• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 36c2f68276 BAB IIIBAB III RPIJM 2017 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 36c2f68276 BAB IIIBAB III RPIJM 2017 2021"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya.

A. Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

Pasal 2 (1) RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014. (2) RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. (3) RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai: a. pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga; b. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah;

B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI,

MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan

rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah

pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN,

pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber

daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus

(2)

pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara

menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi

negara maju pada 2030.

Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing

perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui

terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama

pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air

minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat

diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk

Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan,

terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah

hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan

(3)

mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 20152019

menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan

yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan

bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara

Berpenghasilan menengah menjadi Negara maju dengan penghasilan per kapita yang

cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian

Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang

berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan

masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur

perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni

bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta

kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sector

ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara

manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk

tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Salah satu tantangan pokok dalam

mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan

infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu,

ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung

agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah

mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional

unmencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur

dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan

dan eneruntuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem

transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan

dengan meningkatkperan kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok

yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan

(4)

tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas

yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan

terjangkau dan diprioritaskan dalam rangkmeningkatkan standar hidup penduduk 40

persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum

dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

• Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

• Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

• Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

• Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip

jaga air hemat air dan simpan air secara nasional;

• Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

• Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan

dasar;

• Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasian terhadap lingkungan.

C. Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya

diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal

Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan

Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang). Berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan

bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem

pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut,

Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

(5)

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

persampahan;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta

Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem,

memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta

memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan

infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota.

Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah

fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan,

termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk

pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan

(6)

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan

dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta

Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan

(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi,

penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat

peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan

perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervise serta konsultasi.

Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk

monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan

pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai

dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Meskipun fokus

melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan

pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah

Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala

nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping

itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka

pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan

komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga

(7)

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung

pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS

merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan

yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran

serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah

ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar

wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai

dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata

Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk);

Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan

BromoTenggerSemeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau

Batur dsk, MenjanganPemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau

Komodo dsk, dan EndeKelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Putting dsk);

Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk,Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan

Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk). Kedua, diterpadukan dengan program

pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala

Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang,

Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan

(KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali,

Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan

Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni). Ketiga, diterpadukan dengan program

Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/Kota Perbatasan yang terdiri dari

Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW);

Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25

PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN,

11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN). Keempat, diterpadukan

dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan

pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala

Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang:

(8)

Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak);

Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar

dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua

(Sorong dan Jayapura).

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

A. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten

Berdasarkan kebijakan kawasan strategis nasional dan provinsi, mencermati strategi penataan ruang, rencana pola ruang yang sudah disusun, serta dasar dan kriteria kawasan strategis, maka kawasan strategis untuk Kabupaten padang Pariaman adalah sebagai berikut :

1. Kawasan strategis provinsi sebagaimana yang telah ditetapkan pada RTRW Provinsi

Sumatera Barat adalah :

a. Bidang ekonomi, yaitu kawasan strategis industri yang dikenal juga dengan

Padang Industrial Park.

b. Bidang lingkungan; Kawasan cepat tumbuh yang perlu dikendalikan yaitu

kawasan pada koridor jalan nasional antara Batang Anai sampai dengan Kayu Tanam.

2. Kawasan strategis kabupaten yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten

(9)

a. Bidang khusus, yaitu kawasan pusat pemerintahan yang merupakan kawasan

yang baru dibangun setelah terdapat ketetapan hukum lokasi pemindahan pusat pemerintahan ke Parit Melintang

b. Bidang ekonomi yaitu :

kawasan agropolitan di Kecamatan Sungai Geringging dan Sungai Sariak.Kawasan minapolitan di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung dan Sei.Limau.

Secara lebih rinci kawasan strategis untuk Kabupaten padang Pariaman dijelaskan sebagai berikut :

1. Kawasan Industri; Padang Industrial Park di Kecamatan Batang Anai.

(10)

2. Kawasan Agropolitan;

a. Kawasan agropolitan pengembangan dan pengolahan Kakao serta PKLp Sungai Garingging

b. Kawasan agropolitan dan sentra pengembangan ternak besar Sungai Sariak. Sebagai bagian dari kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Padang Pariaman, maka wilayah utara seyogyanya harus didorong pertumbuhannya secara mendasar, terarah dan terprogram. Mengacu pada kebijakan provinsi dan rencana pembangunan (RPJP/M) kabupaten, maka di Sungai Sarik ditetapkan sebagai pusat agropolitan. Kawasan agropolitan Sungai Sarik sebagaimana yang tertuang pada RPJP 2005-2025 meliputi Kecamatan VII Koto Sei Sarik, Patamuan, Padang Sago, V Koto Timur, V Koto Kampung Dalam. Adapun komoditas yang diunggulkan pada kawasan agropolitan ini adalah ternak besar (sapi) yang ditunjang komoditas unggulan daerah yaitu Kakao dan Kelapa. Sementara itu, dalam rangka mengupayakan keseimbangan pertumbuhan antara wilayah utara dan selatan, Sungai Geringging didorong dan diusulkan sebagai pusat kegiatan lokal promosi(PKLp) yang meliputi Kecamatan Sungai Geringging, Sungai Limau, Batang Gasan dan IV Koto Aur Melintang. Komoditas unggulan yang telah bertumbuh dan didorong menjadi komoditas utamanya adalah Kakao yang didukung kegiatan pengolahan hasil pertanian lainnya. 3. Pusat Pemerintahan; pembangunan fasilitas pelayanan sosial pemerintahan dan

