• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI NIM : 081314017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

 

i  

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI NIM : 081314017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

(3)
(4)
(5)

KU PERSEMBAHKAN KARYA INI:

Kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan limpahan berkat dan kasih. Teruntuk Kedua orang tuaku Petrus Sarju dan Florentina Suparti Kedua adikku: Bernadus Yogi Verdianto dan Agnes Putri Indarti

Terima kasih Tuhan karena ENGKAU telah memberikan kedua orang tua yang begitu luar biasa keluarga yang selalu mendukungku, mengajarkanku cara bertahan hidup, dan meraih mimpi-mimpiku.

(6)

v

MOTTO

Setiap kemajuan mesti didahului oleh kegagalan Berkat ide, maka kegagalan mendorong munculnya

Kemajuan, kegagalan merupakan penderitaan, Namun setelah itu dapat muncul hidup baru.

(Immanuel Kant)

Kesuksesan yang baik Adalah kesuksesasn yang tidak diraih secara Instan.

(Hitam Putih)

Jangan bergantung pada orang lain.

faktanya kamu lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan hanya seringkali kamu tidak mempercayainya.

Sesungguhnya sekuat apapun manusia mengandalkan

kemampuan & kekuatannya itu adalah kosong

sebab campur tangan Tuhanlah yang mampu menjawab dan menentukan segalanya.

(Yovita Septika Sari)

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA

1916-1945

Oleh

YOVITA SEPTIKA SARI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2013

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara, 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, dan 3) Problem kenegaraan apa saja yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang meliputi: Pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan historis, yuridis dan politik.

(10)

ix

ABSTRACT

HISTORY OF SOEKARNO’S THOUGHT ABOUT PANCASILA THE

STATE FOUNDATION 1916-1945

any state problems and their solutions proposed by Sukarno.

The method used in this study is the historical method including: source collection (heuristic), source criticism (verification), interpretation and writing (historiography). The method of the thesis writing is descriptive analytical using a

historical, juridical and political approach.

The results of this investigation suggested that: 1) the background of the birth

of Pancasila as the State’s philosophy is the development and influence of the

emerging universal thoughts, which later became the forerunner for the establishment of Indonesian nationalism. Pancasila, first proposed on June 1, 1945 in BPUPKI, was accepted by parliament members as the basic proposal for the stateis foundation. The proposal was then considered as the preamble draft, agreed by small committee and fed in the 1945 fourth Paragraph, namely: Belief in the one and only God, Just and civilized humanity, The unity of Indonesia, Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives, Social justice for all of the people of Indonesia. It was then passed as the state foundation on Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI), dated August 18, 1945.

2) Soekarno’s rationale on the basis of Pancasila State, is the visible reality, that Indonesia has a diverse cultural roots, and rich in traditional values. Education and political experience that grows during the Dutch East Indies and also the influence of the leaders of national and international movement, encourage Soekarno to realize his

thoughts on the basis of the state ideology. 3) The state’s problems and their solution

proposed by Sukarno, were answered with the emergence of Pancasila as the state foundation, a state of unity, the government of republic, presidential governance system and decided that the independent territory of the Indonesian state is the territory of the former Dutch East Indies colonial administration.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihnya yang begitu besar, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SEJARAH PEMIKIRAN

SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945 . Skripsi

ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari, bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. S. Adisusilo J.R., S.Th., M.Pd. Selaku dosen pembimbing I dan bapak

Drs. Ignatius Sandiwan Suharso sebagai pembimbing II, yang telah memberikan

saran, masukan dan bimbingan hingga pada akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh dosen pendidikan Sejarah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

dan bimbingan selama di bangku kuliah.

4. Kedua orang tuaku, nenek, paman dan bibiku, serta Adik-adikku yang telah

memberikan dukungan, kasih, semangat dan doa.

5. Seseorang yang aku kasihi, atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.

(12)

xi

7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008, terima kasih untuk kebersamaan

kita selama ini.

8. Teman-teman mitra-mitri Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, atas motivasi

dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Maka, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 23 Agustus 2013

Yovita Septika Sari

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 14

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 15

1. Tujuan Penelitian ... 15

2. Manfaat Penelitian ... 15

D. Tinjauan Pustaka ... 16

E. Kajian Teori... 22

F. Metode Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

a. Pengumpulan Sumber (Heuristik)... 37

b. Kritik Sumber (Verivikasi) ... 38

(14)

xiii

d. Penulisan ... 39

2. Pendekatan ... 39

G. Sistematika Penulisan ... 40

BAB II: LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH NEGARA A. Beberapa Kekuatan Dalam Aliran BPUPKI ... 42

a. Perkembangan dan Pengaruh Pemikiran Barat... 43

b. Masuknya Pemikiran Barat ke Indonesia ... 46

c. Nasionalisme Indonesia ... 48

B. Pancasila Disampaikan Pada Sidang Umum BPUPKI ... 58

a. Gagasan Muhammad Yamin ( 29 Mei 1945) ... 61

b. Gagasan Soepomo ( 31 Mei 1945... 67

c. Gagasan Soekarno ( 1 Juni 1945) ... 70

d. Sidang BPUPKI Tanggal 22 Juni 1945 ... 80

C. Pancasila Dirumuskan dan Diusulkan Sebagai Dasar Falsafah Negara ... 82

a. Perbedaan dan Perdebatan Ideologi Dalam Sidang BPUPKI . 83 b. Sidang Umum BPUPKI II ... 88

D. Sidang Pengesahan Dasar Falsafah Negara Dan UUD... 97

a. Peristiwa Sekitar Proklamasi ... 97

b. Menjelang Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)... 102

c. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)... 105

(15)

BAB III: LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA

A. Kebangsaan... 113

B. Internasionalisme atau Perikemanusiaan... 127

C. Mufakat atau Demokrasi ... 130

D. Kesejahteraan Sosial... 134

E. Ketuhanan ... 138

BAB IV: PROBLEM KENEGARAAN YANG DIUSULKAN OLEH SOEKARNO A. Dasar Negara... 142

B. Bentuk Negara ... 147

C. Bentuk Pemerintahan ... 150

D. Sistem Pemerintahan... 153

E. Wilayah Negara ... 156

BAB V: KESIMPULAN... 163

DAFTAR PUSTAKA... 169

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 175

Lampran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 179

Lampiran 3 : Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 ... 204

Lampiran 4 : Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10-17 Juli 1945... 204

Lampiran 5 : Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ... 205

Lampiran 6 : Soekarno penggali Pancasila... 206

Lampiran 7 : Mohammad Yamin... 207

Lampiran 8 : Soepomo... 208

Lampiran 9 : Naskah “ Piagam Jakarta” atau “Jakarta Charter” Yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 ... 209

Lampiran 10 : Pancasila... 210

Lampiran 11 : Preambule Undang-Undang Dasar... 211

Lampiran 12 : Lambang Pancasila ... 212

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dasar negara Pancasila yang di miliki oleh bangsa Indonesia, merupakan

dasar negara terbaik. Terbukti hingga saat ini dasar negara tersebut masih tetap

digunakan dan dihayati oleh masyarakat Indonesia. Dalam Pancasila termuat

sila-sila yang tak membela satu golongan pun, tetapi di dalam Pancasila-sila ada keadilan,

toleransi, dan keharmonisan bagi setiap golongan suku, agama dan masih banyak

lagi. Pancasila adalah penjelmaan cita-cita historis bangsa Indonesia, yang berisi

tradisi-tradisi dari zaman Hinduisme, Buddha dan Islam. Kebiasaan-kebiasaan yang

lebih dicerminkan dalam adat adalah milik Indonesia sejak zaman kuno. Dari

paham-paham yang kuno itulah, mengilhami lahirnya Pancasila.1

Pancasila dianggap dasar negara yang paling cocok bagi bangsa Indonesia,

mengingat penduduk Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa yang

berbeda-beda, hal tersebut merupakan warisan budaya yang begitu luar biasa. Secara formal

Pancasila mempunyai akar dalam sejarah, peradaban agama, hidup ketatanegaraan,

kegotong royongan, struktur sosial dari masyarakat Indonesia yang diciptakan oleh

kebudayaan dan aliran pemikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia.

Perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia yang lampau menitikberatkan pada       

1

(18)

 

nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, politik, dan kemasyarakatan.2 Jadi

perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah menjadi suatu penghalang bagi rakyat yang

multikulturalisme, tetapi sebaliknya menjadi alat pemersatu bangsa yang

berlandaskan pada Pancasila.

Pada masa Jawa kuno terdapat 2 kerajaan besar yang berhasil mencapai

integrasi dengan wilayah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yaitu Sriwijaya

dan Majapahit. Berdasarkan sumber sejarah, kerajaan Sriwijaya sudah

mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan

peraturan-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.3

Dari perkembangan Sriwijaya tersebut, Mohammad Yamin menyebutnya sebagai

negara kesatuan Indonesia pertama dengan dasar kedatuan. Pada sistem tata negara

dan tata pemerintahan Sriwijaya inilah, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila yang

saling berkaitan satu sama lain. Seperti nilai persatuan yang tidak terpisahkan

dengan nilai Ketuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan

kekuatan religius berusaha mempertahankan wibawanya terhadap para Datu.

Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain

dengan nilai internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang dan menjadi bagian

dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.4

      

2

P.J. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 17. 

3

Ibid., hlm 16. 

4

Ibid., hlm. 17-21. 

(19)

3   

Kemerosotan Sriwijaya disusul munculnya kerajaan Majapahit di Jawa, yang

berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya ke seluruh nusantara. Puncak birokrasi

pemerintahan Majapahit ialah di bawah kekuasaan raja Hayam Wuruk dengan di

bantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada.5 Di bawah kekuasaan raja Hayam

Wuruk dengan dibantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada inilah, Majapahit

telah berhasil mengitegrasikan Nusantara. Faktor-faktor yang dimanfaatkan untuk

menciptakan wawasan Nusantara itu ialah: kekuatan religio magis yang berpusat

pada sang Prabhu, ikatan sosial kekeluargaan terutama antara kerajaan-kerajaan

daerah di Jawa dengan sang Prabhu dalam lembaga Pahom Narendra (keluarga

raja). Ikatan ekonomis yang berupa persembahan upeti dalam Pisowanan Agung

untuk pejabat-pejabat daerah di Jawa dan pemungutan pajak oleh pegawai-pegawai

raja di luar Jawa. Kekuatan militer yang dikoordinasi oleh Rakryan Juru Pangalasan

yang di bawah perintah Apatih Mangkubhumi. Gambaran dari sistem pemerintahan

kerajaan-kerajaan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai religius sosial, dan

politik merupakan materi Pancasila yang sudah muncul sejak masyarakat Nusantara

memasuki zaman sejarah.6

Ditinjau dari segi etnis budaya, Indonesia termasuk negara yang paling

hiterogen (beranekaragam) di dunia. Karena terdiri dari 300 kelompok etnis dan 50

bahasa yang satu sama lain amat berbeda. Tentang kehidupan beragama, semua

      

5

Ibid., hlm 21. 

6

(20)

    4   

   

agama besar di dunia ada disini, kecuali Yudaisme. Semua agama tersebut

berkembang dengan amat baik, hal tersebut semakin menambah keanekaragaman

agama dan suku-suku tradisional. Namun semuanya itu seolah tak cukup untuk

melukiskan kemajemukan Indonesia. Sebab Indonesia juga majemuk secara

ekonomi, sosial dan politis. Kehidupan ekonominya bervariasi antara sistem ladang

yang berpindah-pindah, sampai kepada sistem sawah dengan sistem irigasi yang

teratur, serta perkebunan-perkebunan yang padat modal. Dari penjaja keliling

sampai kepada pabrik-pabrik raksasa yang modern.

Sistem sosialnya pun bervariasi dari desa-desa kecil yang terpencil sampai

kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Dari masyarakat yang tanpa

strata, seperti masyarakat kubu yang bersifat nomaden, sampai kepada masyarakat

yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis, seperti pada masyarakat-masyarakat

kota perdagangan dari industri. Pola sistem kekerabatan pun beraneka ragam, ada

yang matrilineal, patrilinieal dan bilateral. Sedangkan sistem politiknya bervariasi

antara kesukuan, kerajaan dan sebuah republik modern.7

Suatu hal yang khas pada Indonesia adalah, komposisi dan kemajemukan

promordialnya, pluralitas strukturalnya. Sistem nilai tradisional masyarakat

Indonesia, secara umum dapat dijelaskan sebagai struktur yang terdiri atas lapisan

atau eselon budaya, yaitu asli, India dan Islam. Menurut Kahane, ketiga lapisan itu

      

7

Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, hlm. 14.  

(21)

5   

tidak pernah benar-benar melebur dan terkristalisasikan, dengan akibat nilai

bersama yang bersifat sentral serta sistem normatif di Indonesia tidak pernah

tercipta.

Ditinjau dari sudut ekologi sosialnya, kaum abangan yang berpusat di

desa-desa, yaitu kaum petani dalam masyarakat Indonesia. Kaum priyayi adalah lapisan

atas di dalam masyarakat, yaitu para birokrat yang menguasai kota-kota di daerah

pedalaman. Sedangkan kaum santri, merupakan unsur pedagang di dalam

masyarakat, dapat dimengerti amat berpengaruh pada kota-kota perdagangan di

wilayah-wilayah pesisir. Dengan demikian, kita dapat melihat kemajemukan

masyarakat Indonesia juga terletak pada kenyataan tumpang tindihnya

perbedaan-perbedaan ekologi sosial, kelas dan primordial, di dalam keadaan mana amat sulit

tercipta simbol-simbol dan norma-norma bersama.8 Tiga lapisan budaya yang ada di

Indonesia, di mana dua faktor telah membentuk ketiga lapisan budaya itu serta

beraneka ragam variasi kombinasi di antara mereka, yang pertama adalah faktor

sejarah budaya, dan yang kedua ialah faktor lingkungan di mana masing-masing

berkembang. Berikut sejarah terbentuknya ketiga lapisan budaya tersebut

a) Lapisan asli

Hampir semua penduduk Indonesia sekarang, kecuali Irian dan sekitarnya,

adalah dari kelompok Deutero-Melayu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh J.H. Krom, menunjukkan, bahwa kehidupan orang-orang melayu mula-mula       

8

(22)

    6   

   

berpusat pada pertanian. Sistem persawahan mendorong banyak macam kegiatan

yang ditujukan untuk menahan meluasnya hutan-hutan liar, sehingga mendorong

penduduk untuk mencapai tingkat kerjasama timbal-balik serta saling menolong

yang tinggi. Hal tersebut memunculkan organisasi sosial yang disebut desa.

Kekhasan dari desa ini menjadi ciri yang menetap dari masyarakat Indonesia.

Bahkan menurut Muskens, desa adalah simbol dari kepribadian nasional

Indonesia.9 Desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia. Banyak

orang berpendapat, bahwa desa adalah tempat lahir tipe demokrasi asli Indonesia.

Sebagai sebuah masyarakat kecil, terjalin erat satu sama lain. Hubungan

timbal-balik di antara mereka, terkenal dengan sebutan tulung-tinulung atau

sambat-sinambat. Di balik ikatan tolong-menolong yang bersifat praktis itu,

adalah nilai-nilai moral yang bersifat sentral, mengatur kehidupan bersama

mereka, misalnya: gotong-royong (menekankan kerjasama), pada-pada

(menekankan kesamaan), dan tepa selira (menekankan timbang/tenggang rasa).

