3 - 1
3.1
Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan
Penataan Ruang
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan
amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan,
pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
3.1.1
Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan
iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan,
pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat
juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan
seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat
diperlukan.
A.
RPJP Nasional 2005-2025 (UU No.17 Tahun 2007)
3 - 2
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah
dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan
bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal
sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan
penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor
terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan
kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan
(demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor
sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset
management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)
penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam
pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih
difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana,
sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin
ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu :
• RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
3 - 3
perumahan dan permukiman.
• RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.
Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh.
• RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud
kota tanpa permukiman kumuh.
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945.
1.Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan
beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang
penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.
Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan
identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal
akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan
dengan nilai-nilai kebangsaan.
2.Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:
a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan
3 - 4
b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap
wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan
sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri
c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan;
dan
d. Membangun infrastruktur yang maju; serta
e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.
3.Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk
mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil.
Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan pembangunan, dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara.
Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek
positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan
terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan
membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang
ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak
dasar masyarakat secara maksimal.
4.Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu
Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan
kemampuan pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan
dalam berbagai bentuk kejahatan dan potensi konflik horisontal akan
meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman masyarakat.
Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi masyarakat merupakan
syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang.
5.Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen
bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta
menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju,
mandiri dan adil.
3 - 5
nasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya
alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang
berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan
meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan
hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
7.Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional
Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut
berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan
keamanan, dan teknologi.
8.Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus
diperjuangkan secara konsisten. Sebagai negara yang besar secara geografis
dan jumlah penduduk, Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi
untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkan
Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untuk
berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja sama lainnya baik di
tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi politik dan
hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahan-perubahan
yang sangat cepat.
B.
RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No.02 Tahun 2015)
RPJM Nasional 2015 – 2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden
No. 2 Tahun 2015. Adapun visi dan misi yang tertuang dalam RPJMN 2015 –
2019 dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
3 - 6
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia
yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas
dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA
CITA yang meliputi :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
3 - 7
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Sesuai dengan visi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka
ditetapkan sasaran pembangunan infratsruktur permukiman yang meliputi :
1. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga
berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga
melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga
dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan
kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian
pengentasan kumuh 0 persen.
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia melalui
• Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan
MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan
28 regional
• Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit
• Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota
metropolitan dan kota besar
• Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang
dan kota kecil
• Fasilitasi business to business di 315 PDAM
• Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM
• Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah
PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit
menjadi 14 PDAM
3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada
tingkat kebutuhan dasar yaitu :
• Untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan
3 - 8
(melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di
227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan
lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab
• Untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di
334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab
• Untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan
genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta
• Kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi
di 507 kota/kab seluruh Indonesia.
4. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan
perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan
fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan
prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan
masyarakat di 55.365 kelurahan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air
minum dan sanitasi yang memadai, melalui :
1. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian
yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan
prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi :
a) Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam
menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian.
Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan
sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk
pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya,
bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui
penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret,
serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk
penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.
b) Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku
3 - 9
memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi
yang efektif dan tidak mendistorsi pasar;
• Penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank); serta iii)
revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan
perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c) Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan
penyediaan perumahan untuk MBR melalui:
• Peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas,
dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal Negara
(PMN);
• Mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta
• Melakukan perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait
penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan
pemerintah.
d) Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di
perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah
susun milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk
perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah
(land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar,
dan tanah wakaf.
e) Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental
housing).
f) Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan
penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan
sanitasi menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran
sumber daya air domestik melalui strategi:
a) Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pembangunan air
minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
keterjangkauan) serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan hygiene
3 - 10
b) Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air
melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan
daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting)
sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala
rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan
(kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c) Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga
20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di
tingkat penyelenggara dan skala kota.
d) Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah
terpakai melalui pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses)
dan daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
3. Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik
di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan
dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi :
a) Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum
dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh
(full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi
(BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum
dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan
pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
b) Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c) Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi
komunal.
4. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a) Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum
(RI-SPAM) yang didasari dengan neraca keseimbangan air domestik
kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai
upaya pengamanan air minum;
b) Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan
3 - 11
melalui pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan
penganggaran formal;
d) Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
e) Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media.
5. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan
mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun
horizontal melalui strategi:
a) Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air
minum dan sanitasi dengan kegiatankegiatan pelestarian lingkungan hidup
dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi
pembangunan perumahan dan penyediaan kawasan permukiman dengan
pembangunan air minum dan sanitasi.
b) Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi
kendala ketersediaan sumber air baku air minum dan lahan serta dalam
rangka mendukung konektivitas antar wilayah yang mendukung
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum
dan sanitasi dilaksanakan melalui
• Pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi di sekolah;
• Pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik untuk upaya preventif
penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat;
• Penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa (ADD)
serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana
Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk
bidang kesehatan, lingkungan hidup, perumahan, dan pembangunan
desa tertinggal.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan
3 - 12
dalam Infrastruktur Bidang Cipta Karya adalah untuk Aksess Air Minum Layak
baseline 2014 adalah 70% dan sasaran 2019 100% dan untuk Sanitasi Layak
baseline 2014 adalah 60,5% dan sasaran 2019 100%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tebel berikut.
Tabel 3.1
Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Sektor Keciptakaryaan
NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019
1 Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
a) Kapasitas pembangkit (GW) 50,7 86,6
b) Rasio elektrifikasi (%) 81,5 96,6
c) Konsumsi Listrik Perkapita 843 KWh 1.200 KWh
d) Kawasan permukiman kumuh perkotaan 38.431 Ha 0 ha
e) Kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan
perspektif menghuni 7,6 juta 5 juta
f) Akses Air Minum Layak 70% 100%
g) Akses Sanitasi Layak 60,90% 100%
2.
Pelayanan Dasar Bagi Penduduk Rentan dan Kurang Mampu (40% penduduk berpendapatan terendah)
a) Akses air minum 55,70% 100%
b) Akses sanitasi layak 20,24% 100%
c) Akses penerangan 52,30% 100%
C.
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia)
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan
pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang
ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut
pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan
masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI).
Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur
permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan
tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu
atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung
dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI
3 - 13
dan SDM IPTEK yang sama.
Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang
terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan
MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:
1. Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi
Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor
Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa
Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku
2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan
terhubung secara global (locally integrated, globallyconnected
3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung
pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.
D.
MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan
Kemiskinan Indonesia)
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong
percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi,
mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema
kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan
pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama,
penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan
3 - 14
masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi
perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,
pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis
potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Gambar 3.1
Kebijakan Affirmatif MP3KI
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
1. TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10%
pada tahun 2014;
• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang
Kampung di Menko Kesra);
• Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat
miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
3 - 15
• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju
universal coverage;
• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
• Penguatan sustainable livelihood.
3. TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
• Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
• Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI
bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga
dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di
tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
3 - 16
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk
mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat
strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,
diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut
dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK
bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model
terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan.
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan
berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan
ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan
perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat
mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga
menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
F.
Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang
Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara,
Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang
berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang
3 - 17
2. Keadilan untuk semua (justice for all);
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals
- MDG’s).
Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud
diatas:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
dan kecil;
2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a. Program keadilan bagi anak;
b. Program keadilan bagi perempuan;
c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;
e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.
3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan
pada:
a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Program penurunan angka kematian anak;
e. Program kesehatan ibu;
f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium.
Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin
di permukiman kumuh pada tahun 2020. Adapun indikator MDGs dalam bidang
Cipta Karya meliputi :
1.Air Minum Yang Layak
Air minum yang layak, adapun indikator yang digunakan dalam pencapaian
3 - 18
▪ Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air
minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas
dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat
pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya
▪ Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau
pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan.
▪ Air Kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait
akses berkelanjutannya
2.Sanitasi Yang Layak
Indikator yang digunakan dalam pencapaian sanitasi yang layak adalah : ▪ Sarana sanitasi yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjauhkan
pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran
manusia,
▪ Meliputi kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) terhubung
dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk
jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi
serta toilet kompos baik untuk pemakaian pribadi atau bersama
3.Permukiman Kumuh
Indikator dalam permukiman kumuh adalah :
▪ Tidak adanya akses terhadap sumber air minum layak,
▪ tidak adanya akses terhadap sanitasi dasar yang layak,
▪ luas minimal lantai hunian > 7,2 m2 per kapita (Permenpera Nomor
22/PERMEN/M/2008),
▪ daya tahan material hunian.