(11)

4. Koridor Batang Anai-Kayu Tanam; Jalur ini merupakan satusatunya poros barat -timur di Pulau Sumatera yang mempunyai pergerakan ekonomi (barang dan jasa) dengan frekwensi yang paling tinggi bila dibandingkan poros jalan darat barat - timur di provinsi lain, sehingga menjadikan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tingkat pertumbuhan lebih maju bila dibandingkan provinsi lain yang berada diwilayah belahan barat Pulau Sumatera. Mengingat kawasan ini bertumbuh dengan sangat cepat, sehingga perlu mendapat pengelolaan secara ketat (high control),karena bila kurang tepat dalam penanganannya justru akan menimbulkan persoalan. Jalur ini selain jalur utama transportasi selatan-utara

Sumatera bagian tengah dan sekaligus menjadi pros ekonomi regional, juga melewati 3 kawasan perkotaan (Pasar Usang, Lubuk Alung dan Sicincin) dan 1 kawasan wisata yang sudah berskala nasional yaitu Lembah Anai yang menjadi salahs atu ikon wisata Sumatera Barat. Dalam RTRW Sumatera Barat jalur ini ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi.

3.1.3 Arahan Struktur Ruang

a. Pengembangan dan penataan PKN Kota Padang

b. Pengembangan PKW Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut.

c. Pengembangan PKWp Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan dan Simpang Empat.

d. Pengembangan seluruh ibukota kabupaten dan kota lain dengan fungsi PKL. PKN, PKW, PKWp dan PKL perlu didukung oleh ketersediaan serta fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya.

3.1.4 Arahan Pola Ruang

A. Program Perwujudan Kawasan Lindung Rencana kawasan lindung di Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas 1.684.321,70 Ha atau sekitar 39,82% dari total luas Provinsi Sumatera Barat (4.229.730 Ha), dan tersebar di seluruh kabupaten/kota. Program pengelolaan kawasan lindung meliputi :

(12)

b. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung guna mengembalikan/meningkatkan fungsi lindung.

c. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung.

d. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan.

e. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung.

f. Pengawasan kawasan lindung.

2. Program evaluasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung. a. Evaluasi kondisi eksisting pemanfaatan lahan kawasan lindung.

b. Penyusunan rekomendasi kebijakan pemanfaatan lahan kawasan lindung tanpa mengganggu fungsi lindung.

3. Program untuk kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Di Provinsi Sumatera Barat kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi :

• Kawasan hutan lindung, tersebar di seluruh kabupaten/kota dalam

wilayah Provinsi Sumatera Barat kecuali Kota Bukittinggi dan Kota Pariaman;

• Kawasan konservasi dan resapan air, berlokasi di seluruh kabupaten

/kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat;

• Kawasan bergambut, berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten

Agam dan Kabupaten Pesisir Selatan. Program untuk kawasan ini adalah : a. Mencegah timbulnya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga

fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung

b. Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir.

4. Program Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat terdiri dari :

• Kawasan sempadan pantai, lokasinya terdapat di sepanjang pesisir pantai

(13)

• Kawasan sempadan sungai, meliputi seluruh sungai di kabupaten/kota

dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat, lebih kurang sebanyak 606 aliran sungai baik sungai besar maupun kecil.

• Kawasan sekitar danau/waduk, meliputi Danau Singkarak di Kabupaten

Solok dan Kabupaten Tanah Datar, Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Danau diatas, Danau dibawah dan Danau Talang di Kabupaten Solok serta danau buatan Koto Panjang di Kabupaten Limapuluh Kota.

• Kawasan sempadan mata air, menyebar di seluruh kabupaten/kota

dalam wliayah Provinsi Sumatera Barat.

• Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan, menyebar di seluruh

kota berfungsi PKN, PKW dan PKL. Program untuk kawasan ini adalah :

a. Menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

b. Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

c. Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau

d. Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.

e. Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota.

(14)

3.1.5 Ketentuan Zonasi Pembangunan Sarana Prasarana

Dalam konteks pengembangan Kabupaten Padang Pariaman, ditetapkan kawasan- kawasan prioritas sebagai berikut:

1. Kawasan Pasar Lubuk Alung, sebagai Kawasan Perdagangan yang berada pada Kawasan Strategis Padang - Bukit Tinggi – Pariaman.

2. Kawasan Wisata Religius Makam Syaikh Burhanuddin, sebagai Kawasan Potensial bagi pariwisata keagamaan yang berada di Kabupaten Padang Pariaman dan Pantai Ulakan Tapakis.

3. Kawasan Rest Area Malibou, yang terletak dipintu masuk Kabupaten Padang Pariaman disebelah Utara, dimana direncanakan sebagai etalase Kabupaten Padang Pariaman. 4. Gerbang Bandara Ketaping ("Minangkabau Interanational Air Port"), sebagai Kawasan

Penada ('signed") yang menjadi citra wilayah Minangkabau, sehingga bandara ini menjadi wajah Sumatera Barat dimata Nasional dan Internasional

5. Kawasan Kota Mandiri, sebagai kawasan kota yang mempunyai fasilitas pelayanan yang optimal memadai bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di dalamnya, diarahkan untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai Ibukota Padang Pariaman.