Desa juga merupakan sebuah kesatuan religius. Ritus yang paling sentral adalah

slametan terhadap nenek moyang, serta pendiri desa (cikal-bakal), mereka

didewakan dan dipuja. Animisme, merupakan konsepsi tradisional yang paling

dasar. Kehidupan manusia dipercayai sebagai ada di dalam konteks kosmis. Di

mana semua manifestasi alam, dipercayai sebagai konsekwensi dari kiprah

kekuatan-kekuatan supra-natural. Menurut Vlekke, unsur-unsur pokok dari       

9

Ibid., hlm. 23. 

(23)

7   

agama asli Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, suatu kepercayaan yang

bersifat panteistis, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dan semua kehidupan

mempunyai tenaga/energi kehidupan. Enersi ini (jiwa) pada seseorang dapat

lebih kuat daripada yang ada pada orang lain.10

b)Lapisan India

Para ahli sejarah tidak mencapai kesepakatan tentang perjumpaan pertama

antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan India, apakah terjadi

melalui suatu bentuk penaklukan secara militer, atau melalui cara perdamaian,

baik dengan perantara perdagangan ataupun agama. Dibalik ketidakpastian

mengenai hal tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga hal

yang disepakati oleh kebanyakan pengamat. Pertama, bahwa ketika perjumpaan

itu terjadi, Indonesia sama sekali bukanlah negara yang vakum secara

sosio-budaya. Kedua, bahwa di dalam perjumpaan itu, kebudayaan Indonesia sama

sekali tidak pasif dan tidak hanya menyerah. Ketiga, meskipun pengaruh dari

anak benua India itu memang benar-benar kuat, tetapi tidak bisa mencabut

lapisan budaya asli. Keberhasilan pengaruh India itu, pada satu pihak adalah oleh

karena ia mengandung unsur-unsur yang menarik dan bermanfaat bagi

masyarakat Indonesia. Yakni seperti. Konsep-konsep filsafati serta agamawi

yang relatif canggih, serta cara pendekatannya yang khas, membuat lapisan India

      

10

(24)

    8   

   

segera diterima oleh lapisan atas dari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, dan

dalam skala yang lebih rendah di Sumatera.11

c) Lapisan Islam

Lapisan disebut kebudayaan pesisir, atau kebudayaan pantai. Kebudayaan

ini mulai tumbuh sekitar abad ke 14-18, dan sejak semula amat berkaitan dengan

penyebaran agama Islam. Jadi, apabila lapisan asli berkaitan dengan lapisan

petani, lapisan India dengan golongan atas, maka lapisan Islam mempunyai

jalinan dengan unsur-unsur perdagangan di dalam masyarakat. Keseragaman

budaya di antara orang-orang pesisir secara etnis sangat heterogen. Kebudayaan

mereka masing-masing merupakan percampuran antara kebudayaan asli dengan

kebudayaan Arab dan India Selatan. Islam masuk ke Indonesia melalui rute yang

tidak langsung, ia telah menglami “penyaringan” dan “penggodogan” oleh

pengalaman-pengalaman religius orang-orang Persia dan India, dan oleh

karenanya relatif mengandung unsur mistik yang cukup kuat. Hal tersebut justru

dapat diterima dengan mudah oleh penduduk Indonesia, bahkan sampai pada titik

dirangkul pula ke dalam sinkretisme Jawa. Pada akhir abad ke-15 dan selama

abad ke-16, pengaruh Islam semakin meluas, dan berhasil menjadi agama

mayoritas penduduk Indonesia.12

      

11

Ibid., hlm. 26-28. 

12

Ibid., hlm. 30-31. 

(25)

9   

Intervesi Barat juga memilki peranan penting bagi kebudayaan Indonesia.

Perjumpaan yang terus -menerus dengan peradaban barat berhasil membentuk suatu

lapisan budaya baru. Pengaruh kebudayaan terbesar adalah, bahwa periode ini

merupakan latar belakang bagi lahirnya Republik Indonesia yang modern dan

merdeka. Kebudayaan barat dapat dikatakan tidak pernah bersinggungan secara

intensif dengan kehidupan rakyat banyak.

Weber, dalam bukunya yang amat terkenal, pernah menjabarkan “roh kapitalisme”, yang merupakan keunikan kebudayaan barat, antara lain dalam bentuk: minat yang sungguh-sungguh kepada yang baru, semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal baru, kesadaran individualism yang dalam, penghargaan yang tinggi kepada materi, dan pemujaan terhadap kerja sebagai suatu “panggilan”. Roh semacam itu tidak dengan begitu saja dapat ditanamkan di tempat lain, ia membutuhkan lahan yang cocok.13

Seluruh masyarakat Indonesia pada dasarnya terstrukturkan menurut

negara-pusat---masyarakat-desa (Tichelman) atau poros “Negara-Desa” (Greetz), dengan

lapisan yang amat lemah dan tipis di antara kedua kutubnya. Di sampan itu,

pengambil operan beberapa unsur kebudayaan Barat juga mempunyai dampak yang

tak dapat dipandang remeh. Abad ke-19 ditandai oleh semakin banyaknya priyayi

muda yang menikmati pendidikan Barat, dan di dalam kenyataan mampu meyerap

kebudayaan Barat ke dalam diri mereka.14

      

13

Ibid., hlm. 38. 

14

(26)

 

Soekarno mengatakan, bahwa puncak penderitaan bangsa Indonesia adalah

perang dengan segala akibatnya, yakni kemiskinan dan kemelaratan. Pada tanggal 1

Maret 1945 pemerintah Jepang meresmikan terbentuknya Badan Penyelidik

Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas dari badan tersebut,

adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan

dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain, yang dibutuhkan

dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.15Melihat dari latar belakang

Indonesia pada masa tradisional, Soekarno berusaha memahami dan menggali

Pancasila.

Gagasan Pancasila disampaikan pertama kali oleh Soekarno di depan sidang

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada

tanggal 1 Juni 1945. Hari-hari sebelum tanggal 1 Juni 1945, telah terjadi perdebatan

yang tajam, mencerminkan perbedaan pendapat di antara golongan sesama anggota

BPUPKI yang berjumlah lebih dari 60 orang.16 Namun perdebatan-perdebatan

tersebut berubah, setelah Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya yaitu “Pancasila

Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Semua perdebatan tersebut seolah menemukan

alurnya, dan seperti kelahirannya, dasar negara Indonesia merdeka itu telah melalui

      

15

A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta : Yayasan Proklamasi Centre For Strategic and Internasional Studies, 1985, hlm. 25. 

16

Saafroedin Bahar et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. xxv-xxvi.

 

(27)

11   

perdebatan sesama anggota BPUPKI. Soekarno juga mengharapkan agar dalam

badan perwakilan Indonesia merdeka kelak, demi terciptanya undang-undang yang

mencerminkan hati nurani rakyat dengan tak terkecuali. Dasar negara Indonesia,

yakni Pancasila tidak pernah menolak perbedaan pendapat, suku, agama, status

sosial. Tetapi perbedaan-perbedaan yang beraneka ragam tersebut sebaliknya

melebur menjadi satu dalam ikatan persatuan sebagai cermin kepribadian bangsa,

yaitu musyawarah mufakat “Bhinneka Tunggal Ika”.17

Pemikiran Soekarno tentang Pancasila, tidak lepas dari pengaruh pergerakan

politik yang telah ada dalam jiwanya. Terutama sejak ia tinggal di rumah pemimpin

nasionalis Tjokroaminoto saat Soekarno bersekolah di HBS di Surabaya.

Pendidikan yang ia jalani selama bertahun-tahun ini, sebagian besar adalah

pendidikan Belanda dan Barat. Di sekolah HBS inilah, sebagai seorang pelajar

Belanda dan di rumah yang ditumpanginya tersebut ia mulai berkenalan dengan

paham nasionalisme. Paham yang mulai bersemi dan yang berlindung di bawah

sayap Marxisme Barat, memiliki ciri suatu ideologi kebebasan.18 Pengaruh

nasionalisme dalam diri Soekarno terus berkembang sampai ia menjadi mahasiswa

di Bandung, ia semakin gencar menentang kolonialisme dan imperealisme yang

terjadi di Indonesia. Hal tersebut membuat pemerintah kolonial risau tatkala

Soekarno mendirikan partai politik yang dianggap bertujuan untuk merobohkan       

17

Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hlm. V. 

