• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Daya tarik objek wisata merupakan ketertarikan pengunjung tentang objek wisata yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Objek Wisata diukur berdasarkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung terhadap objek wisata yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Objek wisata dikategorikan sebagai berikut:

a. Tidak menarik diberi skor 1 b. Kurang menarik diberi skor 2 c. Menarik skor 3

16

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 5 – 12 dinilai rendah, dan skor 13 – 20 dinilai tinggi.

2. Kepuasan penikmat wisata merupakan tingkat perasaan seseorang atau pengunjung yang sesuai dengan harapan pengunjung setelah mengunjungi ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Kepuasan penikmat wisata diukur berdasarkan kepuasan pengunjung objek wisata tersebut. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Indikator:

a. Tidak puas diberi skor 1 b. Kurang puas diberi skor 2 c. Puas skor 3

d. Sangat puas diberi skor 4

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 3 – 7 dinilai rendah, dan skor 8 – 12 dinilai tinggi.

3. Penataan sarana prasarana wisata merupakan penataan areal wisata seperti pembangunan sarana prasarana wisata tidak boleh mengabaikan faktor ekologi. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Indikator :

a. Tidak setuju diberi skor 1 b. Kurang setuju diberi skor 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat Setuju diberi skor 4

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 3 – 7 dinilai rendah, dan skor 8 – 12 dinilai tinggi.

17

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan pengunjung wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data primer. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksplanatif (explanatory research) dengan tujuan untuk menerangkan dan menguji hipotesis dari variabel- variabel penelitian. Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan. Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian survei.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Wisata Taman Nasional Ujung Kulon di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan alasan bahwa Taman Nasional Ujung Kulon merupakan suatu wisata yang berasal dari alam dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan ekowisata yang mempunyai obyek wisata alam yang sangat menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih,dan taman laut. Semua ini merupakan pesona alam yang sangat menarik dan unik untuk dikunjungi.Untuk perjalanan menuju Taman Nasional Ujung Kulon bisa ditempuh dari Pantai Carita dengan menggunakan speed boat atau kapal motor. Waktu penelitian lapangan dilaksanakan pada tanggal 3-10 Mei 2014.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara dengan pihak pengunjung wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Kuisioner sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden, serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain wawancara terstruktur menggunakan kuisioner, pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan pengunjung untuk mengkaji tentang komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui media promosi dan tujuan

18

dari komunikasi pemasaran media promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola wisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen yang ada dari kantor Taman Nasional Ujung Kulon. Responden pada penelitian ini merupakan responden yang dipilih berdasarkan teknik accidental sampling. Teknik tersebut dipilih karena populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti dan bersifat heterogen. Teknik ini mengambil sampel responden wisatawan dalam negeri yang sedang berkunjung di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan dengan unit analisisnya adalah individu. Populasi sampel pada penelitian ini adalah individu-individu yang datang sebagai pengujung yang telah mengetahui Taman Nasional Ujung Kulon dari media promosi yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon tersebut. Responden berjumlah 50 pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 1).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows

versi 17.0 agar lebih cepat, tepat, dan hasil pemrosesan data pun lebih terpercaya. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabel frekuensi dan uji korelasi

Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal. Selain analisis kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif.Selain menggunakan uji korelasi Rank Spearman, variabel pada penelitian ini juga diuji menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk melihat hubungan nyata antar variabel dengan data berbentuk nominal, yaitu jenis media promosi.

19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32”-

105º37’37” BT dan 06º30’43”-06º52’17” LS (Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2009). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar Alam Ujung Kulon seluas 78 619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44 337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TNUK adalah 122 956 Ha yang terdiri dari 78 619 hektar daratan dan 44 337 hektar perairan laut ( Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2009).

Seluruh luas kawasan TNUK dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan untuk memudahkan pengelolaan kawasan tersebut (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Pembagian wilayah tersebut yaitu:

1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun.

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Handeuleum yang berkedudukan di Pulau Handeuleum.

3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur yang berkedudukan di Kecamatan Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni.

Sebagaimana dikatakan di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990, bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 meliputi zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus.

Visi Taman Nasional Ujung Kulon adalah terwujudnya fungsi Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Warisan Alam Dunia dan Kawasan Strategis Nasional yang bermanfaat bagi masyarakat, dengan berlandaskan pada asas pelestarian ekosistemnya. Misi Taman Nasional Ujung Kulon adalah:

1. Memantapkan pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, khususnya mengembangkan populasi dan habitat Badak Jawa yang didukung oleh peran serta masyarakat dan para pihak sebagai kebanggaan masyarakat Banten.

2. Menyelenggarakan birokrasi yang ideal serta mengembangkan kemitraan dan pengelolaan secara partisipatif dalam rangka mewujudkan kawasan yang mantap secara legal formal dan diterima semua pihak.

3. Meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, situs budaya dan sejarah, jasa lingkungan, wisata alam yang menunjang peningkatan perekonomian masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.

20

4. Meningkatkan upaya perlindungan hutan dan penegakan hukum yang didukung masyarakat setempat dalam rangka menekan laju kerusakan hutan serta menjamin fungsi dan daya dukung lingkungan Taman Nasional Ujung Kulon.

Sejarah dan Status Kawasan

Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada Tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilmiah beberapa tahun kemudian, tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi satwa liar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwa liar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.

Perkembangannya kemudian, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, secara berurutan yaitu sebagai berikut:

Tahun 1921, berdasarkan rekomendasi dari Perhimpunan The Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, Semenanjung Ujung Kulon dan P. Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kawasan Suaka Alam melalui SK Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 60 Tanggal 16 Nofember 1921. Tahun 1937, Besluit Van Der Gouverneur – General Van Nederlandch – Indie dengan keputusan Nomor: 17 Tanggal 24 Juni 1937 menetapkan status kawasan Suaka Alam tersebut kemudian diubah menjadi Kawasan Suaka Margasatwa dengan memasukkan P. Peucang dan P. Panaitan.

Tahun 1958, berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 48/Um/1958 Tanggal 17 April 1958 Kawasan Ujung Kulon berubah status kembali menjadi Kawasan Suaka Alam dengan memasukkan kawasan perairan laut selebar 500 meter dari batas air laut surut terendah.

Tahun 1967, melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 16/Kpts/Um/3/1967 Tanggal 16 Maret 1967 Kawasan G. Honje Selatan seluas 10 000 Ha yang bergandengan dengan bagian Timur Semenanjung Ujung Kulon ditetapkan menjadi Cagar Alam Ujung Kulon.

Tahun 1979, melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 39/Kpts/Um/1979 Tanggal 11 Januari 1979 Kawasan G. Honje Utara seluas 9 498 Ha dimasukkan ke dalam wilayah Cagar Alam Ujung Kulon.

21 Tahun 1992, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 Tanggal 26 Februari 1992, U jung Kulon ditunjuk sebagai Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas total 122 956 Ha terdiri dari kawasan darat 78 619 Ha dan perairan 44 337 Ha.

Dalam hal penegasan batas-batas hutan negara, perkembangan penataan batasnya adalah sebagai berikut:

Tahun 1980, dilaksanakan Tata Batas di Cagar Alam G. Honje, Berita Acara Tata Batas pada Tanggal 26 Maret 1980, dan disyahkan Tanggal 2 Februari 1982 oleh Menteri Pertanian.

Tahun 1995:

1. Dilaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon wilayah G. Honje oleh Badan Planologi Kehutanan.

2. Badan Planologi Kehutanan, Taman Nasional Ujung Kulon bekerjasama dengan Pemerintah New Zealand melaksanakan pemasangan sebanyak 6 (enam) yang terdiri dari 1 (satu) unit Rambu suar, dan 5 (lima) unit pelampung sebagai batas perairan laut.

Tahun 1999:

1. Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pemasangan rambu suar kuning di Tj. Alang – alang dan pemancangan titik referensi di Tj. Sodong, Tj. Layar, Tj. Alang – alang, Tj. parat dan Tj. Cina.

2. Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pengukuran batas alam pantai Semenanjung Ujung Kulon.

3. Sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 758/Kpts-II/1999 Tanggal 23 September 1999 menetapkan Kawasan Perairan Taman Nasional Ujung Kulon seluas 44337 Ha sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan. Tahun 2004, Balai Pemantapan Kawasan Hutan ( BPKH ) Wilayah XI Jawa – Madura melaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Gunung Honje. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai kawasan yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, telah mendapat pengakuan sebagai kawasan yang penting dan dibanggakan secara nasional dan internasional, antara lain:

Tahun 1992, Komisi Warisan Dunia UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Natural World Heritage Site dengan Surat Keputusan Nomor: SC/Eco/5867.2.409 Tanggal 1 Februari 1992. Sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Sebagai Taman Nasional Model berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK 69/IV- Set/HO/2006 tanggal 3 Mei 2006 Tentang Penunjukan 20 (Dua Puluh) Taman Nasional Sebagai Taman Nasional Model.