Keterkaitan MDGs dengan pembangunan terpaparkan dalam target-target
MDGS yang telah diakomodasikan dalam RPJMN sebagai suatu mainstreaming
dalam bentuk program, indikator maupun target. Selain itu juga keterkaitan
tersebut terlihat dalam adanya indikatif dukungan pembiayaan.
G.
Agenda Pembangunan Pasca 2015
Di Rio+20 dokumen hasil, negara-negara anggota sepakat bahwa tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs) harus:
1. Didasarkan pada Agenda 21 dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg.
2. Sepenuhnya menghormati semua Prinsip Rio.
3 - 19
5. Berkontribusi terhadap implementasi penuh dari hasil seluruh KTT utama
dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
6. Fokus pada bidang prioritas untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan,
yang dipandu oleh dokumen hasil.
7. Alamat dan memasukkan secara seimbang ketiga dimensi pembangunan
berkelanjutan dan saling keterkaitan mereka.
8. Jadilah koheren dengan dan diintegrasikan ke dalam agenda pembangunan
PBB melampaui 2015.
9. Tidak mengalihkan fokus atau usaha dari pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium.
10. Termasuk keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, sebagaimana
mestinya, dalam proses.
Lebih lanjut setuju bahwa SDGs harus: • Aksi-oriented
• Singkat
• Mudah untuk berkomunikasi • Terbatas jumlahnya
• Aspiratif • Global di alam
• Universal berlaku untuk semua negara dengan mempertimbangkan
realitas nasional yang berbeda, kapasitas dan tingkat perkembangan dan
menghormati kebijakan dan prioritas nasional.
Dokumen hasil lebih lanjut menetapkan bahwa pengembangan SDGs
harus:
• Berguna untuk mengejar tindakan terfokus dan koheren tentang
pembangunan berkelanjutan
• Kontribusi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan
• Sajikan sebagai driver untuk pelaksanaan dan pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan dalam sistem PBB secara keseluruhan
• Ditujukan dan dan difokuskan pada bidang-bidang prioritas untuk
3 - 20
3.1.2
Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola
ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional,
sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur
dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan
dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
A.
RTRW Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan
dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah
nasional bertujuan untuk mewujudkan:
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik
indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
3 - 21
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
A.1
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Nasaional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi
kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan
pengembangan struktur ruang meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:
a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan
dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di
sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani
oleh pusat pertumbuhan;
b. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan
a. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif
dan lebih efektif dalam pengembanganwilayah di sekitarnya.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana meliputi:
a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
3 - 22
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy terbarukan dan
tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik
d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air;dan
e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang
optimal.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
A.2
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:
1. Sistem Perkotaan Nasional
Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini. PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan
pemerintah kabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri.
PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:
a. Kawasan megapolitan;
b. Kawasan metropolitan;
c. Kawasan perkotaan besar;
d. Kawasan perkotaan sedang; atau
e. Kawasan perkotaan kecil.
Tabel 3.2
Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi PKN PKW PKL
Daerah Khusus Ibukota Jakarta - Jawa Barat - Banten
Kawasan Perkotaan Jabodetabek
3 - 23
Bandung RayaCirebon Cikampek -
Cikopo
Palabuhan ratu
Indramayu
Kadipaten
Tasikmalaya
Pangandaran
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
3. Sistem Jaringan Energi Nasional
Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem
sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
A.3
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas:
a. Kawasan lindung nasional; dan
b. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional terdiri atas:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\
bawahannya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
3 - 24
e. Kawasan lindung geologi; dan
f. Kawasan lindung lainnya.
Tabel 3.3
Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi
Jawa Barat Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi
Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Tangkuban
Perahu
Kabupaten Bandung Barat
Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut
Cagar Alam Gunung Burangrang Kabupaten Subang dan Purwakarta
Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung
Cagar Alam Gunung Simpang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Taman Nasional Gunung Gede –
Pangrango
Kabupaten Ciajur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor
Taman Nasional Halimun – Salak Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Taman Wisata Alam Gunung
Tampomas
Kabupaten Sumedang
Taman Wisata Alam Laut Cijulang Kabupaten Pangandaran Taman Buru Gunung Masigit
Kareumbi
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis
Kawasan budi daya terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas;
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan
3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.
b.Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan
yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang
dibebani hak milik.
3 - 25
1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan
pertanian;
2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
5. Kawasan peruntukan perikanan;
d.Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:
1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan,
budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau
2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
e.Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis
nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara,
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta
air tanah.
f. Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
3. Tidak mengubah lahan produktif.
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan
lingkungan.
h.Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan
bencana;
2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;
dan/atau
3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
3 - 26
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan
sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan
kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di
sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
Tabel 3.4
Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat
Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan
Jawa Barat Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur dan Sekitarnya)
pertanian, pariwisata, industri dan perikanan Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya perikanan, pertanian,
pariwisata dan perkebunan Kawasan Purwakarta, Subang,
Karawang (Purwasuka)
pertanian, industri, pariwisata dan perikanan Kawasan Cekungan Bandung industri, pertanian,
pariwisata dan perkebunan
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
A.4
Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkankepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan;
2. Pertumbuhan ekonomi;
3. Sosial dan budaya;
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Tabel 3.5
Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi Kawasan Strategis Nasional Lokasi
Jawa Barat
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji
Terbang Roket Pamengpeuk Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Pamengpeuk Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat
3 - 27
Penerima Satelit MikroSumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
A.5
Kota Tasikmalaya dalam RTRW Nasional
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (PP. 26 Tahun 2008 ditetapkan bahwa
:
1. Pada skala Nasional, Kota Tasikmalaya merupakan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah);
2. Pada skala Regional, Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam Kawasan Priangan Timur-Pangandaran (Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran)
yang menjadi Kawasan Andalan Sektor Unggulan. Sektor unggulan yang
dimaksud adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor perkebunan,
sektor pariwisata, dan sektor perikanan dengan focus pengembangan sebagai
berikut:
a. Pertanian, pengembangan kawasan andalan untuk pertanian
b. Industr, pengembangan kawasan andalan untuk industri pengolahan
c. Perkebunan, pengembangan kawasan andalan untuk perkebunan
d. Pariwisata, pengembangan kawasan andalan untuk pariwisata
e. Perikanan, pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan.
B.
RTRW Pulau
Pulau Jawa-Bali adalah kesatuan fungsional wilayah geografis dan
ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di
dalam bumi yang meliputi seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Provinsi Bali menurut
undang-undang pembentukannya.
1. Penataan ruang pulau jawa-bali bertujuan untuk mewujudkan:
2. Lumbung pangan utama nasional
3. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan
adaptasi bencana
4. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan
5. Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi,
3 - 28
6. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara
berkelanjutan;
7. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
8. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (meeting, incentive,
convention and exhibition/mice)
9. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
memadai untuk pembangunan;
10. Pulau jawa bagian selatan dan pulau bali bagian utara yang
berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana; dan
11. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.
B.1 Rencana Struktur Ruang
1.Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang Dan Pola Ruang
Pulau Jawa Bali
Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang terdiri atas strategi
operasionalisasi perwujudan:
1. Sistem perkotaan nasional;
2. Sistem jaringan transportasi nasional
3. Sistem jaringan energi nasional;
4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
5. Sistem jaringan sumber daya air.
2.Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
Kabupaten Tasikmalaya dalam kedudukannya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) berdasarkan RTRW Nasional, dalam RTRW Pulau Jawa dan Bali
mempunyai fungsi dalam pencapaian Strategis Operasionalisasi Perwujudan
Sistem Perkotaan Nasional yang meliputi :
1. Pengendalian perkembangan Fisik PKN dan PKW untuk menjaga keutuhan
lahan pertanian tanaman pangan
2. Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri
3 - 29
pemanfaatan ruang secara kompak dan vertikal sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
4. Pengendalian perkembangan PKN dan PKW di kawasan rawan bencana
untuk PKW Tasikmalaya meliputi gerakan tanah atau tanah longsor,
letusan gunung berapi dan gempa bumi.
5. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat kegiatan industri kreatif yang
berdaya saing dan ramah lingkungan
6. Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri
pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi
dan ramah lingkungan
7. Pengembangan PKN dan PKW dengan konsep kota hijau yang hemat
energi, air, lahan, dan minim limbah
3.Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sumber Air
Untuk strategi operasionalisasi perwujudan sumber air Kabupaten
Tasikmalaya sebagai PKW Tasikmalaya berperan dalam pendayagunaan
sumber air berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional
dan kawasan andalan yang dapat dilakukan melalui kerja sama antardaerah
yaitu WS lintas provinsi yang meliputi WS Citanduy (Provinsi Jawa
Barat-Provinsi Jawa Tengah) yang melayani PKN Cilacap dan PKW Tasikmalaya,
serta Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dan Kawasan Andalan
Jawa Tengah Selatan;
B.2 Rencana Pola Ruang
1.Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pola Ruang
Dalam strategi operasionalisasi Perwujudan Pola Ruang, Kabupaten
Tasikmalaya berfungsi sebagai :
1. Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan
luasan kawasan hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan
tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan
sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi
3 - 30
sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk dengan menggunakan
teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenis
dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai,
sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah
daya rusak air
3. Pelestarian dan pengembangan pengelolaan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan (Kampung Naga)
4. Penetapan zona – zona rawan bencana alam yaitu kawasan rawan tanah
longsor, kawasan rawan letusan gunung berapi (Gunung Galunggung),
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan
rawan tsunami, kawasan rawan abrasi,
5. Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung
prasarana dan sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan
6. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat
7. Pengembangan kawasan wisata bahari
8. Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara
horizontal dan mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan
perkotaan kecil
2.Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan andalan yang meliputi .
1. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pertanian dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari
pelabuhan yaitu Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan
PKW Tasikmalaya dan PKW Pangandaran yang terhubung dengan akses ke
dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon) dan Pelabuhan Tanjung Intan;
2. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
perkebunan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari
pelabuhan yaitu . Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan
PKW Tasikmalaya dan PKW Pangandaran yang terhubung dengan akses ke
dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon) dan Pelabuhan Tanjung Intan;
3. Peningkatan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri dengan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan
andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau
3 - 31
dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon), Pelabuhan Tanjung Intan, dan
Bandar Udara Kertajati (Majalengka)
4. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pariwisata dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari
pelabuhan dan/atau bandar udara Kawasan Andalan Priangan
Timur-Pangandaran dengan PKW Tasikmalaya dan PKW Timur-Pangandaran;
C.
RTRW Provinsi Jawa Barat
RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan
ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan
menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di
Daerah.
Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
rencana sektoral lainnya;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
e. Penataan ruang KSP; dan
f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota
C.1 Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi :
1. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang;
2. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan
3. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang
1.Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang
3 - 32
a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan
melalui pendekatan partisipatif;
b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci;
c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP.
Strategi perencanaan tata ruang meliputi :
a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam
perencanaan tata ruang;
b. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP;
c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah;
d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan;
e. Penyusunan rencana tata ruang KSP
2.Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang meliputi :
a. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah;
Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6
(enam) WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat
pengembangan. Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan pembangunan. Penetapan WP merupakan
penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada
sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas :
a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah
Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN
Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan
pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor,
Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di
Kabupaten Cianjur;
b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka,
meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Karawang;
c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon,
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan
3 - 33
Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran
kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan)
yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar;
e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Cianjur; dan
f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di
Kabupaten Sumedang.
Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP,
meliputi:
a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP
Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung
dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan
perkembangannya;
b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP
Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan
Timur-Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong
perkembangannya;
c. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP
KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan
Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi
perkembangannya;
d. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP
Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan
sekitarnya, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan
perkembangannya.
Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan :
a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing
3 - 34
2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan
potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah;
3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang
menarik arus migrasi masuk tinggi;
4. Mengembangkan sistem transportasi massal;
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam
mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan
6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama
dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam.
b. Mendorong pengembangan wilayah, meliputi:
1. Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP;
2. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa;
3. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;
4. Menjamin ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.
c. Membatasi pengembangan wilayah, meliputi:
1. Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan;
2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah
ditetapkan;
3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan;
4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;
3 - 35
dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das.
d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi:
1. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa;
2. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah; 3. Mengembangkan sistem transportasi massal;
4. Menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5. Meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan.
3.Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah
ditetapkan, yaitu PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL;
b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan
dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya;
c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta
wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga
lingkungan yang berkelanjutan;
d. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak
melebihi dayadukung dan dayatampungnya;
e. Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong
pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah;
f. Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.
Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang
telah ditetapkan meliputi :
a. Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala
internasional, nasional atau beberapa provinsi;
b. Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi