• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebersihan Gigi dan Mulut .1 Rongga Mulut .1 Rongga Mulut

KAJIAN PUSTAKA

2.3 Kebersihan Gigi dan Mulut .1 Rongga Mulut .1 Rongga Mulut

koroiditis, psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura, artritis dan

fibrositis, tetapi jarang dijumpai (Shnayder, dkk., 2008).

Pada anak, hipertrofi tonsil yang sangat besar dapat menyebabkan

obstruksi saluran nafas atas menyebabkan hipoventilasi alveoli selanjutnya

hiperkapnia dan menyebabkan cor pulmonale, menimbulkan apneu ketika tidur

dengan gejala paling umum adalah mendengkur (Bluestone, 2006). Fisiologis

terganggu bahkan anak sampai tidak sekolah karena sakit yang akan berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajarnya (Farokah, 2007; Hull dan Johnston, 2008).

2.2.8 Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat

penderita lebih nyaman. Apabila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi,

antibiotik harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap

walaupun penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu singkat (Brodsky

dan Poje, 2006).

2.3 Kebersihan Gigi dan Mulut 2.3.1 Rongga Mulut

Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh

kesehatan rongga mulut yang baik berawal dari kebersihan gigi dan mulut setiap

24

daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan (Manson dan Eley,

2008). Rongga mulut dapat menjadi satu tempat yang efektif untuk bakteri

patogen berkembang biak, oleh karena itu sangat penting menjaga kesehatan

secara keseluruhan yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak dan remaja

(Satku, 2005; Promoting Oral Health, 2010). Kebersihan gigi dan mulut adalah

tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan rongga mulut, gigi, dan gusi

untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, penyakit yang penularannya melalui

mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi gigi dan mulut

dalam sistem pengunyahan (Hermawan, 2010). Kebersihan gigi dan mulut yang

buruk dapat menyebabkan tonsilitis, gingivitis, halitosis, xerostomia,

pembentukan plak dan karies gigi.

2.3.2 Plak Gigi

Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna terdiri dari kumpulan bakteri

yang menyelimuti permukaan gigi. Plak merupakan deposit lunak terdiri atas

mikroorganisme yang berkembang biak dengan perantara suatu matriks

extracellular polymeric substance (EPS) atau disebut juga exopolysaccharide.

(Thomas, 2011). Plak akan bergabung dengan saliva yang mengandung kalsium,

membentuk endapan garam mineral yang keras. Sel-sel epitel rongga mulut yang

telah mengalami deskuamasi, sel-sel leukosit Polymorphonuclear leukocyte atau

PMN, makrofag dan bakteri merupakan penyusun dari plak. Sel-sel ini terdapat di

25

Komponen anorganik yang terdapat pada plak adalah kalsium, fosfat, magnesium,

sodium, dan potassium.

Plak gigi tidak dapat dilihat secara langsung, dengan demikian dibutuhkan

suatu senyawa yang digunakan untuk membantu melihat plak gigi. Disclosing

agents seperti Erithrosine Disclosing Solution dan Fluorescein Liquid digunakan

untuk mewarnai plak gigi sehingga memudahkan untuk melihat plak gigi. Plak

gigi akan terbentuk dalam waktu yang singkat setelah gigi dibersihkan, maka

disclosing agents digunakan secara rutin sebagai indikator ada tidaknya plak gigi.

Jika plak menebal akan terlihat sebagai substansi yang melekat pada permukaan

gigi, dengan awal terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva berwarna abu-abu,

kuning keabuan, atau kuning karena plak yang tebal akan menyerap pigmen yang

berasal dari sisa makanan, eksudat maupun sel mati (Thomas, 2011; Putri, dkk.,

2012).

2.3.3 Komposisi Plak Gigi

Komposisi plak gigi sebagian besar terdiri atas air sekitar 80% dan

berbagai macam mikroorganisme ± 250 juta per miligram yang berkembang biak

dalam suatu matriks interseluler (Mbawala, dkk., 2010). Matriks interselular

merupakan 20-30% massa dari plak gigi yang mengandung bahan organik dan

bahan anorganik. Komponen organik mencakup polisakarida, protein,

glikoprotein, dan lemak sedangkan komponen anorganik yang ditemukan

26

2.3.4 Mekanisme Pembentukan Plak

Pembentukan plak mengarah pada kerusakan gigi seperti karies gigi.

