• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DAMPAK-DAMPAK HIBURAN KEYBOARD

4.1 Dampak-dampak Hiburan Keyboard Terhadap Masyarakat

4.1.2 Dampak Negatif dari Hiburan Keyboard Terhadap

4.1.2.1 Kebiasaan Meminum Minuman Keras (Alkoholisme)

Pada saat acara hiburan keyboard berlangsung, banyak diantara pemuda dan orang tua yang meminum minuman keras. Hal ini tentu berlawanan dengan hukum-hukum yang berlaku baik hukum negara, hukum agama serta norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kebiasaan ini sudah sangat lama sekali berlangsung didaerah penelitian. Kebiasaan ini tentunya merupakan salah satu dari dampak negatif dari hiburan keyboard yang ada di Kecamatan Teluk Mengkudu.

Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 420 – 423), dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat pasal 300 yang isinya mengatur tentang keadaan mabuk sebagai kejahatan. Isi lengkap pasal 300 adalah sebagai berikut :

1. Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika :

a. Barang siapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan mabuk.

b. Barang siapa dengan sengaja membikin mabuk seseorang anak yang umurnya belum cukup enam belas tahun.

c. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa orang untuk minum minuman yang memabukkan.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

3. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

4. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.

Yang menjadi tolak ukur perbuatan yang dirumuskan dalam pasal tersebut khususnya ayat 1 sub 1, 2 dan 3, kesemuanya merupakan tindakan-tindakan yang ada syaratnya, yaitu keadaan sudah mabuk, dibawah umur dan dengan melakukan paksaan.

Selain itu, ada ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan pelanggaran meminum minuman keras, yaitu Pasal 494 yang menyatakan bahwa : a. Barang siapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas,

atau mengganggu ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu yang harus dilakukan dengan hati-hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain, diancam dengan pidana

kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.

b. Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetapkarena pelanggaran yang sama, atau karena hal yang dirumuskan dalam Pasal 536, dijatuhkan pidana kurungan paling lama dua minggu, sebenarnya ruang lingkup pasal ini sangat luas, akan tetapi kesemuanya diklasifikasikan sebagai pelanggaran, sehingga ancaman hukumannya relatif ringan (apabila dibandingkan dengan akibat tingkah laku tersebut).

Apabila seseorang dalam keadaan mabuk berada dijalan umum, maka perbuatan itu diatur oleh pasal 536 yang menyatakan, bahwa :

a. Barang siapa terang dalam keadaan mabuk berada di jalan umum, diancam dengan pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh lima rupiah.

b. Jika keadaan melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama dirumuskan dalam pasal 492, pidana denda dapat diganti dengan pidana kurungan paling lama tiga hari.

c. Jika terjadi pengulangan kedua dalam satu tahun setelah pemidanaan berakhir dan menjadi tetap, dikenakan pidana kurungan paling lama dua minggu. d. Pada pengulangan ketiga kalinya atau lebih dalam satu tahun setelah

pemidanaan yang kemudian sekali karena pengulangan kedua kalinya atau lebih menjadi tetap, dikenakan kurungan paling lama tiga bulan.

Pasal ini berlaku bagi orang mabuk yang berada di jalan umum, artinya keberadaannya yang merupakan pelanggaran dan bukan akibat keadaan mabuk.

Selanjutnya pasal-pasal lain seperti pasal 537, 538 dan 539 mengatur perihal pemberi, penjual atau pihak yang menyediakan minuman yang memabukkan pada suatu keramaian.

Masyarakat daerah penelitian juga terkadang risih dengan kebiasaan sebahagian pemuda tersebut yang meminum minuman keras. Menurut observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan, ternyata kebiasaan yang dilakukan sebahagian pemuda tersebut tidak pernah ditindak oleh pihak yang berwajib, padahal yang dilakukan oleh sebahagian pemuda tersebut jelas melanggar hukum, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rusman (45 Tahun) seorang Nelayan, yang mengatakan bahwa :

” Sebenarnya saya sedikit kurang nyaman dengan acara mabuk-mabukkan pada saat acara hiburan keyboard berlangsung, walaupun demikian tidak ada satu pihak pun yang mencoba untuk melarang perbuatan mereka, hal ini sudah seperti menjadi tradisi. Pihak kepolisian juga tidak pernah menindak mereka, bahkan ada oknum-oknum tertentu yang malah berbuat seperti itu juga. Kebiasaan itu tentunya rawan karena bisa terjadi perkelahian sesama pemuda pada saat acara karena hal sepele misalnya tidak boleh berjoged di atas pentas, tidak dibolehkan menyanyi diatas pentas ”.

Dampak dari meminum minuman keras pada saat hiburan keyboard juga sangat dirasakan masyarakat. Perkelahian-perkelahian kecil sangat sering terjadi pada saat acara tersebut berlangsung. Perkelahian tersebut terkadang disebabkan oleh masalah sepele, misalnya tidak boleh berjoged diatas pentas, tidak diperbolehkan menyanyi diatas pentas. Pengaruh minuman keras membuat sebahagian para pemuda tidak sadar, bahwa sebenarnya mereka telah membuat keributan pada saat acara berlangsung. Dampak lain yang dirasakan masyarakat adalah adanya ketakutan masyarakat terhadap para pemuda yang berada dalam pengaruh minuman keras. Masyarakat menilai bahwa jika pemuda berada pada

pengaruh minuman keras, para pemuda tersebut tidak takut untuk melakukan apapun, misalnya melakukan pelecehan seksual dan lain sebagainya, tentunya hal ini dapat membuat tatanan hidup masyarakat dapat terganggu karena tidak adanya kekompakkan diantara mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan, ternyata pola meminum minuman keras pada saat acara sosial kemasyarakatan di daerah penelitian merupakan hal yang wajar. Hal tersebut sudah berlangsung sejak lama dan seolah sudah menjadi seperti tradisi, padahal perbuatan ini merupakan masalah sosial yang harus segera dicari jalan keluarnnya.