• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberlanjutan Perikanan Juvenil Sidat

Dalam dokumen OKTAVIANTO PRASTYO DARMONO (Halaman 60-64)

Informasi tentang status potensi sumberdaya ikan yang tersedia sangat perlu diketahui untuk pengelolaan sumberdaya secara optimal tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya yang ada. Pemanfaatan sumberdaya ikan perlu kehati-hatian agar tidak sampai pada kondisi kelebihan penangkapan (over fishing) (Nikijuluw 2002). Pemanfaatan sumberdaya sidat harus diperhatikan dengan benar pengelolaan agar keberlanjutan penangkapan sidat tetap berlanjut. Perlu adanya kajian mengenai penangkapan sidat khususnya di muara Sungai Cimandiri.

Berdasarkan analisis aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi terhadap masing-masing kriteria di muara Sungai Cimandiri, aspek ekonomi menempati urutan prioritas pertama dalam penentuan status keberlanjutan perikanan juvenil

sidat. Urutan kedua ditempati aspek biologi, ketiga aspek sosial dan terakhir aspek teknis. Aspek ekonomi memiliki peran penting dalam keberlanjutan usaha dan peningkatan ekonomi keluarga nelayan. Usaha penangkapan juvenil sidat sangat menguntungkan, dengan sedikit modal menghasilkan keuntungan lebih. Meski ketersediaan benih sidat mengalami penurunan akan tetapi harga jual juvenil sidat mengalami peningkatan. Harga juvenil sidat (glass eel) terus mengalami peningkatan dimana pada awal tahun 2000 harga 1 kg glass ell kurang lebih Rp 80.000,- dan sekarang tahun 2012 harga mencapai Rp 300.000,- sampai dengan Rp 400.000,-. Harga tersebut masih di tingkat nelayan menjual ke pengumpul. Harga akan semakin naik sampai ke tingkat konsumen selanjutnya. Sehingga secara ekonomi penangkapan juvenil sidat dalam status ‘Baik’ dan bisa dilanjutkan.

Aspek biologi menempati urutan kedua dalam penentuan status keberlanjutan perikanan juvenil sidat. Secara biologi terdapat bebrapa kriteria pendukung yaitu produksi tangkapan nelayan, selektivitas, ukuran ikan tertangkap, sumberdya ikan di alam, lama musim ikan dan lama musim penangkapan. Dari keseluruhan kriteria aspek biologi, kriteria slektivitas alat dalam menangkap hasil tangkapan utama yaitu juvenil sidat memiliki nilai hampir sempurna. Hasil tangkapan sampingan sangat sedikit yang didapat nelayan dalam pengoperasian. Musim ikan yang terjadi sangat lama membuat penangkapan sidat terus berlanjut meski mengalami penurunan produksi tangkapan dari tahun ke tahun. Status keberlanjutan juvenil sidat dilihat dari aspek biologi dalam status ‘Cukup’ dan masih bisa dilanjutkan.

Aspek sosial menempati urutan ketiga dalam penentuan status keberlanjutan perikanan juvenil sidat. Kriteria yang masuk didalam aspek sosial yaitu tenaga kerja, pengalaman kerja nelayan, tingkat pendidikan nelayan, konflik sosial, peran keluarga nelayan dan pendapatan nelayan. Penyerapan tenaga kerja sebagai nelayan sidat dirasa masih kurang. Minat orang menjadi nelayan sidat kurang adanya dukungan pengetahuan tentang sidat. Pengalaman kerja nelayan sidat sangat berpengalaman, meski pengoperasian dibilang mudah, akan tetapi butuh keahlian khusus untuk bisa menjadi nelayan sidat. Keahlian tersebut adalah kuat secara fisik, mampu membedakan juvenil sidat dengan juvenil ikan lain yang

tertangkap, mata harus jeli melihat ikan yang berbentuk transparan. Peran keluarga membantu dalam mendukung aktivitas yang dilakukan oleh nelayan sebagai mata pencaharian dengan mempersiapkan segala kebutuhan nelayan. Kurang adanya peran dinas perikanan setempat untuk melakukan penyuluhan mengenai penangkapan sidat membuat secara sosial nelayan kurang pengetahuan mengenai penanngkapan ikan yang benar agar tidak terjadi over fishing. Meski demikian status keberlanjutan juvenil sidat dilihat dari aspek sosial dalam status ‘Cukup’ dan masih bisa dilanjutkan.

Aspek teknis menempati urutan terakhir karena secara keseluruhan penangkapan juvenil sidat dilihat dari aspek teknis kurang didukung peralatan yang memadai. Penangkapan juvenil masih menggunakan alat tangkap secara tradisional. Aktivitas penangkapan juvenil seharusnya tidak boleh dilakukan, karena ikan yang tertangkap belum mencapai matang gonad. Penangkapan tradisional memiliki nilai positif yaitu menjaga menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga ketersediaan ikan di alam. Meski demikian status keberlanjutan juvenil sidat dilihat dari aspek teknis dalam status ‘Cukup’ dan masih bisa dilanjutkan.

Ditinjau dari aspek lingkungan di muara Sungai Cimandiri yang merupakan area fishing ground juvenil sidat, adanya pembangunan PLTU didekat area penangkapan dan kondisi kualitas air di perairan yang tercemar limbah rumah tangga adalah penyebab penurunan volume hasil tangkapan. PLTU yang belum beroperasi sudah menimbulkan dampak perubahan fisik lingkungan muara Sungai Cimandiri. Adanya breakwater PLTU membuat muara sungai menjadi dangkal dan kotor akan sampah. Pendangkalan membuat muara sungai mengalami penyempitan, sehinggamempengaruhi aktivitas ruaya sidat menjadi terbatas. PLTU yang belum beroperasi sudah menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan keberlanjutan sidat. Apabila PLTU sudah beroperasi limbahnya harus dikelola dengan baik, jika tidak akan berdampak ke lingkungan perairan. Kualitas air menjadi rendah akibat tercampur limbah industri. Tercemarnya air mempengaruhi habitat dan pola ruaya sidat. Juvenil sidat menyukai air yang memiliki kualitas air yang baik. Pencemaran limbah dari PLTU ke perairan muara Sungai Cimandiri menutup kemungkinan membuat aktivitas penangkapan sidat akan berhenti total.

Status keberlanjutan penangkapan sidat diperkirakan akan berhenti apabila PLTU mulai beroperasi dan limbah buang PLTU dibuang di muara sungai.

Kegiatan penangkapan sidat di muara Sungai Cimandiri secara keseluruhan apabila ditinjau dari aspek biologi, teknis, sosial ,ekonomi dan lingkungan dalam kategori bisa dilanjutkan sampai batas waktu PLTU belum mulai beroperasi. Ketersediaan sumberdaya juvenil sidat di alam yang masih melimpah, serta nilai jual yang tinggi membuat usaha penangkapan sidat khususnya di muara Sungai Cimandiri, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi masih bisa dilanjutkan dan dikembangkan. Keberlanjutan harus diiringi dengan dilakukannya upaya pengontrolan SDI dagan cara pembatasan waktu penangkapan. Kelestarian lingkungan sekitar perairan yang menjadi arah ruaya ikan sidat tetap dijaga dengan baik agar proses restocking secara alami tetap terjaga.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen OKTAVIANTO PRASTYO DARMONO (Halaman 60-64)

Dokumen terkait