• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Program Penyiaran Musik Orkestra

BAB III GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI TAMAN

3.3. Sejarah Musik Orkestra di RRI Medan

3.3.2. Keberadaan Program Penyiaran Musik Orkestra

Selain menyiarkan berita, RRI Medan sudah sejak lama menyelenggarakan program siaran hiburan seperti kesenian yang dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. Tahun 1950 program siaran hiburan yang ada antara lain seperti sandiwara radio, lagu-lagu daerah, dan musik orkestra (klasik Eropa), tetapi pada mulanya RRI Medan menyiarkan musik orkestra klasik melalui piringan hitam (PH).

Menurut Friany Nainggolan mengatakan bahwa penyiaran musik orkestra sudah dilakukan secara langsung sejak tahun 1950-an yang diberi nama orkestra studio Medan.

Orkestra ini hanya membawakan lagu-lagu pop saja (non klasik Eropa), seperti langgam melayu, keroncong ciptaan Lily Suheiri yang diaransemen untuk kebutuhan orkestra.

Terinspirasi oleh orkestra studio Medan maka terbentuklah orkestra radio Medan pada sekitar tahun 1950- an yang dipimpin oleh Achmad Saaba dengan membawakan lagu klasik Eropa, anggotanya diambil dari seluruh musisi orkestra studio Medan ditambah anggota dari corps musik Brimob Medan sebagai pemain Brass section (alat musik tiup logam). Sebagian besar anggota orkestra diangkat menjadi pegawai kontrak oleh RRI Medan khusus sebagai musisi, Kemudian pada tahun 1972 diangkat lagi menjadi pegawai negeri sipil.

Menurut Friany Nainggolan bahwa pada periode tahun 1970-an sampai 1980-an kegiatan musik orkestra dilingkungan RRI Medan sudah sangat baik, hal ini terlihat dari program yang dijalankan oleh kelompok musik orkestra dengan mengadakan latihan setiap hari pada jam kerja, dari senin sampai sabtu bertempat di Auditorium RRI Medan. Hal ini dilakukan guna menunjang kualitas permainan para musisi dalam memainkan musik orkestra yang akan disiarkan secara langsung. Pada saat itu yang menjabat sebagai Kepala seksi musik dan hiburan adalah Sovjan Saaba.

Para musisi musik orkestra RRI Medan tidaklah belajar musik melalui jalur pendidikan melainkan mereka belajar langsung dengan orang-orang asing yang berprofesi sebagai musisi atau misionaris yang datang ke Medan, ada juga belajar dari kawan yang sudah mengerti akan musik klasik Barat. Walaupun demikian kemampuan musisi-musisi tersebut dapat dikatakan baik dan mereka juga mampu membaca notasi balok.

Siaran musik orkestra dengan piringan hitam (PH) dan pita reel bahannya dikirim langsung dari radio Nederland di Belanda dan juga ada kiriman dari deutsche welle di Jerman. Komposisi lagu yang disiarkan antara lain: overture “the cahlief from Baghdad” karya Francoise Boieldieu, suite uit het ballet “het zwanenmeer” karya Tschaikovski, simponi “tweede simfonie “ karya A.Borodien, eine kleine nacht music k.525 karya Mozart (lihat lampiran) dan masih banyak lagi.

Pada era akhir tahun 1990- an sampai tahun 2000-an, RRI Medan menyiarkan musik orkestra sudah menggunakan compact disc (CD).

3.3.3. Aspek Penyiaran Dalam Produksi

Sebelum terlaksananya program musik orkestra di RRI Medan, terlebih dahulu melewati beberapa rangkaian kerja, antara lain: mendapat nota produksi dari Kabid (kepala bidang) Produksi dan menyusun naskah acara. Menyusun naskah untuk siaran radio khusus musik orkestra berbeda dengan penyusunan naskah pada surat kabar, majalah, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena media radio hanya dapat dinikmati dengan telinga atau hanya dapat didengar, dan setelah didengar dia akan lewat begitu saja tidak dapat diulang lagi, dan audiencenya juga tidak terbatas.

Menurut Friany Nainggolan dalam menuliskan naskah penyiaran musik orkestra di RRI Medan membutuhkan kemampuan yang sesuai dimiliki oleh penulis naskah, naskah haruslah menceritakan mengenai apa dan bagaimana musik orkestra yang akan disiarkan tersebut. Peranan seorang penyiar sangat menentukan.

