• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Dalam sub bab ini akan dijelaskan 3 bagian, yaitu Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, Arahan Penataan Ruang, Arahan Wilayah Pengembangan Strategis, Arahan Rencana Pembangunan Daerah.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya ini berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

3.1.1.1 Arahan Pembanguna Berdasarkan RPJMN Taun 2015 - 2019

Pembangunan jangka panjang nasional ditetap kandalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga yaitu RPJMN tahun 2015-2019, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional

(2)

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

B. Dimensi Pembangunan;

1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karakter

menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, kedaulatan

energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, dan pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan, baik

antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.

C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan

penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar ouput pembangunan segera dapat terwujud dan

(3)

Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019

A. Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional

Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

(4)

Untuk Kawasan Strategis Nasional, sasaran pembangunan periode 2015-2019 adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, yaitu di antaranya: 15 KEK, 14 Kawasan Industri Baru, 4 KPBPB dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah pinggiran. Dengan demikian diharapkan secara bertahap terjadi pengurangan kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini diharapkan adanya peningkatan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara dengan sasaran kontribusi PDRB KTI dari sekitar 20 persen (2014) menjadi minimal 22 persen pada tahun 2019, sehingga diharapkan kondisi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI.

Upaya tersebut perlu disertai dengan pemberian captive budget APBN belanja modal untuk percepatan pembangunan KTI, sehingga pembangunan infrastruktur di kawasan timur dapat mendorong investasi lebih cepat. Selain itu untuk pemerataan pembangunan antar wilayah, pembangunan daerah diarahkan untuk: menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan pembangunan KTI melalui peningkatan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Selain itu, kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitra, kerjasama ekonomi dalam kerangka Indian Ocean Rim Association (IORA), yang ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional, yang antara lain dititikberatkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri dari: pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota dan 13 Provinsi.

Sasaran pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2015-2019 adalah berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, simpul utama transportasi wilayah, pintu gerbang internasional/pos pemeriksaan lintas batas kawasan perbatasan negara, dengan 16 PKSN lainnya sebagai tahap persiapan pengembangan;

(5)

kecil terluar adalah untuk mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa.

B. Agenda Prioritas

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan

untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.

2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.

3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan kangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.

4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; seta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.

5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah: meliputi pemerataan pembangunan antar wilayah.

6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.

Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

(6)

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional 2015-2019 yang berkaitan dengan bidang keciptakaryaan adalah :

1. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

2. Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan perubahan iklim. Arah

kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan dan penegakan hukum pencemaran lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, dan memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan.

Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.

4. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan

(7)

Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Tabel 3.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019

No Pembangunan Baseline 2014 Sasaran 2019

Infrastruktur Dasar dan Konektivitas

a Akses Air Minum Layak 70 % 100 %

b Sanitasi Layak 60,5 % 100 %

c Pengentasan Kumuh 38.431 Ha 0 Ha

3.1.1.2 Arahan Pembanguna Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tahun 2015 - 2019

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.

(8)

Tabel 3.2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pendekatan Strategi Pelaksanaan

Membangun Sistem 1 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

2 Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)

3 Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan

Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan

Gedung, SK Kumuh, dsb.

2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi

Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi

PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan.

Pemberdayaan Masyarakat

1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.

2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat Sumber: Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019

A. Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-BinWas) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

1. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:

(9)

• Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;

• SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;

• Penyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatankelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis.

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

• Kesepahaman bersama antarpelaku;

• Komitmen dari seluruh pelaku;

• Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.

Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

• Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;

• Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi

daerah.

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala. Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

(10)

• Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah;

• Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan

daerah.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman; b. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin

tercapainya target RPJMN;

c. Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.

2. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Perkotaan

Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan

kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan

prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

a. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kotakota lainnya.

b. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya

pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

a. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman;

(11)

3. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Perdesaan

Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman

perdesaan.

Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang

mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.

b. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

4. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus

Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal

di kawasan perbatasan.

(12)

a. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaan antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa. Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.

b. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.

Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi

SPM.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki

ketahanan terhadap bencana.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

(13)

penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.

c. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

d. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.

B. Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangnan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable citydan juga menggiatkanurban economic development.

Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan

dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan

a. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;

b. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan;

c. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan;

(14)

Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan,

dan kemitraan termasuk pembinaan teknis

a. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

b. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat);

c. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah; d. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama

untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung; e. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;

f. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

g. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

h. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

i. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

j. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan

pemberdayaan masyarakat

a. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan

Lingkungan;

b. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli

lingkungan;

c. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli

profesi secara nasional dan profesional;

d. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program

Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;

e. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang

(15)

f. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana,

pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan.

g. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi mental sesuai

arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

C. Kebijakan dan Strategi Sistem Peyediaan Air Minum

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan

perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

a. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. b. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

c. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.

d. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku. e. Menurunkan tingkat kehilangan air.

f. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif

sumber pembiayaan.

a. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

b. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.

c. Mengembangkan pola pembiayaan melaluiCorporate Social Responsibility(CSR).

(16)

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

a. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam

pengembangan SPAM.

b. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam

pengembangan SPAM.

c. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.

d. Menerapkan prinsipGood Corporate Governanceuntuk Penyelenggara/operator SPAM.

e. Mengembangkan kapasitas SDM dengan polaCenter of Excellent.

f. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

g. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

a. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM. b. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

c. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

a. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku. b. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

a. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM. b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM

a. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum. b. Memasarkan hasil inovasi teknologi.

c. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

(17)

D. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

• Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah; • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.

1. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan system pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAKsanitasi;

b. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); c. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan

program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);

d. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN.

e. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan;

f. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat.

Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air

limbah permukiman.

(18)

a. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan.

b. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;

c. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah

permukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:

a. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. b. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah

permukiman;

c. Penerapan peraturan perundangan.

Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut: a. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat

masyarakat;

b. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah; c. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman; d. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;

e. Peningkatan kesadaranpemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan

pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

a. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman.

b. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.

(19)

2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R(Reduce-ReuseRecycle);

b. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R; c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu: a. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan;

b. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; d. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arahsanitary landfill;

e. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional;

f. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;

b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum; c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah; d. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

(20)

b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan; c. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;

d. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain; e. Meningkatkan kualitas SDM;

f. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: a. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta b. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

3. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan

keseimbangan tata air.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

a. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan

dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan sungai;

b. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya

konservasi air;

c. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase

Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan

pembangunan baru.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

a. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana system drainase yang terbangun;

b. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan;

c. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase

dan peran serta masyarakat.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: a. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;

b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;

(21)

d. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: a. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

b. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan; c. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan; b. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Hasil dari peninjauan kembali RTRWN untuk Kabupaten Mahakam Ulu, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai acuan adalah kebijakan dan rencana yang ditetapkan meliputi struktur ruang dan pola ruang.

1. Rencana Struktur Ruang

a. Sistem Perkotaan Nasional

1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN): Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong Samarinda-Bontang

2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): - Sangata

- Tanjung Redeb - Tanah Paser

- Sendawar

3) Pusat Kegiatan Stratgeis Nasional : - Long Pahangai

(PKSN) - Long Apari

(22)

• Bontang-Sangata • Sangata – Maloy c. Pelabuhan

1) Pelabuhan Utama : Balikpapan

2) Pelabuhan Pengumpul: • Samarinda

• Tanjung Sangatta • Maloi

• Pasir/Tanah Grogot • Tanjung Santan • Tanjung Redep d. Bandara

1) Bandara Pengumpul Primer : Sepinggan/Sultan Aji Muhammad Sulaiman 2) Bandara Pengumpul Sekunder :

• Kalimarau-Berau • Samarinda Baru

e. Wiayah Sungai : Hahakam dan kelai

2. Rencana Pola Ruang

a. Kawasan Lindung Nasional 1) Taman Nasional Kutai

2) Cagar Alam Muara Kaman Sedulang 3) Cagar Alam Padang Luwai

4) Cagar Alam Teluk Apar 5) Cagar Alam Teluk Adang 6) Tahura Bukit Soeharto

7) Taman Wisata Alam Laut Pulau Sangalaki

b. Kawasan Andalan

1) Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya

(industri, kehutanan, pertambangan, pariwisata, perikanan, dan pertanian) 2) Kawasan Sangkuriang, Sangata, dan Muara Wahau

(Industri, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perikanan laut, pariwisata, pertanian)

(23)

(industri, perkebunan, pertambangan, kehutanan, perikanan, pariwisata, pertanian) 4) Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan sekitarnya

(perikanan, pertambangan, pariwisata)

c. Kawasan Strategis Nasional

1) Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan

2) Kawasan Jantung Kalimantan (HoB)

3) Kawasan Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan

4) Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara

Hasil penjelasan dari RTRW Nasional didapat bahwa berdasarkan struktur ruang,di Kabupaten Mahakam Ulu masuk dalam Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yaitu Kecamatan Long Apari dan Kecamatan Long Pahangai. Selain itu Kabupaten Mahaka Ulu juga masuk dalam Kawasan Strategis Nasional, yaitu Kecamatan Long Apari.

