• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN WAR ON TERRORISM PRESIDEN BUSH

B. Kebijakan Jangka Panjang

1. Penyebaran demokrasi yang Efektif

tidak terlibat langsung dalam konflik internasional.

Kedua adalah penyebaran liberalisme. Liberalisme secara umum adalah ideologi yang menegaskan komitmen pada kesetaraan, kebebasan, individualitas dan rasionalitas58. Dalam perspektif ekonomi, Liberalisme berarti mendukung pasar bebas dan “kapitalisme”. Ekonomi memang merupakan sasaran utama kebijakan Amerika Serikat Serikat, karena dengan menguasai perekonomian sebuah negara, berarti juga menguasai kekuatan politik negara tersebut. Strategi ini diwujudkan oleh Amerika Serikat Serikat melalui pemberian berbagai bantuan kepada negara-negara berkembang sebagai modal pengembangan ekonomi nasional mereka. Namun, bagi Amerika Serikat sendiri, bantuan itu akan menjadi modal dasar untuk menanamkan pengaruhnya di negara tersebut.

Namun bagi kebinet war on terrorism yang dibentuk oleh Presiden Bush, pendekatan lama ini dianggap kurang memadai. Untuk itu diciptakanlah kebijakan baru dalam usaha memenangkan perang melawan terorisme. Kebijakan ini bisa dibedakan menjadi kebijakan jangka panjang dan kebijakan jangka pendek.

Kebijakan jangka panjang yang diterapkan Amerika Serikat Serikat dalam usaha memenangkan perang melawan terorisme antara lain, menyebarkan demokrasi, membangun fail state dan memperbaiki hubungan dengan negeri-negeri muslim.

1. Penyebaran Demokrasi yang Efektif

58

Richard Bellamy, “Liberalisme” dalam Roger Eatwell dan Anthony Wright, ed.,

Salah satu kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh Amerika Serikat Serikat adalah menyebarkan isu kebebasan dan hak asasi manusia melalui penerapan demokrasi yang efektif59. Di antara penanda utama sistem demokrasi ini adalah pengangkatan pemimpin melalui mekanisme pemilihan umum dimana masyarakat memberikan suara kepada calon pemimpin yang disukai dengan berbagai pertimbangan. Proses ini tentunya mencerminkan kebebasan individu sekaligus memberikan legitimasi yang kuat bagi seorang pemimpin.

Tapi demokrasi memang tidak hanya direpresentasikan melalui pemilihan umum semata. Demokrasi juga mesti menghargai dan membuka kebebasan dasar manusia termasuk beragama, berfikir, berbicara, berorganisasi dan kebebasan pers. Secara otomatis –kalau kebebasan ini dibuka-- pemerintah akan dipaksa untuk bertanggung jawab kepada rakyatnya dan berusaha memenuhi keinginan rakyat tersebut.

Demokrasi yang efektif juga secara otomatis akan menciptakan kedaulatan yang efektif dan menjamin keamanan di dalam teritorial negara, menyelesaikan konflik secara damai, melindungi sistem peradilan yang independen, menghukum yang bersalah, dan memerangi tindak korupsi. Demokrasi yang efektif juga akan membatasi kekuasaan pemerintah sehingga memungkinkan munculnya civil society. Dalam sebuah demokrasi yang efektif, kebebasan tidaklah terbagi, kebebasan bukan menjadi milik sebagian orang atas sebagian yang lain.

59

Homeland Security Council, 9/11 Five Years Later: Successes and Challenges

Semua yang digambarkan melalui penegakan demokrasi yang efektif ini merupakan anti-tesa dari ideologi yang dipegang oleh kelompok teroris. Untuk melihat lebih jauh “perang ide” antara demokrasi dan ideologi kelompok teroris tersebut, Amerika Serikat Serikat menekankan beberapa hal mengenai terorisme.

Pertama, terorisme bukanlah produk dari kemiskinan. Banyak pelaku aksi teror seperti tragedi 11 September 2001 ternyata bukan berasal dari kelompok ekonomi rendah60. Misal saja Usama bin Laden, ia adalah seorang milyarder asal Arab Saudi yang sampai sekarang memiliki asset kekayaan yang cukup banyak61.

Kedua, terorisme bukan semata lahir karena kebencian pihak lain atas kebijakan Amerika Serikat Serikat kepada Irak62. Sesungguhnya Amerika Serikat Serikat sudah diserang sejak Tahun 2001 dan bahkan jauh sebelum itu, sebelum Amerika Serikat Serikat meruntuhkan rezim Saddam Hussain.