Berikut adalah rekaman naskah acara penyiaran musik orkestra di RRI Medan. Naskah Acara

Nama acara :Musik Orkestra

Siaran :29 Februari 2000 (tiap hari selasa) Program :1/pukul 15.30 wib

Produser :Drs. Joni Raymond Saragih Naskah :Friany Nainggolan

Peneliti :Rumondang Tobing SH Penyelia :Suharyadi Achmad Narator :Sri Rejeki

Operator :Syahrial/James Simurat

3.3.4. Keberadaan Musik Orkestra Pada Program Musik di RRI Medan

Keberadaan orkestra radio Medan sebagai pendukung siaran live musik, telah tumbuh

dengan baik di RRI Medan. Orkestra tersebut terbentuk pada tahun 1950-an dipimpin oleh Achmad Sa,aba yang mendapat tempat pada siaran langsung dan didanai oleh RRI Medan sendiri, para musisi sebagian besar merupakan pegawai RRI Medan yang dikhususkan sebagai tenaga spesial musik orkestra.

Menurut Friani Nainggolan, keberadaan orkestra radio Medan dimulai dengan keberadaan orkestra studio Medan terlebih dahulu yang dipimpin oleh Liliy Suheiri. Orkestra ini membawakan lagu-lagu pop Indonesia. Seiring dengan itu barulah terbentuk orkestra radio Medan yang membawakan lagu-lagu klasik, dan sama-sama berjaya pada masa itu. Namun setelah itu pada tahun 1966, orkestra studio Medan dan orkestra radio Medan bergabung menjadi satu dengan menamakan diri menjadi Orkestra Simponi Medan.

Berikut adalah formasi orkestra simponi Medan pada tahun 1966: 1. Kondukter :1 orang

2. 1st Violin :14 orang

3. 2nd Violin :13 orang

4. Violin Alto :2 orang 5. Cello :2 orang 6. Flute :1 orang 7. Klarinet :3 orang 8. Saxophone Alto :4 orang 9. Trompet :5 orang 10. Trombone :3 orang 11. Horn :2 orang 12. Akkordion :2 orang

13. Piano :2 orang 14. Bass :2 orang

Berikut adalah judul komposisi yang pernah disiarkan dalam program penyiaran musik orkestra di RRI Medan:

1.Disiarkan secara live antara lain: -overture gosi fan tutte karya Mozart

-Eiene kliene nacht music k.525 karya Mozart -Zieguenerlibe waltz karya Lehar

-Ole guapa tango karya Malando

2.Disiarkan melalui piringan hitam, pita reel, kaset dan compact disc (CD) antara lain: -Overture “the cahlief from Baghdad” karya Francoise Boieldieu

-Suite uit het ballet “het zwanenmeer” karya P. Tschaikovski -Symphony “tweede simfonie” karya A.Borodien

-A short guide to musical instrumen

3.3.5. Program Musik Orkestra Di RRI Medan

Menurut Frianny Nainggolan pada akhir era 1990-an sampai awal tahun 2000-an, RRI Medan menyiarkan musik orkestra sudah dengan menggunakan compact disc (CD), hal ini disebabkan karena sudah tidak aktifnya lagi musik orkestra RRI Medan yang juga disebabkan oleh kemajuan tehnologi. Beliau juga mengatakan bahwa siaran ini tidak lagi berjalan dengan baik karena pembinaan yang sudah mulai tidak jelas dengan alasan keterbatasan pendanaan, disamping itu penggemar acara musik orkestra sudah mulai berkurang banyak, hal ini disebabkan dari kemajuan industri musik popular yang mulai mewabah keseluruh kalangan masyarakat, dari kaum muda sampai kaum tua, mereka sudah tidak lagi menyukai musik orkestra dan beralih ke musik-musik gaya baru pada waktu itu sampai saat sekarang ini. Selain itu juga karena sudah mulai menjamurnya stasiun-stasiun radio swasta (Kiss FM, Lafem 88 FM, Rodesha FM, Citra Buana FM, Lite FM dan lain-lain) yang menawarkan banyak pilihan acara siaran lagu- lagu popular dari segala bentuk aliran musik yang dianggap lebih menarik dan variatif dari pada musik orkestra RRI Medan.