6. Kawasan Perdagangan CBD ("Central Bussines Distriet"), yang merupakan kawasan yang dirancang sebagai Pusat Perdagangan ("Commercial Estate") dengan segala fasilitas pendukungnya dalam rangka pemanfaatan Bandara Udara Internasional Minangkabau di Ketaping.

7. Kawasan Embarkasi Haji, merupakan kawasan pelayanan bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji dengan segala fasilitas pendukungnya, dengan memanfaatkan lahan di sekitar Kawasan Bandara Udara Internasional Minangkabau (BIM).

8. Kawasan Pasar Induk, sebagai fasilitas dalam pelaksanaan transaksi produk- produk pertanian lokal dan regional.

9. Kawasan Terminal Regional, merupakan kawasan bagi pelayanan angkutan orang dan barang dengan segala fasilitas pendukungnya.

10. Kawasan Ibukota Kabupaten Padang Pariaman, merupakan pusat pelayanan kabupaten seperti adanya pusat pemerintahan kabupaten, terminal tipe B, Rumah sakit Regional, pusat olah raga atau Sport Centre.

(15)

12. Wilayah Pengembanganyang telah ditetapkan.

13. Kawasan Koridor Jalan Utama (Ruas Kecamatan Kayu Tanam-VI Lingkung,- Lubuk Alung-Batang Anai).

14. Kawasan Koridor Ekpress Way dari Buayan melewati Ibukota Kabupaten Padang Pariaman hingga sampai di Kapalo Hilalang.

15. Kawasan Industri atau Kawasan Ekonomi Khusus yang terletak di kecamatan Batang Anai yang terdiri dari dari kawasan Industri Kabupaten Padang Pariaman dan Padang Industrial Park (PIP).

16. Kawasan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dengan Kota Bukit Tinggi dan Kabupaten Solok dan kawasan yang berbatasan dengan wilayah barat laut dan tenggara, yaitu Kabupaten Agam dan Kota Padang.

17. Kawasan budidaya pertanian dan perkebunan, kawasan sekitar resapan air/mata air, kawasan sepanjang daerah aliran sungai dan sepanjang pesisir pantai, dan kawasan pegunungan dengan kemiringan > 40%.

3.1.6 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana struktur, rencana pola ruang dan penetapan kawasan strategis yang telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukan suatu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perangkat dan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, dan arahan pengenaan sanksi.

Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Indikasi arahan peraturan zonasi berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah “ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap pola ruang yang sudah ditetapkan di dalam rencana pola ruang”. Indikasi arahan peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :

1. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-kegiatan yang diperkenankan, kegiatan-kegiatan yang tidak diperkenankan, kegiatan-kegiatan yang diperkenankan bersyarat atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang tertentu.

(16)

dalam pemanfataan ruang untuk pola-pola ruang yang kewenangan pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah daerah provinsi.

3. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah provinsi.

Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Peruntukan kawasan lindung di Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2029 terdiri dari :

a. Kawasan hutan lindung

b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : kawasan

bergambut, dan kawasan resapan air.

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau kota. d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi : kawasan suaka alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka marga satwa dan suaka margasatwa laut, kawasan cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

d. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi : kawasan rawan tanah longsor, kawasan

rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.

e. Kawasan lindung geologi yang meliputi : kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan

bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

f. Kawasan lindung lainnya yang meliputi : cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan

perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi

3.1.7 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

A. Visi dan Misi Pembangunan

(17)

cita-cita yang berkembang dalam masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, visi ini sebenarnya adalah merupakan kondisi realistis yang diharapkan akan dapat dicapai oleh Kabupaten Padang Pariaman. Tahun 2005-2015 adalah sebagai berikut :

“Padang Pariaman 2025 Unggul dibidang Agribisnis dan Perdagangan berdasarkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas”

Misi pada dasarnya adalah merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar visi yang telah ditetapkan di atas dapat dicapai dengan memperhatikan kondisi objektif yang terdapat di daerah dewasa ini. Dengan kata lain Misi menunjukkan beberapa upaya utama pembangunan yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan semula. Berdasarkan Visi Daerah tersebut, maka disusun Misi Kabupaten Padang Pariaman, sebagai berikut :

1. Mewujudkan Sistem Agribisnis dan Agroindustri yang Tangguh berbasiskan Nagari, didukung oleh Teknologi dan Informasi Mutakhir

2. Mewujudkan Sistim Perdagangan yang Kuat dan berorientasi Ekspor

3. Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas, dan Berdaya Saing Tinggi 4. Mewujudkan Kehidupan Beragama yang Baik dan Berkualitas, berlandaskan

adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”

5. Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa

6. Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan sesuai dengan Kaidah-Kaidah Kelestarian Lingkungan

B. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Adapun Arahan yang diberikan oleh RPJMD Kabupaten Padang Pariaman dalam Bidang Kecipta Karyaan adalah sebagai berikut;

Tabel 3.3

Arahan, Strategi dan Arah Kebijakan

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1 Terwujudnya sumberdaya manusia berkualitas

1 Meningkatnya Pelayanan

kesehatan bagi keluarga miskin

1 Meningkatkan upaya

pelayanan dan

pemulihan kesehatan bagi keluarga miskin

1

2

Mengembangkan

kemitraan dengan penyedia pelayanan

kesehatan bagi

(18)

miskin

1 Menata dan mengelola kawasan wisata religi

Meningkatnya sarana dan prasarana pada daerah tertinggal strategis dan cepat tumbuh

2 Membangun wilayah strategis dan cepat tumbuh

1 Lanjutan pembangunan mesjid makam syech burhanuddin.

1 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah.

