• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN WAR ON TERRORISM PRESIDEN BUSH

C. Kebijakan Jangka Pendek

Mencanangkan kebebasan, kesempatan dan penghargaan terhadap derajat manusia melalui demokrasi adalah salah satu solusi jangka panjang untuk mencegah berlanjutnya gelombang teror saat ini. Agar kebijakan jangka panjang ini bisa mengakar, Amerika Serikat Serikat mengoperasikan empat tindakan prioritas dalam bentuk kebijakan jangka pendek74.

1. Mencegah Serangan oleh Jaringan Teroris

Sesungguhnya sebuah negara tidak memiliki kewajiban yang lebih penting terhadap warganya dari pada melindungi jiwa dan kehidupan masyarakat. Jiwa keras yang sudah tertanam dalam hati para teroris hampir tidak bisa diperbaiki, salah satu dan mungkin satu-satunya cara untuk menghentikan mereka hanyalah dengan melumpuhkan atau menghancurkan mereka. Jaringan-jaringan yang selama ini menghubungkan antara satu orang dengan yang lain akan diputuskan, sumber kekuatan, fasilitas dan pendanaan mereka pun harus dihilangkan. Dengan demikian jaringan itu tidak akan berkerja dan akan terganggu.

Pemerintah Amerika Serikat Serikat bekerja sama dengan para

partner di seluruh bagian dunia berusaha mengumpulkan dukungan publik

73

Ibid., h. 392.

74

untuk memerangi aksi terorisme, mencegah para teroris memasuki wilayah Amerika Serikat Serikat dan mendirikan alat protektif untuk mereduksi kemungkinan diserang.

Untuk mencegah serangan dari kelompok teroris ini, maka perlu dibuat beberapa langkah strategis.

a. Menyerang Jaringan Kerja dan Markas Teroris.

Amerika Serikat Serikat dan koalisinya secara rutin bertindak aktif dan efektif melawan teroris dan beberapa kelompok ekstrimis lainnya yang menimbulkan ancaman serius bagi dunia internasional. Amerika Serikat Serikat dan sekutu berupaya menyerang jaringan dan markas para teroris baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menggunakan elemen kekuatan nasional. Ada beberapa target yang sesungguhnya sudah ditargetkan oleh Amerika Serikat Serikat dan sekutu.

• Pemimpin. Yaitu seseorang yang memberikan semangat ideologis yang menjadi pegangan para pengikutnya untuk kemudian diperjuangkan. Para pemimpin juga memberikan beberapa arahan, disiplin dan motivasi untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan. Kebanyakan kelompok teroris memiliki figur sentral yang menjadi ruh perjuangan. Seterusnya untuk beberapa operasi terdapat beberapa pemimpin dan menejer yang memberikan petunjuk tentang fungsi dan wilayah yang bersifat lokal. Kehilangan seorang pemimpin sentral dalam organisasi seperti ini akan menyebabkan menurunnya kohesivitas kelompok dan pada beberapa kasus bahkan bisa menjadi

pemicu hancurnya kelompok. Namun, di beberapa kelompok lainnya, kehilangan pemimpin sentral biasanya langsung digantikan dengan kandidat yang telah berpengalaman atau dengan mendesentralisasikan struktur komando-komando yang membuat usaha kelompok Amerika Serikat dan sekutu semakin sulit dalam menghilangkan jaringan teroris tersebut.

• Kaki tangan pemimpin yang mencakup operator, fasilitator dan trainner dalam jaringan teroris. Merekalah yang menggerakkan kelompok teroris. Di lain pihak, teknologi dan globalisasi telah meningkatkan kemampuan kelompok ini untuk merekrut kaki tangan termasuk para tenaga terdidik. Ini membuat Amerika Serikat Serikat dan koalisinya harus lebih gigih dan rutin dalam melacak dan melumpuhkan bahkan membunuh kaki tangan ini.