22

Deskripsi Kawasan Wisata TNUK

Objek wisata TNUK merupakan salah objek wisata yang menarik yang ada di Kabupaten Pandeglang yang menyajikan keindahan alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya karena kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi. Objek wisata TNUK juga berpotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pulau Umang, Anyer, dan Tanjung Lesung yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Suasana yang nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Setiap pengunjung TNUK harus membayar tiket masuk sebesar Rp 3 000 untuk pengunjung nusantara dan Rp 20 000 untuk pengunjung mancanegara. Selain menawarkan wisata pantai yang indah, objek wisata juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas wisata yang lain yaitu (1) Snorkling dan Diving di Ciharashas dan Cihandarusa, (2) Surfing di Legon Bajo, (3) tracking ke Karang Copong, Citerjun, dan tanjung layar, (4) melihat Banteng di padang, (5) Canoing di sungai Cigenter, (6) Penelitian dan Wildlife Viewing di sekitar Cigenter, dan (7) Ziarah ke Gua Sanghyangsirah. Walaupun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi objek wisata TNUK namun aksesibilitas yang sulit dan sebagian jalan yang rusak membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, jasa travel atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum kita harus menggunakan bis jurusan Jakarta/Kalideres-Labuan atau Jakarta/Kp. Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan-Sumur-Tamanjaya. Perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Rute perjalanan laut menuju objek wisata TNUK bisa dilihat pada Lampiran 3.

Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan objek wisata TNUK antara lain:

1. Kantor pusat informasi dan pelayanan di Resort Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum.

2. Penginapan tipe Flora A, Flora B, Fauna, dan Bivak di Resort Pulau Peucang.

3. Penginapan di Resort Pulau Handeuleum.

4. Dermaga untuk bersandarnya kapal kecil, speed boat atau long boat di Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum.

5. Shelter atau saung yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam.

6. Koperasi Badak diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli peralatan mandi, makanan ringan, minuman dan kenang-kenangan dari TNUK. 7. Fasilitas lainnya yaitu, mushola, kantor petugas, dan MCK.

23 Struktur Organisasi TNUK

Balai Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai struktur organisasi pelaksana berdasarkan SK. 384/IV-T.10/Peg/2008 tanggal 1 April 2008, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur organisasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon Obyek Wisata TNUK

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikannya. Semuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk Anda kunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain. Beberapa objek wisata yang ada di TNUK antara lain:

1. Pulau Peucang

Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang banyak dikunjungi para pengunjung. Bahkan karena keindahannya, beberapa pengunjung menjuluki pulau

ini sebagai ”Dream Island”. Pulau seluas 450 Ha ini memiliki laut dengan

gugusan karang dan kehidupan bawah laut yang indah sehingga sangat sesuai untuk kegiatan Snorkeling dan diving. Selain itu di pulau ini, kita pun dapat bercengkrama dengan rusa (Russa timorensis) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang banyak berkeliaran. Fasilitas wisata yang dapat dijumpai di pulau ini antara lain penginapan dan visitor centre. Pulau Peucang terdapat sebuah batu karang mati besar yaitu Karang Copong yang terdapat di Pulau Peucang

24

bagian Utara. Selain tracking ke Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sunset dengan latar belakang laut yang membentang indah. Melalui pulau ini kita dapat menuju lokasi wisata yang menarik lainnya seperti padang penggembalaan Cidaon dan Air terjun Citerjun. Pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Lampiran 4.

2. Padang Penggembalaan Cidaon

Kegiatan ini dilakukan dengan tracking dari Cidaon ke Cibunar, yang merupakan hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah yang masih alami. Sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung dapat menemui berbagai macam burung dan vegetasi pakan Badak. Tracking ini merupakan perjalanan dari pantai utara menembus pantai selatan dengan perbedaan karakteristik yang menarik. Setelah sampai di padang penggembalaan Cibunar, pengunjung dapat menikmati atraksi kumpulan Banteng yang sedang merumput. Padang penggembalaan Cidaon dapat dilihat pada Lampiran 4.