2 Meningkatnya pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi kawasan melalui penataan kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam RTRW

1 Pengendalian dan

pengawasan pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi kawasan. dan prasarana pada

kawasan rawan

bencana

1 Pembangunan dan

(19)

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3.2.1 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

3.2.1.1 Kerangka kerja pembangunan sanitasi

A. Visi Misi Sanitasi

Visi Pembangunan Kabupaten PadangPariaman tahun 2010 – 2015 yang tertuang dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 – 2015 adalah:

“Menjadi Kabupaten Unggul Dalam Mewujudkan Masyarakat yang Religius, Cerdas dan Sejahtera”

Untuk mendukung Visi Pembangunan Kabupaten Padang Pariaman tersebut, maka ditetapkan Visi Sanitasi Kabupaten Padang Pariaman sebagai berikut:

“Mewujudkan Kabupaten Padang Pariamann sebagai Kabupaten Sehat dan Sejahtera tahun 2017”

(20)

Tabel 3.4: Visi dan Misi Sanitasi kabupaten Padang Pariaman

Visi Kab. Padang Pariaman Misi Kab. Padang Pariaman Visi Sanitasi Kab. Padang Pariaman Misi Sanitasi Kab. Padang Pariaman Menjadi Kabupaten beragama dan berbudaya yang berkualitas berdasarkan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah antara pemerintah dan masyarakat

3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkepribadian Padang Pariaman sebagai kabupaten sehat dan sejahtera tahun 2017

A. Misi Air Limbah Domestik

1. Meningkatkan akses pelayanan Air Limbah Permukiman kepada masyarakat melalui penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah berdasarkan tanggap kebutuhan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan kemitraan dengan swasta

2. Mengembangkan sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman yang efektif, efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya air dan lingkungan

3. Meningkatkan pengelolaan Air Limbah Permukiman melalui pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia 4. Optimalisasi potensi berbagai sumber pendanaan dalam

penyelenggaraan sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman 5. Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan

sistem pengelolaan Air Limbah Permukiman

6. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan Air Limbah Permukiman bagi kesehatan dan perlindungan sumber daya air

B. Misi Persampahan

1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan yang berkelanjutan

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan

3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan 5. Optimalisasi potensi berbagai sumber pendanaan

6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan C. Misi Drainase

1. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana drainase untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

(21)

3. Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat yang efektif, efisien dan bertanggung jawab

4. Meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah menuju ke arah kemandirian

5. Mendorong peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan prasarana dan sarana drainase

6. Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman

7. Menyiapkan peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana drainase

D. Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan pendekatan melalui individu, keluarga maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat

2. Membina suasana yang kondusif bagi terciptanya perubahan perilkau masyarakat ke arah yang diharapkan dalam membantu mempercepat pembangunan kesehatan

3. Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundangan-undangan yang berwawasan kesehatan

4. Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan

5. Meningkatkan kemitraan secara sinergis antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat serta dunia usaha

(22)

B. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Arahan penetapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan :

1. Arah pengembangan Kabupaten yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten Padang Pariaman dalam jangka panjang

2. Kepadatan penduduk Kabupaten Padang Pariaman 3. Kawasan Beresiko sanitasi

4. Kondisi fisik wilayah (topografi) dan struktur tanah 5. Status nagari sebagai nagari perkotaan atau perdesaan

Arah pengembangan sektor sanitasi di Kabupaten Padang Pariaman dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu;

1. Jangka Pendek

Arah pengembangan untuk jangka pendek ini akan difokuskan kepada nagari-nagari yang termasuk kategori perkotaan dan nagari-nagari yang berersiko sangat tinggi berdasarkan hasil kajian di dalam Buku Putih Sanitasi yaitu Nagari Gadua, Kayu Tanam, Sungai Geringging, Ketaping, Pauh Kambar, Kapalo Koto, Sungai Sarik, Sungai Buluh, Lubuk Alung, Sicincin, Pakandangan, Punggung Kasiak, Kurai Taji, Anduring, Cimpago, Limau Puruik, Batu Gadang Kuranji Hulu, Kuranji Hilir dan Parit Malintang 2. Jangka Menengah

Arah pengembangan sanitasi Kabupaten Padang Pariaman untuk jangka menengah difokuskan kepada nagari-nagari yang termasuk kedalam area berisiko 3 dan beberapa ibukota kecamatan yaitu Sungai Buluh, Buayan, Lubuk Alung, Pasia Laweh, Sikabu, Sintuk Tapakis, Ulakan, Sunua, Padang Bintungan, Sicincin, Pakandangan, Kapalo Hilalang, Guguak, Lareh Nan Panjang, Tandikek Utara, Batu Kalang, Koto Baru, Sikucur, Gunung Padang Alai, Malai V Suku, Kuranji Hulu, Sungai Sirajh Kuranji Hulu, III Koto Aur Malintang Utara, III Koto Aur Malintang Selatan, III Koto Aur Malintang Timur, Balali Baik Malai III Koto,

