• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISI II : Meningkatkan dan Menyediakan Infrastruktur dan Suprastruktur Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat yang Berwawasan Lingkungan

PRORITAS LOKASI PENANGANAN

C. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi

Kebijakan pembangunan sanitasi Kota Tasikmalaya mencakup upaya :

1.Peningkatan koordinasi antar Pokja dari Tingkat Pusat hingga daerah ;

Strategi peningkatan koordinasi antar Pokja dari tingkat Pusat hingga daerah ini dilakukan dalam upaya penguatan lembaga koordinasi Sanitasi Kota Tasikmalaya dengan kelompok kerja sanitasi di tingkat pusat maupun propinsi. Strategi ini merupakan upaya awal yang dipandang Satker sebagai langkah strategis, terutama dalam hal koordinasi tentang kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun propinsi yang bisa diakses untuk kepentingan percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya maupun informasi-informasi dari Pokja sanitasi pusat maupun propinsi yang berkaitan dalam percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya.

3 - 162

2.Peningkatan koordinasi antar SKPD dan stakeholder terkait sanitasi;

Satuan Kerja Sanitasi Kota Tasikmalaya merupakan lembaga koordinasi yang mewadahi perwakilan SKPD dan masyarakat yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam rangka percepatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Program sanitasi akan semakin cepat berhasil apabila tercipta koordinasi yang baik antar SKPD dan juga stakeholder terkait. Dengan koordinasi terjalin efektif maka perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi kegiatan sanitasi akan terprogram dengan baik serta mengurangi tumpang tindih program dan kegiatan antar SKPD.

3.Peningkatan standar dan sistem kerja Pokja Sanitasi dalam hal teknis dan

non teknis ;

Dalam menjalankan fungsinya, Satker Sanitasi haruslah mengupayakan peningkatan standart terutama standart pelayanan minimum dalam upaya untuk melengkapai kebutuhan pengelolaan sanitasi serta memperjelas pemberian layanan sanitasi serta mengatur distribusi peran yang jelas antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam penanganan sanitasi. Peningkatan sistem kerja yang kondusif bagi kelompok kerja sanitasi baik dalam hal teknis maupun non teknis dengan jalan melaksanakan koordinasi dan mengintegrasikan rencana kerja pembangunan sanitasi pada tingkat SKPD, masyarakat dan swasta.

4.Optimalisasi peran Pokja dalam pengelolaan sanitasi yang peka

kebutuhan, jender, dan kemiskinan.

Satker sanitasi kota sebagai lembaga koordinasi memiliki peran penting dalam perencanaan dan pengelolaan sanitasi. Dengan komposisi keanggotaan yang dimiliki Satker diharapkan memiliki dampak pada penguatan daya dukung pembangunan sanitasi dari berbagai stakeholder. Pembangunan dan pengelolaan sanitasi diupayakan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat penerima manfaat, memperhatikan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pemilihan teknologi dan pengambilan keputusan, serta semaksimal mungkin menjamin kemanfaatannya diprioritaskan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Satker menjamin pembangunan sanitasi yang dikembangkan untuk peningkatan akses masyarakat miskin terhadap layanan sanitasi

3 - 163

upaya:

1.Air Limbah

Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah secara terpadu di

daerah CBD (Central Bussiness District) melalui sistem terpusat ;

Ketersediaan lahan yang sangat terbatas di daerah CBD harus diantisipasi dengan perencanaan dan penanganan air limbah dengan metode off-site system. Dengan metode ini lahan yang dibutuhkan tidak terlampau besar, tetapi memerlukan biaya yang besar untuk perpipaan, oleh karena itu diperlukan kerjasama pembiayaan antara Pemerintah Kota dengan pelaku usaha pada daerah CBD. Dilihat dari kemampuan Pemerintah Kota saat ini upaya yang dilakukan sebatas pada pengembangan perencanaan yang mengarah pada pengelolaan air limbah dengan metode off site system.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 ”Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik pada akhir tahun

2017”.