18

(28)

    12   

   

pemerintahan Hindia-Belanda. Soekarno menjelma menjadi seorang pemimpin yang

ditakuti sekaligus disegani. Pemikiran-pemikiran dan pidato yang ia miliki

dituangkan dengan tajam dan luas mengenai keadaan politik internasional dan

masyarakat Indonesia dibawah penjajahan asing.19

Masuknya pemikiran Barat ke Indonesia, telah memberikan dampak yang

begitu hebat, di mana munculnya gerakan kebangkitan nasional ditandai oleh

berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. BU menghendaki pendidikan

rakyat, sehingga dapat terangkatlah harkat, derajat dan martabatnya.20 Berawal dari

pergerakan Budi Utomo inilah, kemudian bermunculan berbagai organisasi lainnya

yang memiliki semangat perjuangan bagi perbaikan nasib bangsa Indonesia.

Lahirnya Pancasila, adalah buah pemikiran yang luar biasa dari seorang

Soekarno. Pemikiran Soekarno mencapai puncaknya pada tahun 1945, ketika ia

mengemukakan gagasan tentang dasar Negara di depan sidang umum BPUPKI pada

tanggal 1 Juni 1945. Soekarno telah berjasa besar atas terciptanya dasar negara

Pancasila yang masih kita digunakan hingga saat ini. Di mana perumusuan tersebut

bertujuan untuk membawa bangsa Indonesia pada arah yang lebih baik. Pancasila

menjadi satu-kesatuan dan paham kebangsaan yang mengacu pada perasaan, sikap

      

19

Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta: Penerbit S.K.Seno, 1951, hlm. 1. 

20

G. Moedjanto, Dari Pembentukan Pax Neerlandica sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2003 , hlm. 73-76. 

(29)

13   

mental cinta tanah air, bangsa dan negara serta kesediaan berkorban demi

kepentingan kesejahteraan seluruh masyarakatnya.21

Paham kebangsaan telah dihayati dan diresapi oleh rakyat Indonesia selama

proses pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Secara konkrit

dituangkan sebagai landasan idiil Pancasila dalam landasan konstitusional UUD

1945, dengan Pancasilanya merupakan kesatuan tak terpisahkan. Pancasila

merangkum sejelas-jelasnya seluruh subtansi, isi dan esensi dari paham kebangsaan

Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak mengacu pada Pancasila dan UUD 1945,

merupakan suatu tindakan ahistoris yang mengarah kepada bentuk penyimpangan.22

Pancasila bagi bangsa Indonesia mengandung berbagai pengertian, antara lain

sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi nasional disatu pihak juga sebagai

dasar negara Indonesia. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila, selain

merupakan konsep kultural juga merupakan konsep politik serta konsep hukum.23

      

21

Sejarah Lahirnya Pancasila, Jakarta : Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), 1995, hlm. 3. 

22

Ibid 

23

(30)

    14   

   

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah

negara?

2. Apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara

Pancasila?

3. Problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana

penyelesainnya?

Pada persoalan yang pertama antara lain akan dijelaskan tentang latar

belakang Pancasila sebagai dasar falsafah negara, yang di sampaikan Soekarno

pada sidang umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), pengesahan dasar falsafah negara dan UUD dalam sidang

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada persoalan kedua akan dijelaskan pemikiran Soekarno tentang dasar

negara Pancasila, yaitu kebangsaan sebagai sila pertama dan Internasionalisme

atau perikemanusiaan sebagai sila kedua, mufakat demokrasi sebagai sila ketiga,

sila kesejahteraan sosial, dan Ke-Tuhanan sebagai sila keempat dan kelima.

(31)

15   

Pada permasalahan ketiga akan di jelaskan tentang problem kenegaraan

yang dikemukakan oleh Soekarno dan penyelesaiannya tentang dasar negara,

bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dan wilayah negara.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila

sebagai dasar falsafah negara.

2. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno

tentang dasar negara Pancasila.

3. Untuk menjelaskan problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh

Soekarno dan bagaimana penyelesainnya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

a. Bagi Penulis

Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Pancasila. Hal tersebut

sangat berguna sebagai pembelajaran dan wawasan penulis supaya mampu

mengimplementasikan Pancasila dengan baik sebagai pandangan hidup

(32)

    16   

   

b. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulisan skripsi ini, diharapkan melaksanakan salah satu Tri Dharma

perguruan tinggi, yakni bidang penelitian, skripsi ini diharapkan dapat menambah

kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai bahan bacaan yang berguna bagi

pembeljaran sejarah, khususnya mengenai Sejarah pemikiran Soekarno tentang

Pancasila 1916-1945.

c. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan

Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai sejarah pemikiran Soekarno

tentang dasar negara Pancasila 1916-1945. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Tinjauan Pustaka

Sumber sejarah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi

dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat

mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa. 24 Sumber

primer itu tidak perlu asli (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber

yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus asli dalam

artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain, melainkan berasal dari sumber

      

24

Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Pres, 1969, hlm. 35.  

(33)

17   

pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang

sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan.25

Adapun sumber yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah berupa

sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku dan surat kabar. Buku-buku dan

surat kabar yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)26.Buku

yang diterbitkan oleh Sekretariat Republik Indonesia ini, memaparkan tentang awal

BPUPKI dibentuk dan proses kerja BPUPKI sendiri. Dimana didalamnya terurai

dengan jelas, tentang berlangsungnya sidang-sidang yang dilaksanakan oleh

BPUPKI. Dalam sidang-sidang tersebut muncul perdebatan-perdebatan dari para

penggagas dasar negara Pancasila hingga terbentuknya UUD 1945. Buku ini

digunakan untuk membahas bab II, III dan IV.

Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila27. Buku ini menguraikan mengenai

sejarah perkembangan pemikiran tentang Pancasila sebagai ideologi, dasar negara

dan sumber hukum. Pemikiraan-pemikiran tentang Pancasila mempunyai sejarah

perkembangannya, di mana Pancasila merupakan hal yang fundamental bagi

      

25

Ibid., hlm. 35-36. 

26

Saafroedin Bahar., et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995. 

27

(34)

    18   

   

Indonesia. Bagian Heuristik dalam buku ini mengungkapkan konteks sejarah dari

sumber-sumber pemikiran mengenai Pancasila itu. Penggambaran sejarah

perkembangan pemikiran mengenai Pancasila sebagai suatu Ideen Geschichte.

Disini dikemukakan pendapat-pendapat dan latar belakang berbagai aliran yang ikut

membentuk sejarah pemikiran Pancasila. Memuat suatu analisa kritis atas sejarah

perkembangan pemikiran suatu ideologi Pancasila dalam eksistensi, esensi maupun

operasionalisasi Pancasila. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan bab III.

mengenai Pancasila disampaikan dalam sidang umum BPUPKI dan

perdebatan-perdebatan penganut ideologi yang berbeda-beda.

Pancasila Sebagai Dasar Negara28, buku yang diterbitkan oleh Inti Idayu

Press. Buku ini mengupas tentang bagaimana sosok Soekarno sebagai penggali

Pancasila. Soekarno percaya bahwa Pancasila merupakan dasar negara republik

Indonesia yang mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Pemikiran Soekarno

dipengaruhi oleh wawasan barat, dimana ia membandingkan perjuangan rakyat

Indonesia dalam mencapai suatu kemerdekaan. Soekarno menguraikan mengapa ia

menggali Pancasila sebagai dasar negara dan juga tentang arti, inti dari sila-sila

yang terdapat dalam Pancasila itu sendiri. Buku ini digunakan untuk membahas bab

III, tentang penjelasan Soekarno tentang Pancasila, yang bukanlah hasil renungan

      

28

Buku ini merupakan kumpulan kursus tentang Pancasila oleh presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta pada tanggal 26 Mei, 5 Juni, 16 Juni, 22 Juli, dan 3 September 1958. Serta kuliah umum pada seminar Pancasila di Yogyakarta tanggal 21 Februari 1959 dan pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. 