3. Jangka Panjang

(23)

1. Sub Sektor Air Limbah Domestik

Seiring berkembangnya pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Padang Pariaman serta pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk, menyebabkan bertambahnya volume pencemaran dari buangan domestik baik dari air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah dari WC (Black Water). Dampak dari semakin bertambahnya pencemaran air limbah domestik ini cepat atau lambat akan berdampak kepada sumber air bersih yang tersedia. Sehingga diperlukan pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi Kabupaten Padang Pariaman baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Di dalam strategi sanitasi kabupaten ini telah ditentukan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum apakah sistem on site maupun sistem off site. Kriteria yang dipergunakan antara lain dalam penentuan prioritas pengembangan tersebut adalah: Kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (urban, peri urban, rural), karakteristik tata guna lahan/Central Of Business Development(CBD) serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan system. Peta tersebut terbagi ke dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus sebagai dasar bagi Kabupaten Padang Pariaman dalam pengembangan rencana berjangka pengelolaan air limbah. Untuk tahapan pengembangan air limbah domestik dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Pengembangan sub sektor air limbah berdasarkan zona, yaitu:

(24)

2. Zona II, Merupakan wilayah nagari perkotaan diluar zona I (satu) tetapi mempunyai tingkat resiko sanitasi tinggi, kawasan yang terdapat di kawasan ini di tangani dengan sistem setempat (on site) individual dengan skala rumah tangga (household based). Nagari yang termasuk kategori zona ini, yaitu: Punggung Kasiak, Kurai Taji, Anduring, Cimpago, Limau Purut dan Batu Gadang Kuranji Hulu 3. Zona III, Merupakan wilayah nagari perkotaan yang termasuk dalam tingkat resiko

sangat tinggi dan tinggi (diluar zona I & II), ditambah wilayah pedesaan yang termasuk ke dalam skor 4 & 3. Nagari yang termasuk kategori zona ini ada sebanyak 22 nagari, yaitu: Buayan, Pasie Laweh, Sikabu, Sintuk, Tapakis, Ulakan, Sunur, Padang Bintungan, Kapalo Hilalang, Guguak, Lareh Nan Panjang, Tandikek Utara, Batu Kalang, Koto Baru, Sikucur, Gunung Padang Alai, Malai V Suku, Sungai Sirah Kuranji Hulu, III Koto Aur Malintang Utara, III Koto Aur Malintang Selatan, III Koto Aur Malintang Timur dan Balai Baiak Malai III Koto

Kabupaten Padang Pariaman belum akan mengembangkan air limbah domestik sistem offsite sehingga belum ada peta tahapan pengembangan air limbah domestik – sistem offsite.

Tabel 3.5 : Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Padang Pariaman

No Sistem Cakupan Layanan

eksisting (%)

Target cakupan layanan (%) Jangka

Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Sistem On-site

1 Individual (tangki septik ) 0 26,6 % 48,3 % 66 %

2 Komunal (MCK, MCK ++) 0 9,4 % 11,7 % 14 %

B Sistem Off-site (Tidak ada)

1 Skala Kota - - -

-2 Skala Wilayah - - -

-Cakupan layanan : Jumlah Tangki Septik yang dilayani oleh IPLT Catatan : Tidak ada sistem off-site yang akan dikembangkan

(25)

Pariaman menetapkan target dan cakupan layanan pada jangka pendek untuk tangki septik individu adalah 26,6% dan layanan MCK Komunal sebesar 9,4%. Untuk mencapai target tersebut direncanakan untuk melakukan kerjasama pengelolaan air limbah dengan memanfaatkan IPLT yang ada di Kota Padang Panjang dan penambahan 14 unit truk tinja. Pada jangka menengah layanan akan ditingkatkan menjadi 48,3% (tangki septik individual) dan 11,7% MCK, MCK++ komunal) dan pembangunan 1 unit IPLT. Sedangkan target jangka panjang untuk cakupan layanan air limbah adalah 66% tangki septik individual dan 14% MCK, MCK++. Target akses terhadap jamban di kabupaten Padang Pariaman, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 : Akses terhadap Jamban Sehat Kabupaten Padang Pariaman

No Sistem

Akses terhadap jamban eksisting

(%)

Target akses terhadap jamban (%) Jangka

Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Sistem On-site

1 Individual (tangki septik + Cubluk ) 35,3 % 48 % 63 % 75 %

2 Komunal (MCK, MCK ++) 2 % 11 % 12 % 15 %

Akses jamban di Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan data EHRA dan data sekunder adalah 35,3 % ke jamban pribadi dan 2 % ke MCK. Berdasarkan kondisi eksisting dan target akses jamban (SPM) maka Kabupaten Padang Pariaman menetapkan target seperti pada tabel 2.2b, dapat dilihat target akses masyarakat terhadap jamban pada jangka pendek untuk tangki septik individu adalah 48 % dan layanan pada MCK komunal sebesar 11% dan cakupan layanan jangka menengah adalah 63% (tangki septik), 12% (MCK, MCK++ komunal). Sedangkan target jangka panjang untuk akses jamban sehat adalah 75% (tangki septik) dan 15% (MCK, MCK++ komunal)