• Senjata. Senjata adalah alat yang digunakan untuk membunuh dan meningkatkan dampaknya. Para teroris mengeksploitasi banyak sumbangan untuk mengembangkan dan mendapatkan senjata. Dana ini termasuk dana yang didapatkan dari negara sponsor, pencurian, perampokan, perdagangan gelap dan lain-lain75. Para teroris kemudian memanfaatkan teknologi yang sudah ada –bahan peledak, senjata mini, misil dan alat-alat lain- dengan cara konvensional maupun non- konvensional untuk melakukan teror dan mendapatkan hasil yang sukses. Mereka juga menggunakan teknologi non senjata seperti pesawat terbang pada tragedi 11 Sepetember. Namun di atas semua

75

itu, yang paling ditakutkan oleh semua pihak adalah jika senjata pemusnah masal berhasil didapatkan oleh para teroris. Jika senjata pemusnah masal ada di tangan mereka, maka kerusakan yang dihasilkan akan jadi berlipat ganda. Oleh karena itu, mencegah agar semua tidak terjadi adalah kunci prioritas dari strategi Amerika Serikat Serikat.

• Pendanaan. Dana lah yang membuat semua aksi ini menjadi mungkin. Dengan tersedianya dana, maka dengan mudah alat-alat yang dibutuhkan dalam operasi bisa dibawa dan didapatkan. Kelompok teroris mendapatkan pendanaan dari berbagai sumber termasuk sumbangan dari para kontributor, NGO dan sedekah, selain itu dana ini juga didapatkan dari sejumlah tindak kriminal seperti penipuan, pemerasan, penculikan dengan tebusan dan sebagainya. Mereka kemudian mentransfer dana ini melalui berbagai mekanisme, baik melalui sistem perbankan biasa, debit, kurier uang cash dan “hawalas” yaitu sebuah alternatif pembayaran yang berlandaskan kepercayaan semata.

• Komunikasi. Komunikasilah yang membuat para teroris mampu mendapatkan, menyimpan dan memanipulasi serta mengubah informasi. Metode komunikasi yang mereka gunakan cukup beragam. Biasanya mereka menggunakan kurir dan komunikasi dari wajah ke wajah dan cenderung menggunakan media yang bisa diakses di wilayah tempat mereka menetap. Para teroris juga menggunakan teknologi mutahir untuk meningkatkan efisiensi. Metode seperti ini

bisa dengan menggunakan internet yang dieksploitasi untuk menciptakan propaganda, merekrut anggota baru, mencari sumber dana dan sumber-sumber meteri lainnya. Tanpa kemampuan komunikasi seperti ini, kelompok teroris tidak akan mampu mengorganisir sebuah operasi dengan efektif, mengeksekusi serangan atau menyebarkan ideologi mereka.

• Propaganda operasi. Yaitu sesuatu yang digunakan oleh kelompok teroris untuk membenarkan aksi kekerasan sekaligus yang menginspirasi individu guna mendukung atau bergabung dalam aksi tersebut. Kemampuan kelompok teroris dalam mengeksploitasi internet dan media dunia lainnya memudahkan mereka untuk mempopulerkan ideologi radikal dan teori konspirasi untuk merekrut siapa saja di belahan bumi ini. Selain pencapaian yang bertaraf global, teknologi tersebut membuat kelompok teroris mampu menyebarkan propagandanya secara cepat bahkan lebih cepat dari usaha koordinasi dan distribusi penghadangan gerakan aksi teror itu sendiri.

Setelah memetakan target-target tersebut, Amerika Serikat Serikat dan sekutu melakukan penyerangan (seperti di Afganistan dan Irak) dan penangkapan di sejumlah tempat. Strategi ini sering disebut dengan pre-emptive. Yaitu strategi menyerang sebelum diserang. Pre-emptive mencakup penangkapan, pembunuhan dan pelumpuhan kelompok teroris sebelum mereka sempat melakukan apa-apa.

Bentuk lain dari strategi pre-emptive ini adalah melakukan interogasi terhadap tersangka teroris untuk mendapatkan informasi

tentang target dan identitas teroris lainnya. Untuk memudahkan interogasi ini bisa dilakukan dengan cara memberi zat sugesti seperti narkoba dan lain-lain. Proses ini memang mengenyampingkan hak asasi manusia.

Dengan alasan pre-emptive ini jugalah Amerika Serikat kemudian memasuki negara lain guna memberantas bibit-bibit terorisme. Amerika Serikat masuk ke wilayah Afganistan dan Irak, kemudian melakukan sejumlah perubahan agar terorisme bisa dihilangkan. Amerika Serikat juga masuk ke negara-negara muslim yang diperkirakan memiliki potensi terorisme, seperti Indonesia, Timur Tangah, Afrika Utara serta negara-negara di Asia Tenggara.

Intervensi ini legitimatif, karena negara-negara yang menjadi sarang terorisme –dalam anggapan Amerika Serikat- telah terancam kehilangan kedaulatan. Untuk itu, Amerika Serikat lah sebagai satu satunya polisi dunia yang akan mengambil tanggung jawab untuk mengatasi potensi terorisme di negara yang telah “kalah” oleh para teroris.

b. Menghalangi para teroris agar tidak memasuki wilayah Amerika Serikat Serikat dan menghentikan perjalanan internasional mereka.

Menghadang kelompok teroris agar tidak bisa masuk ke wilayah Amerika Serikat Serikat akan berpengaruh secara signifikan terhadap mobilitas gerakan mereka. Strategi ini akan menghambat mobilitas dan efektifitas jaringan. Kelompok teroris biasanya mendasarkan gerakannya pada jaringan kecil untuk memfasilitasi perjalanan dan sering

dokumentasinya salah teridentifikasi karena didapatkan melalui operasi pencurian.

Amerika Serikat Serikat -untuk hal ini- akan memperketat keamanan melalui sistem pengamanan yang berlapis di setiap perbatasan, bandara dan jalan lintas. Amerika Serikat Serikat juga akan terus mengembangkan praktek pengamanan dan peningkatan teknologi untuk mengurangi kemungkinan serangan dengan mencegah para teroris menyeberangi wilayah AS. Usaha ini akan mencakup peningkatan semua aspek keamanan penerbangan, mempromosikan perjalanan yang aman dan pemeriksanan identitas perjalanan serta menciptakan dan meningkatkan pertukaran informasi internasional untuk mengamankan perjalanan dan memerangi laju terorisme.

c. Menjaga Target Potensial Sasaran Serangan.

Para teroris tergolong orang yang oportunistik. Mereka mengeksploitasi target-target yang rawan diserang dan mencari alternatif target yang membuat pengamanan ditingkatkan. Sejak tragedi 11 Sepetember 2001 trend target mulai berubah dari yang sebelumnya

hardened sites seperti kantor pemerintahan kepada softer targets seperti sekolah, restoran, tempat ibadah dan transportasi umum dimana warga tidak bersalah berkumpul dan tidak selalu mendapat pengamanan76. Target para teroris memang beragam, namun mereka cenderung

76

menyerang target yang telah dipilih, karena akan memberikan dampak yang lebih luas baik dalam ekonomi, kerusakan dan sebagainya.

2. Menghalangi Para Teroris Agar Tidak Mendapatkan Senjata Pemusnah Masal

Jika senjata pemusnah masal berada ditangan para teroris, maka akan menjadi ancaman terbesar yang dihadapi dunia. Amerika Serikat Serikat sudah mengambil sikap agresif untuk mencegah agar kelompok teroris tidak memiliki akses terhadap materi-materi, perlengkapan dan industri senjata pemusnah masal, bahkan negara adi daya ini akan meningkatkan aktivitas penghalangan bagi kelompok teroris ini melalui sebuah usaha yang terintegrasi di setiap level pemerintahan, bekerja sama dengan partner untuk mengawasi ancaman baru ini.

Tahun 2005, Presiden Bush menandatangai Executive Order 13382, yang membolehkan pemerintah AS untuk mem-blok alat pengayaan senjata pemusnah masal dan menangkap orang-orang yang menyediakan dukungan atau jasa bagi pengayaan senjata tersebut. Pada bulan juli 2006 pemerintah Amerika Serikat Serikat dan Rusia juga meluncurkan inisiatif global untuk memerangi nuklir milik teroris, inisiatif ini diluncurkan agar mampu membangun sebuah kerangka kerja internasional untuk meningkatkan kerja sama, dan melawan ancaman terorisme global77. Inisiatif ini akan sangat berguna untuk menciptakan fokus internasional guna memastikan bahwa setiap komunitas internasional akan berusaha semampunya untuk mencegah

77

agar senjata nuklir, materi-materi dan pengetahuannya tidak sampai ke tangan para teroris.

Terkhusus bagi pihak Amerika Serikat Serikat, negara ini memiliki pendekatan yang komprehensif terkait dengan senjata pemusnah masal78.

• Menentukan dan memahami niat, kemampuan, dan rencana para teroris untuk mengembangkan atau mendapatkan senjata pemusnah masal. Amerika Serikat Serikat perlu memahami dan menilai kredibilitas laporan ancaman dan menyedian penilaian teknis terhadap kapabelitas senjata pemusnah masal para teroris

• Mencegah akses para teroris terhadap bahan-bahan, keahlian dan hal lain yang membantu teroris dalam menciptakan senjata pemusnah masal. Amerika Serikat Serikat memiliki pendekatan yang agresif dan global untuk mencegah pihak musuh agar tidak mendapatkan akses kepada materi-materi, keahlian, metode transportasi, sumber dana dan hal lain yang memfasilitasi senjata pemusnah masal ini.

• Menghalangi para teroris memanfaatkan senjata pemusnah masal.

• Mendeteksi dan merusak gerakan dan usaha kelompok teroris untuk mendapatkan materi-materi senjata pemusnah masal

• Mencegah dan merespon serangan teroris yang berhubungan dengan senjata pemusnah masal

• MenDefinisikan/memahami latar belakang dan sumber peralatan sejata pemusnah masal para teroris

78

Sejumlah langkah di atas menunjukkan bagaimana ketakutan Amerika Serikat khususnya terhadap penggunaan senjata pemusnah masal itu. Phobia ini sekaligus menjadi alasan tertulis serta retorika invansi Amerika Serikat Serikat ke wilayah Irak. Irak bagi Amerika Serikat adalah negara yang berbahaya, karena memiliki senjata pemusnah masal yang bisa digunakan kapan saja. Amerika Serikat juga berasumsi bahwa Irak memiliki kedekatan khusus dengan al-Qaida. Asumsi ini menjadi alasan penyerangan Amerika Serikat Serikat ke Wilayah Irak, meskipun belum ada bukti autentik apakah Irak memang memiliki senjata pemusnah masal itu atau tidak.

Amerika Serikat tidak akan menunggu sampai bukti itu di dapatkan, karena di zaman seperti ini, tidak ada celah untuk membuat kesalahan. Tidak adanya bukti bukan berarti tidak adanya aktifitas senjata pemusnah masal. Guna mencegah terjadinya bencana di masa depan, maka tindakan

preemption (penyerangan lebih dahulu) ini perlu dilakukan.

3. Menghalangi Teroris Mendapatkan Dukungan dan Perlindungan dari Negara Lain

War on terrorism memang menghadapi kendala yang cukup banyak. Para teroris tetap mampu bertahan meskipun markas dan banyak pemimpinnya telah dibunuh atau ditangkap. Salah satu yang membuat perang ini semakin rumit adalah adanya dukungan baik berupa dana, fasilitas senjata maupun perlindungan dari negara lain.

Amerika Serikat Serikat dan sekutu akhirnya tidak membedakan lagi antara siapa sesungguhnya pelaku teror dan siapa yang hanya mendukung

dan melindungi kelompok teroris. Negara atau kelompok mana saja yang memilih untuk menjadi sekutu atau teman kelompok teroris secara otomatis telah menjadi lawan dari kebebasan dan keadilan. Dunia --dengan demikian-- akan menghukum negara tersebut. Untuk mematahkan kerja sama antara kelompok teroris dengan negara sponsor tersebut, Amerika Serikat Serikat dan sekutu akan menghancurkan alur pendanaan dari negara kepada kelompok teroris sembari mengakhiri sponsor mereka terhadap teroris.

a. Mengakhiri Sponsor terhadap Teroris.

Sponsor negara merupakan hal penting bagi kelompok teroris, sponsor itu bisa dalam bentuk dana, senjata, latihan serta perlindungan. Beberapa negara sponsor disinyalir telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan senjata pemusnah masal dan teknologi penghancur lainnya, yang bisa jatuh ke tangan para teroris. Amerika Serikat Serikat mendaftar lima negara yang dianggap sebagai sponsor utama kelompok teroris yaitu Iran, Syiria, Sudan, Korea utara dan Cuba. Amerika Serikat Serikat akan mengupayakan pemberian sanksi atas mereka dan mengusulkan agar negara tersebut diisolasi dari pergaulan internasional sampai mereka mengakhiri dukungannya terhadap kelompok teroris termasuk menyediakan perlindungan.

Iran merupakan negara sponsor teroris yang paling aktif melalui Garda Revolusi Islam dan Kementerian Inteligen dan Keamanan. Teheran merencanakan operasi teroris dan mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Libanon, Hamas dan kelompok-kelompok Jihad Islam di Palestina. Iran juga tidak mau menyerahkan pimpinan senior

al-Qaida yang berada dalam tawanan Iran Tahun 200379. Dan yang paling menakutkan adalah senjata pemusnah masal yang muncul di Teheran. Untuk tujuan inilah, Amerika Serikat mendesak PBB sehingga keluarlah Resolusi 1747 yang melarang pengayaan uranium Iran sekaligus mengisolasi negara ini dari pergaulan internasional

Syiria juga merupakan negara sponsor yang signifikan dan pantas mendapat perhatian. Pemerintahan di Damaskus mendukung dan menyediakan kemudahan bagi Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam palestina. Amerika Serikat Serikat akan terus menentang kedua negara ini.

b. Mengacaukan Aliran Bantuan dari Negara kepada Kelompok Teroris

Sampai Amerika Serikat Serikat berhasil mengeliminasi sponsorship negara terhadap kegiatan teror, Amerika Serikat akan mengacaukan dan meniadakan aliran bantuan dari negara kepada kelompok teroris. Amerika Serikat akan terus menciptakan dan menguatkan kemauan internasional (international will) untuk menghalangi dukungan materi kepada kelompok teroris. Amerika Serikat akan membangun kerja sama internasional untuk mengisolasi negara sponsor secara finasial. Amerika Serikat serikat juga akan terus mengekspos kelompok dan peralatan yang digunakan negara untuk mendukung teman terorisnya.

4. Menghalangi Kontrol kelompok Teroris atas Sebuah Negara

79

Kelompok teroris berusaha untuk mencari sebuah negara yang strategis sebagai tempat perlindungan dan persembunyian untuk merencanakan teror. Dari markas inilah mereka menghancurkan Timur Tengah, menyerang Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dahulu para teroris pernah membangun markas di Afganistan, dan kemudian pindah ke Irak sebagai fron sentral untuk melawan Amerika Serikat. Amerika Serikat akan terus mencegah agar para teroris tidak menduduki wilayah-wilayah baru yang belum terjaga dan terdemokratisasikan.

Berikut langkah-langkah konkret yang telah dan akan dilakukan Amerika Serikat Serikat80:

• Di Afganistan dan Irak, Amerika Serikat bekerja untuk membangun kapasitas pemerintah untuk mengontrol dan menangkap kelompok teroris dan pemberontak

• Di Afganistan, tentara nasional sudah meningkatkan kemampuan mereka dengan tambahan 26.000 personel terlatih dan dilengkapi dengan senjata, sehingga saat ini Afganistan telah memiliki 57.8000 personel terlatih

• Dengan kerja sama bersama Eropa, Amerika Serikat memberi bantuan kepada Turki untuk menghilangkan dukungan materi dan finansial kepada kelompok pemberontak Kurdi

• Di Indonesia, Amerika Serikat Serikat menyediakan latihan peningkatan kemampuan kepada seluruh personel kepolisian dan personel anti terror untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan menghancurkan

80

jaringan teroris. Usaha ini termasuk pengawasan terhadap pondok-pondok pesantren

• Di Filipina, Amerika Serikat membantu membangun Light Reaction Companies untuk melawan teroris di Mindanao, secara rutin juga melatih kepolisian nasional untuk melawan kelompok teroris di Pulau Jolo

• Di Afganistan dan Kolombia, Amerika Serikat Serikat sudah meluncurkan kerja sama dengan tenaga militer, dalam menghilangkan pendanaan narkotik untuk kelompok pemberontak

Inilah langkah-langkah yang diambil oleh pihak Amerika Serikat Serikat, namun di saat upaya di atas gagal, maka strategi pre emptive

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN WAR ON TERRORISM PRESIDEN BUSH

Kampanye war on terrorism telah melahirkan ide-ide baru yang radikal. Ide radikal ini terlihat terutama dalam arah baru kebijakan luar negeri Amerika Serikat Serikat. Seperti yang ditulis di bab III bahwa mulai Tahun 1940-an Amerika Serikat Serikat menerapkan dua arah besar kebijakan luar negeri yaitu pengimbangan kekuatan lawan (deterrence) dan penyebaran ide liberal

Strategi tersebut telah menghasilkan berkah kelembagaan dan kemitraan internasional yang luar biasa. Lahirnya NATO dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan sebagainya merupakan sebagian imbas positif kebijakan luar negeri tersebut. Amerika Serikat Serikat membangun koalisi kemitraan yang terlembagakan dan memperkuat stabilitas internasional. Amerika Serikat Serikat membuat kekuatannya aman bagi dunia dan sebagai balasannya dunia setuju untuk hidup di dalam sistem Amerika Serikat Serikat81.

Namun ide-ide baru yang dijalankan Presiden Bush telah mengacaukan kondisi tersebut. Amerika Serikat Serikat mulai berambisi untuk menggunakan kekuatan politik dan militernya yang tak tertandingi untuk mengubah dan mengatur tatanan dunia. Amerika Serikat ingin memperluas pengaruhnya dari “setengah gelas” menjadi “satu gelas penuh”.

Richard Haass, Direktur Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa tujuan utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat Serikat (saat ini) adalah mengintegrasikan negara dan organisasi lain ke dalam

81

G. John Ikenberry, “Ambisi Imperial AS” dalam Council on Foreign Policy, Amerika Serikat dan Dunia; Memperdebatkan Bentuk Baru Politik Internasional, Penerjemah Yusi A. Pareanom dan Zaim Rofiqi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 439.

kesepakatan yang menjaga sebuah dunia yang konsisten dengan kepentingan dan nilai-nilai Amerika Serikat Serikat82.

Kebijakan baru Pemerintah Amerika Serikat Serikat di bawah pimpinan Presiden Goerge W. Bush ini (seperti yang dibahas di bab III) dengan berbagai sudut pandang bisa disebut sebagai tindakan imperial. Kesimpulan ini bisa dijelaskan melalui analisis berikut.

A. War on Terrorism Menyimpang dari Kriteria Kebijakan yang Ideal

Ada tiga kriteria ideal untuk sebuah kebijakan luar negeri. Tidak memenuhi ketiga kriteria ini akan melahirkan kebijakan yang tidak adil dan imperial

1. Limited goals. Memiliki tujuan yang jelas dan terbatas. Karakter kebijakan luar negeri Amerika Serikat Serikat sebelum tragedi WTC 2001 bisa disebut memenuhi kriteria limited goals ini, karena berpatokan pada gabungan kepentingan real politik dan idealisme moral83. Gabungan prinsip itu juga diwujudkan melalui isolasionisme serta menghindari penggunaan kekuatan militer.

2. Merepresentasikan kepentingan nasional. Setiap negara memang perlu memperhatikan kepentingan nasional di balik pengeluaran setiap kebijakan. Jika keterlibatan dalam sebuah isu atau pun aksi tidak berimplikasi positif terhadap kepentingan nasional, maka lebih baik tidak terlibat seutuhnya. Sebaliknya, sebuah negara akan menunjukkan progresivitas yang tinggi jika kebijakan yang dijalankan berkontribusi besar bagi kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang dimaksud

82Ibid., h. 438.

83 Louis Janowski, “Neo-Imperialism and U.S. Foreign Policy” dalam Foreign Service Journal, May 2004, p. 55.

bisa dalam bentuk kepentingan politik --sebagai strategi mendapat self interest bagi negara kuat dan self preservation untuk negara lemah—atau kepentingan ekonomi

3. Mendapat dukungan internasional. Dukungan internasional merupakan kriteria terpenting, karena dengan adanya dukungan dari banyak pihak, maka apapun kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh sebuah negara tidak akan berdampak buruk bagi stabilitas internasional.

Strategi baru Amerika Serikat Serikat jelas tidak memenuhi ketiga kriteria di atas. Untuk kategori limited goals misalnya, Amerika Serikat Serikat sesungguhnya tidak memiliki tujuan yang jelas dan konsisten dari awal memulai war on terrorism sampai detik ini. Tidak adanya tujuan yang jelas dan terbatas tersebut terlihat dari perubahan fokus yang sangat drastis dari isu terorisme al-Qaida kepada isu senjata pemusnah masal Irak. Padahal Irak tidak memiliki hubungan apa-apa dengan al-Qaida. Tidak hanya berhenti disitu, isu senjata pemusnah masal pun kemudian diganti lagi dengan isu perubahan rezim (regime change) dan selanjutnya dibumbuhi dengan isu yang lebih ambisius yaitu demokratisasi Irak dan Timur Tengah

Selain absennya tujuan yang jelas dan terencana dari awal, Amerika Serikat Serikat juga tidak memiliki konsep serius terhadap upaya pembangunan

Dokumen terkait