Ketiga, terorisme bukanlah dampak dari isu pertikaian Israel - Palestina. Amerika Serikat menyebutkan bahwa serangan al-Qaida Tanggal

60

Homeland Security Council, Strategies for Winning the War on terror (Washington: White House, 2003), p. 1.

61

Asumsi pemerintahan Amerika Serikat Serikat ini cukup berbeda dari keyakinan banyak pemikir sosial dan sejarawan di berbagai negara. Motif ekonomi bagi sebagian pemikir sama kuatnya dengan motif politik maupun agama. Para eksekutor bom pada umumnya berasal dari keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah. Dan pelaku adalah tulang punggung keluarga yang sangat mengharapkan kesejahteraan yang cukup bagi anak dan istrinya. Oleh sebab itu, tatkala datang tawaran untuk melakukan pem-bom-an dengan imbalan kesejahteraan bagi keluarga, mereka menerima tawaran tersebut. Kemudian desakan ekonomi ini dibumbuhi semangat ideologis atau semangat keagamaan. Ini juga sekaligus menjadi penjelasan mengapa aksi pem-bom-an banyak terjadi di negara-negara berkembang (miskin).

62

11 September 2001 sesungguhnya telah dimulai dengan skala berbeda sejak Tahun 1990 yang nota bene adalah masa damai antara kedua belah pihak63.

Keempat, terorisme bukanlah respon balik terhadap war on terrorism

ala Amerika Serikat Serikat. Al-Qaida telah menyerang Amerika Serikat Serikat jauh sebelum Amerika Serikat Serikat menyerang Irak dan al-Qaida64. Selain keyakinan di atas, Amerika Serikat Serikat juga mengatakan bahwa mereka saat ini menghadapi kelompok teroris yang memiliki latar belakang yang beragam mulai dari65:

Political alienation yaitu kelompok teroris yang muncul dari masyarakat yang tidak memiliki suara dalam pemerintahan dan tidak memiliki cara yang terlegitimasi untuk mengubah hal tersebut. Dengan eksistensi pemerintahan seperti ini, pemerintahan tersebut sangat mudah dimanipulasi oleh sekelompok orang dengan cara kekerasan dan penghancuran.

• Aksi balas dendam yang tidak bisa dilampiaskan kepada orang lain. Dilema psikologis yang dirasakan oleh para teroris adalah bahwa mereka merasa tidak mendapat keadilan dari masa lalu. Trauma dari masa lalu

63

Asumsi ini memang ada benarnya bahwa tidak semata lahirnya terorisme karena isu Israel-Palestina. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa isu Israel-Palestina menjadi salah satu motivasi yang membakar semangat perjuangan kelompok yang dianggap teroris. Lahirnya terorisme secara umum merupakan sebuah respon keras atas dominasi Amerika Serikat Serikat yang secara struktural telah mengintervensi dan mendikte para pemimpin di negeri muslim. Intervensi ini kemudian mengakibatkan liberalisasi dan westernisasi di segala bidang dan akhirnya menjadi cikal bakal rusaknya ekonomi, politik bahkan moral umat. Jika intervensi Amerika Serikat ini adalah bara-nya, maka keberpihakan Amerika Serikat kepada Israel adalah api-nya.

64

Hal ini tentu benar jika orang menganggap bahwa intervensi Amerika Serikat Serikat di wilayah muslim jauh sebelum deklarasi war on terrorism bukanlah sebuah tindakan yang bisa dilabelkan dengan “kejahatan”. Namun jika orang menganggap bahwa intervensi Amerika Serikat di berbagai wilayah muslim sebagai kejahatan, maka sanggahan Amerika Serikat tentulah tak beralasan.

65

inilah yang selalu menjadi retorika dan motivasi yang kuat untuk balas dendam dan teror.

• Kelompok masyarakat korban konspirasi dan informasi yang tidak benar. Kelompok teroris merekrut --secara lebih efektif dari-- populasi yang perbendaharaan informasinya tentang dunia telah terkontaminasi atau terjerat oleh konspirasi66. Distorsi informasi ini menjaga kebencian mereka terhadap musuh sehingga menutup mata dari fakta yang sebetulnya bisa mengubah sangkaan dan propaganda se pihak tersebut.

• Adanya ideologi yang membenarkan pembunuhan. Inilah point terakhir yang menakutkan bagi Amarika Serikat. Di saat sebuah aksi sudah dibenarkan oleh ideologi seperti agama, maka pelakunya tidak akan merasa takut. Bahkan mati dalam misi adalah sebuah status istimewa yang pantas mendapat imbalan surga.