Penyiaran musik orkestra di RRI Medan menurut Friany Nainggolan berhenti sejak awal tahun 2000-an. Hal ini disebabkan karena pendanaan yang sangat minim dan semakin terasa sangat tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit.

3.3.6. Perbandingan Musik Orkestra di Tiga Lokasi Penelitian

Musik orkestra khususnya di Kota Medan pertama sekali lahir dan berkembang seiring dengan di kumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya pada tahun 1945 di RRI Medan. RRI Medan merupakan tempat yang paling berjasa terhadap tumbuh kembangnya musik orkestra, yang juga memiliki pemain-pemain musik berbakat dan berdisiplin.

Musik orkestra di RRI Medan sudah lama berkolaborasi dengan musik orkestra di TVRI Medan dengan nama Orkestra Radio dan Televisi. Orang-orang yang berjasa antara lain Max Sapulete, Mulyono, Muhammad Nuh dan Achmad Saaba.

Telah banyak prestasi-prestasi yang diraih sejak terbentuknya orkestra radio dan televisi ini, baik dalam sekala Nasional maupun Internasional. Dan sampai saat ini musik orkestra di RRI Medan dan TVRI Medan sudah tidak ada lagi seiring dengan meninggalnya orang-orang yang dianggap sangat berjasa dalam keberadaan musik orkestra tersebut.

Orkestra musik Keroncong dengan nama Puspa Irama yang disiarkan TVRI Medan pertiga bulan sekali dan sudah bertahun-tahun mengisi acara hiburan di TVRI Medan akhirnya dengan berbagai alasan khususnya masalah pendanaan akhirnya dihentikan oleh TVRI Medan.

Perkembangan musik orkestra di RRI Medan dengan di TVRI Medan dahulunya sama- sama telah mencapai hasil yang boleh dibilang memuaskan. Hanya saja yang cukup sangat prihatin adalah perkembangan musik orkestra di Taman Budaya Medan. Dikarenakan program kerja TBM hanya lebih terfokus ke seni tradisi sehingga kehadiran musik orkestra kurang mendapat perhatian.

Walaupun demikian sudah tercatat dalam sejarah bahw TBM telah pernah mengadakan pergelaran musik orkestra yang besar dengan nama Orkestra Caparita 77 dibawah kepemimpinan Mulyono dan Muhammad Nuh dan sukses. Namun kesuksesan tersebut tidak berarti apa-apa, karena setelah pergelaran besar tersebut berakhir, maka berakhir pula keberadaan musik orkestra di TBM sampai saat ini, dengan alasan yang sama yaitu masalah pendanaan.

Di samping itu kelihatan perbedaan yang sangat mencolok dari segi usia para pemain musik yaitu para pemain musik orkestra di TBM sebagian besar masih berusia muda, umur berkisar dari dua puluh tahun sampai empat puluh tahun. Sedangkan para pemain musik orkestra di TVRI Medan sebagian besar telah berusia lanjut, sehingga ketika disiarkan di televisi menjadi kurang menarik. Kemudian pemain musik orkestra di RRI Medan usianya bermacam ragam, ada yang muda (masih sekolah dan kuliah) juga ada yang berusia lanjut.

Lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di RRI Medan dibawah pimpinan Max Sapulete dan Achmad Saaba adalah lagu-lagu klasik, antara lain karya komposer: Mozart, Ludwig van Beethoven, Johan Sebastian Bach, Frederic Chopin dan lain sebagainya. Lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di TVRI Medan adalah lagu-lagu yang beraliran Keroncong dan Seriosa, yang sebagian besar adalah karya Mulyono, antara lain: Bengawan Solo, Sepasang Mata Bola, Jenang Gulo, Sri Mersing dan lain sebagainya. Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di TBM adalah campuran antara lagu Barat, lagu tradisi, lagu dangdut, dan juga lagu keroncong, yang juga karya dari Mulyono, antara lain The Power of Love, dangdut Simalakama, Sai anju mau, Araskabu dan lain sebagainya.