3.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur, tujuan penataan ruang Provinsi Kalimantan Timur adalah Mewujudkan Ruang Wilayah Provinsi yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang Berkeadilan dan Berkelanjutan berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan. Dan untuk mewujudkan penataan ruang wilayah provinsi tersebut, kebijakan dan strateginya sebagai berikut :

1. Pengembangan sektor ekonomi produktif migas dan batubara yang bernilai tambah tinggi dan

berwawasan lingkungan menjadi sektor unggulan provinsi untuk memacu pertumbuhan

ekonomi serta pemanfaatannya bagi segenap masyarakat.Strateginya meliputi :

a. perwujudan struktur ruang yang mampu mendukung pengembangan sektor ekonomi produktif migas dan batubara yang bernilai tambah tinggi;

b. perwujudan pola ruang yang mampu mendukung pengembangan sektor ekonomi produktif migas dan batubara yang berwawasan lingkungan;

c. pengembangan kawasan strategis industri turunan migas dan batubara yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan daya saing investasi;

d. membatasi izin pembukaan kawasan eksplorasi baru dan mengoptimalkan kawasan eksploitasi eksisting.

2. Pengembangan sektor unggulan untuk mengantisipasi berkurangnya sumberdaya migas dan

(24)

dan energi yang dapat diperbaharui, sebagai bagian upaya meningkatkan ketahanan pangan

dan energi wilayah dan nasional. Strateginya meliputi :

a. perwujudan struktur ruang yang mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian untuk lebih berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. perwujudan pola ruang yang mampu mendukung pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian dan pariwisata, sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan wilayah dan nasional, serta mendukung transformasi ekonomi;

c. pengembangan kawasan strategis agroindustri sebagai pusat pertumbuhan baru untuk mendorong pemerataan pertumbuhan antar wilayah; dan

d. pengembangan sumber dan teknologi pemanfaatan energi terbarukan sebagai upaya meningkatkan ketahanan energi wilayah dan nasional.

3. Perwujudan ruang yang bersinergi dengan pertumbuhan ekonomi hijau. Strateginya meliputi :

a. penurunan emisi dan jejak karbon dari sektor-sektor ekonomi produktif dalam perwujudan pemanfaatan ruang;

b. penguatan prinsip kerjasama dalam konservasi hutan dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan serta kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah kawasan lindung dan wilayahHeart of Borneo (HoB); dan

c. penguatan kelembagaan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan dalam implementasi ekonomi hijau.

4. Perwujudan pemerataan hasil pembangunan dan pelayanan bagi seluruh masyarakat dengan

memberikan kesempatan pada seluruh bagian wilayah untuk berkembang sesuai potensi.

Strateginya meliputi :

a. pemerataan penyediaan sarana dan prasarana wilayah sebagai penunjang kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, khususnya pada wilayah yang belum dan/atau tidak berkembang agar terjadi hubungan yang sinergis;

b. pemerataan pengembangan wilayah melalui keseimbangan pembangunan dan keterkaitan kawasan permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan sebagai penunjang kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;

c. pengembangan kawasan-kawasan strategis sebagai penunjang kegiatan ekonomi dan sosial budaya masyarakat; dan

(25)

5. Perwujudan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga harmonisasi kegiatan

ekonomi, investasi, sosial dengan mempertimbangkan daya dukung dan kelestarian

lingkungan serta menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan. Strateginya meliputi :

a. pengendalian pembangunan melalui upaya tindakan antisipatif dan kuratif yang konsisten dalam pengelolaan kegiatan budidaya yang berpotensi dan/atau telah terindikasi mengganggu kelestarian lingkungan;

b. peningkatan upaya pemeliharaan dan rehabilitasi kawasan yang telah mengalami degradasi lingkungan dan berpotensi menimbulkan dampak bencana;

c. penetapan kawasan lindung dan budidaya berdasarkan karakterstik, kesesuian dan daya dukung lingkungan yang turut mempertimbangkan produktivitas ekonomi dan kepentingan sosial budaya; dan

peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan pada pusat kegiatan di wilayah perbatasan negara melalui penetapan zona penyangga yang berfungsi untuk pengamanan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya secara selektif.

Arahan mengenai rencana pengembangan sistem perkotaan wilayah provinsi dan sistem perkotaan nasional yang terkait dengan wilayah provinsi meliputi:

a. PKN, meliputi: Kawasan Perkotaan Balikpapan – Tenggarong – Samarinda – Bontang; b. PKW, meliputi: Tana Paser, Sendawar, Kota Sangatta, Tanjung Redeb;

c. PKWp, meliputi: Penajam dan Ujoh Bilang

d. PKL, meliputi: Long Ikis, Kuaro, Muara Komam, Batu Kajang, Long Kali (Kabupaten Paser), Long Hubung, Tiong Ohang (Kabupaten Mahakam Ulu), Long Iram Kota, Muara Lawa, Mook Manaar Bulatn (Kabupaten Kutai Barat), Muara Badak, Muara Jawa, Kota Bangun, Kembang Janggut, Loa Janan, Tenggarong Seberang, Sebulu, Loa Kulu, Samboja, Sanga-sanga, Anggana, Marangkayu (Kabupaten Kutai Kartanegara), Muara Bengkal, Muara Wahau, Sangkulirang (Kabupaten Kutai Timur), Merancang, Tepian Buah, Tanjung Batu, Talisayan, Mangkajang, Labanan, Sido Bangen (Kabupaten Berau), Petung, Sepaku (Kabupaten Penajam Paser Utara); dan

e. PKSN, yaitu Long Pahangai dan Long Apari (Kabupaten Mahakam Ulu).

(26)

3.1.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mahakam Ulu

Arahan spasial bidang Cipta Karya berdasarkan Ranperda Kabupaten Mahakam Ulu (Draft III, 19 September 2016) akan dijelaskan berikut ini:

A. Struktur Ruang

Pusat kegiatan perkotaan meliputi:

1. PKSN Long Pahangai meliputi Kecamatan Long Apari dan Kecamatan Long Pahangai; 2. PKWp meliputi perkotaan Ujoh Bilang di Kecamatan Long Bagun;

3. PKL berupa pusat desa di Desa Tiong Ohang di Kecamatan Long Apari; 4. PKLp berupa perkotaan Long Hubung di Kecamatan Long Hubung; dan 5. PPK meliputi:

a. PPK Long Pahangai I di Desa Long Pahangai 1 Kecamatan Long Pahangai; b. PPK Laham di Desa Laham Kecamatan Laham; dan

c. PPK Datah Bilang di Desa Datah Bilang Kecamatan Long Hubung. Fungsi pelayanan meliputi:

1. PKSN Long Pahangai di Kecamatan Long Apari dan Kecamatan Long Pahangai dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. kawasan pertahanan dan keamanan perbatasan; b. pusat pengembangan perhubungan udara perintis;

c. pusat logistik kabupaten dan lokal kecamatan/perbatasan; dan d. pusat permukiman perbatasan.

2. PKWp Perkotaan Ujoh Bilang di Kecamatan Long Bagun dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pusat pemerintahan kabupaten; b. pusat pemerintahan kecamatan;

c. pusat pelayanan logistik lokal kecamatan dan regional (kecamatan terdekat di kabupaten lain); d. pusat ekonomi kabupaten;

e. pelayanan pendukung perhubungan udara perintis; f. pelayanan pendukung wisata budaya dan wisata alam; g. pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten; dan h. pusat pelayanan pendidikan skala kabupaten.

3. PKL Tiong Ohang di Kecamatan Long Apari dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pusat pemerintahan kecamatan;

(27)

c. pelayanan pendukung perhubungan udara perintis; d. pusat pengembangan wisata budaya dan wisata alam; e. pusat jasa lingkungan hutan;

f. pelayanan pendukung logistik lokal kecamatan; dan g. pusat perekonomian wilayah perbatasan.

4. PKLp perkotaan Long Hubung di Kecamatan Long Hubung dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pusat pemerintahan kecamatan;

b. pusat pelayanan logistik lokal kecamatan dan kabupaten; c. pusat ekonomi kabupaten; dan

d. pelayanan pendukung wisata budaya dan wisata alam.

