• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG - DOCRPIJM 0c2fe9fb42 BAB IIIBAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG - DOCRPIJM 0c2fe9fb42 BAB IIIBAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

III - 1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang

dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

(2)

III - 2

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria:

i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas

dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

(3)

III - 3

c) peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

d) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,

c) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir d) memiliki sumber daya alam strategis nasional

e) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa f) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau g) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau

d) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, e) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang

f) menimbulkan kerugian negara,

(4)

III - 4

h) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup i) rawan bencana alam nasional

j) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun

2008 tentang RTRWN

NO PROVINSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

1 Nanggroe Aceh Darussalam Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh

2 Sumatera Utara

Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli

Serdang-Karo (Mebidangro)

Tebingtinggi, Sidikalang, pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang

Sidempuan, Sibolga

3 Sumatera Barat Padang

Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok

4 Riau Pekanbaru, Dumai

Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura

5 Kepulauan Riau Batam

Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo – Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun

6 Jambi Jambi

Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian

7 Sumatera Selatan Palembang

Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,

(5)

III - 5

8 Bengkulu Bengkulu, Manna,

Muko-Muko, Curup

9 Bangka Belitung

Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar

10 Lampung Bandar Lampung

Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, Kota Agung

11 DKI Jakarta –Jawa Barat-Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang,

Rangkas Bitung

Cikampek – Cikopo, Pelabuhanratu, 15 Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta Bantul, Sleman

16 Jawa Timur

18 Nusa Tenggara Barat Mataram Praya, Raya, Sumbawa Besar

19 Nusa Tenggara Timur Kupang

Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

20 Kalimantan Barat Pontianak

(6)

III - 6 Entikong, Sanggau, Sintang

21 Kalimantan Tengah Palangkaraya

Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,

Muarateweh, Sampit

22 Kalimantan Selatan Banjarmasin

Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru

23 Kalimantan Timur

Kawasan Perkotaan

24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang,

Tilamuta

25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado-Bitung

Tomohon, Tondano, Kotamobagu

26 Sulawesi Tengah Palu

Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala

27 Sulawesi Selatan

Kawasan Perkotaan

28 Sulawesi Barat Mamuju, Majene,

Pasangkayu

29 Sulawesi Tenggara Kendari

Unaaha, Lasolo,

31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo,

Labuha, Sanana

32 Papua Barat Sorong

Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru

33 Papua Jayapura, Timika

(7)

III - 7 Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional

(PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS

NASIONAL STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4) / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Riau

3 Kota Batam

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kep. Riau

4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kep. Riau

5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

II / A/ 2 :

7 Kefamenanu (Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)

9 Jagoi Babang (Kab. Bengkayang)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)

I / A / 2 : / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

13 Nunukan (Ibukota Kab. Nunukan)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi

(8)

III - 8 Baru (Tahap I)

15 Long Midang (Kab. Nunukan)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Timur

16 Long Pahangai (kab. Kutai Barat)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

17 Long Nawan (Kab. Malinau)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

18 Melonguane (ibukota Kab. Talaud)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

19 Tahuna (ibukota Kab. Kep. Sangihe)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku

21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

II / A/ 2 :

23 Daruba (Kab. Pulau Morotai)

I / A / 2 : / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

25

Kota Tanah Merah (Ibukota Kab. Tanah Merah)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

26 Kota Merauke (Ibukota Kab. Merauke)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

(9)

III - 9 Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan Industri

Lhokseumawe Ekonomi

Kota

Ekonomi Kota Sabang

Nanggroe

(10)

III - 10

Kab. Agam Sumatera Barat RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia /

(11)

III - 11

Sunda Ekonomi

Kota Serang,

Pusat DKI Jakarta

(12)

III - 12

Ekonomi Kota Bandung,

Kab. Bandung Jawa Barat

22

Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk

Sumedang Jawa Barat

25 Kawasan Stasiun Telecomand

Pangandaran Jawa Barat

27

Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan –

(13)

III - 13

Kab. Pasuruan Jawa Timur

34

Pandeglang Banten

35

(14)

III - 14

38 Kawasan Gunung Rinjani

Ekonomi Kab. Ngada

Nusa RI dengan negara Timor Leste pulau kecil terluar (Pulau Alor,

Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat RI dan Jantung Kalimantan (Heart

(15)

III - 15 Pengembangan

Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito

Palangkaraya, Muara Jawa, dan Balikpapan RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Manado – Bitung

(16)

III - 16

Ekonomi Kab. Banggai Kab. Banggai

54 Kawasan Poso

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Poso

Sulawesi Lingkungan Buol - Lambunu

Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar

59 Kawasan Toraja

dan Sekitarnya Sosial Budaya

Kab. Tana

61 Kawasan Soroako

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Luwu

Sulawesi

(17)

III - 17 Nasional Rawa

Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo

Hidup Kab. Kolaka,

Banda Sosial Budaya

Kab. Maluku

Tengah Maluku

66

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, dan Laag) dengan negara Timor pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau Hayati Raja Ampat

(18)

III - 18 Lingkungan Teknologi

Tinggi

72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua

73 Kawasan Taman

Bintuni Papua

75

Kawasan

(19)

III - 19 Panehan, dan

Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas

Tanggamus, Prov. Banten: Kab.

Pandeglang, Prov. Jabar: Kab.

Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab. Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat

Barat

Ket: *) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.1.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPIJM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

i. Ekonomi

ii. Lingkungan Hidup

iii. Sosial Budaya

iv. Pendayagunaan Sumber daya alam dan Teknologi Tinggi

v. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti

pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur

ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

(20)

III - 20

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

3.1.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

Rencana pola ruang wilayah mencakup: (1) Rencana pengembangan ruang kawasan lindung dan (2) Rencana pengembangan kawasan budidaya. Pola pemanfataan ruang dan

luasan wilayah untuk pola ruang di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pola Ruang Provinsi Maluku Utara

No POLA RUANG LUAS HA

1 Hutan Lindung 823798.8371

2 Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 45841.10175

(21)

III - 21

4 Hutan Produksi 353317.1267

5 Hutan Produksi Konversi 962248.1681

6 Perkebunan 345948.6431

7 Pertanian Lahan Kering 279228.529

8 Pertanian Lahan Basah 111256.7206

9 Permukiman 14422.21634

Sumber : RTRW Propinsi Maluku Utara 2007-2027

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

 Kawasan Lindung

Berdasarkan hasil Analisa dapat diketahui bahwa luas total Kawasan Lindung di Provinsi Maluku Utara hanya sekitar 20 persen. Angka ini masih kurang dibandingkan dengan luas minimum Kawasan Lindung yang hendaknya dimiliki suatu wilayah pengembangan (luas minimum 30 persen). Perbandingan menurut Kota dan Kabupaten menunjukkan bahwa Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi Kawasan Lindung yang sesuai dengan luas minimum yang disyaratkan. Sementara itu, Kawasan Lindung di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Barat relatif paling sempit (8-11 persen). Berdasarkan hasil analisa diketahui Kawasan Lindung yang terdapat di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (yang dalam hal ini terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir seluruh pulau dengan luas 799.629,6 Ha atau sekitar 21,9 % dari total luas daratan. Sebaran hutan lindung ini mayoritas tersebar di Pulau Halmahera Utara, Pulau Bacan, Pulau Mangoledan Pulau Taliabu (tersebar di seluruh kabupaten);

2) Kawasan perlindungan setempat berlokasi di sepanjang pantai seluruh pulau, sekitar danau dan sungai;

3) Kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa jenis, baik di daratan maupun di wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai berikut:

a) Taman Nasional Aketajawe, Kota Tidore Kepulauan, GP-1 (RTRWN); b) Cagar Alam Lolobata, Halmahera Timur, GP-5 (RTRWN);

c) Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (diusulkan), GP-4;

d) Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu (diusulkan), GP-2;

e) Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian selatan, GP-6; f) Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, GP-6 (RTRWN); g) Cagar Alam Pulau Obi, GP-6 (RTRWN);

h) Cagar Alam Lifamatola, GP-7 (RTRWN); i) Cagar Alam Tobalai (RTRWN);

j) Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu, GP-8 (RTRWN);

k) Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat, GP-8 (RTRWN); l) Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (diusulkan), GP-3;

m) Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (diusulkan), GP-6.

(22)
(23)

III - 23 Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

(24)

III - 24

 Kawasan Budidaya

Secara umum kondisi luasan areal dan produksi komoditas pertanian dan non pertanian, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a)Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat di Provinsi Maluku Utara adalah Padi, jagung, kedelai seluas 16.253 Ha dengan kemampuan produksi 2 - 4 Ton gabah kering/ha (sekitar 1.8 Ton beras/Ha). Tegalan yang sering digunakan untuk penanaman jagung, ubi kayu,ubu jalar, kacang tanah dan lain-lain, seluas ± 15.600 Ha dengan kemampuan produksi umbi 6 – 10 ton/Ha.

(b)Hortikultura

Buah-buahan yang banyak diusahakan adalah Durian, rambutan, mangga, jeruk, langsat, duku, manggis, nangka, alpukat, pepaya, jambu, nenas, salak, semangka, sukun, pisang, dan lain-lain dengan luasan ±14.115 Ha. Sedangkan sayur-sayuran yang banyak diusahakan antara lain, kangkung, bayam, terong, cabe, tomat, ketimun, sawi, kacang panjang, buncis dan lain-lain dengan luas lahan sebesar ± 1.406 Ha.

(c) Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan adalah Kelapa, pala, cengkeh, kakao, kopi, jambu mete, kayu manis, vanili, dan lain-lain dengan luasan ± 246.322 Ha.

(d)Peternakan

Populasi ternak yang dominan di Maluku Utara adalah kambing dan sapi yang tersebar hampir merata di Kabupaten/ Kota. Khusus mengenai ternak sapi terdapat potensi di Halmahera Timur, sedangkan ternak kambing potensial di Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah. Tidak terdapat kawasan yang secara spesifik diarahkan khusus sebagai daerah peternakan skala besar. Namun pemanfaatan ruang kegiatan peternakan pada dasarnya mengacu pada potensi yang sudah berkembang dan mengacu pada tata ruang daerah Kota atau Kabupaten yang bersangkutan.

(e)Hutan Produksi

(25)

III - 25

bahwa potensi kayu dan kayu olahan dari hasil hutan menunjukkan angka yang cukup besar, apabila dianggap sebagai pendukung sumber daya ekonomi. Selain produksi kayu, di kawasan hutan juga menghasilkan rotan yang cukup besar pula, dimana pada tahun 2005 telah dihasilkan rotan sebesar 114,92 Ton.

Dengan demikian maka strategi pengembangan hutan produksi adalah realistis mengingat besarnya angka produktifikas yang dihasilkan. Namun demikian, dalam strategi pengembangannya, perlu dikaitkan dengan program gerakan reboisasi agar tersedia kecukupan penghijauan bagi pembangunan secara berkesinambungan.

(f) Pertambangan

Lokasi atau Kawasan pertambangan, terdapat cukup banyak dan tersebar di Maluku Utara dengan berbagai ragam jenis tambang. Namun yang terpenting bahwa pengembangan lokasi pertambangan tidak merubah fungsi hutan lindung atau kawasan lindung. Pengembangan secara lebih luas mengenai pertambangan tetap mengacu pada peraturan perundanganan mengenai kegiatan pertambangan secara nasional. Pemanfaatan lahan untuk pertambangan adalah pada tatanan kawasan budidaya yang non produktif dibagian permukaan tanah, sehingga memberikan manfaat lain pada kondisi tanah yang sebelumnya dianggap non produktif.

(g)Permukiman

Kawasan pemukiman dalam struktur tatanan ruang adalah kawasan pemukiman perkotaan atau perdesaan. Sedangkan dalam wujud pengembangannya adalah dapat berupa permukiman tertentu menurut fungsi pemakainya, seperti permukiman transmigrasi, permukiman nelayan, permukiman pegawai, dan lain lain. Dalam hal pengembangan pemukiman, diarahkan untuk menempati lahan yang ditujukan sebagai lahan fungsi budidaya dengan kelerengan yang tidak sampai melebihi 25%. Alokasi ruang pemukiman adalah pada unit-unit satuan pedesaan atau perkotaan, karena pada hakekatnya penempatan ruang pemukiman adalah sebagai inti kegiatan kehidupan pedesaan dan perkotaan. Selain itu, pengembangan permukiman perlu disinergikan dengan keadaan infrastruktur seperti jaringan jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi. Rencana Tata Ruang baik di tingkat Kota dan Kabupaten pada dasarnya sudah menempatkan fungsi kota atau desa menurut ordenya masing-masing, dimana dalam ruang kota dan desa tersebut terdapat ruang kegiatan permukiman.