3.3.7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Terhadap Musik Orkestra di Kota Medan

Musik orkestra di Kota Medan pernah mencapai zaman keemasan di era tahun 1970- an sampai era tahun 1990-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu lambat laun keberadaan musik orkestra di Kota Medan akhirnya menghilang. Salah satu penyebabnya adalah musik orkestra kalah bersaing ditengah kemajuan industri musik di Indonesia yang semakin pesat. Munculnya lagu-lagu dangdut dalam irama dan syair lagu yang cukup mempesona, juga munculnya group-group band anak muda membawakan lagu-lagu yang cukup easy listening, munculnya berbagai televisi swasta yang setiap hari selalu menghadirkan musik-musik yang up

to date, munculnya radio-radio swasta yang juga setiap hari selalu dengan setia menghadirkan

musik-musik yang sangat menghibur, semuanya ini membuat keberadaan musik orkestra semakin dilupakan. Keberadaan musik orkestra yang masih bertahan dengan format dan susunan yang kaku dan monoton, serta lagu-lagu yang kurang menarik membuat keberadaannya di Kota Medan tidak mendapat tempat di hati masyarakat Kota Medan khususnya.

Sebenarnya musik orkestra yang ada di Kota Medan apabila di poles, dibentuk, dan diaransemen ulang dengan sedemikian rupa menggunakan format yang lebih modren dan menarik sesuai dengan permintaan pasar, sehingga memiliki nilai jual di pasaran kemungkinan besar musik orkestra pasti bisa bertahan dan diterima masyarakat Kota Medan. Namun sepertinya orang-orang yang terkait belum menyadari hal itu dengan baik, akhirnya pergelaran musik orkestra menjadi tidak menarik untuk dinikmati dan akhirnya ditinggalkan.

3.4. Instrumentasi di Tiga lokasi Penelitian Musik Orkestra di Kota Medan

Di tiga lokasi penelitian musik orkestra, masing-masing lokasi memiliki perbedaan dalam jumlah pemain dan alat musik yang dipakai. Orkestra yang ada di TVRI Medan memakai 4 orang untuk pemain biola 1 (Buyung, Keepler dll), 3 orang untuk pemain biola 2 (Herna, Maina Sari, Dinar, Desi), untuk biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello (Didi), 1 orang untuk pemain contrabass (nama tidak diketahui), 1 orang untuk pemain ukelele (nama tidak diketahui), 1 orang untuk pemain alat musik pendamping ukelele (nama tidak diketahui), 2 orang untuk pemain flute (Uyuni, Normasiah), 2 orang untuk pemain klarinet (Tahan Perjuangan, Muhammad.Nuh), 1 orang untuk pemain horn (Amat Frebuat). (disini peneliti terlibat sebagai pemain biola 2), dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang kondukter Mulyono. Lagu-lagu yang dibawakan adalah beraliran seriosa/ keroncong, antara lain: keroncong Bahana Pancasila, keroncong Jembatan Merah, keroncong Tanah Airku, Bengawan Solo, Jenang Gulo dan lain sebagainya.

Orkestra yang ada di Taman Budaya Medan memakai jumlah pemain musik lebih banyak dibandingkan yang ada di TVRI Medan, antara lain 5 orang untuk pemain biola 1 (Buyung, Sharif, Dani dan lain-lain), 4 orang untuk pemain biola 2 (Maina Sari, Siti Khumaidah, Rasida Dewi, Keepler Sianturi, biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello (Iswandana), 1

orang untuk pemain drum (Aci Acuh), 1 orang untuk pemain gitar (Hendrik Perangin-angin), 1 orang untuk pemain bass (Hendric), 1 orang untuk pemain keyboard (di sini peneliti terlibat sebagai pemain keyboard), 2 orang untuk pemain klarinet (Tahan Perjuangan, Muhammad Nuh), 3 orang untuk pemain flute (Helena, Patarina, Theodora), 1 orang untuk pemain saxophone (Masriadi), 1 orang untuk pemain trompet (nama tidak diketahui), 2 orang untuk pemain

trombone (Susilo, Jamudin) dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang

kondukter yaitu Muhammad Nuh. Lagu-lagu yang dibawakan beraliran seriosa, keroncong, dangdut, pop Barat/pop Indonesia, dan lagu daerah (tradisi) antara lain: dangdut Simalakama, Sai anju mau, O.Tano Batak, keroncong Jembatan Merah, Araskabu, lagu pop Barat berjudul The

Power of Love, Strangers in the night, lagu pop Indonesia berjudul Kaulah Segalanya, Kau

Selalu di Hatiku, Sebelum Kau Pergi (lihat lampiran) dan masih banyak lagi. Musisi-musisi yang bermain di Taman Budaya Medan sebagian juga terlibat dalam orkestra yang ada di TVRI Medan, begitu pula sebaliknya.

