SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT Rencana Sistem Jaringan Jalan
D.2 Pola Ruang
3 - 105
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota. Rencana pola ruang untuk kawasan lindung bertujuan memberikan perlindungan terhadap kelestarian lingkungan dan mempertahankan pengadaan sumber air baku (fungsi hidrologis), dan diharapkan dapat menjaga iklim mikro serta mempertahankan keindahan Kota Tasikmalaya.
Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya.
Untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman kepada Keppres No. 32/1990 yang pengidentifikasiannya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi serta kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun kawasan-kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.
Merujuk kepada Keppres No. 32 /1990, kawasan lindung di Kota Tasikmalaya diuraikan lebih rinci di bawah ini. Pada rincian berikut tidak terdapat kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya karena di wilayah Kota Tasikmalaya tidak terdapat wilayah yang memiliki kriteria kawasan tersebut.
Agar kawasan lindung di Kota Tasikmalaya dapat terjaga dan menjamin keseimbangan, keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan berbagai potensi sumberdaya alam yang ada sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, tindakan dalam pengelolaan kawasan lindung diantaranya :
1. Pemantapan status hukum dan penegasan batas kawasan-kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut melalui pengukuran dan pemetaan di lapangan
3 - 106
2. Menyelesaikan dengan segera permasalahan-permasalahan di kawasan lindung, baik permasalahan yang menyangkut status hukum kawasan maupun pemantapan fungsi kawasan
3. Kegiatan budidaya yang berada pada atau disekitar kawasan lindung sebaiknya pengelolanya diwajibkan untuk membuat sistem pengolahan air limbah agar tidak mencemari lingkungan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.
4. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung sebaiknya tidak diperluas atau diperpanjang ijinnya apabila sudah habis masa berlakunya.
5. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan dianggap dapat mengancam keberadaan kawasan lindung, maka sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi ketempat yang sesuai peruntukannya.
6. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan tidak berijin sebaiknya direlokasi ke daerah yang lebih sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang kawasan lindung disajikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini..
1. KAWASAN LINDUNG
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari hutan lindung, kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
a. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburuan tanah.
Kriteria hutan lindung diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-maing dikalikan dengan angka penimbangan mempunyai jumlah nilai 175 atau lebih; dan/atau
2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan/atau
3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut; dan/atau
3 - 107
Gambar 3.8 Rencana Pola Ruang
3 - 108
4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng lapangan lebih dari 15%; dan/atau
5. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air; dan/atau 6. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai.
Berdasarkan pengertian dan kriteria tersebut di atas Kota Tasikmalaya tidak memiliki kawasan hutan lindung.
b. Kawasan Berfungsi Lindung di luar Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Berfungsi Lindung di luar Kawasan Hutan Lindung merupakan kawasan yang mempunyai perlindungan terhadap kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan unsur hara, air tanah dan air permukaan serta mengatur penanaman tanaman budidaya dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi dan civil teknis.
Adapun kriteria dari kawasan berfungsi lindung di luar kawasan htan lindung adalah :
1. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung dengan faktor-faktor kelerengan, jenis tanah dan curah hujan dengan score antara 125-175;
2. Kawasan dengan curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun. 3. Kelerengan di atas 15%;
4. Ketinggian tempat 1000 sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan pengertian dan kriteria tersebut di atas Kota Tasikmalaya tidak memiliki kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung.
c. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan uruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk kerpluan penyedaan kebutuhan air tahn dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kriteria kawasan resapan air adalah sebagai berikut :
1. Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun; 2. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/6 mm;
3 - 109
meter/hari;
4. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 meter terhadap muka tanah setempat;
5. Kelerengan kurang dari 15%;
6. Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.
Jika kawasan resapan menjadi terbangun, maka perlu dibuat teknologi agar resapan di wilayah resapan tetap terjaga. Salah satuna membuat sumur resapan.
Sumur resapan dibuat pada awal daerah aliran yang dapat ditentukan dengan mengukur kedalaman dari permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur sekitarnya pada musim hujan.