2. Sub Sektor Persampahan

(26)

pelayanan persampahan Kabupaten Padang Pariaman terdapat 3 (tiga) zona yang dapat dijadikan isu strategis. Adapun pembagian zona tersebut adalah :

• Zona I : Merupakan area yang cukup padat. Adapun kriteria kawasan yang cukup

padat tersebut adalah kawasan bisnis dan tempat umum yang harus terlayani secara penuh 100% (Full Coverage) dan ditangani dalam jangka watu pendek dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPA serta wilayah permukiman dengan sistem pelayanan tidak langsung. Nagari yang termasuk kategori zona ini, yaitu: Ketaping, Sicincin, Lubuk Alung, Pauh Kambar, Sungai Sarik,Kuranji Hulu • Zona II : Merupakan Area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung

yaitu dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah. Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah 5 (lima) tahun ke deapan. Nagari yang termasuk kategori zona ini, yaitu: Punggung Kasiak, Kurai Taji, Anduring, Cimpago, Limau Purut dan Batu Gadang Kuranji Hulu.

• Zona III : Merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung

yaitu dari rumah tangga ke Tempat Pengumulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah. Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka panjang. Nagari yang termasuk dalam zona ini adalah: Buayan, Pasie Laweh, Sikabu, Sintuk, Tapakis, Ulakan, Sunur, Padang Bintungan, Kapalo Hilalang, Guguak, Lareh Nan Panjang, Tandikek Utara, Batu Kalang, Koto Baru, Sikucur, Gunung Padang Alai, Malai V Suku, Sungai Sarik Kuranji Hulu, III Koto Aur Malintang Utara, III Koto Aur Malintang Selatan, III Koto Aur Malintang Timur dan Balai Baiak Malai III Koto

Tabel 3.7 : Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Padang Pariaman

No Sistem Cakupan Layanan

eksisting (%)

Target cakupan layanan (%) Jangka

Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Penanganan Langsung (Direct)

1 Kawasan komersial/wisata 5,73 44,29 70,00

B Penanganan tidak langsung (Indirect)

1 Permukiman 5,73 44,29 70,00

C Penanganan langsung di sumbernya

(27)

Berdasarkan data dari Dinas PU bahwa penanganan sampah eksisting sampai tahun 2012 baru mencapai 5,73 % dari total timbulan sampah di perkotaan atau dalam satu minggu bisa mengangkut sampah sebanyak 96 M3 atau 13,7 m3/hari. Sebagian besar baru melayani pasar-pasar diantaranya Pasar Sungai Geringging, Pasar Sungai Limau, Pasar Kampung Dalam, Pasar Balai Baru, Pasar Sicincin, Pasar Usang, Pasar Pakandangan, Pasar Pauh Kambar, Bandara Internasional Minang Kabau.

Mengacu kepada standar pelayanan minimum (SPM) bahwa target pelayanan sampah di wilayah perkotaan harus mencapai 70 %, Kabupaten menetapkan target cakupan pelayanan tersebut dalam 2 tahap yaitu jangka pendek sebesar 44,29 % dan jangka menengah mencapai 70 %. Kegiatan pengurangan sampah dari sumbernya belum dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, sementara mengacu kepada SPM bahwa harus ada pengurangan timbulan sampah sebesar 20 %. Sehubungan dengan hal tersebut Kabupaten Padang Pariaman menetapkan target untuk pengurangan timbulan sampah pada jangka pendek sebesar 12 % dan jangka menengah sebesar 20 %. Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat nagari Kabupaten Padang Pariaman, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimum (SPM), yaitu : Kepadatan Penduduk, tata guna lahan (Perdagangan, jasa maupun permukiman), daerah genangan air hujan serta tingkat resiko kesehatan.

Tabel 3.8 : Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Padang Pariaman

No Sistem Cakupan Layanan

eksisting (%)

Target cakupan layanan (%) Jangka

Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

(28)

-3.2.1.2 Tujuan, Sasaran dan Strategi Sanitasi

A. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan Umum :

Secara Umum tujuan .dari pengembangan Air Limbah Domestik di Kabupaten Padang Pariaman adalah untuk meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 2. Memperbaiki kualitas air tanah dangkal

3. Memperbaiki kualitas lingkungan dan permukiman kaitannya dengan penyediaan fasilitasi sanitasi yang memadai

4. Meningkatkan kualitas air sungai

Untuk lebih rincinya tujuan, sasaran dan strategi Pengembangan Air Limbah Domestik di Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada tabel 3.9

B. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

(29)

Tabel 3.9 : Tujuan, Sasaran dan Tahap Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

1. Menyediakan Rencana Induk Alir Limbah domestik pada akhir 2014, meningkatkan penggunaa jamban sehat menjadi 75% pada tahun 2017 serta prioritas pengembangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan penyakit yang berhubungan dengan air 2. Meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta masalah teknisnya

3. Meningkatkan pendanaan air limbah domestik, baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan Masyarakat.

4. Menyediakan peraturan perundangan pengelolaan air limbah dan menjadikan pengelolaan air limbah domestik menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kab. Padang Pariaman

