• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA - DOCRPIJM e15023fb2d BAB IIIBAB 3 RPIJM Kota Bandung PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA - DOCRPIJM e15023fb2d BAB IIIBAB 3 RPIJM Kota Bandung PDF"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

3.1

KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM

DITJEN CIPTA KARYA

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.

Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan

BAB

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

(2)

pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan polaruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor.Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya.Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2-JM) bidang Cipta Karya.

Gambar 3.1

Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI2-JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.

(3)

Gambar 3.2

Tahap Penyusunan RPI2-JM

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember SEB Pagu Membawa hasil Konreg dalam proses Musrenbangprop belum terakomodir dalam Konreg

Tahap Penyusunan Anggaran Tahap Penyusunan Program

Juli Agustus September Oktober November Desember

(4)

3.1.1 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL

Amanat pembangunan nasional dimaksudkan sebagai suatu penduan dalam perencanaan pembangunan.Adapun dalam amanat pembangunan nasional yang dimaksudkan meliputi RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.

3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

A. Visi Dan Misi RPJP Nasional 2005 – 2025

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005– 2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :

1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila

2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing

3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu

5) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

(5)

B. Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 –

2025

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,

dan beradab

Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.

Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing

Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:

a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri

c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan d. Membangun infrastruktur yang maju; serta

e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.

3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum

Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil.Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara.Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara maksimal

4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu

(6)

bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang.

5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.

6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional.Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional

Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.

8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional

Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara konsisten.Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk, Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat.

3.1.1.2 RPJM Nasional 2015 – 2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015)

(7)

Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan. Seiring dengan itu, pembangunan lima tahun ke depan juga harus makin mengarah kepada kondisi peningkatan kesejahteraan berkelanjutan, warganya berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya memiliki keharmonisan antarkelompok sosial, dan postur perekonomian makin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan iptek sambil bergerak menuju kepada keseimbangan antarsektor ekonomi dan antarwilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan.

Agenda satu tahun pertama dalam Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, juga dimaksudkan sebagai upaya membangun fondasi untuk melakukan akselerasi yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya, disamping melayani kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat yang tergolong mendesak.Dengan berlandaskan fondasi yang lebih kuat, pembangunan pada tahun-tahun berikutnya dapat dilaksanakan dengan lancar. Sementara, agenda lima tahun selama tahun 2015-2019 sendiri diharapkan juga akan meletakkan fondasi yang kokoh bagi tahap-tahap pembangunan selanjutnya. Dengan demikian, strategi pembangunan jangka menengah, termasuk di dalamnya strategi pada tahun pertama, adalah strategi untuk menghasilkan pertumbuhan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan

bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

2. Maju : berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

3. Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

4. Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi

sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.

Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi yaitu:

(8)

memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sebagai landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan membangun sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; mening-katkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju; mere-formasi bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekono-mian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah, menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengem-bangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat; dan membenahi struktur hukum, meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang melampui kekuatan esensial minimum dan disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesen-jangan sosial secara menyeluruh dengan meningkatkan keberpi-hakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

(9)

memper-baiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta meningkatkan pemeliharaan dan peman-faatan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melan-jutkan komitmen Indonesia dalam pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendo-rong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarma-syarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) dengan rumusan arahan prioritas kebijakan, yang dapat dilihat pada Gambar 2-2.

Gambar 3.3

(10)

Sesuai dengan tahapan tersebut, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

1) KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

a) Visi Misi Pembangunan

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah :

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

b) Strategi Pembangunan Nasional

Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam Gambar 5.1 yang menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.

(11)

c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

2. Tiga Dimensi Pembangunan;

a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.

Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi.Manusia Indonesia unggul tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.

b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:

• Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.

• Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.

• Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.

• Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul.

c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.

Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:

• Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;

• Wilayah pinggiran; • Luar Jawa;

• Kawasan Timur.

(12)

a. Kepastian dan penegakan hukum; b. Keamanan dan ketertiban; c. Politik dan demokrasi; dan

d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.

4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Gambar 3.4

Strategi Pembangunan Nasional

(13)

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8) Melakukan revolusi karakter bangsa.

9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

d) Sasaran Pokok Pembangunan Nasional

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1) Sasaran Makro;

2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

4) Sasaran Dimensi Pemerataan;

5) Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Tabel 2.

Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Sektor Keciptakaryaan

NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019

1 Infrastruktur Dasar dan Konektivitas

a) Kapasitas pembangkit (GW) 50,7 86,6

b) Rasio elektrifikasi (%) 81,5 96,6

c) Konsumsi Listrik Perkapita 843 KWh 1.200 KWh

d) Kawasan permukiman kumuh perkotaan 38.431 Ha 0 ha

e) Kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni

7,6 juta 5 juta

f) Akses Air Minum Layak 70% 100%

(14)

NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019 2. Pelayanan Dasar Bagi Penduduk Rentan dan Kurang

Mampu (40% penduduk berpendapatan terendah)

a) Akses air minum 55,70% 100%

b) Akses sanitasi layak 20,24% 100%

c) Akses penerangan 52,30% 100%

3.1.1.3 MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadinegara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan danberkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan.

Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:

1. Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku

2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globallyconnected)

3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah

“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.

Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:

(15)

2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.

3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi.

Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.

Gambar 3.4

(16)

Gambar 3.5

Kerangka Desain Pendekatan MP3EI

3.1.1.4 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENGURANGAN KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)

Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia.Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

(17)

pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 3.6 Fokus Kerja MP3KI Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;

2. Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

3. Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

4. Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja; 4. Penguatan sustainable livelihood.

TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

(18)

Gambar 3.7

Kerangka Desain Pendekatan MP3KI 3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memilikikeunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untukmenampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatanekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dayasaing internasional. KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona:

1. Pengolahan ekspor; 2. Logistik;

3. Industri;

4. Pengembangan teknologi; 5. Pariwisata;

6. Energi; dan/atau 7. Ekonomi lain.

Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria:

1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung

(19)

3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan, dan

4. Mempunyai batas yang jelas.

Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan (Inpres No. 3 Tahun 2010)

Direktif Presiden tercantum dalam Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 mengatur tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional di Tahun 2010. Adapun Direktif Presiden ini berisikan mengenai:

PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan

kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program:

1. Pro rakyat;

2. Keadilan untuk semua (justice for all);

3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDG‟s).

KEDUA : Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud

dalam Diktum PERTAMA:

1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

 Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

 Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro

dan kecil;

2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

 Program keadilan bagi anak;  Program keadilan bagi perempuan;

 Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;  Program keadilan di bidang bantuan hukum;

 Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;  Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;

3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan

pada:

 Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;  Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

 Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;  Program penurunan angka kematian anak;

 Program kesehatan ibu;

 Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;  Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

(20)

KETIGA : Dalam mengambil langkah-langkah pelaksanaan program sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, dan merujuk pada hasil Rapat Kerja Presiden dengan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Gubernur dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi se-Indonesia, serta hasil diskusi yang mendalam dengan para pakar, perwakilan dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya, pada tanggal 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali.

KEEMPAT : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, para Menteri

Koordinator mengoordinasikan program-program Kementerian/ Lembaga yang berada di bawah ruang lingkup tugas dan koordinasi masing-masing.

KELIMA :

1. Para Menteri dan Kepala Lembaga yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, mengoordi-nasikan pelaksanaan program-program tersebut sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing;

2. Para Menteri dan Kepala Lembaga sebagaimana dimaksud pada angka 1 melaporkan secara berkala pelaksanaan program-program tersebut kepada Menteri Koordinator sesuai lingkup bidang tugasnya, dengan tembusan kepada Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

KEENAM : Para Gubernur:

1. Melaksanakan program-program yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA;

2. Mengoordinasikan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan programprogram di wilayahnya masing-masing.

KETUJUH : Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini, sepanjang terdapat

program yang berkaitan dengan kewenangan Mahkamah Agung dan/ atau Bank Indonesia, Menteri/Kepala Lembaga yang terkait agar berkoordinasi dengan Ketua Mahkamah Agung dan/atau Gubernur Bank Indonesia.

KEDELAPAN : Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan

PengendalianPembangunan melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini secara terintegrasi dengan pemantauan dan pengendalian program-program sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1Tahun 2010, dan melaporkan hasilnya kepada Presiden.

KESEMBILAN : Para Menteri Koordinator melaporkan secara berkala hasil

koordinasi pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT kepada Presiden dalam Sidang Kabinet.

KESEPULUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.

3.1.1.6 PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK

A. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

(21)

Adapun pengertian perumahan menurut UU No 1 Tahun 2011 adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenenuhan rumah yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Adapun maksud dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. Permukiman itu sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasaranan, sarana, utilitas umum serta mempuyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kulaitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran masyarakat.

Adapun Undang – Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman mengatur mengenai :

1. Ketentuan Umum;

2. Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup; 3. Pembinaan;

4. Tugas dan Wewenang; 5. Penyelenggaraan Perumahan;

6. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman; 7. Pemeliharaan dan Perbaikan;

8. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan 9. Permukiman Kumuh;

10. Penyediaan Tanah;

11. Pendanaan dan Sistem Pembiayaan; 12. Hak dan Kewajiban;

13. Peran Masyarakat; 14. Larangan;

15. Penyelesaian Sengketa; 16. Sanksi Administratif; 17. Ketentuan Pidana; 18. Ketentuan Peralihan; 19. Ketentuan Penutup.

B. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

(22)

kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses pembangunan geduang di Indonesia.

Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

C. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup.Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air.Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor.Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan.Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya.Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip:

1. Good governance principle, 2. Subsidiary principle, 3. Equity principle, 4. Priority use principle,

(23)

6. Sustainable development principle,

7. Good sustainable development governance, 8. Principle of participatory development.

Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

D. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan

Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.

(24)

pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, 4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara untuk pengelolaan sampah spesifik menjadi tanggung jawab Pemerintah yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

E. UU No.20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Undang-undang ini menyebutkan bahwa definisi rumah susun sebagai banguan gedung bertingkat yang dibanguun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrkturkan secara fungsional baik dalam arah horizontal maupun vertical.Rumah susun merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan, pengelolaan peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan system pembiayaan dan peran masyarakat.

3.1.1.7 AMANAT INTERNASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

A. Agenda Habitat

Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional.Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar belakang agama harus diingat, itu adalah tugas dari semua negara untuk mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak untuk pembangunan.

Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum nasional dan prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak kedaulatan dan tanggung jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak atas pembangunan, dan mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai agama dan etika, latar belakang budaya, dan keyakinan filosofis individu dan masyarakat, memberikan kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman yang berkelanjutan.

(25)

mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung dan rentan. Khususnya di negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang memungkinkan semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian yang aman dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang produktif dan pekerjaan.

Pembangunan berkelanjutan.Sangat penting bagi pembangunan pemukiman manusia, dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan.Pertimbangan khusus harus diberikan untuk negara-negara berkembang dengan transisi ekonomi. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi. Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia memerlukan distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang sesuai dengan kondisi nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial, kesehatan manusia dan pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara berkelanjutan komponen-komponennya, dan pemeliharaan keanekaragaman budaya serta udara, air, hutan, vegetasi dan kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang kehidupan manusia dan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

(26)

internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi dan campuran penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat lokal dalam rangka memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.

Semua orang memiliki hak dan juga harus menerima tanggung jawab mereka untuk menghormati dan melindungi hak-hak orang lain termasuk generasi mendatang dan untuk berkontribusi secara aktif untuk kebaikan bersama. Manusia dengan pemukiman berkelanjutan adalah mereka yang, antara lain, menghasilkan rasa kewarganegaraan dan identitas, kerjasama dan dialog untuk kebaikan bersama, dan semangat voluntarisme dan keterlibatan masyarakat, di mana semua orang didorong dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan. Pemerintah di semua tingkatan, termasuk otoritas lokal, memiliki tanggung jawab untuk menjamin akses untuk pendidikan dan untuk melindungi kesehatan penduduk mereka, keselamatan dan kesejahteraan umum. Hal ini memerlukan, penetapan kebijakan, hukum dan peraturan untuk kegiatan publik dan swasta, mendorong kegiatan swasta yang bertanggung jawab di segala bidang, memfasilitasi partisipasi kelompok masyarakat, mengadopsi prosedur yang transparan, mendorong semangat kepemimpinan dan kemitraan dengan pihak swasta, dan membantu orang untuk memahami dan melaksanakan hak dan tanggung jawab mereka melalui proses partisipatif yang efektif, pendidikan universal dan penyebaran informasi. Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi berbasis masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan individu sangat penting untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan dan penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan layanan dasar.Kemitraan dapat mengintegrasikan dan saling mendukung tujuan partisipasi kebutuhan dasar, antara lain, membentuk aliansi, mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, keterampilan dan kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan kolektif. Itu proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong kolaborasi dan kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua aktor dalam proses pengambilan keputusan, yang sesuai.

Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang beruntung dan rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan, serta toleransi, non-diskriminasi dan kerja sama di antara semua orang, keluarga dan masyarakat adalah dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas, kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh masyarakat internasional serta oleh Negara dan semua faktor yang relevan lainnya dalam menanggapi tantangan pembangunan pemukiman.Masyarakat internasional dan Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan dan instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya tambahan untuk memenuhi tantangan ini.

(27)

ekonomi, sosial dan lingkungan keragaman kondisi di masing-masing negara. Tambahan sumber daya keuangan dari berbagai sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan berkelanjutan untuk pemukiman manusia di dunia. Sumber daya yang tersedia untuk negara-negara berkembang - masyarakat, swasta, multilateral, bilateral, domestik dan eksternal - perlu ditingkatkan melalui mekanisme yang tepat dan fleksibel dan instrumen ekonomi untuk mendukung tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan. Ini harus disertai dengan langkah-langkah konkret untuk teknis internasional kerjasama dan pertukaran informasi.

Kesehatan manusia dan kualitas hidup berada di tengah upaya untuk mengembangkan emukiman manusia yang berkelanjutan. Oleh karena itu harus dilakukan sosialisasi untuk mencapai tujuan universal dan sama akses ke pendidikan berkualitas, standar tertinggi kesehatan fisik, mental dan lingkungan, dan akses yang sama dari semua untuk perawatan kesehatan primer, membuat upaya khusus untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang berkaitan kondisi sosial dan ekonomi, termasuk perumahan, tanpa membedakan ras, asal negara, jenis kelamin, usia, atau cacat, menghormati dan mempromosikan budaya umum dan khusus.

B. Konfrensi Rio +20

KTT Rio+20, yang merupakan konferensi PBB terbesar yang pernah diselenggarakan dengan jumlah peserta sebanyak 29.373 orang yang terdiri dari para pemimpin Pemerintah, bisnis dan organisasi kemasyarakatan, pejabat PBB, akademisi, wartawan dan masyarakat umum (Delegasi sekitar 12.000 orang, LSM dan Kelompok Utama 10.047 orang dan Media 3.989 orang).

KTT Rio+20 menyepakati Dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu:

1. Green Economy in the context of sustainable development and poverty eradication,

2. pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta

3. kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs)post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs).

(28)

(2005-2025). Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup, instansi Pemerintah terkait dan seluruh pemangku kepentingan akan menyusun langkah tindak lanjut yang lebih konkrit untuk pelaksanaan kebijakan di lingkup masing-masing.

Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau “Sustainable Growth with Equity”.

Rio+20 ini menghasilkan lebih dari US$ 513 Milyar yang dialokasikan dalam komitmen untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk di bidang energi, transportasi, ekonomi hijau, pengurangan bencana, kekeringan, air, hutan dan pertanian.Selain itu terbangun sebanyak 719 komitmen sukarela untuk pembangunan berkelanjutan oleh pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, universitas dan lain-lain.

C. Millenium Development Goals

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).

Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu:

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua,

3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan, 4. Menurunkan Angka Kematian Anak,

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu,

6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan

8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

(29)

Deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan maju.Negera-negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia dimana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs.

Setiap tujuan (goals) dalam MDGs memiliki satu ataupun beberapa target pencapaian. Dimana antara satu goals MDGs satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun pencapaian target (goals) MDGs dalam bidang Cipta Karya tercantum dalam Goal 7 : Menjamin kelerstarian lingkungan hidup, dengan memaparkan target :

Target 7C :

Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015.

Target 7D :

Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Adapun indikator MDGs dalam bidang Cipta Karya meliputi :

1. AIR MINUM YANG LAYAK

Air minum yang layak, adapun indikator yang digunakan dalam pencapaian tersebut adalah:

 Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya

 Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan.

 Air Kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait akses berkelanjutannya

2. SANITASI YANG LAYAK

Indikator yang digunakan dalam pencapaian sanitasi yang layak adalah:

 Sarana sanitasi yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia,

 Meliputi kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi serta toilet kompos baik untuk pemakaian pribadi atau bersama

3. PERMUKIMAN KUMUH

Indikator dalam permukiman kumuh adalah :

 Tidak adanya akses terhadap sumber air minum layak,

 tidak adanya akses terhadap sanitasi dasar yang layak,

 luas minimal lantai hunian > 7,2 m2 per kapita (Permenpera Nomor 22/PERMEN/M/2008),

(30)

Gambar 2.8

Keterkaitan MDGs Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Keterkaitan MDGs dengan pembangunan terpaparkan dalam target-target MDGS yang telah diakomodasikan dalam RPJMN sebagai suatu mainstreaming dalam bentuk program, indikator maupun target.Selain itu juga keterkaitan tersebut terlihat dalam adanya indikatif dukungan pembiayan.

D. Agenda Pembangunan Pasca 2015

Di Rio+20 dokumen hasil, negara-negara anggota sepakat bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) harus:

1. Didasarkan pada Agenda 21 dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg. 2. Sepenuhnya menghormati semua Prinsip Rio.

3. Bersikaplah konsisten dengan hukum internasional. 4. Membangun komitmen yang telah dibuat.

5. Berkontribusi terhadap implementasi penuh dari hasil seluruh KTT utama dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.

6. Fokus pada bidang prioritas untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan, yang dipandu oleh dokumen hasil.

7. Alamat dan memasukkan secara seimbang ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan dan saling keterkaitan mereka.

8. Jadilah koheren dengan dan diintegrasikan ke dalam agenda pembangunan PBB melampaui 2015.

9. Tidak mengalihkan fokus atau usaha dari pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

10. Termasuk keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, sebagaimana mestinya, dalam proses.

Lebih lanjut setuju bahwa SDGs harus:  Aksi-oriented

 Singkat

(31)

 Terbatas jumlahnya  Aspiratif

 Global di alam

 Universal berlaku untuk semua negara dengan mempertimbangkan realitas nasional yang berbeda, kapasitas dan tingkat perkembangan dan menghormati kebijakan dan prioritas nasional.

Dokumen hasil lebih lanjut menetapkan bahwa pengembangan SDGs harus:  Berguna untuk mengejar tindakan terfokus dan koheren tentang

pembangunan berkelanjutan

 Kontribusi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan

 Sajikan sebagai driver untuk pelaksanaan dan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam sistem PBB secara keseluruhan

 Ditujukan dan dan difokuskan pada bidang-bidang prioritas untuk mencapai pembangunan berkelanjutan

3.1.1.8 RTRW NASIONAL (PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW

Nasional)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

RTRWN menjadi pedoman untuk :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional

2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

(32)

4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan

7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputikebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan polaruang.Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusatpertumbuhan ekonomi wilayah yang merata danberhierarki; dan

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringanprasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayahnasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan danpusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antarakawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antarakawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yangbelum terlayani oleh

pusat pertumbuhan;

b. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

a. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhanagar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembanganwilayah di sekitarnya.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauanpelayanan jaringan prasarana meliputi:

a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana danmewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat,laut, dan udara;

b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasiterutama di kawasan terisolasi c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energyterbarukan dan tak terbarukan secara optimal sertamewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik

d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana sertamewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;dan

e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dangas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyakdan gas bumi nasional yang optimal. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

(33)

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1. Sistem perkotaan nasional;

2. Sistem jaringan transportasi nasional 3. Sistem jaringan energi nasional

4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan 5. Sistem jaringan sumber daya air.

1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RencanaTata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintahkabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

a. Kawasan megapolitan; b. Kawasan metropolitan; c. Kawasan perkotaan besar; d. Kawasan perkotaan sedang; atau e. Kawasan perkotaan kecil.

Tabel 2.1

Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi PKN PKW PKL

Daerah Khusus Ibukota Jakarta - Jawa Barat - Banten

Kawasan Perkotaan

Jabodetabek - -

Jawa Barat

Kawasan Perkotaan

Bandung Raya Sukabumi -

Cirebon Cikampek - Cikopo

Palabuhan ratu

Indramayu

Kadipaten

Tasikmalaya

Pangandaran

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas: a. Sistem jaringan transportasi darat;

Gambar

Gambar 3.2 Tahap Penyusunan RPI2-JM
Gambar 3.3 Tahapan Pembangunan Dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005-2025
Gambar 3.4  Strategi Pembangunan Nasional
Tabel 2. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Terkait Sektor Keciptakaryaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2013 serta Sofian 2007 (Tim, 2013 dan Sofian, 2007), diketahui terdapat gua-gua yang secara morfologi,

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah variabel bebas yang dimasukkan dalam persamaan regresi mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat atau dengan kata

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang berjudul: INTENSI MELAKUKAN AGRESI PADA SUPORTER PERSEBA YA DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP PERILAKU AGRESI DALAM

Sehubun ga n den ga n l>al tersebut kano l mohon ijin du, ba!ltuan bagi mahasiswa ya ng bersa ngkutan agar da pat mclakukan wawa ncara di temp•: yang Bapak/ibu

Laporan Kinerja (LKj) Komisi Pemilihan Umum tahun Kabupaten Mandailing Natal 2016 ini, berisi hasil pengukuran kinerja sasaran yang dicapai melalui pelaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah jamblang yang mengandung antosianin mampu menurunkan kadar LDL dalam darah tikus wistar yang mengalami

tidak ada pekerjaa-pekerjaan pengangkatan di sekitarnya (lifting) di sekitar lokasi pemasangan perancah. 4) Petugas keselamatan kerja / safety bekerja sama dengan

Surat kuasa dalam istilah konvensi Jeneva 1969 disebut sebagai Full Power tersebut, dimaknai sebagai mandat yang diberikan oleh pemerintah pusat melaui menteri luar