(35)

19   

semalam saja. Tetapi pikiran tersebut telah dipersembahkan Soekarno sejak

bertahun-tahun lamanya.

Uraian Pancasila di Lengkapi dengan Dokumen Lahirnya Pancasila 1 Juni

194529, buku yang diterbitkan oleh MUTIARA. Dalam buku ini dipaparkan

lampiran notulen sidang-sidang Panitia Lima saat merancang dan merumuskan

pengertian-pengertian Pancasila dalam uraian Pancasila tersebut. Dimana Panitia

Lima merupakan bekas panitia Sembilan yang menandatangani perumusan

pembukaan UUD 1945. Buku ini digunakan untuk membahas bab III, dimana pada

waktu merancang UUD 1945 dapat dilihat tujuan negara Indonesia yang dilihat dari

struktur masyarakt asli, yang tidak lain ialah ciptaan kebudayaan Indonesia sendiri.

Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia30. Buku ini merupakan

kumpulan tiga uraian pokok-pokok persoalan tentang Pancasila. Berisi tentang

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Yang kedua, yaitu

tentang pembukaan Undang-undang dasar 1945. Serta yang ketiga ialah berita

pemikiran ilmiah tentang kemungkinan jalan keluar dari kesulitan mengenai

Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia. Buku ini di gunakan untuk

      

29

Buku ini adalah turunan dari naskah asli uraian Pancasila yang ditandatangani para anggota Panitia Lima di Jakarta tanggal 18 Februari 1975 dan di Lugano, Swiss pada tanggal 18 Maret 1975, yang turunannya oleh Panitia Lima disampaikan pula kepada presiden Soeharto dengan sebuah delegasi yang dipimpin oleh Jendral Soerono pada tanggal 23 Juni 1975. 

30

(36)

 

membahasa bab II, tentang analisa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang

umum BPUPKI, Pancasila sebagai falsafah Negara.

Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah Negara31. Buku ini

merupakan pidato-pidato mengenai Pancasila yang di sampaikan oleh Soekarno.

Berisikan pemikiran/gagasan yang di sampaikan Soekarno pada sidang umum

BPUPKI. Serta makna setiap sila sebagai dasar falsafah Negara. Buku ini akan

digunakan untuk membahasa bab II dan bab III.

Dibawah Bendera Revolusi.32 Buku ini menguraikan dengan jelas isi dari

hasil pemikiran Soekarno yang dituangkan dalam tulisan-tulisan, yang banyak

dipengaruhi oleh pemikir/tokoh-tokoh dunia untuk memimpikan dan menciptakan

Indonesia yang merdeka selama menjadi mahasiswa dan kapan ia mulai terjun ke

panggung politik, kemudian muncul sebagai seorang pemimpin. Buku ini digunakan

untuk membahas bab II dan bab III, mengenai sejarah pemikiran Soekarno dalam

setiap tahap kehidupannya, hingga mampu menggali Pancasila sebagai dasar negara

Indonesia.

Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun

1926-195733. Buku ini sama persis isinya dengan buku Dibawah Bendera Revolusi.

Dimana isinya merupakan tulisan-tulisan Soekarno yang memiliki pemikiran luar       

31

Departemen Penerangan, Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Pradnja Paramita,1964. 

32Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta : Panitia Penerbit di Bawah Bendera Revolusi jilid I, 1965. 

33

Soekarno, Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957, Jakarta: Panitia Pembina Djiwa Revolusi. 

(37)

21   

biasa dalam menyikapi segala persoalan dan kejadian di Indonesia pada saat itu,

Soekarno maju ke panggung politik untuk memperjuangkan bangsanya agar dapat

meraih kemerdekaan dan lepas dari penjajah. Buku ini digunakan untuk membahas

bab III.

Indonesia Menggugat.34 Buku ini berisi pembelaan Soekarno dimuka hakim

kolonial pada tahun 1930. Sebagai seorang pemimpin partai politik PNI, ia dituduh

memimpin suatu partai politik dengan tujuan untuk merobohkan dengan kekerasan

pemerintah Hidia-Belanda yang berkuasa pada waktu itu. Pada akhirnya Soekarno

dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Buku ini digunakan untuk membahas bab

III, saat Soekarno tengah menentang imperialisme dan kapitalisme.

Bung Karno Putera Fajar,35buku yang diterbitkan oleh Gunung Agung Jakarta pada

tahun 1966. Buku ini menguraikan tentang siapa sosok Soekarno, siapa saja

tokoh-tokoh yang sangat mempengaruhi pemikiran-pemikirannya, cita-cita dan

perjuangannya dalam meraih kemerdekaan. Hingga Soekarno dikenal sebagai tokoh

dunia yang berpengaruh. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan III

tentang latar belakang lahirnya pemikiran sila-sila Pancasila.

Sari Pandangan Sarjana-sarjana Tatanegara Seluruh Dunia dari Sokrates

hingga Ir. Soekarno.36Buku ini berisi himpunan dan uraian-uraian beberapa sarjana

      

34

Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta : S.K. Seno, 1951. 

35

Solichin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Jakarta: Gunung Agung, 1966. 

36

(38)

    22   

   

tatanegara. Buku ini membantu mengemukakan beberapa sari pandangan para ahli

ketatanegaraan yang umumnya telah diakui dan berjasa dalam menyumbangkan

pikiran-pikirannya mengenai kenegaraan. Buku ini akan digunakan untuk

membahas bab IV.

Hukum Tatanegara Sistem Pemerintahan Negara. 37Buku ini menjelaskan

tentang sistem ketatanegaraan, sistem pemerintahan serta bentuk-bentuk Negara.

Buku ini akan digunakan untuk membahas bab IV.

E. Kajian Teori

Heurmeneutika, kata heurmeneutika adalah terjemahan dari bahasa Inggris

hermeneutics. Kata terakhir ini berasal dari kata kerja Yunani hermeneuo yang

berarti mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata. Ketiga

pengertian ini sebenarnya juga menerjemahkan dan juga bertindak sebagai

penafsiran. Pemikiran-pemikiran tersebut sebenarnya hendak mengungkapkan

bahwa hermeuneutika merupakan untuk beralih usaha dari sesuatu yang relatif

gelap kesesuatu yang lebih terang. Dalam pengertian pertama hermeuneutika

dipahami sebagai peralihan dari suatu yang relatif abstrak dan gelap, yakni

pikiran-pikiran kedalam bentuk ungkapan-ungkapan yang jelas, yaitu dalam bentuk bahasa.

Pemadatan pemikiran dalam bahasa sudah merupakan penafsiran. Dalam pengertian

kedua, “menerjemahkan”, terdapat usaha mengalihkan diri dari bahasa asing yang

maknanya gelap bagi kita sendiri yang maknanya jelas. Dalam pengertian ketiga,       

37

Soehino, Hukum Tatanegara Sistem Pemerintahan Negara,Yogyakarta: Liberty, 1993. 

(39)

23   

pada waktu seseorang sedang menafsirkan sesuatu, ia melewati suatu ungkapan

pikiran yang kurang jelas, bentuk pemikiran yang kurang jelas diubah menjadi

bentuk pemikiran yang lebih jelas, hal itulah yang disebut menafsirkan. Di masa

lampau hermeuneutika memiliki arti yang luas, yaitu sejumlah pedoman untuk

pemahaman teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti: dogma dan kitab suci.