Meningkatkan akses layanan air limbah domestik berbasis rumah

tangga dan komunal bagi masyarakat miskin yang berkelanjutan;

Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang telah berhasil di Kota Tasikmalaya perlu dilanjutkan untuk direplikasikan ke bagian lain di Kota Tasikmalaya yang masih membutuhkan perbaikan akses MCK. Demikian juga dengan upaya peningkatan layanan air limbah skala rumah tangga dengan teknologi berbiaya rendah bagi masyarakat miskin. Strategi

ini untuk mencapai sasaran 5 ”Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) pada tahun 2014”.

Meningkatkan dan optimalisasi sarana prasarana air limbah domestik

untuk memenuhi SPM, SNI ;

Keberadaan IPLT di Kota Tasikmalaya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kota dimana perlu dilakukan pengelolaan lumpur tinja, kondisi IPLT saat ini kurang terawat serta pemanfaatannya belum maksimal, antara kapasitas olah serta lumpur yang masuk belum seimbang. Perusahaan penyedot tinja dan masyarakat yang belum menyadari peranan penting IPLT mendukung kurang optimalnya pemanfaatan sarpras air limbah. Upaya peningkatan kinerja dan kapasitas sarpras air limbah serta penegakan peraturan yang ketat agar

3 - 164

seluruh perusahaan penyedot tinja di Kota Tasikmalaya benar-benar membuang tinjanya di IPLT Kota Tasikmalaya dan bukan di tempat lain yang tidak dibenarkan. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3

”Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT pada tahun 2017”.

Mengoptimalkan peran seluruh stakeholders untuk mereplikasi

pengelolaan air limbah domestik berbiaya rendah ;

Upaya ini antara lain dapat dilakukan dengan cara :

• Untuk masyarakat menengah ke atas, pembangunan tangki septik pribadi termasuk pengelolaan lumpurnya dibebankan kepada masyarakat yang bersangkutan;

• Sarana pengolahan air limbah perumahan terencana (dibangun developer) dibebankan kepada developer dan dimasukkan kepada biaya penjualan yang akan dibebankan kepada masyarakat;

• Pembangunan IPAL pemukiman dibebankan kepada pemerintah melalui rencana anggaran pembelanjaan Kota Tasikmalaya dibantu melalui anggaran propinsi atau nasional;

• Pembangunan sarana pengolahan air limbah dilaksanakan secara bertahap melalui skala prioritas. Daerah yang harus segera dibangun sarana ini adalah daerah yang memiliki tingkat sanitasi buruk, padat penduduk dan di daerah yang kondisi kualitas badan air penerimanya sudah di bawah baku mutu yang berlaku;

• Biaya operasional dan pengelolaan IPAL dibebankan kepada masyarakat dengan biaya restribusi yang dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan masyarakat. Biaya restribusi ditarik bersamaan dengan restribusi sampah;

• Pembangunan MCK umum berasal dari dana Pemerintah Kota Tasikmalaya atau bekerjasama dengan pemerintah pusat, lembaga donor maupun pihak swasta.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 ” Meningkatnya pengetahuan

personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun 2017”.

Sinkronisasi anggaran air limbah dengan kinerja pengelolaan air limbah

;

Anggaran penanganan air limbah harus disusun dan dialokasikan secara terstruktur, sehingga meskipun SKPD pelaksananya dari beberapa elemen,

3 - 165

perlu diperhatikan adalah perlunya peningkatan anggaran pengelolaan air limbah yang disesuaikan dengan kebutuhan, kinerja SKPD terkait serta kemampuan keuangan Pemerintah, mengingat pengelolaan air limbah merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kota yang penting dan

mendesak. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1 ”Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor air limbah pada akhir tahun 2017”.

Menyusun Peraturan Daerah (Perda) air limbah disesuaikan dengan

aturan di atasnya ;

Keterbatasan Perda yang sudah ada saat ini hanya mengatur besaran retribusi pembuangan lumpur tinja pada IPLT Kota Tasikmalaya, diilihat dari perkembangan kota saat ini dimana pencemaran air tanah dan lingkungan dari air limbah sudah semakin tinggi, diperlukan peraturan yang lebih mengikat tentang pengelolaan air limbah. Perlu disusun aturan mengenai pembakuan sistem pengelolaan air limbah, tugas-tugas masing-masing pemangku kepentingan (stakeholders) dan sanksi terhadap pelanggarannya, sehingga perbaikan pengelolaan air limbah dan pengurangan pencemaran lingkungan di kota Tasikmalaya dapat terwujud.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 6 ”Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun 2017”.