1. Tersedianya rencana induk air limbah domestik pada akhir tahun 2014 2. Tersedianya informasi untuk

penyusunan regulasi air limbah domestik pada tahun 2015

3. Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai pada akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 60% pada tahun 2017

4. Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih pengelola air limbah setempat sebanyak 3 orang pada akhir tahun 2017

5. Meningkatnya akses masyarakat terhadap jamban keluarga sehat dari 35,3 % menjadi 75% pada akhir tahun 2017 (Survei EHRA 2012)

6. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta masalah teknisnya 7. Meningkatnya pendanaan sektor air

limbah domestik baik dari sumber APBD kabupaten sebesar 2,12.% pertahun

8. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pengembangan system pengelolaan air limbah domestik

9. Pengelolaan air limbah domestik menjadi salah satu prioritas pembangunan

10. Tersedianya perda pengelolaan air limbah pada tahun 2014

1. Adanya dokumen master plan pengelolaan air limbah skala kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2014

2. Terbangunnya 1 unit IPLT pada akhir tahun 2015

3. 3 orang pengelola IPLT terlatih 4. Adanya 15 unit truk tinja sampai

akhir tahun 2017

5. Terbangunnya jamban sehat sebanyak 25,570 unit sampai tahun 2017

6. 52.441 orang telah terpapar informasi tentang pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta permasalahan teknisnya pada tahun 2017

7. Terjadinya peningkatan belanja sanitasi menjadi 1 % dari total APDB setiap tahun

8. Terjadinya peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pengembangan system pengelolaan air limbah domestik sebesar ...%

9. Adanya kegiatan advokasi oleh Pokja AMPL tentang pentingnya pengelolaan sanitasi kepada para pemangku kepentingan

10. Dokumen perda pengelolaan air limbah tersedia pada tahun 2014

A. Peningkatan Akses

1. Menyusun rencana induk pengelolaan air limbah domestik

2. Penyediaan pelayanan dan peningkatan kualitas sistem air limbah domestik untuk mencapai target SPM (Kemen PU no. 14 tahun 2010)

3. Meningkatkan akses jamban sehat

4. Prioritas pembangunan pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit yang berhubungan dengan air (Waterborne disease)

5. Mendorong kerjasama antar Kota/Kabupaten dalam upaya menlindungi badan air dari pencemaran air limbah

B. PMJK

1. Fasilitasi oleh SKPD terkait perlunya pelaksanaan PHBS 2. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi

dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

C. Pendanaan

1. Mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan

2. Mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem

3. Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasata

D. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan

1. Meningkatkan menajemen pembangunan air limbah di daerah

2. Meningkatkan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten

(30)

Tabel 3.10 : Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

1. Meningkatkan layanan persamapahan menjadi 70% pada tahun 2017 serta mengurangi 20% volume sampah yang diangkut ke TPA pada tahun 2017 2. Tersedianya regulasi

persampahan yang sesuai dengan undang-undang persampahan pada akhir tahun 2015, dan dan kebersihan serta terselenggaranya

pengelolaan persampahan skala rumah tangga di perdesaan

4. Meningkatkan pendanaan sektor persampahan baik dari sumber dana APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan masyarakat

1. Tersedianya Rencana Induk Pengelolaan Persampahan pada tahun 2014

2. Tersedianya informasi untuk penyusunan regulasi persampahan pada tahun 2014 3. Tersedianya fasilitas pengurangan

sampah (3R) sesuai dengan perencanaan pengelolaan sampah kabupaten Padang Pariaman untuk mengurangi timbulan sampah sebesar 20%

4. Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 5,73% menjadi 70% pada akhir tahun 2017 5. Tersedianya TPA sampah regional antara

Kab. Padang Pariaman dengan Kota Pariaman Selatan pada akhir tahun 2015 6. Tersedianya sarana dan prasarana sektor

persampahan yang memenuhi standar pelayanan

7. Terlatihnya 18 Orang pengelola sektor persampahan

8. Pengelolaan persampahan menjadi salah satu prioritas pembangunan

9. Tersedianya regulasi persampahan yang sesuai dengan undang-undang persampahan pada akhir tahun 2015 10. Termanfaatkannya sistem dan teknologi

daur ulang sampah oleh 250 KK pada tahun 2017

11. Meningkatknya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan persampahan dan kebersihan

12. Meningkatnya pendanaan sektor persampahan baik dari sumber APBD kabupaten sebesar 0,3.% pertahun (dari 0,7% menjadi 1%)

13. Meningkatnya peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

1. Adanya dokumen master plan penanganan persampahan skala kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2014

2. Berfungsinya 25 paket pengurangan sampah (3 R) pada akhir tahun 2017

3. Terangkutnya 121 M3 timbulan sampah oleh sistem penanganan sampah di perkotaan

4. Berfungsi dan beroperasinya TPA Regional dengan Kota Pariaman

7. Adanya kegiatan advokasi oleh Pokja AMPL tentang pentingnya pengelolaan sanitasi kepada para pemangku kepentingan 8. Dokumen perda persampahan

tersedia pada tahun 2014 9. 250 KK melakukan pemilahan

dan memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang sampah pada akhir 2017

10. 8.400 KK melakukan pengelolaan persampahan dengan metode 3 R

11. Terjadinya peningkatan belanja sanitasi menjadi 1 % setiap tahun

12. Sudah adanya peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

A. Teknis/Akses

1. Menyiapkan rencana induk pengelolaan persampahan 2. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya 3. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R dan

pengamanan sampah B3 rumah tangga

4. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R

5. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan

6. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem Pengelolaan

7. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana 8. Penanganan sampah rumah sakit & infeksius

B. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan

1. Meningkatkan kinerja institusi pengelolaan persampahan serta peningkatan kualitas SDM pengelolaan persampahan 2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

kepentingan lain

3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian, pertanian dan perdagangan

4. Advokasi dalam rangka penyamaan persepsi kepada pengambil keputusan untuk meningkatkan prioritas pendanaan dalam pengelolaan persampahan

5. Mendorong penyusunan perda pengelolaan persampahan dan penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum

C. PMJK

1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan anak usia sekolah dan kepada masyarakat

2. Meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah

(31)

D. Pendanaan

1. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan 2. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif

bagi dunia usaha (swasta)

3. Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta

4. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan

C. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase

Tabel 3.11 : Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase

Tujuan Sasaran Strategi antara regulator dan operator serta menyediakan peraturan perundangan tentang pengelolaan drainase 3. Meningkatkan pendanaan

sektor drainse termasuk operasi dan pemeliharaan, baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN

4. Meningkatkan kegiatan fasilitasi dan pengetahuan

1. Tersedianya rencana induk drainase pada tahun 2014

2. Tersedianya informasi untuk penyusunan regulasi drainase pada tahun 2014

3. Menurunnya luas genangan seluas 207 Ha (genangan 152 Ha dan rob 55 Ha) pada tahun 2017

4. Tersedianya sistem drainase lingkungan di 15 (lima belas) kawasan genangan dan 6 kawasan Rob

5. Tersedianya tupoksi lembaga yang berperan sebagai operator dan regulator

6. Meningkatnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan drainase lingkungan

7. Tersedianya regulasi pengelolaan drainase linkungan pada tahun 2017 8. Meningkatnya pendanaan sektor

drainase dari sumber APBD kabupaten sebesar 0,3% pertahun (dari 0,7% menjadi 1%)

1. Adanya dokumen Master plan dan outline plan drainase skala Ibu Kota Kecamatan pada tahun 2014

2. Terbangunnya sarana drainase lingkungan di 15 kawasan genangan dan 6 kawasan rob 3. Belum ada lembaga khusus

yang menangani drainase lingkungan

4. Belum ada lembaga khusus yang menangani drainase lingkungan, masih minimnya alokasi pembangunan drainase lingkungan

5. Dokumen perda drainase tersedia pada tahun 2014 6. Terjadinya peningkatan

belanja sanitasi menjadi 1% setiap tahun

7. Tersedianya biaya oerasi dan pemeliharaan saluran drainase 8. 5274 KK yang terpapar

informasi tentang fungsi dan

A. Teknis

1. Penyiapan Rencana Induk Sistem Drainase yang terpadu antara sistem Drainase utama, lokal dengan pengaturan dan pengelolaan sungai

2. Mengembangkan sistem Drainase yang berwawasan lingkungan (konservasi air)

3. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana terbangun

4. Mengoptimalkan sistem yang ada

B. Kelembagaan dan Perundangan

1. Pengembangan kapasitas SDM

2. Penyiapan prioritas optimalisasi sistem drainase 3. Peningkatan koordinasi antar instansi terkait

4. Mendorong penyusunan perda drainase dan penerapan sistem pengawasan dan penerapan sangsi hukum

C. Pendanaan

1. Mendorong dan memfasilitasi pemerintah Kabupaten dalam pengembangan system drainase yang efektif 2. Advokasi kepada pemerintah kabupaten untuk

(32)

masyarakat terhadap masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase

9. Meningkatnya biaya operasi dan pemeliharaan terhadap saluran drainase yang ada

10. Meningkatnya kegiatan fasilitasi terhadap masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase 11. Meningkatnya pengetahuan

masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase

manfaat saluran drainase 9. 15 Kelompok masyarakat

untuk mengelola saluran drainase terbentuk

D. PMJK/Komunikasi

1. Kampanye peningkatan peran masyarakat dibidang drainase

(33)

Gambar

Tabel 3.3Arahan, Strategi dan Arah Kebijakan
Tabel 3.4: Visi dan Misi Sanitasi kabupaten Padang Pariaman
Tabel 3.5 : Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Padang Pariaman
Tabel 3.6 : Akses terhadap Jamban Sehat Kabupaten Padang Pariaman
+6

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Untuk mengembangkan perpustakaan agar dapat melayani masyarakat dengan baik tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik secara internal maupun eksternal itulah yang akan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan.. data kepada pengumpul

Proses pembentukan biogas dilakukan secara anaerob, bakteri merombak bahan organik yang terdapat pada kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk organik, proses pelapukan

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Mutu pendidikan dan atau mutu lulusan banyak dipengaruhi oleh mutu kegiatan pembelajaran. Jika mutu kegiatan

Dalam penelitian ini, metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur.Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data dari Kepala Sekolah, Guru Fiqih,