5. PPK Long Pahangai I di Desa Long Pahangai I Kecamatan Long Pahangai dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pusat pemerintahan kecamatan;

b. pusat pengembangan wisata budaya dan wisata alam; dan c. pelayanan pendukung jasa lingkungan hutan;

d. pusat pengembangan permukiman terbatas; dan

e. pusat pengembangan hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan unggulan wilayah. 6. PPK Laham di Desa Laham Kecamatan Laham dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pusat pemerintahan kecamatan;

b. pelayanan pendukung industri pengolahan;

c. pelayanan pendukung wisata budaya dan wisata alam; d. pelayanan pendukung perdagangan dan jasa;

e. pelayanan pendukung logistik lokal; dan f. pusat pemasaran dan promosi.

7. PPK Datah Bilang di Desa Datah Bilang Kecamatan Long Hubung dengan fungsi pelayanan meliputi:

a. pelayanan pendukung wisata budaya; b. pusat ekonomi kabupaten dan regional; c. pusat logistik kabupaten;

d. pusat industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan unggulan wilayah; dan e. pusat pemasaran ke luar kabupaten.

(28)

1. Persampahan

Sistem jaringan persampahan berupa pembangunan dan pengembangan sistem persampahan terpadu dan mandiri meliputi:

a. sistem persampahan terpadu pada kawasan perkotaan, meliputi : 1) TPST pada Kelompok Permukiman Ujoh Bilang; dan

2) TPST pada Kelompok Permukiman Datah Bilang Ilir. b. sistem persampahan mandiri pada kawasan perdesaan.

1) Kelompok Permukiman Tiong Ohang; 2) Kelompok Permukiman Long Apari; 3) Kelompok Permukiman Noha Silat; 4) Kelompok Permukiman Long Pahangai I 5) Kelompok Permukiman Long Tuyoq; 6) Kelompok Permukiman Long Lunuk; 7) Kelompok Permukiman Long Isun; 8) Kelompok Permukiman Long Pakaq; 9) Kelompok Permukiman Rukun Damai; 10) Kelompok Permukiman Mamahak Ilir; 11) Kelompok Permukiman Batu Majang; 12) Kelompok Permukiman Long Hurai; 13) Kelompok Permukiman Danum Paroy; 14) Kelompok Permukiman Nyaribungan; 15) Kelompok Permukiman Sirau;

16) Kelompok Permukiman Mata Libaq; dan 17) Kelompok Permukiman Tri Pariq Makmur.

2. Jaringan Air Minum

Sistem jaringan air minum meliputi:

a. instalasi pengolahan air minum (IPA), meliputi :

1) IPA Long Apari berada di Kecamatan Long Apari;

2) IPA Long Pahangai berada di Kecamatan Long Pahangai; 3) IPA Ujoh Bilang berada di Kecamatan Long Bagun; 4) IPA Laham berada di Kecamatan Laham; dan

5) IPA Long Hubung berada di Kecamatan Long Hubung.

(29)

1) sistem perpipaan mandiri pada kawasan perkotaan, meliputi : a) Kelompok Permukiman Ujoh Bilang; dan

b) Kelompok Permukiman Datah Bilang Ilir.

2) sistem perpipaan mandiri pada kawasan perdesaan, meliputi : a) Kelompok Permukiman Tiong Ohang;

b) Kelompok Permukiman Long Apari; c) Kelompok Permukiman Noha Silat; d) Kelompok Permukiman Long Pahangai I e) Kelompok Permukiman Long Tuyoq; f) Kelompok Permukiman Long Lunuk; g) Kelompok Permukiman Long Isun; h) Kelompok Permukiman Long Pakaq; i) Kelompok Permukiman Rukun Damai; j) Kelompok Permukiman Mamahak Ilir; k) Kelompok Permukiman Batu Majang; l) Kelompok Permukiman Long Hurai; m) Kelompok Permukiman Danum Paroy; n) Kelompok Permukiman Nyaribungan; o) Kelompok Permukiman Sirau;

p) Kelompok Permukiman Mata Libaq; dan q) Kelompok Permukiman Tri Pariq Makmur.