Meningkatkan kampanye PHBS tentang air limbah yang tepat sasaran ;

Kampanye sanitasi yang terkait dengan perilaku hidup bersih dalam sub sektor air limbah perlu segera dilakukan terutama pada daerah kumuh yang tidak memiliki sarana pengolahan air limbah dan memiliki kebiasaan tidak sehat. Salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi berupa penyuluhan secara rutin baik berupa penyuluhan dari rumah ke rumah atau penyuluhan bersama di kelurahan atau kecamatan, serta memaksimalkan pertemuan-pertemuan di masyarakat. Berbagai upaya komunikasi dapat dikembangkan untuk menggugah kesadaran masyarakat baik komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung. Strategi ini

untuk mencapai sasaran 7 ”Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar

untuk tidak membuang air limbah domestik ke saluran drainase pada akhir

3 - 166

Meningkatkan kompetensi pengelola air limbah dalam aspek teknis dan

non teknis.

Peningkatan kompetensi pengelola air limbah dapat dilakukan dengan mekanisme :

• Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam mengawasi, mengelola dan memelihara infrastuktur sistem sanitasi lingkungan terutama pengolahan limbah cair pemukiman;

• Peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan staf pengelola;

• Peningkatan sarana dan prasarana kerja seperti penambahan jumlah komputer dan laboratorium pengujian;

• Melakukan penyusunan program atau manual kerja pengelolaan air limbah pemukiman;

• Pembentukan lembaga atau perusahaan daerah IPAL (PD-IPAL).

Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 ” Meningkatnya pengetahuan

personil SKPD terkait dan masyarakat tentang pilihan (opsi) teknologi pengelolaan air limbah berbiaya rendah pada akhir tahun 2017”

2.Persampahan

Mengupayakan kerjasama regional dalam pengelolaan sampah terpadu

sesuai dengan UU Persampahan ;

Undang-undang persampahan mensyaratkan pengelolaan sampah akhir dengan teknologi sanitary landfill serta meminimalisir residu yang mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah perkotaan semakin lama semakin menjadi permasalahan tersendiri dengan semakin besarnya volume sampah yang harus dikelola tidak seimbang dengan daya tampung sarana prasarana yang dimiliki. Keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola sampah secara mandiri dapat teratasi dengan menjalin kerjasama lintas daerah atau regional dalam pengelolaan sampah terpadu.

Upaya kerjasama antar daerah dengan prinsip saling menguntungkan dalam pengelolaan sampah terpadu dengan teknologi ramah lingkungan yang berkelanjutan menjadi salusi yang patut diperjuangkan bersama. Kesadaran pentingnya penanganan pengelolaan sampah bersama lintas daerah perlu dibangun bersama antar Pemerintah Daerah sehingga terjalin sinergi yang kuat. Inisiasi awal kerjasama antar daerah perlu dilakukan oleh salah satu Pemerintah Daerah setempat yang menyadari

3 - 167

Pemerintah Pusat dan Propinsi. Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai daerah PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) bisa menjadi pelopor daerah sekitarnya dalam mengupayakan koordinasi antar daerah secara rutin untuk mengupayakan penanganan bersama permasalahan yang ditemui. Kerjasama dalam pengelolaan persampahan dapat dijalin dengan daerah terdekat atau daerah penyangga yang memiliki karakteristik permasalahan dan potensi persampahan yang sama untuk memulai pendekatan dalam upaya kerjasama antar daerah. Strategi ini untuk

mencapai sasaran 4 ”Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan

persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun

2017”.

Mengembangkan sistem penghargaan terhadap masyarakat yang

berperan aktif dalam pengelolaan sampah 3 R ;

Peran aktif berbagai pihak dalam pengelolaan persampahan diperlukan dalam mencegah timbulnya permasalahan persampahan serta untuk mengurangi beban Pemerintah. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan persampahan terutama dalam upaya pengurangan sampah dari sumbernya dapat dikembangkan dan dipicu dengan upaya-upaya yang terencana dan sistematis.

