BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Kebijakan Dividen
Keputusan keuangan yang berkaitan dengan penentuan berapa besarnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa sebagai dividen dan berapa banyak jumlah yang ditahan sering disebut dengan keputusan dividen. Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan kebijakan dividen. Kebijakan keuangan ini merupakan keptusan yang penting, karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Sartono (2001: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yangdiperolehperusahaanakandibagikankepadapemegangsaham sebagaidividen atauakanditahandalam bentuklabaditahanguna pembiayaaninvestasi dimasa datang”.Apabilaperusahaanmemilihuntukmembagikanlabasebagai
dividen,maka akanmengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan labayangdiperoleh,makakemampuanpembentukandanainternakan
semakinbesar. Menurut Utari, dkk (2014:50) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya :
1. Hukum yang berlaku. Dividen harus dibayar dari laba bersih setelah pajak tahun berjalan atau tahun lalu.
2. Perusahaan tak mampu membayar dividen (insolvency). Perusahaan tidak boleh membagi dividen jika tak mampu membayar, atau dalam keadaan bangkrut
3. Posisi Likuiditas. Perusahaan mungkin posisi likuiditasnya buruk walaupun mampu memperoleh laba bersih setelah pajak dan memiliki laba ditahan yang besar. Hal itu disebabkan karena laba tersebut telah diinvestasikan ke harta tetap. Dalam keadaan yang demikian, Dividen tidak boleh dibayarkan jika perusahaan dalam
keadaan tidak likuid, artinya utang lancar lebih besar dari harta lancar.
4. Perlunya membayar kembali pinjaman. Jika perusahaan mempunyai urtang jangka panjang, maka ia harus menyisihkan laba bersih setelah pajak sebagai cadangan untuk membayar angsuran utang tersebut, hal ini akan berimbas terhadap besarnya dividen yang akan dibagikan.
5. Tingkat perluasan Harta (Rate of asset expansion). Jika perusahaan ingin ekspansi, maka laba bersih setelah pajak harus disisihkan untuk keperluan tersebut. Yang artinya dividen yang dibagikan kecil atau dividen tidak dibagikan
6. Tingkat keuntungan. Jika hasil investasi di luar perusahaan lebih besar daripada dalam perusahaan, maka pemegang saham menuntut dibagikan dividen yang sebesar-besarnya kemudian diinvestasikan diluar
7. Stabilitas keuntungan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat memprediksi keuntungan masa mendatang dan presentase dividen yang dibagikan akan lebih besar dibandingkan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
8. Pintu sasaran modal (Acces to the Capital Market). Perusahaan besar yang mudah memperoleh dana dari pasar bursa pada umumnya memiliki laba stabil dan tinggi dan tentunya dapat membagikan dividen lebih besar dibandingkan perusahaan kecil yang sulit memperoleh dana dari modal.
9. Kontrol. Secara rasional ekspansi usaha harus dibiayai oleh laba ditahan. Jika ekspansi usaha dibiayai dengan saham baru, hal itu akan mengurangi posisi kontrol pemegang saham lama atau kelompok pemegang saham mayoritas.
Secara umum ada empat macam jenis kebijakan dividen menurut Warsono (2003:274) yaitu :
1. Kebijakan dividen mantap per saham
Dalam jenis kebijakan dividen ini pembayaran dividen dari waktu ke waktu mempunyai jumlah yang sama. Jika jumlah dividen telah dinaikkan, maka jumlah dividen yang dibagikan tidak akan turun.
2. Kebijakan rasio pembayaran dividen konstan
Dalam kebijakan dividen ini jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan juga berfluktuasi. 3. Kebijakan dividen reguler rendah dan ekstra tutup tahun (low –reguler-
Dalam kebijakan dividen ini, perusahaan secara reguler membayar dalam jumlah yang kecil, namun diakhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen, jika perusahaan mendapatkan laba yang cukup besar. 4. Kebijakan dividen residual
Dalam kebijakan dividen ini, jumlah laba ditahan bergantung pada tersedianya peluang investasi dalam satu tahun tertentu. Dividen diambil dari laba residual setelah kebutuhan investasi perusahaan terpenuhi.
Sedangkan menurut Utari, dkk (2014:252) terdapat beberapa kebijakan dividen antara lain :
1. Kebijakan dividen stabil
Kebijakan ini bisa mendorong harga saham yang lebih tinggi karena investor akan menghargai saham-saham yang dividennya tinggi
2. Kebijakan dividen stabil
Kebijakan ini bisa mendorong harga saham yang lebih tinggi karena investor akan menghargai saham-saham yang dividennya tinggi.
3. Kebijakan dividen residu
Laba bersih setelah pajak dikurangi dengan rencana ekspansi, kemudian sisanya dibagikan sebagai dividen. Kebijakan ini berorientasi pada ekspansi usaha karena para pemegang saham lebih suka mengembangkan perusahaan daripada menerima dividen.
4. Kebijakan dividen kecil
Kebijakan ini didasarkan pada praktik bahwa laba ditahan sangat fleksibel untuk pengembangan usahadan untuk menambah modal kerja. 5. Kebijakan dividen besar
Kebijakan ini didasarkan pada praktik bahwa dengan membayar dividen besar dapat menaikkan nilai saham sehingga banyak investor yang tertarik.
Ada beberapateori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakandividenuntukperusahaan, sehinggadapatdijadikanpemahaman mengapa suatuperusahaan mengambilkebijakandividentertentu.Teori-teoritersebutadalah sebagaiberikut(BrighamdanHouston,2001):
1. Teori irelevansi dividen(dividendirrelevance theory)
MertonMillerdanFrancoModigliani(1961)berpendapat,nilaisuatu perusahaan tidakditentukanolehbesarkecilnyadividend payoutratio,tapi ditentukanolehlababersihsebelum pajak(EBIT)dan resikoperusahaannya. JadimenurutMillerdanModigliani,dividen adalah tidakrelevan untuk diperhitungkankarena
saham.MenurutMiller
danModigliani,kenaikannilaiperusahaandipengaruhi
olehkemampuanperusahaanuntukmendapatkankeuntunganatau earning power dari asset perusahaan.
Pernyataan Millerdan Modigliani ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti:
a. Pasarmodal sempurna dimana para investorrasional
b.Tidak ada biaya emisi sahamjika perusahaan menerbitkan sahambaru. c. Tidak ada pajak baik
peroranganmaupunpajakpenghasilanperusahaan.
d. Informasi tentang investasi tersediauntuk setiapindividu. 2. Teori Preferensi Pajak (tax preference theory)
Apabiladividendikenakanpajakdenganjumlahyanglebihtinggidaripadapaj
ak atascapital
gain,pemodalmenginginkanagardividentersebutdibagikandalam jumlahkecildengan maksuduntukmemaksimumkannilaiperusahaan.
Dividendpayoutratiomerupakanrasioantaradividendpersharedengan.Dividen
dpayoutratio mencerminkankebijakan dividen
darimanajemenmengenaibesarnyadividen yang harusdibagikan kepada pemegang saham.
Ada dua prediksi dariteori peckingorder (Chang, 2009):
1. Internalkeuanganyangpertamakalidigunakan untukmelakukan
investasisebelum pembayaran dividen.Dengandemikian,investasidiperkirakanmemilikipengaruh
negatifterhadappembayarandividen.
2. Investasi akan dikorbankan atau ditunda karena keuangan internal yang
telahdigunakanuntukmembayardividen.Olehkarenaitu,pembayaran dividenmemiliki
pengaruhnegatifterhadapinvestasi.Prediksiinidisempurnakan menjadiprediksi
diujibahwaadainteraksinegatifantaradividendpayoutratiodaninvestasi .
Menurut Sartono(2001:292), faktor-faktor yang mempengaruhikebijakan dividenadalima,yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditasperusahaan
Likuiditasperusahaan merupakan pertimbangan utamadalambanyakkebijakan dividenkarenadividenmerupakankaskeluarbagiperusahaan,makasemak inbesar posisikasdanlikuiditasperusahaan secarakeseluruhanakansemakinbesar kemampuanperusahaanuntukmembayardividen. 3. Kemampuanmeminjam Perusahaanyangmemilikikemampuan meminjamlebihbesarakanmemiliki kemampuanuntukmembayardividenyanglebihbesarpula. 4. Keadaanpemegangsaham Jikakeadaanpemegang sahamlebihbesarberorientasi padacapitalgain,maka
dividendpayoutakanrendah,sehinggamemungkinkanperusahaan untukmenahan labauntukinvestasiyangprofitable.
5. Stabilitasdividen
Bagiparainvestorfaktorstabilitasdividenakanlebihmenarikdaripada
dividend payoutratioyangtinggi. 2.1.5. Current Ratio (CR)
Rasiolikuiditas(liquidityratio)merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek.Currentratio
sendirimerupakansalahsatuindikatordari rasiolikuiditas. Menurut Bodie, Kane, Marcus (2006:299) Currentratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kemballi hutang lancarnya dengan cara melikuidasi aktiva lancarnya (atau mengubah
aktiva tersebut menjadi kas). Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin safety) suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghindari insolvensi jangka pendek. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio lancar adalah sebagai berikut :
������������= ������������
2.1.6 Debt to Equity Ratio
Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Setiap penggunaan utang (financial
leverage) oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap resiko dan
pengembalian.Rasio inimenunjukkanpersentasepenyediaandana oleh pemegangsaham terhadappemberipinjaman. DalamDwiarti(2009),financialleveragedigunakan untuk mengukur besarnya aktivayangdibiayaidenganhutang.Investorakanmenilaibahwa
perusahaanyangmemilikihutangyangtinggiakanmemilikikemampuan
rendahuntuk membayardividen,karenareturnyangdiperolehakandiprioritaskan untukdigunakan membayar hutangbesertabunganya.Sahamyangmemberikan dividenkecilmembuat hargacenderung turunkarenaminatinvestorakanrendahuntukmemilikiatau membelinya. Jadiakanberesikotinggijikaberinvestasi padasahamyangmemiliki
leveragetinggi.
2.1.7. Return on Asset
Return On Assets atau sering juga disebut dengan Return On Investment (ROI) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012 :158) ROA adalah rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset yang
dimiliki perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio Return On Assetsadalah sebagai berikut :
Return on Assets = ���������
�����������
2.1.8Size
Ukuranperusahaanmerupakansalahsatu alatuntuk mengukurbesar kecilnyasuatuperusahaan.Perusahaanbesarmungkinlebihmemiliki pemikiran yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber informasi yang banyak dibandingkan denganperusahaan kecil. Karyawan, aktiva, penjualan, market valuedanvalueaddedadalahbeberapaukuran umumuntukmenentukanbesar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuranuntukmenentukanukuran perusahaanadalahdenganlognatural daritotalasset.