3. Jaringan Air Limbah

Sistem jaringan limbah terdiri atas:

a. sistem jaringan limbah individual, meliputi :

1) saranaseptic tankuntuk setiap rumah pada kawasan perdesaan; 2) jamban komunal pada kawasan permukiman padat, dan sarana umum;

b. sistem jaringan limbah terpadu dikembangkan dengan sistem on site maupun off site pada kelompok permukiman perkotaan, meliputi:

1) Kelompok Permukiman Ujoh Bilang; dan 2) Kelompok Permukiman Datah Bilang Ilir.

c. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada kawasan peruntukan industri di Kecamatan Laham, dan Kecamatan Long Hubung.

(30)

Sistem jaringan drainase meliputi:

a. jaringan drainase primer berupa jaringan Sungai Mahakam dan jaringan anak-anak sungai,

tersebar pada Kecamatan Long Apari, Kecamatan Long Pahangai, Kecamatan Long Bagun, Kecamatan Laham, dan Kecamatan Long Hubung;

b. jaringan drainase sekunder berupa saluran drainase dari kelompok permukiman menuju jaringan

drainase primer pada seluruh kelompok permukiman; dan

c. sumur resapan pada wilayah terbangun di:

1) Kelompok Permukiman Ujoh Bilang; dan 2) Kelompok Permukiman Datah Bilang Ilir.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTenggerSemeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, MenjanganPemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan EndeKelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

(31)

Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Gambar 3.3 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Kementerian PUPR Tahun 2015-2019

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi

(Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Tabel 3.3 Daftar 35 WPS

Kelompok WPS WPS

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api;

Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang;

(32)

Kelompok WPS WPS

Makassar-Pare Pare- Mamuju WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman

Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Sera

Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman Batam-Bintan-Karimun;

Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang) WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi;

Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi

WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga-Padang-Bengkulu;

Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang; Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya; Ketapang Pontianak-Singkawang-Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow;

Palu-Banggai; Sorong-Manokwari; Manokwari-Bintun WPS Konektivitas dan Pusat Pertumbuhan Wisata Denpasar-Padang Bay WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang dan

Hinterland

Sabang-Banda Aceh-Langsa

WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland dan Perbatasan Jayapura-Merauke

WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland Pulau Lombok

WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua

WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap;

Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari

WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata Labuan Bajo-Ende

WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland Pulau Sumbawa

WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik

WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena

WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

Provinsi Kalimantan Timur berada di dalam tiga kawasan wilayah pengembangan strategis (WPS), yaitu WPS pusat pertumbuhan termasuk dalam WPS 23, yaitu Kawasan pusat pertumbuhan terpadu Balikapapan-Samarinda-Maloy,WPS 21 perbatasan yaitu Kabupaten Mahakam Ulu (Kec. Long Apari dan Long Pahangai), dan WPS 35 pulau kecil terluar yang berada di Pulau Maratua Kabupaten Berau.

(33)

Gambar 3.4 Wilayah Pengembangan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

3.1.4.1 Arahan Kebijakan dan Strategi RPJMD Provinsi Kalimantan Timur

Rumusan strategi dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah yang menjelaskan bagaimana sasaran akan dicapai dan diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Beberapa langkah yang telah ditempuh untuk menentukan strategi pembangunan jangka menengah Provinsi Kalimantan Timur antara lain:

1. Mengkaji sasaran pembangunan lima tahunan;

2. Mengkaji gambaran umum kondisi daerah dan capaian pembangunan sampai dengan periode awal perencanaan serta permasalahan pembangunan terpenting dan isu-isu strategis pembangunan daerah;

(34)

4. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dan pengembangan berbagai kerangka kebijakan (arah kebijakan dan kebijakan umum) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya;

5. Mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi; dan

6. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah dengan memerhatikan arah kebijakan yang efektif untuk mencapai sasaran RPJMD.