(h)Pariwisata

(26)

III - 26

pengembangan obyek wisata yang tersebar di sejumlah kawasan dikaitkan atau diintegrasikan dengan program pengendalian ruang kawasan lindung.

(i) Industri

Pengembangan industri di Maluku Utara, dapat berupa industri berat maupun ringan dan dapat berada di suatu kawasan khusus industri, dengan persyaratan tetap di kawasan budidaya. Persyaratan lokasi kawasan industri telah diatur menurut ketentuan yang ada baik dari Deperindag maupun dari Departemen Kimpraswil. Pada prinsipnya alokasi kawasan industri berada pada kelerengan yang tidak lebih dari 8 persen serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangannya.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan

prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

Hierarki kota atau daerah perkotaan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:

(a)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional. Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan karena kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.

(b)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten. Golongan ini biasanya merupakan kota besar dan kota sedang setara dengan kota orde I.

(c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (Gugus Pulau), dan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah. Kota tersebut disebut PKLW (Pusat Kegiatan Lingkungan-Wilayah)

(d)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini adalah yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan kota kecil/ibukota kecamatan.

(27)

III - 27

strategis, menunjang pengembangan wilayah baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi pula sebagai daerah penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. Pengelompokan kota-kota ini untuk dapat merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan sesuai dengan setiap kelompok tersebut.

Secara diagramatis hierarki pusat-pusat permukiman di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Rencana Struktur Pusat-Pusat Permukiman di Provinsi Maluku Utara

No. Hierarki Gugus Pulau (Wilayah

Pengembangan)

Kota/Ibukota Kecamatan

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 1 Ternate

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1 Tidore

3 Tobelo,

6 Labuha

7 Sanana

3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 4 Daruba

4. Pusat Kegiatan Lokal Wilayah (PKLW) 1 Sofifi

2 Sidangoli

2 Jailolo

5 Weda

8 Bobong

5 Maba

5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL ) 3 Galela

4 Bere-Bere

4 Wayabula

3 Kao

3 Malifut

2 Kedi

2 Tongutesungi

2 Susupu

5 Buli

5 Payahe

5 Patani

5 Subaim

6 Guruapin

5 Lelief

6 Mafa

6 Saketa

6 Babang

8 Falabisahaya

7 Dofa

5 Pulau Gebe

Sumber : RTRW Propinsi Maluku Utara 2007-2027

(28)

III - 28

Utara yang selama ini berada di Kota Ternate. Dengan demikian Kota Ternate yang semula merupakan kota dengan fungsi pusat pemerintahan, difokuskan hanya untuk kegiatan pusat perdagangan dan jasa, karena di kota ini sudah berkembang sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan kota-kota/kawasan-kawasan lain di Provinsi Maluku Utara.

Secara lengkap rencana kebijakan untuk pengembangan PKN, PKW, PKSN, PKLW dan PKL di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

(1) Rencana Kebijakan Pengembangan PKN

 Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di wilayah Indonesia

Bagian Timur (seperti Sorong, Fak-fak, Biak, Merauke, Dili, Manado, Kendari dan Ujung Pandang), Indonesia Bagian Barat (Surabaya, Jakarta, dan lain-lain) dan Negara Asia Pasifik (Australia, Jepang dan lain-lain) melalui peningkatan sarana dan prasarana komunikasi (laut, udara dan telekomunikasi);

 Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan

program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan peran swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan;

 Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri, jasa, perdagangan, dan lain-lain)

untuk memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(2) Rencana Kebijakan Pengembangan PKW

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan

prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui

pengembangan jaringan jalan darat, laut dan udara;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang

dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak (Multy Gate);

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(3) Rencana Kebijakan Pengembangan PKSN

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan

prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah internasional yang dilayani melalui

pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan

keamanan nasional serta integrasi nasional;

 Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah untuk peluang investasi.

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(29)

III - 29

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan

prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah nasional yang dilayani melalui pengembangan

jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan

keamanan wilayah Provinsi Maluku serta integrasi nasional;

 Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah Provinsi untuk peluang

investasi;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(5) Rencana Kebijakan Pengembangan PKL

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan

prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan

jaringan jalan darat dan laut;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(30)

III - 30 Gambar 3.2

(31)

III - 31 3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate, secara hierarkis terdapat beberapa jenjang kawasan strategis yaitu Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kota Ternate.

i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

Kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi, merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan ekonomi Kota Ternate. Penetapan kawasan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kota Ternate, dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada, sehingga diharapkan dapat menjadi sumber-sumber pendapatan ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat. Fungsi kawasan diarahkan untuk kegiatan budidaya, dengan mengembangkan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

• Potensi ekonomi cepat tumbuh.

• Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

• Potensi ekspor.

• Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.

• Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.

Kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi, yang diarahkan pengembangannya di Kota Ternate meliputi :

• Kawasan pengembangan Kota Baru Ternate di Kecamatan Ternate Selatan

dan Kecamatan Pulau Ternate.

• Kawasan Perdagangan dan Jasa di kelurahan Gamalama, Muhajirin,

Bationg Talangame, reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufa-dufa.

• Kawasan wisata pantai Sulamadaha, Pantai Hol dan Telaga Nita di

Kelurahan Sulamadaha, Pantai Tabanga di Kelurahan Tobololo, Pantai Ake Rica wisata di Kelurahan Rua, Pantai Bobane Ici di Kelurahan Rua dan Pantai Kastela di kelurahan Kastela;

• Kawasan Minapolitan meliputi Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah,

Kecamatan Ternate Selatan dan wilayah hiterland di Kecamatan Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua;

(32)

III - 32

iii. Lingkungan hidup

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang diarahkan di Kota ternate, meliputi :

(a) Kawasan Cengkeh Afo di Kelurahan Marikurubu;

(b) Kawasan rawan letusan gunung api terdapat di Pulau Ternate yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, dan Kecamatan Pulau Ternate;

(c) Kawasan resapan air pada daerah kemiringan lereng > 25% terdapat di Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah, Ternate Selatan, Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua;

(d) Kawasan rawan bencana tsunami terdapat pada pesisir pantai di Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, Kecamatan Pulau Ternate, Kecamatan Batang Dua, Kecamatan Pulau Hiri dan Kecamatan Moti;

(e) Kawasan Danau Laguna, Danau Tolire dan sekitarnya; dan

(f) Kawasan Mata Air Tege - Tege di Kelurahan Marikurubu, Mata Air Ake Ga’ale di Kelurahan Sangadji, Mata Air Santosa di Kelurahan Salero dan Mata Air Akerica di kelurahan Rua, Mata Air Jebubu di Kelurahan Tafaga, Mata Air Ake Boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti).

Kawasan-kawasan tersebut perlu dilakukan pelestarian untuk menjaga kelangsungan dan

kelestarian lingkungan, yang berfungsi untuk menjaga keselamatan lingkungan dan masyarakat.

iv. Sosial budaya

Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya, merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, seperti :

• Keraton Kesultanan Ternate di Kelurahan Soa Kecamatan Ternate Utara;

• Lapangan Ngaralamo dan Dodoku Ali di Kelurahan Salero;

• Kawasan Benteng Kota Janji di Kelurahan Fitu Kecamatan Ternate Selatan;

• Kawasan Benteng Orange di Kelurahan Makassar Timur Kecamatan Ternate

Tengah;

• Kawasan Benteng Toloco/Holandia di Kelurahan Sangaji Utara Kecamatan

Ternate Utara;

• Kawasan Benteng Kalamata (Santalucia) di kelurahan Kayu Merah;

• Kawasan Benteng Kastela/Gamlamo (Santo Paolo/Nostra Senora De

Rosario) di Kelurahan Kastela; dan

• Kawasan wisata budaya di Kawasan Kelurahan Soasio seperti Upacara Adat

(33)

III - 33

Penetapan kawasan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi

pengembangan sosial budaya termasuk pelestarian nilai-nilai budaya lokal dan history yang dapat menjadi ciri khas kota, serta sebagai daya tarik atraksi wisata budaya.

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

(34)

III - 34 Gambar 3.3

(35)

III - 35

b. Arahan pengembangan pola ruang dan pemanfaatan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

Penataan Ruang bahwa rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya kabupaten, yang juga berlaku mutatis mutandis untuk wilayah kota. Pemanfaatan ruang di satu wilayah harus dilakukan berdasarkan fungsinya, yaitu fungsi lindung dan fungsi budidaya. Pada dasarnya kedua kawasan ini tidak terpisahkan satu dengan yang lain, karena penetapan satu kawasan untuk berfungsi lindung didasarkan pada pertimbangan untuk menjaga agar kawasan budidaya tetap dapat berfungsi menyediakan peluang bagi pemenuhan kebutuhan manusia, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung.

Pemanfaatan Ruang Kota Ternate berdasarkan fungsi utamanya secara makro terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penetapan kawasan lindung di Kota Ternate pada dasarnya dijadikan titik tolak di dalam pengembangan tata ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam pengertian ini deliniasi kawasan lindung diintegrasikan dengan tata ruang wilayah secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung ditetapkan sebagai limitasi dan atau kendala di dalam pengembangan wilayah, barulah kemudian dapat direkomendasikan arahan kawasan budidaya untuk mengakomodasikan kebutuhan ruang baik bagi kegiatan budidaya pertanian maupun budidaya non pertanian.

(36)

III - 36 Gambar. 3.4

(37)

III - 37

(a) Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini dipertahankan sebagai kawasan lindung sesuai fungsinya untuk menjaga tata air kawasan bawahnya terutama hutan lindung di Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau dan Pulau Tifure.

Kawasan lindung di Kota Ternate direncanakan berupa :

• Kawasan Hutan Lindung.

• Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.

• Kawasan Perlindungan Setempat.

• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

• Kawasan Cagar Budaya

(38)

III - 38 Gambar 3.5

(39)

III - 39

(b) Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Pola ruang untuk Kawasan Budidaya direncanakan meliputi: kawasan permukiman, kawasan jasa dan perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan industry, kawasan pariwisata, kawasan Terbuka Non Hijau (RTNH) dan kawasan peruntukan lainnya.

1. Kawasan hutan produksi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1990 pasal 1 angka 2 definisi hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap (Pasal 1 angka 3 UU No. 41 Tahun 1999 dan Putusan MK No. 45/PUU-IX/2011 tanggal 21 Pebruari 2012).

Berdasarkan kategori fungsi hutan, hutan dibagi menjadi Hutan produksi dan hutan lindung. Hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap/biasa dan hutan produksi yang dapat dikonversi.

2. Kawasan permukiman,

Kawasan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Fungsi utama kawasan permukiman :

Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial. Perumahan sebagai bagian dari permukiman berfungsi sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga.

3. Kawasan jasa dan perdagangan,

Kawasan jasa dan perdagangan adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan jasa dan perdagangan yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada suatu kawasan perkotaan. Kawasan peruntukan jasa dan perdagangan memiliki fungsi antara lain:

1) Memfasilitasi kegiatan transaksi jasa dan perdagangan antar masyarakat yang membutuhkan dan masyarakat yang menjual jasa;

2) Menyerap tenaga kerja di pusat kegiatan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.

(40)

III - 40

dasarnya pola persebaran sarana jasa dan perdagangan cenderung tersebar di sepanjang jalan koridor utama, hal ini untuk mempermudah jangkauan dan skala pelayanan kepada masyarakat.

4. Kawasan perkantoran,

Sebagai Kota yang berkembang kearah lebih baik, akan berdampak pada semakin beragamnya aktifitas kota yang terjadi. Salah satu adalah aktifitas perkantoran baik perkantoran pemerintah maupun swasta. Kawasan perkantoran ini dikembangkan dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih efektif, cepat, dan hemat. Penyatuan dalam suatu kawasan akan relatif membantu bagi para pengguna dalam mengakses jasa pelayanan yang diberikan suatu kantor.

Terlebih bagi kantor pemerintahan yang sering digunakan dalam melayani kebutuhan penduduk kota yang berada dalam dua atau lebih satuan kerja yang memiliki bangunan tersendiri. Hal ini perlu diupayakan penyatuan dalam satu kawasan, sehingga penduduk kota tidak perlu harus menempuh jarak yang relatif jauh ataupun berpindah-pindah. Cukup dengan mendatangi satu kawasan dan melakukan pergerakkan di sekitar kawasan itu saja.

5. Kawasan industri,

Kegiatan sektor industri Kota Ternate saat ini masih terbatas pada industri kecil, yang tersebar di seluruh Kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari Data yang diperoleh dari Dinas Perinkop Kota Ternate Tahun 2010 bahwa Daftar Jumlah Perusahaan industri di Kota Ternate sebanyak 403 Perusahaan industri dengan Rincian jenis Usaha yakni : Industri Pangan 121 buah, Industri kimia dan bahan Bangunan 208 buah, industri sandang, kulit, kerajinan sebanyak 69 serta industri kecil bidang logam 5 buah. Banyaknya tenaga kerja yang terserap pada sub sektor industri berjumlah 1526 orang. Pengelompokan kegiatan industri yang ada dan berpeluang dikembangkan di Ternate saat ini adalah tipologi industri kecil dan ringan. Sebagai tipe Kota Jasa dan perdagangan, maka peluang pengembangan industri harus disediakan karena cenderung berkaitan erat

dengan kebutuhan pengembangan sektor jasa dan perdagangan.

Pengembangan lokasi ruang kegiatan industri dengan melihat tipologi industri yang berkembang adalah cenderung yang mendekati pasar dan bahan baku.

6. Kawasan pariwisata,

Kawasan yang digunakan sebagai ruang evakuasi bencana di Kota Ternate adalah ruang terbuka (lapangan olah raga, plaza, taman-taman kota dan lainnya) atau ruang terbuka yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk penyelamatan/ menampung penduduk yang mengungsi apabila terjadi bencana alam.

7. Kawasan perikanan,

(41)

III - 41

pariwisata merupakan kawasan yang didominasi oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasan budi daya lainnya di mana terdapat konsentrasi daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.

8. Kawasan pertanian,

Kawasan pertanian adalah kawasan yang di peruntukan bagi kegiatan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan dan peternakan. Komoditi holtikultura adalah jenis tanaman yang meliputi tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman hias dan aneka tanaman.

Fungsi utama kawasan pertanian adalah menghasilkan bahan pangan, palawija dan tanaman keras/ perkebunan. Kegiatan pemanfaatan kawasan pertanian sangat penting bagi upaya penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat. Kawasan pertanian tanaman pangan dan tanaman keras skala besar dapat berfungsi pula sebagai daerah resapan air hujan.

9. Kawasan ruang evakuasi bencana, 10. Kawasan terbuka non hijau

Ruang Terbuka Non Hijau : ruang yang secara fisik bukan berbentuk bangunan gedung dan tidak dominan ditumbuhi tanaman ataupun permukaan berpori, dapat berupa perkerasan, badan air ataupun kondisi tertentu lainnya (misalnya badan lumpur, pasir, gurun, cadas, kapur, dan lain sebagainya). Secara definitif, Ruang Terbuka Non Hijau selanjutnya dapat dibagi menjadi Ruang Terbuka Perkerasan (paved) Ruang Terbuka Biru (badan air) serta Ruang Terbuka Kondisi Tertentu Lainnya

(42)

III - 42 Gambar 3.6

(43)

III - 43

ii. Arahan pemanfaatan struktur ruang.

Pemanfaatan ruang merupakan rangkaian program dan kegiatan yang diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang untuk membentuk ruang.

Tujuan dari penetapan prioritas pemanfaatan ruang KotaTernate adalah agar terjaganya kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan atau pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruangnya, sehingga terjaganya konsistensi perkembangan KotaTernate dengan strategi perkotaan nasional dan arahan RTRW Provinsi Maluku Utara. Pengembangan KotaTernate diprioritaskan pada pemanfaatan kawasan lindung (rawan bencana) dan budidaya.

• Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang

beserta pembiayaannya;

• Penyusunan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dalam rangka

pemanfaatan ruang di kawasan budidaya dan kawasan lindung yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat harus berdasar pada pokok-pokok kebijakan Peraturan Daerah ini;

• Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya sebagaimana dimaksud pada

poin 1 (satu) termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat didalam rencana tata ruang wilayah;

• Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu

indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah;

• Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata

ruang dilaksanakan dengan pengembangan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan penatagunaan sumber daya alam lainnya; dan

• Pelaksanaan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

(44)

III - 44 3.2. RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.2.1. Kawasan Strategis Kota Ternate

Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap perkembangan kawasan makro Kota Ternate baik dari segi ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Selain itu, kawasan strategis juga akan berpengaruh terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengingat kawasan ini mempunyai pengaruh yang sangat penting maka diperlukan penetapan secara tegas dan rencana serta penanganan perkembangannya harus dilihat secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai sektor, sinergis dengan kawasan yang ada di sekitarnya dan harmonis dengan tetap mempertimbangkan dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan.

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi :

a. Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Gamalama, Muhajirin, Bastiong Talangame dan reklamasi pantai Kelurahan Salero – Dufa-dufa

b. Kawasan Kota Baru Ternate meliputi Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Pulau Ternate

c. Kawasan Wisata Pantai Sulamadaha, Pantai Hol dan Telaga Nita di Kelurahan Sulamadaha, pantai Tabanga di Kelurahan Tobololo, pantai Ake Rica wisata di Kelurahan Rua, pantai Bobane Ici di Kelurahan Rua dan Pantai Kastela di Kelurahan Kastela

d. Kawasan minapolitan meliputi Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah, Ternate Selatan dan wilayah hinterland di Kecamatan Pulau Ternate, Pulau Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua

e. Kawasan water front city (Kawasan Reklamasi) Kota Ternate meliputi Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya yaitu:

a. Keraton Kesultanan Ternate di Kelurahan Soa Kecamatan Ternate Utara

b. Lapangan Ngaralamo dan Dodoku Ali di Kelurahan Salero Kecamatan Ternate Utara c. Kawasan benteng Kota Janji (Santo Pedro) di Kelurahan Ngade Kecamatan Ternate