Bakteri dominan dalam semua akumulasi plak gigi adalah jenis kokus terutama

Streptococcus yang dapat menghasilkan asam dengan cepat dari hasil

metabolisme karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk

asam (acidogenic) juga tahan asam (acidurik). Tahap pembentukan plak melalui

serangkaian proses, antara lain: 1) perlekatan glikoprotein pada email, dan

terjadinya pembentukan pelikel, 2) perlekatan bakteri pada pelikel sebagai

kolonisasi awal, 3) peningkatan banyaknya plak oleh kelipatan bakteri sebagai

kolonisasi akhir (Thomas, 2011).

Pada tahap pembentukan pelikel, beberapa saat setelah pembersihan gigi

terbentuk lapisan tipis dari protein saliva, sebagian besar glikoprotein, disimpan

pada permukaan gigi. Lapisan ini disebut pelicel saliva acquired yang tipis,

lembut, tidak berwarna dan transparan. Pada awal pembentukan pelikel masih

terbebas dari bakteri. Pelikel saliva berfungsi sebagai pelindung. Pelikel juga

mengandung antibakteri antara lain IgG, IgA, Ig M, komplemen dan lysozym.

Pelikel terbentuk pada permukaan yang juga menyediakan substrat yang

mendukung akumulasi bakteri pada bentukan plak. Bakteri dapat mengikat

reseptor yang berada pada pelikel melalui perlekatan dan komponen saliva juga

berinteraksi dengan bakteri melalui berbagai macam pengikatan yang

menyebabkan aglutinasi yang mampu meningkatkan kemampuannya dalam

membersihkan rongga mulut. Pada tahap kolonisasi awal, terjadi sangat cepat,

27

oleh populasi bakteri. Bakteri dapat terdeposit secara langsung pada enamel tetapi

selalu terjadi perlekatan dengan pelikel dan agregasi bakteri juga dilapisi oleh

glikoprotein saliva. Pada orang primitif dimana dietnya yang alami dari makan

yang keras dan berserat pada permukaan gigi dan area kontak dari subjek cukup

mengenai seluruh permukaan sehingga deposit bakteri sangat minimal. Ketika

dietnya lunak gigi yang digunakan hanya terkena sedikit atau tidak sama sekali

dan mendorong terjadinya deposit dari bakteri. Akumulasi terbesar pada sisi yang

tersembunyi pada bagian yang tidak terkena gesekan dan pergerakan dari lidah

(Thomas, 2011). Pada beberapa jam pertama jenis Streptococcus pada pelikle

merupakan awal dari kolonisasi. Berbagai varietas bakteri akan melekat dan

berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikroba yang

mencerminkan adanya keseimbangan ekosistem organisme atau mikrobial pada

permukaan gigi. Koloni bakteri yang utama adalah Streptococcus mutans

merupakan varian dari Streptococcus viridian, Streptococcus sangius,

Streptococcus bovis, dan Streptococcus salivarius. Bakteri ini menguraikan

karbohidrat terutama sukrosa sebagai sumber nutrien, diuraikan menjadi

monosakarida sebagai sumber energi sel dengan bantuan enzim alpha amylase

yang akan melekatkan Streptococcus mutans pada gigi (Eliasson, dkk., 2006).

Bila bakteri ini dibiarkan berkembang beberapa hari maka akan menimbulkan

inflamasi gingiva (Marsh, 2006). Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan

plak bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolisme adhesi dari bakteri.

28

Menurut lokasinya, plak dapat diklasifikasikan menjadi: plak supragingiva

dan plak subgingiva, dapat dilihat pada Gambar 2.10. Plak supragingiva

ditemukan di batas gingiva atau diatasnya, saat berkontak langsung dengan batas

gingiva, plak ini disebut plak marginal, sedangkan plak subgingiva berada

dibawah margin gingiva antara gigi dan sulkus gingiva. Kedua tipe pada plak

tersebut akan berbeda karena plak supragingiva menyerap substansi yang berasal

dari saliva dan sisa makanan dan plak subgingiva akan menyerap eksudat yang

berasal dari gingiva (Kidd dan Bechal, 2012).

Gambar 2.10 A. Plak supragingiva dan B. Plak subgingiva (Thomas, 2011).