Berdasarkan kertas kerja yang telah dikembangkan, strategi pembangunan jangka menengah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018, dapat dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3.5 Strategi Pembangunan Jangka Menengah

1. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia 2. Meningkatkan Angka Melek Huruf

3. Meningkatkan Rata – Rata Lama Sekolah 4. Meningkatkan Angka Harapan Hidup 5. Meningkatkan Pendapatan Per Kapita

6. Menurunnya Tingkat Kemiskinan 7. Menurunnya Tingkat Pengangguran 8. Meningkatnya daya beli Masyarakat 9. Menurunnya Indeks Gini

10. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

11. Meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam arti luas yang menjadi unggulan daerah

12. Tercapainya swasembada pangan

13. Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan

14. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur dasar

15. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN

16. Terwujudnyapeningkatan kualitas pelayanan publik 17. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja

18. Meningkatnya indeks kualitas lingkungan 19. Menurunnya tingkat emisi gas rumah kaca

SASARAN 2014 2015 2016 2017 2018STRATEGI

S.[1] Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan

S.[2] Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

S.[3] Percepatan Pengentasan Kemiskinan

S.[4] Peningkatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

S.[5] Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

S.[6] Percepatan Transformasi Ekonomi

S.[7] Pengembangan Agribisnis

S.[8] Peningkatan Produksi Pangan

S.[9] Pemenuhan Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan

S.[10] Peningkatan Kualitas Infrastruktur Dasar

S.[11] Reformasi Birokrasi dari Tata Kelola Pemerintahan

(35)

Berdasarkan gambar 3.5 diatas, terlihat jelas bahwa pencapaian sasaran pembangunan (RPJMD) ditentukan oleh keberhasilan dalam perumusan strategi yang kemudian ditindaklanjuti dengan realisasi pelaksanaan strategi sebagai prioritas pembangunan (strategy focused organization) lima tahun mendatang. Dalam manajemen kinerja, prioritas pembangunan merupakan salah satu teknik dalam mengarahkan perhatian birokrasi terhadap fokus utama pembangunan daerah. Untuk itu, pemerintah daerah telah menyusun strategi pembangunan sebagaimana telah digambarkan di atas sehingga dapat dijadikan sebagai prioritas pembangunan daerah lima tahun ke depan. Fokus atau tema pembangunan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.6 Fokus/Tema Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur, RKPD Tahun 2014-2018

Sumber : RPJMD Provinsi Kaltim 2013-2018

Kedua belas prioritas pembangunan dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2013-2018, meliputi:

1. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan; 2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; 3. Percepatan pengentasan kemiskinan;

4. Peningkatan dan perluasan kesempatan kerja; 5. Pengembangan ekonomi kerakyatan

(36)

9. Pemenuhan kebutuhan energi ramah lingkungan;

10. Peningkatan kualitas infrastruktur dasar;

11. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; dan

12. Peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Penjelasan masing-masing prioritas pembangunan yang berkaitan dengan bidang keciptakaryaan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kualitas Infrastruktur Dasar

Infrastruktur dasar seperti pembangunan jalan, jembatan, penyediaan air bersih, irigasi (pengairan), sarana dan prasarana kesehatan, serta infrastruktur pendidikan merupakan hal pokok dan mendasar sebagai pendukung kehidupan khususnya masyarakat Provinsi Kalimantan Timur. Infrastruktur yang tidak memadai dapat menjadi penghambat laju perekonomian daerah mengingat infrastruktur dasar merupakan aset penting dalam mendukung pembangunan daerah. Upaya pembangunan infrastruktur dasar diharapkan menjadi penghubung pusatpusat ekonomi serta pendukung pengembangan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan. Koordinasi yang baik dalam meningkatkan infrastruktur dasar menuju pusat-pusat layanan masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan merupakan upaya yang tepat dalam mempercepat pelayanan publik sehingga efektifitas pelayanan masyarakat dapat tercapai; khususnya di daerah-daerah terpencil. Selain itu, peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar mempunyai tujuan berupa pemerataan dan pengembangan wilayah dengan

prototype kawasan berkembang sekitarnya. Seperti kita ketahui, infrastruktur dasar digunakan untuk kepentingan masyarakat, sehingga sudah seyogianya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bertanggung jawab membangun infrastruktur dasar yang memadai dan bersama masyarakat menjaga keberlanjutan infrastruktur tersebut.

(37)

2. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Isu–isu mengenai lingkungan hidup menjadi perbincangan hangat semua negara di dunia. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur berupaya penuh dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan mengedepankan kelestarian alam. Sedangkan maksud dari pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya berencana secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam serta pengelolaan lingkungan hidup.

Upaya yang harus dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam strategi peningkatan kualitas lingkungan hidup adalah dengan meningkatkan kualitas perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang agar dapat mendayagunakan segala potensi dengan tepat untuk pencapaian pembangunan daerah. Selain itu, upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan serta peningkatan kualitas udara dan perairan perlu dilakukan demi mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas.