Selatan

d. Kawasan Benteng Orange di Kelurahan Makassar Timur Kecamatan Ternate Tengah

e. Kawasan Benteng Tolucco/Holandia di Kelurahan Sangaji Utara Kecamatan Ternate Utara

f. Kawasan benteng Kalamata (Santalucia) di Kelurahan Kayu Merah

g. Kawasan benteng Kastela/Gamlamo (Santo Paolo/Nostra Senora De Rosario) di Kelurahan Kastela

h. Kawasan wisata budaya di kawasan Kelurahan Soasio seperti Upacara Adat Kolano Uci Sabea, Penobatan Kapita/Fanyura, Baramasuwen (bambu Gila), Badabus, Soya-soya, Cakalele, Lagu dan Dadansa, Tide dan Ronggeng, Gala, Upacara Adat perkawinan Malut, Lala, Dana-dana, Salaijin dan Togal;

(45)

III - 45

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri atas :

a. Kawasan Cengkeh Afo di Kelurahan Marikurubu

b. Kawasan rawan letusan gunung api terdapat di Pulau Ternate yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Pulau Ternate

c. Kawasan resapan air pada daerah kemiringan lereng > 25 % terdapat di Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah, Ternate Selatan, Pulau Ternate, Pulau Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua

d. Kaw. rawan bencana tsunami pada pesisir pantai di Kec. Ternate Utara, Kec. Ternate Tengah, Kec. Ternate Selatan, Kec. Pulau Ternate, Kec. Pulau Batang Dua, Kec. Pulau Hiri dan Kec. Moti

e. Kawasan Danau Laguna, Danau Tolire dan sekitarnya

f. Kawasan Mata Air Tege - Tege di Kelurahan Marikurubu, mata air Ake Ga’ale di Kelurahan Sangadji, mata air Santosa di Kelurahan Salero, dan mata air Akerica di Kelurahan Rua, mata air Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti)

3.2.2. Arahan Pola Ruang Terkait dengan Pembangunan Cipta Karya

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini dipertahankan sebagai kawasan lindung sesuai fungsinya untuk menjaga tata air kawasan bawahnya terutama hutan lindung di Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau dan Pulau Tifure. Kawasan lindung di Kota Ternate direncanakan berupa :

1. Kawasan Hutan Lindung.

Arahan pengelolaan berikut diberlakukan pada kawasan lindung yang memiliki kegiatan budidaya terbatas (didalam kawasan lindung juga terdapat aktifitas manusia, tetapi dalam jumlah yang relatif sangat sedikit dan melakukan kegiatan budidaya yang sangat terbatas):

a. Hutan Lindung dijaga kelestariannya dengan kegiatan pemantauan dan pemeliharaan hutan melalui program monitoring dan rehabilitasi serta penghijauan kembali hutan lindung.

b. Pelarangan bagi pengembangan kegiatan budidaya di Hutan Lindung.

c. Kawasan Lindung dalam bentuk kelompok pohon Bakau (mangrove) juga diarahkan sebagai pelindung garis pantai dan sebagai habitat biota laut tertentu.

d. Hutan Lindung difungsikan juga sebagai kawasan resapan air, pengendali iklim perkotaan dan habitat satwa tertentu dengan memanfaatkan potensi vegetasi, udara dan tanahnya.

e. Lahan Hutan Lindung dijaga struktur fisik tanahnya dari resiko longsor dan abrasi (khusus yang terletak di kawasan pesisir).

f. Mengatur jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan dan harus berwawasan lingkungan

(46)

III - 46

h. KDB maksimum 5%.

i. Bentuk rumah penduduk harus permanen.

j. Kegiatan pariwisata yang sudah ada dipertahankan sedangkan untuk penambahan diperlukan studi dan perijinan tambahan.

1. Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.

Upaya Pengelolaan kawasan berfungsi lindung untuk kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa Kawasan Resapan Air. Arahan Pengelolaan pada kawasan resapan air ini berupa :

a. Pengaturan KDB yang mengatur tentang luasan tanah yang dapat ditutupi oleh setiap pemilik tanah agar kemampuan tanah dalam menyerap air dapat terjaga. b. Kewajiban setiap pemilik lahan untuk melakukan penghijauan, penanaman vegetasi

yang dapat menyimpan air, dan memeliharanya.

c. Penerapan teknologi sumur-sumur resapan air di beberapa titik lokasi permukiman kota untuk menambah cadangan air tanah.

d. Pemantapan kawasan resapan air melalui pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendalian.

e. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada atau berlangsung lama.

f. Pengendalian fungsi hidrologi kawasan hutan di kawasan resapan air dan telah mengalami kerusakan melalui langkah rehabilitasi dan konservasi.

g. Pencegahan kegiatan budidaya di kawasan resapan air kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi kawasan lindung.

h. Pemantauan terhadap kegiatan yang di perbolehkan berlokasi di kawasan resapan air seperti kegiatan penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, dan lain-lain agar tidak mengganggu fungsi lindung.

i. Pengendalian, pencegahan dan pemantauan kawasan resapan air di wilayah Kota Ternate dilakukan guna menjaga kelestarian kandungan air tanah Kota Ternate;

2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

Ruang terbuka hijau adalah adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. (Permen PU

no.05/PRT/M/2008). Keberadaan RTH di Kota Ternate memiliki fungsi sebagai taman, estetika, kawasan penyangga, konservasi, resapan air, rekreasi, tempat untuk

bersantai, tempat sosialisasi, dan lain-lain. Rencana RTH di Kota Ternate diarahkan

sebagai berikut:

a. Pengembangan jalur hijau di Kota Ternate pada jalan kolektor dan jalan lokal yang difungsikan sebagai RTH yang mempunyai fungsi utama sebagai paru-paru kota, sebagai resapan air, dan sebagai estetika kota. Sehingga keberadaanya perlu dimanfaatkan secara maksimal, seperti dengan penanaman bunga dan pepohonan yang mempunyai nilai seni dan lain-lain.

(47)

III - 47

c. Untuk kawasan konservasi yang ada di Sempadan Kalimati/barangka, sempadan danau, sempadan pantai, pengamanan sumber air baku/ mata air dimanfaatkan sebagai RTH secara maksimal, yang berfungsi sebagai penahan intrusi air laut, erosi, abrasi, tiupan angin kencang, resapan air dan hutan kota.

d. Untuk lapangan olah raga direncanakan penyebarannya ke tiap Sub Pusat Pelayanan Kota/BWK selain mempertahankan keberadaan lapangan olahraga yang sudah ada, juga untuk menghindari adanya peralihan fungsi sebagai kawasan terbangun, dan hanya difungsikan untuk RTH, baik berupa taman, tempat olah raga, maupun sebagai daerah resapan air.

e. Tempat pemakaman difungsikan sebagai RTH untuk resapan air.

f. Pembuatan buffer zone (kawasan penyangga) di kawasan TPA, industry, pergudangan serta kawasan bandara

g. Pengembangan hutan kota, hutan wisata dan agrowisata.

h. Pengendalian kawasan konservasi dan resapan air yaitu kawasan dengan angka kemiringan lahan diatas 25%.