3. Gua Sanghyangsirah

Gua Sanghyangsirah terletak di bagian barat Semenanjung Ujung Kulon. Setiap tahunnya terutama bulan Maulid dan Muharram tahun hijriyah, gua ini banyak dikunjungi para peziarah. Keberadaan Gua ini sangat erat dengan mitos dan legenda perjalanan hidup Kiansantang yang hidup pada masa Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran. Para pengunjung datang kesana untuk melihat makam yang ada di sana dan berziarah ke makam tersebut. Gua Sanghyangsirah dapat dilihat pada Lampiran 4.

4. Pantai Selatan

Kawasan ini membentang sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar. Kawasan ini sangat tepat bagi pengunjung yang menyukai tracking, karena disamping areal perjalanan yang panjangnya kurang lebih delapan jam perjalanan dengan berjalan kaki, juga terdapat berbagai tantangan yang bervariasi seperti faktor cuaca, banyaknya nyamuk, dan tantangan lainnya. Sepanjang perjalanan tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam pantai selatan yang indah. Panorama pantai selatan di TNUK dapat dilihat pada Lampiran 4.

5. Kepulauan Handeuleum

Kepulauan Handeuleum terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Handeuleum besar, Handeuleum Tengah dan Handeuleum Kecil. Kekayaan jenis yang ada di ketiga pulau ini sangat beragam. Selain jenis-jenis mangrove, di ekosistem ini terdapat banyak burung, reptil, jenis-jenis biota air payau seperti udang dan kepiting bakau. Selain itu di kepulauan ini terdapat pula sungai-sungai seperti sungai Cigenter yang dapat disusuri dengan berkano (Canoeing). Pengunjung dapat bermalam di pulau Handeuleum, kemudian pada pagi hari menyusuri sungai-sungai yang mengalir di antara pulau-pulau sangat kecil di Handeuleum. Pengunjung dapat mengamati kehidupan liar pada hutan pantai dan hutan mangrove seperti burung, ikan, kepiting bakau, ular dan lain sebagainya. Kepulauan Handeuleum ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

6. Pulau Panaitan

Pulau Panaitan terletak di sebelah barat laut pulau Peucang. Pulau seluas 17 500 Ha ini memiliki beberapa tempat diving seperti Legon Lentah dan Legon Kadam di Pantai Utara serta Legon Samadang dan Karang Jajar di Pantai Selatan

25 pulau ini. Selain itu terdapat pula lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan surfing

antara lain di bagian dalam Teluk Kasuaris. Lokasi ini menjadi favorit para surfer

karena ombaknya yang cukup besar. Pulau Panaitan ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

7. Habitat Owa Jawa Curug Cikacang

Curug Cikacang merupakan salah satu habitat Owa Jawa. Daerah ini dikelilingi oleh hutan primer dan hutan sekunder sehingga sering dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan penelitian yang sering dilakukan adalah pengamatan primata, pengamatan burung, dan penelitian berbagai macam tanaman obat. Habitat owa jawa curug cikacang ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon umumnya memiliki usia berkisar antara 33-40 tahun. Hal tersebut disebabkan karena untuk mencapai kawasan wisata TNUK harus mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarenakan aksesibiltas yang sulit dan jarak yang jauh dari kota, sehingga yang datang ke 45 kawasan TNUK mayoritas adalah usia dewasa dengan kehidupan yang sudah mapan dan mempunyai pendapatan yang tinggi. Daerah asal pengunjung yang dijadikan responden yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Pandeglang, Serang, Pekanbaru, Sukabumi, Ciamis, Bandung, dan Madura. Kedatangan pengunjung ke TNUK sebagian besar dilakukan bersama teman (bersama kelompok/keluarga/Instansi). Hal ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama teman, selain itu jika pengunjung datang ke TNUK secara sendiri akan menghabiskan biaya yang sangat besar karena semua biaya perjalanan harus ditanggung sendiri, sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk berwisata ke TNUK cukup besar.

Jumlah pengunjung yang datang ke tempat ekowisata TNUK dapat dikatakan normal ketika pertengahan tahun pada saat liburan, pada pertengahan tahun ini pengunjung melakukan rekreasi alam. Jumlah pengunjung yang datang dapat dikatakan sepi pada saat hari kerja, dimana pengunjung yang datang melakukan penelitian atau mengunjungi TNUK bukan untuk rekreasi alam. Pada saat akhir tahun adalah puncak jumlah pengunjung TNUK mencapai kurang lebih 1000 pengunjung dalam satu bulan, karena pada akhir tahun libur panjang, banyak sekali pengunjung yang datang melakukan rekreasi alam, berkemah, dan ada juga

Dokumen terkait