Orkestra yang ada di RRI Medan memakai alat musik antara lain : biola 1, biola 2, biola alto, klarinet, saxophone alto, trompet, horn, akordion, piano, dan bass, dan juga di pimpin oleh seorang kondukter yaitu Max Sapulete dan Achmad Saaba. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan beraliran klasik yang berjudul Eine Kleine Nachtmusik k.525 dari Mozart dan juga beraliran pop. (lihat lampiran).

3.5. Perbandingan Dengan Instrumen Musik Orkestra di Eropa

Instrumen-instrumen yang dipakai pada orkestra yang ada di Eropa hampir memiliki kesamaan unsur dengan instumen-instrumen yang dipakai pada orkestra di kota Medan. Kesamaan instrumen-instrumen tersebut bisa terlihat antara lain pada musik orkestra klasik dan orkestra pop memakai instrumen biola, biola alto, cello, Contrabass, flute, klarinet, french horn,

saxophone, trompet, trombone, piano dan sama-sama dipimpin oleh seorang kondukter yang

posisinya berada dihadapan para pemain musik.

Disamping itu orkestra yang ada di kota Medan juga memakai instrumen musik modren dalam penampilan panggung antara lain memakai instrumen keyboard, gitar melodi, gitar bass, dan satu set drum. Namun instrumen harpa tidak pernah sama sekali dipakai, karena di Kota Medan tidak memiliki pemain instrumen harpa, dan harus mendatangkan pemain dari Jakarta, namun hal itu tidaklah mungkin sanggup, karena akan memakan biaya yang besar.

Musik orkestra yang ada di Kota Medan dalam hal jumlah pemain sangatlah minim bila dibandingkan dengan orkestra di luar negeri. Jumlah pemain musik orkestra di Kota Medan hanyalah berkisar dua puluh sampai dua puluh lima pemain itupun tidak tetap dan bisa berubah- ubah. Sedangkan orkestra di luar negeri untuk small ansamble saja bisa berjumlah lebih kurang lima puluh orang pemain, dan untuk orkestra besar seperti Phillharmonic Orchestra bisa berjumlah seratus orang lebih. Dan ini merupakan perbandingan yang sangat mencolok.

Untuk tata pentas dan kostum para pemain musik orkestra di luar negeri memang sudah sangat modren juga berkesan mewah dan berkelas. Para penonton musik orkestra di luar negeripun sebagian besar adalah memang orang-orang yang menyukai dan mengerti musik orkestra dan sangat menghargai dan menghormati musik orkestra tersebut. Selama pergelaran musik orkestra berlangsung, para penonton tidak satupun berbicara,tertawa-tawa, apalagi bercanda. Semuanya begitu terhanyut dan menikmati sajian musik orkestra yang sedang dipergelarkan tersebut.

Tetapi lain halnya dengan musik orkestra di Kota Medan, untuk tata pentas dan kostum pemain musik masih sangat sederhana sekali dan jauh dari kesan mewah dan berkelas. Semua itu disebabkan tidak adanya penyandang dana dan donatur bagi musik orkestra di Kota Medan, ditambah lagi Pemerintah Daerah Kota Medan yang tidak memberikan perhatian bagi keberadaan musik orkestra tersebut. Lain halnya di luar negeri di sana pemerintahnya betul-betul perhatian, mendukung, dan membantu keberadaan musik orkestra tersebut.