Pemerintah Kota sebagai institusi penanggung jawab pelayanan persampahan perlu mengembangkan sistem yang mendorong masyarakat terlibat secara aktif dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan / 3 R (reduce, reuse, recycle). Perlunya pengembangan sistem dengan memberikan penghargaan bagi masyarakat yang berperan aktif serta pemberian sanksi bagi masyarakat yang menghambat pengelolaan sampah 3R secara rutin dan terus menerus. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 ”Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah pada akhir tahun 2017”.

Optimalisasi pengurangan sampah mulai dari sumber melalui 3 R ;

Penambahan jumlah penduduk serta perubahan pola perilaku masyarakat dewasa ini menyebabkan tingginya peningkatan volume sampah perkotaan kurang bisa diimbangi dengan kemampuan Pemerintah Kota dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah yang memadai. Upaya upaya pengurangan sampah mulai dari rumah tangga dan pasar sebagai

3 - 168

penghasil sampah terbesar sudah dilakukan dengan penerapan 3R, meskipun saat ini tingkat pengurangannya relatif kecil.

Peningkatan penerapan 3 R secara besar-besaran berupa pengembangan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) skala kecil (kelurahan atau kecamatan). Di sebagian besar lokasi penghasil sampah tinggi, disertai dengan pendampingan dan perencaaan terpadu. Upaya tersebut akan lebih berdaya guna dengan keterlibatan aktif berbagai pihak, secara pasti proses tersebut akan mampu mengurangi timbulan sampah cukup besar sehingga mengurangi sampah terangkut yang harus dikelola Pemerintah

Kota. Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 ”Diterapkannya teknologi

pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah pada akhir

tahun 2017”.

Mendorong keterlibatan swasta dalam pengelolaan persampahan ;

Kurang menariknya subsektor persampahan bagi dunia usaha untuk berinvestasi dapat dilihat pada kondisi sekarang dimana berbagai pelayanan pengelolaan persampahan menjadi domainnya pemerintah kota. Demi keberlanjutan pelayanan persampahan pemerintah Kota perlu mengupayakan berbagai cara agar pihak swasta di Kota Tasikmalaya tertarik untuk turut berinvestasi dalam pengelolaan persampahan dengan memberikan peluang luas bagi keterlibatan swasta serta pemberian insentif khusus bagi perusahaan bersangkutan yang membantu penerapan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan persampahan. Strategi ini

untuk mencapai sasaran 3 ” Diterapkannya teknologi pengelolaan

persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah oleh SKPD terkait dan

masyarakat pada akhir tahun 2017”.

Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah Sanitary Landfill ;

Sarana dan prasarana persampahan Kota Tasikmalaya telah dilengkapi TPA sebagai Tempat Pengelolaan Akhir yang dikonsepkan menggunakan teknologi sanitary lanfill tetapi saat ini pengolahannya dengan open dumping. Hal ini sangat bertolak belakang dengan UU Pengelolaan sampah No. 18 tahun 2008 yang mengharuskan semua TPA menggunakan teknologi

sanitary landfill.

Kondisi TPA yang belum memenuhi syarat perlu direhabilitasi untuk memenuhi standar sanitary landfill dengan ketersediaan sarana sistem pengolahan lindi, perlengkapan penangkap gas metan, pengendalian

3 - 169

atau dengan memperhatikan karatekteristik (kondisi geologi) tanah TPA.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 4 ”Meningkatnya kualitas layanan

pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada

akhir tahun 2014”.

Menyusun Perda sampah sesuai dengan UU Pengelolaan Sampah No. 18

Tahun 2008 ;

Undang-undang Pengelolaan Sampah No. 18 tahun 2008 merupakan peraturan tertinggi tentang pengelolaan sampah yang harus diikuti dan diterpakan oleh Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia. Kota Tasikmalaya sebagai salah satu kota yang berupaya menata kotanya menjadi tempat hunian dan usaha yang nyaman berusaha untuk memberikan pelayanan optimal dalam berbagai bidang salah satunya adalah memberikan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara maksimal. Pelaksanaan pengelolaan persampahan yang sesuai UU perlu didukung seluruh pemangku kepentingan kota, untuk menggerakan semua pihak terkait perlu dikuatkan dengan peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan yang mengatur dan mengikat dengan penerapan penghargaan dan sanksi. Strategi ini untuk mencapai sasaran 6

”Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun 2017”.

Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan;

Cakupan pelayanan pengangkutan sampah Kota Tasikmalaya dari TPS ke TPA saat ini sebesar 36,9%, sedangkan tingkat pelayanan sampah permukiman berada pada posisi 62%. SPM mensyaratkan 80% akses seluruh penduduk terlayani sampah, sedang pada permukiman padat penduduk tingkat pelayanan 100%.

Untuk mencapai pelayanan sesuai dengan SPM, cakupan pelayanan persampahan Pemerintah Kota harus ditingkatkan dengan terencana sesuai dengan kemampuan kota serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang diprioritaskan bagi masyarakat miskin. Strategi ini untuk

mencapai sasaran 2 ”Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 80% menjadi 85% pada tahun 2014”.

3 - 170

Meningkatnya kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan

Ketersediaan sarana persampahan yang memadai merupakan syarat utama pemberian pelayanan prima, baik dalam hal ketersediaan sarana angkutan maupun TPS. Kondisi sarana persampahan yang tersedia saat ini secara kuantitas dan kualitas kurang memadai antara lain karena beberapa armada angkutan sudah tua dan rusak serta ketersediaan TPS yang belum merata di seluruh wilayah. Sasaran pelayanan yang diharapkan dapat dicapai dengan peningkatan kapasitas sarana dengan cara menghitung secara akurat sistem pengangkutan sampah. Penghitungan sistem pengangkutan dilakukan dengan mengetahui secara pasti berapa timbulan sampah per hari, rata-rata volume sampah terangkut per armada, serta ritasi optimal per hari yang dapat dilakukan per armada, hingga diperoleh secara pasti berapa kebutuhan sarana dan prasarana yang harus disediakan dalam mencapai layanan angkutan sampah yang optimal per harinya. Strategi ini untuk mencapai sasaran 2

”Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah pada tahun 2017”.

Mendorong peningkatan anggaran sub sektor persampahan sesuai

kebutuhan riil dan pemulihan biaya persampahan ;

Anggaran selama ini menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga ada kesan tanpa anggaran pembangunan tidak akan berjalan. Orientasi pembangunan yang terpusat pada pemerintah memaksa pemerintah menyediakan seluruh sarana dan prasarana termasuk di dalamnya ketersediaan anggaran untuk pemenuhan biaya pembangunan.

Agar pembangunan sub sektor persampahan dapat berjalan optimal diperlukan alokasi anggaran dari APBD yang memadai sesuai dengan kebutuhan lapangan. Perlu diupayakan pendekatan khusus kepada pengambil keputusan agar pengalokasian anggaran sub sektor persampahan ditingkatkan jumlahnya terutama untuk menjamin keberlanjutan pelayanan dan pemulihan biaya. Strategi ini untuk

mencapai sasaran 5 ”Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor persampahan pada tahun 2017”.

3 - 171

3.Drainase

Optimalisasi peran media dalam memotivasi partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan ;

Pengelolaan saluran drainase lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, sehingga arahan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan saluran drainase lingkungan sangat dibutuhkan. Penyampaian pesan ini dapat dilakukan melalui media cetak (koran), media elektronik (radio dan televisi). Pemanfaatan media dalam memotivasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perlu dioptimalkan mengingat banyaknya media cetak dan elektronik baik lokal maupun nasional yang ada di Kota Tasikmalaya.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 7 ”Meningkatnya peran media dan

masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir

tahun 2017”.

Optimalisasi dan sinkronisasi usulan/perencanaan sanitasi yang sesuai

dengan Pusat dan Propinsi ;

Untuk memanfaatkan sumber pendanaan yang berasal di luar APBD Kota, maka optimalisasi penyerapan anggaran baik dari Pusat maupun Propinsi harus ditingkatkan. Sinkronisasi usulan program dan kegiatan dengan payung program yang sesuai dengan program dan kegiatan yang ada di tingkat Propinsi atau Pusat merupakan salah satu cara efektif penyerapan pendanaan di luar APBD. Optimalisasi penyerapan dana yang berasal dari sumber lain juga bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan pendanaan yang berasal dari APBD kota. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1

”Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun 2017”.

Optimalisasi Musrenbang sebagai sarana perencanaan pembangunan

saluran drainase lingkungan ;

Musrenbang sebagai salah satu sarana efektif dalam menjaring aspirasi masyarakat, khususnya dalam mekanisme perencanaan pembangunan yang partisipatif. Usulan masyarakat dalam pembangunan saluran drainase lingkungan diharapkan mampu melengkapi perencanaan teknis kota dalam pengelolaan drainase. Drainase lingkungan yang direncanakan sebagai perencanaan awal pada tingkatan bawah adalah usulan yang

3 - 172

mendasar dan sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan yang tanggap kebutuhan. Dengan mengoptimalkan musrenbang akan menjadi dasar yang kongkrit bagi SKPD dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan drainase yang berbasis pada perencanaan partisipatif.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 3 ”Meningkatnya akses masyarakat

terhadap sarana drainase lingkungan pada akhir tahun 2017”.

Mengupayakan sumber pendanaan di luar APBD Kota (dari Pusat,

Propinsi, dll) untuk pembangunan drainase ;

Keterbatasan dana yang dialokasikan dalam pembangunan saluran drainase memerlukan sumber pendanaan yang berasal di luar APBD kota. Dalam pengelolaan drainase lingkungan diharapkan perencanaan pembangunan bersifat partisipatif dimana masyarakat memegang peran penting di dalamnya. Untuk mengoptimalkan penyerapan aspirasi masyarakat tentang pembangunan saluran drainase lingkungan yang melimpah memerlukan dana yang cukup besar dan tidak mungkin hanya berasal dari pembiayaan daerah.

Mengupayakan pendanaan diluar APBD Kota baik berasal dari APBN (DAK drainase/irigasi) maupun APBD Propinsi sebagai jalan keluar terbaik dalam mengatasi permasalahan tersebut. Strategi ini untuk mencapai sasaran 1

”Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor drainase pada akhir tahun 2014”.

Optimalisasi peran masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase

lingkungan ;

Pengelolaan drainase lingkungan bukan menjadi tanggungjawab mutlak pemerintah daerah tetapi merupakan tanggung jawab bersama dengan masyarakat. Optimalisasi peran aktif masyarakat dalam pembangunan maupun pemeliharaan drainase lingkungan akan lebih memaksimalkan proses pengelolaan drainase lingkungan. Dengan diikutsertakannya masyarakatdalam berbagai aspek pembangunan, maka ikatan rasa untuk saling memiliki dan menjaga sarana maupun prasarana yang terbangun, khususnya dalam sub sektor drainase lingkungan dapat lebih terjaga.

Strategi ini untuk mencapai sasaran 2 ”Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik pada akhir tahun 2017”, dan sasaran

3 - 173

pada akhir tahun 2017”.

Optimalisasi kinerja SKPD terkait dalam pemeliharaan saluran drainase

lingkungan ;

SKPD teknis sebagai pelaksana program urusan rumah tangga Pemerintah Daerah tentunya harus meningkatkan kinerja dengan bekerja sama dengan masyarakat dan pihak manapun yang menjadi stakeholder utama dalam pengelolaan drainase lingkungan. Peran serta dan kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah awal dalam optimalisasi kinerja SKPD dalam pemeliharaan drainase lingkungan. Langkah-langkah penting diantaranya dengan mengumpulkan data awal dari masyarakat ataupun dengan meningkatkan sumber daya manusia SKPD terkait dengan mengikut sertakan dalam pelatihan seminar masalah drainase. Strategi ini

untuk mencapai sasaran 2 ”Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik akhir tahun 2017”.

Memberikan penghargaan terhadap kelompok media dan masyarakat

yang mensukseskan pengelolaan drainase lingkungan ;

Wujud dari komitmen pemerintah daerah terhadap pengelolaan draianse dapat berupa memberikan penghargaan terhadap kelompok media dan masyarakat yang mensukseskan pengelolaan drainase lingkungan. Dengan adanya suatu reward kepada pihak yang berperan aktif, maka diharapkan menjadi pemicu yang efektif peran semua pihak. Kampanye tentang perlu dan pentingnya pengelolaan drainase melalui diskusi-diskusi, slogan, media baik media cetak maupun media elektronik, dan penghargaan terhadap masyarakat yang berperan aktif akan merangsang media untuk

Dokumen terkait