Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
C. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Sanitasi
A. Kebijakan Umum Terkait Pembangunan Sektor Sanitasi
1. Kebijakan prasarana air baku dan air bersih.
Pengembangan prasarana air baku dan air bersih dilakukan dengan mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau; serta peningkatan kualitas, kuantitas, dan efisiensi pelayanan air bersih.
2. Kebijakan prasarana air limbah.
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah. b. Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya.
3. Kebijakan prasarana drainase adalah meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi permasalahan banjir dan genangan.
4. Kebijakan prasarana dan sarana persampahan adalah:
a. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah. 5. Kebijakan sarana pemadam kebakaran adalah mengembangkan dan meningkatkan
kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran.
6. Kebijakan prasarana dan sarana energi dan telekomunikasi adalah meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan listrik dan telekomunikasi.
a. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan kota dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya.
b. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada. c. Mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru skala kota dan
wilayah ke wilayah Bandung Timur.
d. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah kota. e. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi
fasilitas yang sudah jenuh.
f. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum.
D Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana ditinjau dari Pengembangan
Wilayah Berdasarkan Sektor Bidang Cipta Karya
Air Bersih
Rencana pengembangan prasarana air baku dan air bersih adalah sebagai berikut:
1. Mengendalikan debit air limpasan pada musim hujan dan penggunaan air tanah. Pada saat ini, banyak daerah-daerah di Kota Bandung yang tergenang pada saat musim hujan, namun mengalami kekeringan pada musim kemarau. Langkah untuk mengendalikan debit air limpasan pada musim hujan, dan mempergunakannya pada musim kemarau merupakan langkah yang cukup penting untuk mencapai dua tujuan, yaitu pengendalian banjir dan penyediaan air pada musim kemarau.
Penggunaan air tanah secara liar, baik untuk keperluan domestik maupun industri, menyebabkan penggunaan air tanah secara tidak terkendali. Bila hal ini tidak dikendalikan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu penggunaan air tanah perlu dikendalikan.
2. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh wilayah Kota Bandung. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan dilaksanakan secara bertahap, hingga akhirnya pada tahun 2013 seluruh wilayah Kota Bandung sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperhatikan kecukupan kuantitas dan persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat.
3. Menurunkan tingkat kebocoran air sampai dengan 40% pada tahun 2008 dan 35% pada tahun 2013. Pada saat ini tingkat kebocoran air di Kota Bandung masih cukup tinggi. Tingkat kebocoran yang cukup tinggi mengurangi kuantitas air yang diterima oleh pelanggan dalam jumlah yang cukup signifikan. Untuk itulah penurunan tingkat kebocoran air ini merupakan langkah yang cukup penting dalam rangka mengefisienkan pelayanan sistem publik
Air Limbah
Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik.
Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya, sehingga tidak ekonomis apabila langsung dikembangkan sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang belum dimanfaatkan.
3. Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak menghasilkan limbah berbahaya, namun secara kuantitas limbah yang dihasilkan cukup besar, sehingga diharapkan agar hotel dan restoran mempunyai sistem pengelolaan limbah tersendiri.
Drainase
Rencana pengembangan prasarana drainase adalah sebagai berikut:
1. Menyempurnakan dan meningkatkan jaringan drainase mikro yang ada serta mengembangkan jaringan drainase mikro yang baru secara terpadu pada tempat-tempat yang belum terlayani. Jaringan drainase mikro merupakan jaringan yang terdapat di sisi kiri-kanan jalan atau drainase jalan. Pada saat ini masih banyak jaringan drainase mikro yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain, sehingga perlu pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi.
2. Meningkatkan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro umumnya berupa sungai atau anak sungai. Pada saat ini banyak sungai di Kota Bandung yang fungsinya mengalami penurunan, yang disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai dan erosi.
Persampahan
Rencana pengelolaan persampahan di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA yang ada maupun yang akan dikembangkan.
2. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampaan, bergerak dan tidak bergerak, seperti TPS, TPA, kontainer, dan truk.
3. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten dan kota sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.