Hermeuneutika atau penafsiran adalah ciri khas manusia, karena manusia tak dapat

dibebaskan dari kecenderungan dasarnya untuk member makna.38

Pemikiran, erat kaitannya dengan situasi yang mengalami proses perluasan

diri dari individu yang merupakan contoh khas dari penyingkapan setiap macam

pengetahuan yang ditentukan secara situasional. Setiap macam pengetahuan dapat

dipahami hanya dengan metode penafsiran, dan tahap-tahap pemahaman itu

terproses pada klarifikasi individu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa klarifikasi diri

itu memungkinkan perluasan pengetahuan. Penekanan ini membuat sebuah

pembedaan yang jelas apakah seorang individu menyadari dorongan-dorongan

untuk mencirikan pemikiran dan pandangannya.39 Pemikiran memunculkan gagasan

yang mampu menafsirkan kembali masa lampau dalam terang

pengalaman-pengalaman pokoknya.40 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ide/gagasan adalah

rancangan yang tersusun di pikiran, artinya sama dengan cita-cita. Selama gagasan

      

38

F. Budi Hardiman, Hermeneutik: Apa itu?, Yogyakarta: Basis Vol. XL, No. 1-12,1991, hlm. 3-4. 

39

Mannheim Karl, Ideologi dan Utopia Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, Yogyakarta:Kanisius, 1991, hlm. 51-52. 

40

(40)

 

belum dituangkan menjadi suatu konsep dengan tulisan maupun gambar yang nyata,

maka gagasan masih berada di dalam pikiran.41

Filsafat dan pandangan hidup, Pancasila dapat dipandang sebagai

dalil-dalil filsafat atau sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dalil-dalil-dalil-dalil filsafat

merumuskan manusia dalam semesta-realitas, jadi merupakan Weltanschauung.

Pancasila sebagai dasar negara pada konkretnya adalah negara yang berdasarkan

Pancasila.42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat sendiri memiliki

pengertian: pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat

segala yang ada sebab akal dan hukumnya.43 Kedudukan Pancasila sebagai

pandangan hidup, adalah manusia mementingkan pengertian dalam mengutamakan

pandangan yang hendak diketahui kebenarannya. Manusia berpikir tentang

realitasnya sendiri. Dengan demikian, pengertiannya abstrak (ialah filsafat) beralih

menjadi pandangan atau lebih baik: pendirian hidup.44

Ideologi dan tujuan ideologi istilah ideologi berasal dari kata Yunani

(Greek) eidos dan logos. Eidos yang berasal dari kata kerja mempunyai arti melihat,

memandang, berarti gambaran pandangan. Karena memikir itu juga mirip dengan

memandang, maka eidos juga berarti pikiran (idea). Logos disini berubah menjadi

      

41

http://id.wikipedia.org/wiki/Gagasan, diakses pada tgl 18/10/2012 

42

A. Sudiarja, SJ (Koord), Karya Lengkap Driyarkara (Menalar Dasar Negara Indonesia Telaah Filsafat Pancasila), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 854-855. 

43

Hasan Alwi (Red), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 317. 

44

A. Sudiarja, SJ (Koord), op.cit., hlm. 855. 

(41)

25   

logia, berarti kata, pengertian, ucapan. Logi berarti pengertian atau ilmu

pengetahuan, namun dalam istilah ideologi, kata logi tidak menunjuk ilmu

pengetahuan. Ideologi adalah kesatuan idea-idea, kesatuan itu dimiliki dengan dan

dalam logos atau pengertian. Dengan ini tampaklah bahwa ideologi kita dipandang

sebagai sesuatu yang baik, bahwa ideologi menjadi pengertian yang fundamental

tentang realitas, bahwa ideologi adalah realitas dan ke realitas. Menurut Marxisme

ideologi itu tidak obyektif, bahwa ideologi itu suatu kebohongan. Tetapi mengapa

ideologi-ideologi itu dianut? Menurut Marxisme ideologi dianut karena

menguntungkan. Misalnya, karena vested interest. Misalnya mitos-mitos yang

dikarang untuk mempertahankan kedudukan kaum bangsawan sampai-sampai orang

berani mengatakan bahwa asal-usul rajanya adalah dari kedewaan. Menurut

pandangan dari kaum Marxis, banyak ideologi berasal dari kaum kapitalis dan untuk

kepentingan kapitalis. Ideologi itu berarti kompleks dan merupakan satu-kesatuan

yang fundamental. Untuk menerapkan pikiran tersebut pada Pancasila, baiklah kita

melihat bahwa Pancasila merupakan ideologi negara, yang artinya ideologi yang

menjadi dasar hidup kenegaraan.45

Ideologi merupakan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat

(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Sedangkan

ideologi politik merupakan sistem kepercayaan yang menerangkan dan

      

45

(42)

 

membenarkan suatu tatanan politik yang ada atau yang dicita-citakan dan

memberikan strategi berupa prosedur, rancangan, instruksi, serta program untuk

mencapainya.46 Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan

melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak

hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga

membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik

mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang

eksplisit.47

Dasar kebangsaan pada tahun 1882 Ernest Renan telah mengemukakan

pendapatnya tentang paham “bangsa”. Bangsa menurutnya adalah suatu nyawa,

suatu azas-akal, yang terdiri dari dua hal: pertama-tama rakyat itu dulunya harus

bersama-sama menjalani suatu riwayat. Kedua, rakyat itu sekarang harus

mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu. Bukan berdasarkan jenis ras,

bahasa, agama, persamaan tubuh, dan bukan pula batas-batas negeri yang

menjadikan “bangsa” itu. Sedangkan menurut Otto Bauer yang juga mempelajari

soal bangsa, menurutnya bangsa adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari

persatuan hal-ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu.48

      

46

Ibid, hlm. 417. 

47 http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

48

Soekarno, Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957 (Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme), Jakarta: Panitia Pembina Djiwa Revolusi, hlm 12; Di bawah Bendera Revolusi Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1963, hlm 3. 

(43)

27   

Nasionalisme-Internasionalisme atau perikemanusiaan: nasionalisme dapat

disebut semacam etno-sentrisme atau pandangan yang berpusat pada bangsanya.

Gejala seperti semangat nasional, kebanggaan nasional dan patriotisme. Hal tersebut

terdapat pada semua bangsa, sebagai suatu gejala umum untuk mensolidarisasikan

diri dengan suatu kelompok yang senasib. Kata nasionalisme mencakup dua arti:

a) Dalam arti nasionalistis, dimaksudkan suatu sikap yang keterlaluan, sempit dan

sombong. Sikap kurang dewasa ini tidak menghargai orang dan bangsa lain

seperti semestinya.

b)Nasionalisme (nasionale Staat) dapat juga menandakan sikap nasional yang

positif, yakni mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus

menghormati bangsa lain. Inilah kebangsaan yang luas pandangannya serta

dewasa dan adil. Nasionalisme yang seperti ini sangat berguna untuk membina

rasa persatuan antara penduduk negara yang heterogen (karena perbedaan suku,

agama, asal-usul, misalnya dalam negara emigrasi seperti Australia). Hal tersebut

berfungsi untuk membina rasa identitas dan kebarsamaan dalam negara serta

bermanfaat pula untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperoleh.49

      

49

(44)

 

Menurut P.J. Suwarno pengertian kebangsaan itu sendiri sangat kompleks

dan berubah-ubah setiap saat.50 Nasionalisme sendiri muncul pada abad ke-18

dalam suasana liberalisme diantara bangsa-bangsa Eropa yang merasa perlu

menekankan identitas dan kesamaan derajatnya dengan Inggris dan Perancis yang

pada saat itu merupakan negara yang paling maju.51 Pada saat itu di Inggris

perkembangan industri sudah mendorong kelas menengah dan kelas bangsawan

yang menjadi penasehat di Parliamentum menjadi kuat terhadap raja, sehingga

akhirnya menghasilkan revolusi agung (glorious revolution 1688) yang memperkuat

kedudukan Parliamentum dengan partai Whig yang mendapat dukungan secara

umum. Sehingga dapat dikatakan dari sinilah nasio dan nasionalisme Inggris

muncul. Nasionalisme Inggris berkembang bersamaan dengan perkembangan

indusri di Inggris, yang disebut Jingoisme dan menjelma menjadi imperialism yang

kapitalistik menguasai daerah-daerah Asia, Amerika, Australia, dan Afrika.