2.3.6 Indeks Kebersihan Rongga Mulut

Mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya

menentukan keadaan kebersihan rongga mulut, yang dalam prosesnya diperlukan

suatu indeks. Indeks merupakan suatu angka, menunjukkan keadaan klinis yang

didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari

permukaan gigi ditutupi oleh plak, dengan demikian angka yang diperoleh

berdasarkan penilaian yang objektif. Terdapat beberapa jenis indeks kebersihan

gigi dan mulut, yaitu indeks debris, indeks kalkulus, dan indeks plak (Putri, dkk.,

29

Indeks plak gigi Personal Hygiene Performance-Modified atau PHP-M,

metode penilaian indeks plak ini sering digunakan untuk pemeriksaan kebersihan

gigi dan mulut pada masa geligi campuran dengan permukaan yang diperiksa

adalah bagian bukal (luar) dan lingual (dalam). Indeks PHP-M mengukur plak

secara objektif. Pengukuran indeks PHP-M menggunakan disclosing agent gel

sebagai indikator plak pada gigi (Putri, dkk., 2012). Gigi yang diperiksa pada

metode PHP-M, yaitu:

1. Gigi molar pertama kanan atas

2. Gigi insisivus pertama kiri atas

3. Gigi premolar pertama kiri atas

4. Gigi molar pertama kiri bawah

5. Gigi insisivus pertama kanan bawah

6. Gigi premolar pertama kanan bawah

Cara penilaian skor indeks plak PHP-M dengan membagi lima area pada satu

permukaan gigi, yaitu bukal dan lingual. Pertama-tama pada permukaan bukal dan

lingual gigi dibagi menjadi beberapa area untuk memudahkan dalam menentukan

skor. Buat dua garis imajiner pada gigi dari oklusal atau insisal ke gingiva, garis

imajiner ini akan menjadi tiga bagian yang sama dari oklusal atau insisal ke

gingiva, masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang akhirnya

akan membagi gigi menjadi lima area (A,B,C,D, dan E). Jadi akan didapat lima

area pada satu permukaan gigi saja (bukal atau lingual) untuk menentukan skor

30

dari area tengah, C) area sepertiga insisal atau oklusal dari area tengah, D) area

distal dan E) area mesial , seperti yang disajikan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Area skor indeks PHP-M (Putri, dkk., 2012)

Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1, jika tidak ada plak

diberi skor 0. Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak

pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi dapat berkisar

antara 0-10. Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks berkisar antara

0-60 dengan kriteria baik: 0-20, sedang: 21-40, dan buruk: 41-60 (Putri, dkk.,

2012).

2.3.7 Disclosing Agent

Plak gigi tidak dapat dilihat secara langsung, dengan demikian dibutuhkan

suatu senyawa yang digunakan untuk membantu melihat plak gigi. Disclosing

agents seperti Erythrosine Disclosing Solution dan Fluorescein Liquid digunakan

untuk mewarnai plak gigi sehingga memudahkan untuk melihat plak gigi. Plak

gigi akan terbentuk dalam waktu yang singkat setelah gigi dibersihkan, maka

disclosing agents digunakan secara rutin sebagai indikator ada tidaknya plak gigi.

(Thomas, 2011; Putri, dkk., 2012). Erythrosine Disclosing Solution yang paling

banyak digunakan, ada juga dalam bentuk tablet kemudian dilarutkan ke dalam air

atau dikunyah langsung di dalam mulut. Zat ini menyebabkan plak pada gigi

31

sekitar. Zat lainnya dapat digunakan Fluorescein Dye yang memberikan warna

kuning, dan tidak menyebabkan perubahan warna jaringan lunak sekitar. Namun

zat ini memerlukan lampu ultraviolet khusus untuk melihat warna plak.

Berikutnya adalah Two Tones Dyes merupakan cairan, terdiri dari dua warna

dimana plak yang sudah matang akan berwarna biru dan plak yang baru terbentuk

akan berwarna merah. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk

membedakan plak yang sudah matang atau belum matang dan juga tidak

mewarnai jaringan gingiva. Cairan yang mengandung iodine sudah sering

digunakan namun mempunyai efek samping alergi, dan juga mempunyai rasa

tidak enak, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan. Penggunaan dari

disclosing agent gel ada beberapa cara diantaranya dengan langsung mengoleskan

pada permukaan gigi dengan kapas, berkumur, atau kalau berbentuk tablet bisa

langsung dikunyah.

Dokumen terkait