3.2.5 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) Visi Pembangunan
Berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungaan Kawasan Taman Sari memiliki fungsi utama sebagai Paru – Paru Kota. Sesuai dengan fungsi utama sebagai Paru – Paru Kota maka visi pembangunan kawasan Taman Sari adalah :
1. Mengembalikan ruang terbuka hijau kota
2. Penyediaanprasaranadasarfisikkotadanfasilitaskese- hatan lingkungan
3. PeningkatankualitasvisualdanimagegerbangkotaBandung
Untuk mencapai visi tersebut di atas, dijabarkan dalam rumusan langkah-langkah untuk mewujudkannya,yaitu :
1. Tamansari sebagai „paru-paru‟ kota - dipertahankan dan menambah ruang terbuka hijau
kota
2. “UrbanCatalyst”-jalurwisatajalankaki untuk meningkatkan kualitas sungai,
mengembalikansempadansungaidan meningkatkan ekonomi masyarakat
3. Meningkatkan peruntukan campuran
4. Insentifikasi -membangundilahanpa- dat untuk mengkonservasi lahan
5. “Urban Accupunture” menyuntikan ke- giatan baru pada ruang terbuka hijau di bawah jalan laying
6. Utilitas lingkungan yang komperhensif den- gan “beautification kampung”
7. Meningkatkan permeabilitas Tamansari(mengadakan akses Barat-Timur)
8. “LocalUrbanRelocation” - memindahkan penduduk Pulosari ke lokasi rencana rusun dan
menghijaukan Pulosari serta memind- ahkan sekaligus meningkatkan ekonomi local urban
economic
9. Urban Agriculture/Urban Farming
3.2.6 ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)
A. Visi dan Misi Bidang Permukiman dan Infrastruktur
Visi pengembangan permukiman dan infrastruktur Kota Bandung adalah:
“Terwujudnya Permukiman yang Bermartabat, Layak, dan Berkelanjutan”
Sedangkan misi yang ditetapkan untuk mencapai visi tersebut adalah:
1. Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan bebas kumuh bagi semua golongan masyarakat Kota Bandung
2. Mengendalikan pengembangan permukiman dengan memperhatikan fungsi konservasi dan fungsi kawasan lainnya sesuai arahan Rencana Tata Ruang yang berlaku
3. Mewujudkan pelayanan infrastruktur permukiman dan perkotaan yang berkualitas dan dapat di akses oleh warga Kota Bandung.
4. Mewujudkan pengembangan permukiman dan infrastruktur yang didukung dengan kerjasama antara pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat
5. Meningkatkan kapasitas pembiayaan di tingkat pemerintah maupun masyarakat dalam pengembangan permukiman dan infrastruktur dengan memanfaatkan sumber - sumber pembiayaan baru dan optimalisasi program permukiman yang ada.
B. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur Kota Bandung terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.11
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Kota Bandung
Misi Kebijakan Strategi
Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan bebeas kumuh bagi semua golongen masyarakat di Kota Bandung
Penyediaan perumahan bagi seluruh golongan masyarakat dengan memanfaatkan lahan secara proposional
Mendorong pengembangan kawasan perumahan baru di Wilayah Bandung Bagian Timur Mendorong pengembangan kawasan perumahan baru di Hinterland Metro - Bandung Mengendalikan pembangunan perumahan yang dilakukan secara swadaya
Mengembangan hunian vertikal di Kawasan perkotaan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
Menata kawasan permukiman padat kumuh tinggi
Menata kawasan permukiman kunuh di kawasan Strategis Ekonomi Kota
Memenuhi kebutuhan infratsruktur Kawasan Permukiman Kumuh Penataan permukiman di Bantaran
sungan dan rel Kereta Api untuk meningkatkan kemanan bermukim
Menata kawasan permukiman di Sepanjang Wilayah Sungai Cikapundung
Menangani kawasan permukiman di Sempadan Rel Kereta Api Mengendalikan
pengembangan permukiman dengan memperhatikan fungsi konservasi dan fungsi kawasan lainnya sesuai arahan RTRW yang berlaku
Pengendalian pembangunan permukiman dan bangunan fisik lainnya di Kawasan Bandung Utara
Meningkatkan pengatiran pemanfaatan lahan di Kawasan Lindung di Bandung Utara sesuai RTR Kota Bandung
Perlindungan terhadap Kawasan permukiman lama yang merupakan cagar budaya
Perlindungan terhadap kawasan permukiman lama yang merupakan cagar budaya
Misi Kebijakan Strategi Mewujudkan pelayanan
infrastruktur permukiman dan perkotaan yang berkualitas dan dapat diakses oleh warga Kota Bandung
Penyediaan dan peningkatan Pelayanan Air Bersih
Meningkatkan kapasitas debit produksi air bersih
Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih
Penyehatan Lingkungan
Permukiman (sanitasi lingkungan)
Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang sesuai dengan kebutuhan Kota Bandung
Menyediakan sistem drainase kota yang tertata
Meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan Mewujudkan pengembangan
permukiman dan
infrastruktur yang didukung dengan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemantapan kerjasama dan kelembagaan antara Pemerintah Pusat maupun Daerah, Pihak Swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Meningkatkan Kapasaitas Kelembagaan Permukiman Mendorong koordinasi lintas daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan permukiman Meningkatkan kapasitas pembiataan di tingkat Pemerintah maupun masyarakat dalam pengembangan permukiman dan infrastruktur dengan memanfaatkan sumber - sumber pembiayaan baru dan optimalisasi program permukiman yang ada
Pengembangan potensi sumber - sumber pembiayaan Pemerintah dan Masyarakat yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan pengembanngan permukiman dan infrastruktur
Mengefektifkan Sumber
pembiayaan dari Pemerintah dan Swasta
Mengembangkan instrumen pembiayaan non konvesional berbasis masyarakat Sumber : SPPIP Kota Bandung Tahun 2010