Nasionalisme Inggris ini kemudian berkembang menjadi demokratisme yang

menuntut perluasan perwakilan dalam Parliamentum.52

Nasionalisme “murni” di Indonesia (yang tidak merupakan bagian dari

ideologi lain, mis. Keagamaan atau Marxisme), mungkin lahir diantara

kelompok-kelompok mahasiswa Indonesia (kaum intelektual) pada tahun 20-an. Mereka       

50

P. J. Suwarno, Seri Pengetahuan dan Pengajaran Sejarah (Kumpulan Karangan Ilmiah), Seri XX (Bulan Agustus 1993-Juni 1994) (Nasio dan Nasionalisme), Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fak. Sastra dan Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, 1994, hlm. 1. 

51

A. Heuken SJ, et all, loc. cit. 

52

P. J. Suwarno, 1994, op. cit., hlm. 2-3. 

(45)

29   

menyadari bahwa Islamisme dan Marxisme tidak akan mampu menggerakkan

seluruh rakyat untuk membebaskan diri dari penjajahan.53 Dengan memanfaatkan

pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah modern yang didirikan oleh

pemerintah Belanda, kaum intelektual Indonesia sadar, bahwa bangsa bangsanya

telah kehilangan hak-haknya. Kesadaran itu terus berkembang dan muncullah usaha

emansipasi dalam bentuk gerakan budaya Budi Utomo, gerakan sosial religius

Sarekat Islam, gerakan nasionalistik Indische Partij, PNI dan sebagainya.54

Internasionalisme merupakan suatu kebanggaan dalam mendirikan negara Indonesia

merdeka yang menuju pula pada kekeluargaan bangsa-bangsa. Internasionalisme

disini berbeda dengan Chauvinisme, yang menyombongkan negerinya sendiri dan

menghina bangsa-bangsa lain. Chauvinisme merupakan rasa nasionalisme yang

berlebih-lebihan dengan mudah akan meningkat pada rasialisme dan menyempitkan

cakrawala sesorang atau bahkan suatu bangsa. “Rasa gila bangsa” ini menjelma

dalam penghinaan dan kebencian terhadap bangsa lain dan terlalu mengutamakan

darah/nation sendiri.55

Mufakat dan demokrasi  mufakat berarti, setuju seiya sekata , sepakat dan tidak ada satu orang pun yang menolak sebuah usul itu. Persetujuan kata sepakat

      

53

A. Heuken SJ, et all, op. cit., hlm. 221. 

54

P. J. Suwarno,1994, hlm. 6. 

55

(46)

    30   

   

telah tercapai antara kedua belah pihak.56 Musyawarah berasal dari kata Syawara

yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau

mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah lain dalam tata Negara

Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan

“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban

musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah merupakan

suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan

(mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau

pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.57 Demokrasi dan

Kebebasan, istilah demokrasi secara umum berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“demos” artinya rakyat dan “kratia” artinya pemerintahan. Jadi demokrasi adalah

pemerintahan dari rakyat untuk rakyat atau pemerintahan oleh mereka yang

diperintah.

Pola ini tidak hanya dipakai dalam negara saja, tetapi juga dalam

perkumpulan organisasi biasa. Demokrasi merupakan pola pemerintahan dalam

mana kekuasaan untuk memerintah berasal dari mereka yang diperintah atau

mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang

diambil oleh mereka yang diberi wewanang. Jadi dasar dari demokrasi atau

      

56

Hasan Alwi (Red), op.cit., hlm. 758. 

57 http://id.wikipedia.org/wiki/Musyawarah ,diakses pada tgl 5 Juni 2012

(47)

31   

kerakyatan ialah: bahwa semua manusia sebagai anggota masyarakat adalah bebas

dan sama haknya (kedaulatan rakyat). Maka dasar dari demokrasi adalah konsensus

bahwa setiap warganegara memiliki hak dan kewajiban dasar yang sama dan tidak

boleh diganggu gugat, juga tidak boleh oleh kelompok mayoritas atau penguasa.58

Dalam pengertian demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena

demokrasi dan hak-hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebuah negara yang mengaku

dirinya demokratis mestilah mempraktekkan dengan konsisten mengenai

penghormatan pada hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan

terhadap hak-hak asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan

hanyalah fasisme atau negara totalitarian yang menindas. Demokrasi juga

mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan Rakyat.59

Kebebasan, merupakan suatu gagasan/konsep yang analog, artinya kebebasan

direalisasikan secara fundamental berbeda menurut tingkat keberadaan (binatang,

manusia, roh, Tuhan). Arti kebebasan dapat dirumuskan secara negatif dan positif:

a) Dalam arti negatif “berarti bebas dari”, misalnya bebas dari ikatan atau paksaan

untuk bertindak yang mengikat/ memaksa itu dapat bersifat lahiriah atau materiil

      

58

A. Heuken SJ, et all, op.cit., hlm. 173-174. 

59

(48)

    32   

   

(misalnya belenggu) atau dapat bersifat batiniah atau psikologis (mis. Ancaman

berat). Kebebasan psikologis atau berkehendak mengatakan bahwa manusia

mampu berkehendak seperti yang dikehendakinya.

b)Dalam arti positif manusia adalah “bebas untuk” berbuat sesuatu dan khususnya

“bebas untuk berbuat baik”. Kebebasan adalah suatu kemampuan positif,

sehingga manusia dengan berbuat dan khususnya dengan berbuat baik

(sekurang-kurangnya dengan tidak berbuat jahat) merealisasikan diri menjadi orang yang

baik. Jadi, kebebasan dapat kita rumuskan secara deskriptif sebagai kemampuan

manusia untuk mengatur perilaku dan kehidupannya menurut kehendaknya

sendiri tanpa dibatasi atau dihalangi.60

Kesejahteraan sosial, dalam UUD 1945 (pasal 33) bab XIV kesejahteraan

sosial diuraikan dasar demokrasi ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama azas

kekeluargaan dan bangun perusahaan yang sesuai dengan koperasi. Sebagai negara

aktif berfungsi dalam bidang kemakmuran rakyat dan keadilan sosial, artinya tidak

menyerahkannya kepada persaingan kekuatan dipasar bebas saja.61

Ke-Tuhanan merupakan sejarah istilah dan pengertian, pada suku-suku di

kawasan nusantara pengakuan Ke-Tuhanan dalam bentuk yang berbeda-beda sudah

terdapat pada zaman purbakala, lama sebelum agama Hidu, Buddha, Islam dan

      

60

A. Heuken SJ, et all, op.cit., hlm. 244-245. 

61

Ibid., hlm. 19. 

(49)

33   

Kristen menginjak bumi Indonesia. Beraneka nama digunakan untuk menyebut

Yang Mahatinggi, misalnya Ompu Tuan Mula Jadi Na Bolon atau Debata (di

Sumatra, Batak), Sang Hyang Widhi Wasa (di Bali) atau Puang Matna dan To

Kantanan (di Sulawesi, Toraja). Menurut penyelidikan W. Schmidt (Wina), seorang

antropolog terkenal, paham Ke-Tuhanan sudah terdapat pada zaman yang paling

kuno. Maka, tepatlah bahwa Ke-Tuhanan digali dari khazanah keagamaan bangsa

kita yang paling tua. Agama dan kepercayaan, sebagai perwujudan Ke-Tuhanan

sangat erat barkaitan dengan nilai-nilai dan pandangan kehidupan kemasyarakatan

seluruhnya.62

Politik, dalam pengertian Yunani merupakan aktivitas membangun

kebijakan publik diantara orang-orang merdeka. Muncul diluar batas-batas

kekaisaran-kekaisaran awal, yaitu pertama kali di kota-kota Yunani kuno sekitar

tahun 700- hingga 500 SM. Kata politik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu

polis yang berarti kota, atau negara kota yang kerap dipusatkan di lokasi yang

strategis dan dilindungi oleh pasukan penjaga.63 Sedangkan arti politik menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah: pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau

      

62

Ibid., hlm. 24. 

63

(50)

 

kenegaraan yang menyangkut dengan sistem pemerintahan, dasar pemerintahan

menyangkut tindakan, kebijakan dan siasat.64

Pancasila, menurut ensiklopedi Politik dijelaskan, yaitu: Filsafat negara

Republik Indonesia, berarti lima asas atau dasar negara. Kelima asas atau dasar itu

ialah: Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kedaulatan rakyat, Kebangsaan, Keadilan

sosial dan Perikemanusiaan.65 Pancasila, adalah ideologi dasar bagi negara

Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila

berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.66 Pancasila dasar negara

Indonesia, sebagai dasar fundamental-foundation of state mencakup dan

memancarkan suatu pola rangkaian sistem pemikiran, cita-cita dan keyakinan bulat

yang saling berkaitan.67 Pancasila berasal dari khasanah sejarah bangsa Indonesia,

jauh sebelum agama-agama besar mulai menyebarluas di bumi Indonesia. Pancasila

sebagai satu kesatuan maupun lima silanya satu persatu berakar dalam hidup

sosio-budaya bangsa. Pada hakikatnya menurut Soekarno Pancasila bukanlah dilahirkan

tetapi timbul atau bangkit kembali.68

      

64

Hasan Alwi (Red), op.cit,. hlm. 886. 

65

Tatang Sastrawiria dan Haksan Wirasutisna, Ensiklopedia Politik, Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kem. P.P dan K., 1955, hlm. 222. 

66

http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

67

N.N. Ensiklopedi Nasional Jilid 12 1990. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, hlm. 94.   

(51)

35   

Marhaenisme merupakan gabungan dari beraneka faham, menampung

banyak aliran supaya dapat membentuk sebuah gerakan rakyat. Dicetuskan oleh

Soekarno (1927) sebagai teori perjuangan revolusioner. Istilah Marhaen sendiri

diambil dari nama seorang petani miskin dari desa Tjigereleng, Bandung.69

Marhaenisme juga berarti ideologi yang menentang penindasan manusia atas

manusia dan bangsa atas bangsa. Walaupun sejatinya definisi ini pada masa

sekarang telah berkembang dan dibahas dalam Marhaenisme Kekinian. Merupakan

ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Soekarno. Ajaran ini menggambarkan

kehidupan rakyat kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang

hidupnya selalu dalam cengkraman orang orang kaya dan penguasa. Marhaenisme

pada esensinya sebuah ideologi perjuangan yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme,

Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa.70

Marxisme, adalah suatu kumpulan ajaran-ajaran yang menjadi dasar

sosialisme dan komunisme abad ke-19 dan abad ke-20. Tujuan utama dari usaha

Marx ialah menghapuskan kapitalisme, yang pada abad ke-19 sangat merugikan

kaum proletar. Menurut Marxisme manusia bukan suatu pribadi yang bernilai

karena ia manusia, yakni suatu mahkluk rohani yang mempunyai tujuan

transenden.71

      

69

A. Heuken SJ, et all, Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila Jilid III, op.cit., hlm. 139-140.  70 http://id.wikipedia.org/wiki/Marhaenisme, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

71

(52)

    36   

   

Imperealisme adalah, aliran politis yang bermaksud dan berusaha untuk

memperluas daerah negara atau memperbesar pengaruh politik serta ekonominya.

Dengan demikian, kaum imperealis mengurangi kemerdekaan bangsa-bangsa lain.

Tersebarnya imeperalisme pada abad ke-19 memiliki hubungan erat dengan

kapitalisme dan kolonialisme.72Imperealisme juga berarti, suatu cita-cita dari suatu

negara untuk meluaskan kekuasaannya atas negeri-negeri lain. Kekuasaan ini

berupa politik, militer, atau ekonomi.73

Kolonialisme, adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah

dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi

dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga

menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk

melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa

moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. Pendukung dari

kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang

dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang

dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi.74 Bentuk kolonialiesme sendiri

      

72

Ibid., hlm. 138. 

73

Tatang Sastrawiria dan Haksan Wirasutisna, op.cit., hlm. 120. 

74 http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme, diakses pada tgl 28/07/2012 

(53)

37   

sangat erat hubungannya dengan timbulnya kapitalisme.75 Kapitalisme sendiri

digunakan untuk sistem ekonomi dan sistem sosial.76

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

sejarah, dengan melalui tahap-tahap berikut:

a. Pengumpulan sumber (Heuristik)

Bahan pustaka yang dijadikan sebagai sumber dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah : Risalah

Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22

Agustus 1945, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pantjasila Dasar Filsafat

Negara Republik Indonesia, Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah

Negara, Uraian Pancasila di Lengkapi dengan Dokumen Lahirnya Pancasila 1

Juni 1945, Pantjasila Dasar Filsafat Negara, Dibawah Bendera Revolusi,

Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957,

Indonesia Menggugat.

      

75

A. Heuken SJ, et all., op.cit., hlm. 54. 

76

(54)

    38   

   

Sedangkan sumber sekunder diantaranya ialah: Sejarah Pemikiran Tentang

Pancasila, Soekarno Biografi 1901-1950, Bung Karno Putera Fajar,

Mohammad Hatta Kumpulan Pidato II Dari tahun 1951-1979, Sari Pandangan

Sarjana-sarjana Tatanegara Seluruh Dunia dari Sokrates hingga Ir. Soekarno,

dan Hukum Tatanegara Sistem Pemerintahan Negara.

b. Kritik Sumber (Verifikasi)

Tahap selanjutnya ialah verifikasi, ialah pengujian terhadap data-data

yang ada untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipertanggung

jawabkan kebenaran dan keasliannya atau tidak. Tahap ini dibagi menjadi dua

macam yaitu, otentisitas atau keaslian sumber (kritik ekstern), dan kredibilitas,

atau bisa dipercaya (kritik intern).77 Kritik ekstern digunakan untuk

membuktikan keaslian sumber yang akan digunakan. Kritik intern dilakukan

untuk meneliti apakah sumber yang digunakan dapat dipercaya kebenarannya.

Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber

sehingga akan diperoleh fakta yang lebih baik, jelas dan lengkap.78

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan kelanjutan, setelah verifikasi. pada tahap ini

penulis melakukan penafsiran atas fakta-fakta yang telah diuji dan

menganalisis sumber agar dapat menghasilkan suatu peristiwa yang telah

      

77

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Bentang Budaya, 2001, hlm. 101. 

78

Ibid., hlm. 102. 

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas untuk mengantisipasi adanya perubahan lingkungan strategis, kebijakan pemerintah, struktur biaya produksi dan

Tahap 1 adalah penelitian mengenai pengaruh jenis inokulum terhadap produksi etanol hasil fermentasi hidrolisat kulit ari kedelai dan tahap 2 adalah aplikasi inokulum terbaik

Penghitungan jumlah kromosom ikan hias mas koki diploid dan tetraploid diperoleh dari hasil perlakuan yang diberikan, dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor ikan

Sehingga dapat dikatakan kinerja auditor adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya

Audio conferencing adalah penggunaan peralatan komunikasi suara untuk membuat hubungan audio diantara orang-orang yang tersebar secara geografis untuk tujuan melakukan

Jika pengalaman estetik berarti manusia mengalami kesenangan karena jiwanya dapat selaras dengan keharmonisan semesta melalui persepsi terhadap benda-benda yang memiliki sifat

Collembola (Ekorpegas) merupakan kelas terbesar dari filum Artropoda. Jumlah Collembola sangat banyak sehingga peranan Collembola di dalam ekosistem tidak dapat

101 Palangkaraya, Kalimantan Tengah Komp Super Blok Nagoya Hill Blok B No. Veteran Utara Ruko Metro Square Blok