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan dibagi menjadi tiga kelas yaitu:
a. Permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau, 2.0 – 6.5 cm/jam) b. Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 6.5 – 12.5 cm/jam) c. Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, lebih besar 6.5 cm/jam)
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan lindung dengan fungsi perlindungan setempat, pengelolaannya dapat diserahkan pada pemerintah daerah dan masyarakat di mana kawasan lindung berada dengan mengikuti standar, norma, kriteria, dan pedoman pengelolaan yang ditetapkan oleh pemerintah yang lebih tinggi. Di wilayah Kota Tasikmalaya kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan mata air.
a. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sasaran yang hendak dicapai dengan sempadan sungai adalah agar agar fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di sekitarnya, agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
3 - 110
menjaga kelestarian fungsi sungai, dan agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi penetapan lebar sempadan sungai yang difungsikan untuk melindungi fungsi sungai. Kriteria kawasan sempadan sungai berfungsi lindung disusun dengan mempertimbangkan faktor yang secara signifikan mempengaruhi fungsi sungai sehingga penting untuk ditetapkan menjadi kawasan lindung. Secara umum kawasan sempadan sungai, sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai di luar permukiman. Sedangkan untuk sungai di kawasan permukiman diperlukan sempadan sungai 10 - 15 meter. Secara lebih rinci kriteria kawasan sempadan sungai disajikan dalam bentuk matriks sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.17
Kriteria Sempadan Sungai
No Indikator Parameter Ukuran Lebar Sempadan
A. Kawasan Perkotaan Tanpa Bahaya Banjir Kapasitas Pengaliran Tebing Sungai Kedalaman Sungai Bertanggul Dangkal Sedang Dalam
3 m dari kaki luar tanggul 10 m dari tepi sungai 15 m dari tepi sungai 30 m dari tepi sungai B. Kawasan Perkotaan dengan Bahaya Banjir
Kapasitas Pengaliran Tebing Sungai Bahaya Banjir Bertanggul Ringan Sedang Berat
3 m dari kaki luar tanggul 25 m dari tepi sungai 50 m dari tepi sungai 100 m dari tepi sungai C. Kawasan Perdesaan Tanpa Bahaya Banjir
Kapasitas Pengaliran Tebing Sungai Kedalaman Sungai Bertanggul Dangkal Sedang Dalam
5 m dari kaki luar tanggul 10 m dari tepi sungai 15 m dari tepi sungai 30 m dari tepi sungai D. Kawasan Perdesaan dengan Bahaya Banjir
Kapasitas Pengaliran Tebing Sungai Bahaya Banjir Bertanggul Ringan Sedang Berat
5 m dari kaki luar tanggul 50 m dari tepi sungai 100 m dari tepi sungai 150 m dari tepi sungai Sumber : Konsep Pedoman Kawasan Lindung Non-Hutan, PU, 2003
Pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan sempadan sungai berfungsi lindung mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
3 - 111
sempadan sungai dengan tetap mempertahankan fungsi sungai dan dilengkapi dengan larangan pemanfaatan (kegiatan budidaya) pada kawasan sempadan sungai, persyaratan teknis ekologis budidaya yang diijinkan, dan tatacara pelibatan masyarakat dan swasta.
• Rencana pemanfaatan kawasan sempadan sungai disosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di kiri kanan sungai dan pelaku pembangunan terkait.
• Pemerintah Kota melibatkan secara aktif masyarakat setempat dalam pengendalian pemanfaatan berupa: pengawasan dan penertiban kawasan sempadan sungai.
• Pengendalian pemanfaatan ruang. Pemanfaatan RTH daerah sempadan sungai dilakukan untuk kawasan konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan bantaran sungai yang rawan erosi, pelestarian, peningkatan fungsi sungai, mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan pengendalian daya rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan.
Penatagunaan daerah sempadan sungai dilakukan dengan penetapan zona-zona yang berfungsi sebagai fungsi lindung dan budi daya. Pada zona-zona sungai yang berfungsi lindung menjadi kawasan lindung, pada zona sungai-danau, yang berfungsi budi daya dapat dibudidayakan kecuali pemanfaatan tanggul hanya untuk jalan.
Pemanfaatan daerah sempadan sungai yang berfungsi budi daya dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:
1 Budi daya pertanian rakyat;
2 Kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan c; 3 Papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan; 4 Pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum; 5 Pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum
maupun kereta api;
6 Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan, pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai dan danau; dan
3 - 112
7 Pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan pengambilan dan pembuangan air.
Pemanfaatan ruang pada kawasan sempadan sungai tersebut harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang dan memenuhi syarat-syarat teknis ekologis yang ditentukan. Pembangunan jalan inspeksi pada lahan milik perorangan perlu dilakukan pembebasan tanah terlebih dahulu sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Untuk menghindari kerusakan dan gangguan terhadap kelestarian dan keindahan sungai, maka aktivitas yang dapat dilakukan pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:
1. Memantau penutupan vegetasi dan kondisi kawasan DAS agar lahan tidak mengalami penurunan;
2. Mengamankan kawasan sempadan sungai, serta penutupan vegetasi di sempadan sungai, dipantau dengan menggunakan metode pemeriksaaan langsung dan analisis deskriptif komparatif. Tolak ukur 100 m di kanan kiri sungai dan 50 m kanan kiri anak sungai;
3. Menjaga kelestarian konservasi dan aktivitas perambahan, keanekaragaman vegetasi terutama jenis unggulan lokal dan bernilai ekologi dipantau dengan metode kuadrat dengan jalur masing-masing lokasi 2 km menggunakan analisis vegetasi yang diarahkan pada jenis-jenis flora yang bernilai sebagai tumbuhan obat;
4. Memantau fluktuasi debit sungai maksimum;
5. Aktivitas memantau, menghalau, menjaga dan mengamankan harus diikuti dengan aktivitas melaporkan pada instansi berwenang dan yang terkait sehingga pada akhirnya kawasan sempadan sungai yang berfungsi sebagai RTH terpelihara dan lestari selamanya.
Penertiban pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya yang dapat merusak atau mengganggu kelestarian fungsi sungai, antara lain:
1. Pembuangan sampah, limbah padat atau cair langsung ke badan sungai,
2. Budidaya pertanian yang disertai dengan pengolahan tanah secara insentif,
3. Pembangunan tempat hunian atau tempat usaha dengan kualitas bangunan permanen atau semi permanen.
3 - 113
persuasif dan dengan melibatkan secara aktif peran tokoh-tokoh masyarakat setempat. Penertiban ini baru dapat dilakukan apabila sarana dan prasarana sanitasi lingkungan telah tersedia dan alternatif penyelesaian masalah telah ditemukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya konflik akibat kegiatan penertiban ini.
Upaya pelestarian fungsi sungai pada kawasan sempadan sungai tidak bertanggul tanpa adanya bahaya banjir dapat berupa:
1. Pemeliharaan tebing sungai untuk menghindari terjadinya longsoran tebing sungai.
2. Penanaman pohon pelindung untuk memperkuat struktur tebing sungai seperti bambu, kaliandra, dan tanaman pelindung lainnya.
3. Penamanan rumput atau tanaman penutup lahan lainnya untuk meminimasi terjadinya erosi tebing.
4. Menghindari pemanfaatan ruang untuk pertanian, ataupun penggunaan lahan lainnya sekurang-kurangnya 5 meter dari tepi tebing sungai bagian atas.
b. Sempadan Danau
Sempadan Danau adalah kawasan lindung di sekeliling danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk melindungi danau/situ dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air danau/situ, kondisi fisik pinggir serta dasar danau/situ. Penetapan sempadan danau/situ yang diberlakukan di Kota Tasikmalaya adalah sepanjang tepian danau/situ selebar 50 - 100 meter proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/situ diukur dari titik pasang tertinggi danau/situ ke arah darat. Ketentuan sempadan danau/situ ini berlaku untuk danau/situ yang pada lebar 50 - 100 meter di sekelilingnya belum terdapat bangunan permanen berijin, dan apabila sudah terdapat bangunan permanen berijin sebelum sebelum diberlakukannya rencana tata ruang ini atau kawasan situ yang akan dikembangkan dan ditingkatkan fungsinya maka disesuaikan dengan kondisi setempat pada masing-masing danau/situ.
Arah pemanfaatan. Pemanfaatan sempadan danau adalah sebagai berikut: 1. Jaringan utilitas;
3 - 114
3. Kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan c; 4. Papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan; 5. Pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum; 6. Pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/ jembatan baik
umum maupun kereta api;
7. Penyelenggaraan kegiatankegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan, pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai dan danau; dan
8. Pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan pengambilan dan pembuangan air.
Dengan adanya ketentuan tersebut, tidak diperbolehkan mendirikan bangunan apapun di kawasan sempadan danau/situ, kecuali untuk pembangunan instalasi pengolah air minum beserta bangunan fasilitas penunjangnya yang memerlukan kedekatan lokasi di pinggir danau/situ. Dalam hal danau/situ yang dimanfaatkan untuk peningkatan fungsinya dan atau untuk kegiatan wisata rekreasi, maka bagi keperluan pengaturan pemanfaatannya perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan.