Pola ruang untuk Kawasan Budidaya direncanakan meliputi: kawasan permukiman, kawasan jasa dan perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan Terbuka Non Hijau (RTNH) dan kawasan peruntukan lainnya.

1. Kawasan hutan produksi 2. Kawasan permukiman,

3. Kawasan jasa dan perdagangan, 4. Kawasan perkantoran,

5. Kawasan industri, 6. Kawasan pariwisata, 7. Kawasan perikanan, 8. Kawasan pertanian,

9. Kawasan ruang evakuasi bencana, 10. Kawasan terbuka non hijau; dan 11. Kawasan peruntukan lainnya

Adapun arahan pola ruang untuk kawasan budidaya yang terkait dengan pembangunan bidang Cipta Karya antara lain:

1. Kawasan permukiman

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan perumahan antara lain meliputi :

a. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

b. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura;

c. Permukiman pusat kota diarahkan dalam penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

d. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

(48)

III - 48

2. Kawasan pariwisata

Rencana pengelolaan kawasan pariwisata meliputi : a. Mempromosikan untuk menjadi jalur tur wisata nasional

b. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana;

c. Menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata; d. Tidak melakukan pengerusakan terhadap daya tarik wisata alam;

e. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;

f. Meningkatkan pencarian atau penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya;

g. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi menuju pada daya tarik wisata alam, budaya dan minat khusus;

h. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian daya tarik wisata, dan daya jual atau saing

3. Kawasan ruang evakuasi bencana

Rencana pengelolaan kawasan ruang evakuasi bencana meliputi :

a. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung ruang evakuasi yang dialokasikan pada kawasan ruang terbuka yang diarahkan untuk berfungsi ganda sebagai ruang evakuasi bencana dan tempat tinggal darurat;

b. Mampu menjalankan fungsi evakuasinya dengan baik pada saat dibutuhkan;

c. Mempersiapkan koneksitas antara jalur evakuasi dengan ruang evakuasi bencana yang dipersiapkan agar proses evakuasi dapat dilakukan dengan baik;

d. Melakukan sosialisasi berkala di masyarakat berkaitan dengan sistem, jalur dan ruang evakuasi bencana yang disiapkan bila terjadi bencana alam;

e. Melakukan simulasi penanganan evakuasi bencana bagi masyarakat sebagai bagian dari sosialisasi yang dilakukan secara berkala;

f. Pengembangan lapangan evakuasi bencana tsunami yang dapat difungsikan

sebagai tempat tinggal darurat bersama di setiap kelurahan yang berpotensi

terkena tsunami; lapangan evakuasi terletak pada lokasi yang aman dari bencana.

3.2.3. Arahan Struktur Ruang Terkait Dengan Pembangunan Cipta Karya

Arahan struktur ruang terkait dengan pembangunan bidang cipta karya antara lain: 1. Sistem Jaringan Air Minum

Rencana pengembangan sistem Jaringan air minum meliputi:

a. Rencana peningkatan pelayanan air Minum sistim perpipaan pada tahun 2031 sebesar kurang lebih 80% dari jumlah penduduk di kecamatan Ternate Selatan, Ternate Tengah, Ternate Utara, Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua.

b. Rencana kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2031 diperkirakan kurang lebih 529,3 l/det;

(49)

III - 49

Jebubu di Kelurahan Tafaga, mata air Ake boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti) serta sumur dalam baru yang tersebar diseluruh lokasi. Pengembangan sumber air baku sebagai sumber air bersih terlebih dahulu dikaji kelayakan teknis dan ekonomis;

d. Penerapan teknologi alternative yang dapat merubah air laut menjadi air tawar atau jaringan pipa air bersih bawah laut ke Pulau Hiri dengan terlebih dahulu melakukan

pengkajian teknis, sosial dan ekonomi yang mendalam.

e. Pengembangan jaringan perpipaan / hydrant umum di kelurahan berkarakter perdesaan di Kecamatan Moti, Hiri dan Batang Dua serta lokasi-lokasi ketinggian yang kesulitan air bersih di kecamatan Pulau Ternate, kecamatan Ternate Utara, kecamatan Ternate Tengah dan kecamatan Ternate Selatan;

f. Pengembangan jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau pembangunan penangkap mata air di kecamatan Moti, Hiri dan Batang Dua.

g. Penyediaan Hidran Kebakaran pada kawasan kepadatan bangunan tinggi di pusat kota, kawasan komersial dan bangunan publik;

h. rencana pengembangan instalasi air minum skala kecamatan (IKK) di kecamatan Pulau Hiri, kecamatan Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua

2. Sistem Pengolahan Limbah

Rencana penanganan air limbah yang meliputi :

a. Mengoptimalkan IPLT di TPA Buku Deru-deru Kelurahan Takome;

b. Pembangunan IPAL skala kawasan di pusat perdagangan dan jasa di kelurahan Gamalama dan pada kawasan rencana pengembangan Kota Baru.

c. Peningkatan program Sanimas pada kawasan permukiman pasang surut di Kelurahan Kampung Makassar Timur, Mangga Dua, Bastiong, Kalumata, Salero, dan Sangaji.

d. Pembangunan MCK dengan septic tank menggunakan resapan pada kawasan berkepadatan rendah dan sedang dengan memperhatikan kedalaman muka air tanah. Untuk kawasan berkepadatan tinggi menggunakan septic tank komunal dengan sistem Biodigester sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai biogas, dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok (Community Based Sanitation).

e. Rumah sakit dan klinik harus dilengkapi dengan perangkat untuk penanganan

sampah B3.

3. Sistem Persampahan Kota

Rencana pengembangan terkait sistem pengelolaan persampahan di Kota Ternate meliputi:

(50)

III - 50

diharapkan merupakan warga di kelurahan setempat yang direkrut khusus untuk mendukung program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Petugas pengumpul sampah bekerja hanya sebatas dari rumah warga ke TPS dan setiap hari, pada pagi hari sehingga tidak mengganggu aktifitas warga.

b. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang jumlahnya sesuai kebutuhan yaitu tong sampah pemilihan, TPS/TPST, gerobak sampah, dump truck, amroll, container sampah dan peralatan berat TPA.

c. Pemanfaatan sarana pemilahan Transdepo/TPST untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga masa pakai TPA menjadi lebih panjang;

d. Legalisasi kepemilikan lahan TPA Buku Deru-Deru

e. Peningkatan Pengelolaan TPA dari system open dumping menjadi Sanitary Landfill atau Control Landfill.

f. Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di masyarakat dan sekolah-sekolah, melalui seminar, pamflet, papan pengumuman dan media lainnya; g. Peningkatan sistem manajemen persampahan;

h. penyusunan master plan persampahan Kota Ternate.

i. Pembuatan Buffer Zone / sabuk hijau di TPA Buku Deru-Deru 4. Sistem Drainase Kota Ternate

Rencana pengembangan saluran drainase di wilayah Kota Ternate adalah sebagai berikut :

a. Normalisasi saluran Primer pada kawasan rawan banjir/genangan dalam pusat Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 1735 m, yaitu:

Kawasan Gamalama :

Saluran Primer Samping BRI Gamalama; Saluran Primer Pasar Ikan Lama; Saluran Primer Samping Hotel Neraca; Saluran Primer jalan Busoiri

Kawasan Mangga Dua :

saluran Primer jembatan 3 dan Saluran Primer Depan Apotik Mangga Dua

b. Normalisasi saluran Sekunder dan Tersier pada kawasan rawan banjir/genangan dalam pusat Kota Ternate dengan panjang total kurang lebih 9.013 m, yaitu:

Kawasan Gamalama :

Saluran Jalan Pahlawan Revolusi (Depan Kodim-Bank Artha Graha); Saluran Jalan Busoiri (Mesjid Mutaqin-depan PT.Alinda); Saluran Mall Ternate-Mesjid Mutaqin; Saluran Samping Benteng Orange - Mesjid Mutaqin; Depan RS Darma Ibu - Depan Gereja Ayam

Kawasan Bastiong :

Saluran Kawasan Pasar Bastiong; saluran jalan Bastiong - Perumnas; saluran jalan Raya Bastiong (jembatan 4 - pertigaan Falajawa 2); saluran jalan Raya Bastiong jembatan 3 – jembatan 4; saluran jalan masuk pelabuhan Fery Bastiong

Kawasan Mangga Dua :

saluran jalan Jati Besar (pertigaan jalan Jati–Mangga Dua - Trafick Ligth Jati); saluran depan toko Setia Kawan – kalimati/barangka depan hotel Amara;

Kawasan Santiong :

Saluran kawasan Kubur Cina Santiong;

(51)

III - 51

d. Konservasi daerah tangkapan air hujan (hulu) di kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.

e. Penertiban bangunan yang mengecilkan dimensi dan yang berada di atas saluran pada kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.

f. Pembangunan talud pada saluran kali mati/barangka yang bermuara atau melintas kawasan dalam kota untuk menghindari pengikisan dinding barangka/kalimati, sedimentasi berlebihan dan menghindari limpasan air kali mati pada kawasan rawan banjir di kecamatan Pulau Ternate, Ternate Utara, Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Selatan.

g. Pembuatan bangunan pengendali banjir (checkdam) pada kalimati/barangka yang terletak pada kawasan diatasnya yang berfungsi sebagai sistem pengontrolan dan pengendalian sedimen sekaligus berfungsi mengendalikan kecepatan air dalam saluran primer.

h. Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka.

5. Pengembangan Sistem Pejalan Kaki

Rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana prasarana jaringan pejalan kaki di Kota Ternate adalah sebagai berikut:

a. Jalur pedestrian pada kawasan pariwisata, pendidikan, perkantoran, jasa dan perdagangan;

b. Rencana pembangunan baru jalur pejalan kaki di ruas-ruas jalan kolektor dan jalan lokal di Kota Ternate dengan lebar disesuaikan dengan kebutuhan dan klas jalan;

c. Peningkatan kualitas jalur pejalan kaki pada kawasan yang memiliki bangkitan pejalan kaki di seluruh Kota Ternate dengan melakukan perbaikan dan penataan kembali sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman bagi pejalan kaki;

d. Pengembangan jalur pejalan kaki terpadu yang terdiri dari RTH, yang terintegrasi dengan joging track, tempat pemasangan reklame, shelter, halte, dan termasuk jaringan bawah tanah (listrik, telepon, PDAM) yang diarahkan di jalan Pahlawan Revolusi, jalan Halmahera, jalan pantai Daulasi, jalan kawasan kota baru Gambesi – Jambula, rencana jalan pantai Salero Dufadufa, rencana jalan pantai Kota baru - Bastiong, rencana jalan pantai Kayu Merah – Sasa.

Gambar

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Tabel 3.4 Pola Ruang Provinsi Maluku Utara
Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Lindung di Provinsi Maluku Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa menggunakan penerapan pendekatan brain based learning dengan metode pembelajaran

Dalam penelitian ini dilakukan pengaturan ulang tata letak dan perbaikan terhadap prosedur setup di gudang bahan baku untuk mengurangi waktu penyiapan komponen

 Untuk angkutan udara domestik, jumlah pesawat yang berangkat dari bandara Ngurah Rai pada bulan Januari 2016 sebanyak 3.303 unit penerbangan, atau turun 2,05 persen

Program sukarela – Dana Pensiun : Dari semua dana pensiun yang menyelenggarakan program yang manfaatnya pasti, rata-rata menjanjikan manfaat pensiun sebesar 1.5 x penghasilan

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat

Distribusi Frekuensi berdasarkan Skala nyeri disminore sesudah pemberian minuman kunir asam pada kelompok kontrol di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Analisis statistik menunjukkan nilai deteksi vaskularisasi dengan CEUS sesuai dengan ukuran tumor dan kedalaman tumor pada 118 nodul dengan densitas tinggi pada fase arterial fase

Dewi Setyorini, S.Psi, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan penulis banyak masukan, dukungan dan motivasi