Dalam rangka mewujudkan lingkungan hidup yang baik maka perlu disadari bahwa penegakan hukum lingkungan yang efektif dan adil perlu dilaksanakan agar keseimbangan integritas undang-undang dan lingkungan alam sekitar tetap terjaga.

Persiapan menghadapi dinamika pasar global perekonomian dilakukan dengan mensinergikan peningkatan perekonomian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Di sisi lain, perlu disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan perekonomian terutama yang bersifat fisik dan memanfaatkan sumber daya alam mengandung resiko perubahan ekosistem dengan dampak negatif maupun positif. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembangunan sebaiknya dilakukan sinkronisasi terkait pembangunan berwawasan sosial ekonomi dengan berwawasan lingkungan. Secara nyata, hal ini dapat diupayakan dengan meningkatkan luas tutupan lahan dan penerapan konsep strategi pembangunan ekonomi hijau (green economy) yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan upaya-upaya

(38)

tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas udara, perairan, dan lingkungan hidup serta peningkatan kualitas dan terjaganya komponen ekosistem alam dan kehidupan manusia.

Untuk selanjutnya, akan dibahas tema pembangunan yang terkait dengan cipta karya dan diterjemahkan dalam arah kebijakan sesuai prioritas pembangunan tiap tahun sebagaimana berikut:

Tabel 3.4 Arahan Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Timur

Tahun 2014 - 2018

No Prioritas Pembangunan

Arahan Kebijakan (Prioritas dan Sasaran RKPD)

Pernyataan 2014 2015 2016 2017 2018

10

Peningkatan Kualitas

Infrastruktur Dasar

Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Infrastruktur Transportasi √ √ √ √ √

Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Infrastruktur dan Transportasi di Kawasan Maloy, Kawasan Industri Lainnya dan Pusat

Pertumbuhan √ √ √ √ √

Peningkatan Konektivitas antar Kawasan Industri dan Pusat

Pertumbuhan √ √ √ √ √

Sumber : RPJMD Prov. Kalti m 2013-2018

3.1.4.2 Arahan Kebijakan dan Strategi RPJPD Kabupaten Mahakam Ulu

Pada sub bab ini seharusnya membahas arahan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mahakam Ulu, namun Karena RPJMD belum final maka arahan kebijakan diambil dari RPJPD Kabupaten Mahakam Ulu Tahun 2015-2025

Visi Kabupaten Mahakam Ulu 2015 – 2025 adalah:

“Terwujudnya Kabupaten Mahakam Ulu sebagai Kawasan Perbatasan yang Sejahtera dan

Terbuka dengan Pemanfaatan Sumber Daya yang Berdaya Saing Tinggi, Berwawasan

Pelestarian Lingkungan Hidup dan Kearifan Lokal”

Upaya untuk mewujudkan visi di atas adalah melalui 6 Misi Pembangunan yaitu:

1) Mewujudkan Sarana dan Prasarana Daerah yang Berkualitas dalam Kerangka Meningkatkan Pelayanan Publik dan Membuka Akses antar Wilayah.

2) Terselenggaranya Pelayanan Publik yang Murah, Mudah dan Cepat Diakses Masyarakat.

3) Mewujudkan Masyarakat Mahakam Ulu yang Berbudaya Tinggi sebagai Penggerak Pembangunan dengan Mempertahankan Kearifan atau Budaya Lokal dan Menjunjung Tinggi Kepastian Hukum 4) Menggali dan Mengembangkan Sumber-sumber Potensi Ekonomi Kerakyatan untuk Dikembangkan

Menjadi Produk Unggulan Daerah yang Berdaya Saing Tinggi.

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional
Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019
Tabel 3.2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.3 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Kementerian PUPR Tahun 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pendampingan dari berbagai pihak pada kelompok Sumber Rejeki diharapkan akan mempercepat proses produksi kelompok hingga kegiatan pengolahan singkong dari

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang

Ruky (2001), manajemen kinerja berkaitan dengan usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi dalam merencanakan, mengarahkan,

Adapun variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu kualitas produk pada Avocado Mocha Cream Cake yang dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi alpukat

Pada perlakuan dosis pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap semua variabel pengamatan kecuali bobot 1000 butir gabah bernas dan hasil panen per petak. Interaksi

Subjck yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar. yang b<~rusia

[r]

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa