasionalis. Karena modal di Indonesia adalah modal asing maka kaum Marxis yang berjuang melawan kapitalisme haruslah pejuang nasionalis. Tujuannya adalah persatuan antara Nasionalisme, Islam dan Marxisme, tetapi isi nasionalisme dalam Islam dan Marxislah yang memungkinkan persatuan itu. Nasionalisme adalah ideologi yang merangkum, yang dapat menyalurkan aliran-aliran yang berbeda itu ke dalam satu arus.

Pada usia 20 tahun, Soekarno mengenalkan istilah Marhaenisme. Marhaen, adalah sebutan bagi rakyat kecil yang mandiri memperjuangkan hidupnya dengan tenaga, pikiran, alat-alat sendiri demi kebutuhan hidupnya agar terpenuhi, yang pada kenyataannya masih kekurangan. Walau hidup dalam kemelaratan ia tetap tidak mengeluh dan terus berusaha dengan baik. Marhaenisme adalah sosialisme Indonesia dalam praktek dan penemuan

kembali kepribadian nasional Indonesia. 13Marhaen adalah lambang bagi kaum yang lemah, sengsara dan tertindas akibat kekejaman imperealisme selama berabad-abad, namun tetap berusaha hidup mandiri dan mengupayakan hidup bagi keluarganya.

Dalam buku otobiografinya yang berjudul Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia. Soekarno mengatakan bahwa ia sudah memiliki pegangan dalam bidang politik, dan dimana ia berkumpul selalu menjadi buah bibir. Atas keyakinan tersebut, dan berkat dukungan dari teman-temannya di Algemeene Studie Club pada tahun 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan dari PNI adalah kemerdekaan sepenuhnya sekarang. Soekarno dan para kader-kadernya membawa PNI kearah yang radikal, ia merasa tak perlu seperti partai-partai sebelumnya yang berusaha menyembunyikan tujuannya supaya Belanda tak mengganggu mereka, baginya kemerdekaan harus dicapai sekarang, tidak perlu di sembunyikan tanpa tedeng aling-aling14. Di bawah PNI, Soekarno selalu mengadakan rapat-rapat dan berpidato, dalam pidatonya ia selalu menggugah serta membangkitkan jiwa dan semangat “heroisme dan patriotisme” di kalangan rakyat. Dalam kesempatannya berpidato ia selalu senantiasa menanamkan jiwa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia, oleh karena Soekarno berkeyakinan, bahwa hanya dasar kebangsaanlah perjuangannya akan dapat       

berhasil dan cita-citanya untuk kemerdekaan Indonesia dapat tercapai.15 Sikap Soekarno yang berani dan radikal dalam tubuh PNI, dianggap oleh pemerintah kolonial sebagai pemberontakan, hal tersebut pun diakui oleh Soekarno bahwa

ia adalah seorang pemberontak dan PNI sebagai tentara pemberontak.16

Kehadiran Soekarno di tengah-tengah rakyat dengan pidato yang berapi-api sangat mendapat perhatian dari rakyat, dan menjadi ketakutan sendiri bagi pihak kolonial, oleh karena pengaruh Soekarno yang begitu besar, maka ia tidak pernah lolos dari intaian dan incaran pihak pemerintah kolonial.17

Di bawah bendera PNI, Soekarno semakin membentangkan aksi-aksi politiknya. Di mana ia menjadi bagian dalam memprakarsai berdirinya Pemufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI sendiri dibentuk pada bulan Desember tahun 1927, merupakan front persatuan organisasi-organisasi kaum nasionalis yang beranggotan PNI, Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatra Bond, Kaum Betawi dan kelompok studi dr. Sutomo. Unsur yang mengikat mereka

adalah mencapai persatuan nasional dan keinginan untuk merdeka.18

Aktivitas-aktivitas Soekarno dalam tubuh PNI dan PPPKI semakin lama semakin tumbuh dengan pesat. Pemerintah kolonial merasa aksi-aksi Soekarno memiliki tujuan untuk merobohkan kekuasaan kolonial dengan       

15

Solichin Salam., Bung Karno Putera Fajar, Jakarta: Gunung Agung, 1986, hlm. 53.  16

kekerasan dan mereka semakin mencurigai setiap aksi Soekarno. Maka pada tahun 1930 Soekarno dan beberapa temannya di tangkap atas tuduhan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial.

Di hadapan pengadilan kolonial, ia melakukan pembelaannya. Di mana ia mengecam imperealisme dan kapitalisme kolonial yang menyebabkan penderitaan dan kemiskinan bangsa Indonesia. Pleidoinya tersebut kemudian di bukukan dibawah judul “Indonesia Menggugat”. Di kota Bandung Soekarno mulai memimpin pergerakan politiknya yang bersasakan “nasionaliosme”.

Nasionalisme itu dalam hakikatnya mengecualikan segala pihak yang tak ikut mempunyai keinginan hidup menjadi satu dengan rakyat, walaupun nasionalisme itu sesungguhnya mengecilkan segala golongan yang tak merasa satu golongan, satu bangsa dengan rakyat. Nasionalis sejati yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan riwayat. Bukan semata-mata timbul dari kesombongan belaka, nasionalis yang bukan chauvinis, haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit budi. Nasionalis yang sejati, nasionalisnya itu bukan semata-mata meniru nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan. Nasionalis yang menerima rasa nasionalismenya sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa itu sebagai bakti agar terhindar dari paham yang sempit. Menurut Soekarno nasionalis Indonesia, adalah nasionalis

ke-membuat kita hidup didalam roh. Kita menyadari, bahwa kaum pergerakan nasional Indonesia, bukannya menjadi abdi atau hamba dari pada negeri tumpah darah kita, akan tetapi kita juga merasa menjadi abdi bagi Asia, bagi kaum yang sengsara dan abdi hamba dunia. Terutama bangsa kita Indonesia. Bukan nasionalisme yang ke Barat-baratan, begitu agresif dan selalu

menyerang yang mengejar materi dan mementingkan diri sendiri.19

Nasionalisme sangat penting bagi Soekarno, karena menurutnya dasar filsafat Indonesia merdeka adalah nasionalisme/kebangsaan, dan pada akhirnya ia tuangkan menjadi prinsip pertama dalam Pancasila pada sidang Umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).20

Paham kebangsaan mengandung arti positif, di mana kita akan mampu membangunkan kultur kepribadian kita dengan sebaik-baiknya secara sehat, kita bisa menjadi suatu bangsa yang hidup bersaudara dengan bangsa-bangsa yang lain, dengan tetap berpegang teguh pada kepribadian sendiri dengan kultur/tradisi sendiri. Rasa kebangsaan adalah rakyat Indonesia dari Sabang

sampai Merauke.21 Kebangsaan yang menghendaki satu Nationale Staat,

meliputi seluruh kepulauan Indonesia. Bukan daerah yang berdiri sendiri-sendiri, seluruh pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan Sunda dan Sulawesi melebur menjadi satu dan menjadi sebuah negara. Soekarno mengatakan,       

19

Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta : Panitia Penerbit di Bawah Bendera Revolusi jilid I,1965, hlm. 76. 

20

bahwa Indonesia satu kelompok kepulauan di khatulistiwa, dibatasi oleh lautan sekeliling dan dipagar oleh dua benua, daratan Asia dan Australia, dan didiami oleh oleh satu bangsa dari satu keturunan. Soekarno menggunakan dalil-dalil teori Geo- politik ciptaan Karl Haushofer tentang Blut-und-Boden. Teori tersebut sangat menarik bagi kaum nasionalis Asia dan Indonesia khususnya untuk membela cita-cita kemerdekaan, persatuan bangsa dan tanah air. Bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup di daerah yang kecil, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia yang tinggal di pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai Irian, karena antara manusia Indonesia sudah terjadi “character gemeischaft” dan telah menjadi satu. Indonesia harus menuju dan mendirikan Nationale Staat, diatas kesatuan bumi Indonesia.22

Dokumen terkait