Penetapan sempadan danau/situ yang akan dilindungi di Kota Tasikmalaya hingga tahun 2031 seluas 94 Ha, meliputi:
a. Situ Gede di Kelurahan Mangkubumi Kecamatan Mangkubumi; b. Situ Cibeureum di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari; c. Situ Cipanjaran di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari; d. Situ Malingping di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari; e. Situ Bojong di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari; dan f. Situ Cicangri di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari.
Pengendalian pemanfaatan ruang untuk melindungi kawasan danau/situ diantaranya adalah :
1. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau, agar tidak mengganggu fungsi danau/situ (terutama sebagai sumber air).
2. Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga.
3 - 115
(penggunaan lahan yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi waduk akibat rusaknya sempadan danau/situ yang ada.
4. Pengembalian kawasan hutan di sempadan danau/situ yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi.
5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sekitar danau/situ, diantaranya balai penelitian, eksplorasi mineral dan air dan bangunan pengolah air bersih.
6. Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi di danau/situ yang menerima limpahan air hujan tersebut, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan tanaman yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur, penghijauan daerah gundul.
c. Sempadan Mata Air
Sempadan mata air adalah kawasan lindung sekitar mata air guna melindungi mata air dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air dan kondisi fisik mata air. Penetapan sempadan mata air di Kota Tasikmalaya sekurang-kurangnya dengan jari-jari atau radius 200 meter di sekitar mata air dan difungsikan sebagai hutan lindung, yang meliputi seluruh mata air yang ada di Wilayah Kota Tasikmalaya.
Penetapan sempadan mata air yang akan dilindungi di Kota Tasikmalaya hingga tahun 2031 seluas 38 Ha, meliputi:
a. Kawasan sekitar mata air Cibunigeulis di Kecamatan Bungursari; b. Kawasan sekitar mata air Cibangbay di Kecamatan Tamansari; dan c. Kawasan sekitar mata air Cikunten II di Kecamatan Mangkubumi. Arahan pemanfaatan ruang. Pada sempadan mata air dapat dilakukan kegiatan ruang terbuka hijau dengan aktivitas sosial terbatas penekanan pada kelestarian sumberdaya airnya; luas ruang terbuka hijau minimal 90% dengan dominasi pohon tahunan yang diizinkan.
3 - 116
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan sempadan mata air, diantaranya adalah :
1. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sempadan mata air, agar tidak mengganggu fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih).
2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar mata air (penggunaan lahan yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi mata air.
Pengembalian kawasan hutan di sempadan mata air yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi.
Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan pelestarian alam yang ada di Kota Tasikmalya meliputi Kawasan Taman Wisata Alam. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang memiliki perlindungan terhadap taman wisata alam dilakukan untuk melindungi bentangalam dan gejala alam yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi.
Kriteria untuk taman wisata alam adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai dari tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem, gejala alam serta formasi geologi yang menarik.
2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung pengembangan pariwisata alam. Di Kota Tasikmalaya memiliki kawasan wisata alam Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi dengan luas 112 Ha dan Mata Air Tanjung di Kecamatan Kawalu dengan luas 1 Ha serta wisata alam Urug di Kecamatan Kawalu seluas 35 Ha.
Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan/atau
3 - 117
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan.
Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota Tasikmalaya dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:
1. Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;
2. Kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi; 3. Area pengembangan keanekaragaman hayati;
4. Area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan; 5. Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;
6. Tempat pemakaman umum;
7. Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan; 8. Pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;
9. Penyediaan rth yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria pemanfaatannya;
10. Area mitigasi/evakuasi bencana; dan
11. Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama rth tersebut.
Penetapan penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota meliputi luas minimum yang harus dipenuhi, penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan, tahap-tahap implementasi penyediaan RTH, ketentuan pemanfaatan RTH secara umum, dan tipologi masing-masing RTH yang di dalamnya termasuk alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan vegetasi dalam kelompok-kelompok besar, arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-konsep rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan disain selanjutnya. Tujuan penyelenggaraan RTH adalah:
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;
3. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
3 - 118
• Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
a. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);
b. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
c. Berlangsung lancar; d. Sebagai peneduh; e. Produsen oksigen; f. Penyerap air hujan; g. Penyedia habitat satwa;
h. Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta; i. Penahan angin.
j. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: k. Fungsi sosial dan budaya:
l. Menggambarkan ekspresi budaya lokal; m.Merupakan media komunikasi warga kota;