3.6. Denah Pemain

Di dalam penampilan aksi panggung musik orkestra di tiga lokasi penelitian, masing- masing lokasi denah pemain tidak jauh berbeda. Tempat duduk pemain musik orkestra diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan seberapa luasnya panggung yang tersedia. Untuk pemain instrumen gesek, posisinya berada dibarisan depan di bagian kanan, sedangkan untuk pemain instrumen tiup, posisinya berada dibarisan depan juga tetapi di bagian kiri (bersebelahan), untuk instrumen keyboard, posisinya berada dibarisan depan tetapi ditengah- tengah antara pemain instrumen gesek dan tiup, kemudian di sebelah pemain keyboard, ada pemain gitar melodi dan bass, dan posisi paling belakang pada tengah-tengah adalah Instrumen

drum . Seorang kondukter atau pemimpin orkestra berada diposisi paling depan tetapi di samping

kiri pemain, kondukter tidak di posisikan ditengah-tengah karena dikhwatirkan akan menghalangi pandangan penonton untuk melihat aksi pemain dan penyanyi secara utuh. (lihat lampiran).

3.7. Proses rekaman

Di TVRI Medan, musik orkestra yang akan disiarkan haruslah melewati proses rekaman suara terlebih dahulu, orkestra di TVRI tidak pernah ditampilkan secara langsung (live), sehingga kesalahan-kesalahan dari pemain bisa diperbaiki dan hasilnya akan lebih baik lagi. Untuk proses rekamannya, pertama sekali direkam dahulu melodi instrumen gesek, setelah semua lagu-lagu untuk instrumen gesek selesai direkam, langkah selanjutnya adalah merekam melodi untuk instrumen tiup pada semua lagu yang akan dibawakan. Selanjutnya apa yang sudah direkam

antara melodi dari instrumen gesek dan tiup tadi dengan teknik perekaman digabung menjadi satu, sehingga terdengarlah musik iringan untuk lagu yang sudah harmonis.

Langkah terakhir adalah penyanyi melakukan rekaman suara dengan iringan melodi dan akor-akor lagu yang sudah direkam tadi, dengan demikian maka selesailah proses rekaman suara. Untuk tahap berikutnya adalah rekaman gambar, seluruh pemain musik dan penyanyi diharapkan hadir tepat waktu pada tempat yang disediakan biasanya di studio penyiaran di TVRI Medan, proses rekaman gambar juga dihadiri oleh beberapa orang kameramen, penata lampu, penata gerak,penata make-up, penata suara dan busana.

Pemain musik memakai kostum/pakaian yang sama yaitu atasnya batik hijau ataupun batik putih bercorak dan bawahnya celana panjang berwarna hitam, sedangkan untuk penyanyi, pakaian disesuaikan dengan judul lagu dan pada umumnya memakai kostum milik pribadi. Karena didalam rekaman gambar ini lagu dan musik sudah direkam terlebih dahulu, maka didalam rekaman gambar ini yang sangat diperlukan adalah kemampuan acting pemain musik dan penyanyi, sehingga kualitas gambar menjadi lebih baik. Untuk pemain biola sangat penting sekali agar dapat menggesek biola dengan gerakan bow yang teratur naik turunnya, agar dapat kelihatan indah ketika disaksikan dilayar kaca, demikian pula untuk pemain instrumen tiup diusahakan seragam dan kompak.

Pada dasarnya semua pemain musik harus kompak dan teratur dalam proses rekaman gambar ini. Proses rekaman gambar memakan waktu lebih kurang dua jam, biasanya lagu-lagu yang dibawakan hanyalah berjumlah enam lagu saja dengan masa tayang di televisi selama tiga puluh menit. Setelah selesai rekaman gambar, yang paling ditunggu-tunggu oleh pemain dan penyanyi adalah pembagian honorarium. Untuk pemain musik semua honornya sama berkisar RP.75.000 (pada tahun 1995), tetapi apabila pemain tidak hadir ketika proses latihan maka honorarium akan dipotong, honararium untuk penyanyi lebih besar sedikit dibanding pemain musik. Namun walaupun honorarium kecil, tidak membuat pemain dan penyanyi berkecil hati, tetap semangat demi menyalurkan bakat-bakat musik yang ada.

3.8. Proses latihan

Tayangan musik orkestra di TVRI Medan dilakukan pertiga bulan sekali, dibawah pimpinan Mulyono, beliau juga salah satu pegawai di lingkungan TVRI Medan. Para pemain musik berjumlah lebih kurang duapuluh orang, dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan serta umur yang berbeda-beda pula, ada mahasiswa, guru, wiraswata, pegawai negeri sipil di

Dokumen terkait