Mengalahkan terorisme dalam kurun waktu jangka panjang membutuhkan penyelesaian pada bidang-bidang tersebut di atas. Demokrasi yang efektiflah satu-satunya cara untuk menyelesaikan setiap problem di atas, karena demokrasi adalah sebuah sistem yang mampu menghancurkan kondisi-kondisi yang bisa dieksploitasi oleh kelompok teroris. Dengan demokrasi, maka:

• Problem alienasi bisa diatasi. Demokrasi menawarkan partisipasi serta kepemilikan di dalam masyarakat. Dengan adanya partisipasi dan kepemilikan tersebut masyarakat bisa menciptakan masa depannya sendiri.

66

• Untuk latar belakang dendam dan informasi yang salah, demokrasi menawarkan kebebasan berbicara, media yang independen dan pertukaran ide yang bisa meng-ekspos dan mengkoreksi hal yang salah, serta anggapan-anggapan dan propaganda yang tidak jujur.

• Dalam kaitannya dengan ideologi yang membolehkan pembunuhan, maka demokrasi menawarkan penghargaan terhadap derajat manusia yang membenci penyerangan terhadap warga yang tak bersalah.

Demokrasi dengan demikian adalah anti tesis sikap tirani kelompok teroris. Demokrasi didasarkan pada penguatan masyarakat sementara ideologi teroris berdasarkan perbudakan. Demokrasi mengangkat kebebasan masyarakat, sementara teroris berusaha memaksakan satu kepercayaan yang sempit kepada semua orang. Demokrasi melihat seorang individu setara harkat dan derajatnya dengan orang lain, individu memiliki nilai dasar yang bisa dikembangkan, mengatur diri sendiri dan melaksanakan haknya berupa kebebasan berbicara dan berpendapat. Di lain pihak teroris hanya melihat seorang individu sebagai objek eksploitasi, bisa diatur dan ditekan.

Adapun langkah-langkah strategis yang dijalankan Amerika Serikat Serikat dan sekutu dalam menyebarkan demokrasi yang efektif adalah:

Pertama, mengoperasikan USAID (lembaga bantuan Amerika Serikat Serikat) di lebih dari 26 negara baik di Asia, Timur Tengah maupun Afrika Utara dengan program-program yang inovatif yang menekankan pada perdagangan, pendidikan dan demokrasi. Kedua, Membentuk Millenium Challenge Account yang diperuntukkan guna mempercepat reformasi global dengan cara memberikan bantuan-bantuan tambahan kepada negara-negara,

berinvestasi di negara tersebut dan mempromosikan ekonomi bebas. Ketiga, membentuk “Partnership for Progress and a Common Future”, untuk mendukung reformasi politik, ekonomi dan sosial di Timur Tengah yang di prakarsai oleh negara G-8 Tahun 200467.

Demokrasi di sisi lain memang tidak kebal terhadap terorisme. Demokrasi juga tidak melulu menjanjikan kesejahteraan. Dalam beberapa kondisi yang dianggap demokratis, kadang masih terdapat beberapa etnik atau kelompok agama yang tidak bisa dan tidak mau memanfaatkan keuntungan dari kebebasan yang disediakan untuk masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut akan menjadi bibit alienasi yang bisa dieksploitasi oleh kelompok teroris.

Strategi melawan landasan ideologis kelompok teroris dan mencegah mereka agar tidak bisa merekrut di masa mendatang hanya bisa dilakukan dengan betul betul menguatkan masyarakat yang berpotensi di eksploitasi oleh para teroris yang pada umumnya dikategorikan sebagai muslim fundamentalis. Untuk itu pemerintah Amerika Serikat Serikat sangat mendukung gerakan reformasi yang akan menguatkan muslim yang berorientasi pada kedamaian agar mereka kemudian berpartisipasi dan menafsirkan agamanya dengan lebih bijak. Amerika Serikat serikat juga akan bekerja keras untuk menghancurkan tiang-tiang ideologi kelompok Islam ekstrem dan menggalang dukungan dari kelompok muslim yang anti kekerasan di seluruh dunia.

67

Kerja yang paling vital untuk mencapai tujuan itu tentunya akan berlangsung di dalam dunia Islam itu sendiri seperti Indonesia, Jordan, Maroco dan lain-lain yang telah memulai usaha ke arah ini. Selain itu peran pemimpin agama juga sangat dibutuhkan untuk mengalahkan ideologi yang jahat yang mengeksploitasi Islam untuk membenarkan tindak pembunuhan orang-orang tak bersalah.

Dokumen terkait