• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

C. Kebijakan Konservasi dan Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Secara umum kondisi mangrove di Kecamatan Teluk Bintan pada beberapa kawasan telah mengalami kerusakan sebagai akibat terjadinya pengembangan pemukiman masyarakat, pengembangan infrastruktur transportasi darat, serta pembalakan oleh masyarakat. Kerusakan kawasan mangrove tersebut diperkirakan akan semakin besar pada masa yang akan datang, karena adanya perkembangan masyarakat serta kepentingan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bintan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan rehabilitas mangrove di kawasan yang rusak. Strategi yang bisa lakukan diantaranya dengan menyusun rencana teknis rehabilitasi kawasan mangrove dan mengembangkan pembibitan mangrove. Selain itu diperlukannya monitoring dan evaluasi rehabilitasi mangrove agar program dilakukan dapat berjalan dengan baik untuk kelestarian mangrove. Ngololo et al. (2015), menyatakan upaya pemulihan mangrove merupakan solusi parsial, diperlukan perlindungan dan konservasi terhadap ekosistem yang tersisa agar tidak semakin banyak yang hilang.

Berdasarkan hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Kecamatan Teluk Bintan mempunyai nilai ekonomi yang besar artinya jika terjadi perubahan luas mangrove yang positif (semakin bertambah), maka nilai ekonomi mangrove bernilai positif (meningkat) dan sebaliknya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ekosistem mangrove harus tetap dipertahankan keberadaannya agar fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan nilai jasa lingkungannya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sasidhar dan Rao (2015), menyatakan bahwa dengan kondisi ekosistem mangrove yang rentan terhadap tekanan, maka di perlukanya upaya konservasi dan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan.

Program dalam upaya Kebijakan Membuat Peraturan Daerah Pengelolaan Ekosistem Mangrove

1. Perencanaan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove

Tujuan : Mempertahankan keberadaan dan fungsi ekosistem mangrove Progam :

1) Penetapan dan pemasangan batas kawasan lindung oleh pemerintah daerah khususnya Kecamatan Teluk Bintan

2) Pelaksanaan kegiatan inventarisasi kondisi ekologi mangrove di Kecamatan Teluk Bintan

2. Konservasi dan Rehabilitasi Mangrove

Tujuan : 1). Melakukan rehabilitasi mangrove yang rusak 2). Meningkatkan kualitas ekosistem mangrove Program :

1) Penetapan mekanisme proses konversi mangrove;

2) Penyusunan rencana teknis rehabilitasi kawasan mangrove; 3) Pengembangan pembibitan dan penanaman mangrove;

4) Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove sesuai dengan kerusakan yang terjadi; dan

5) Pemberian insentif terhadap institusi/ perorangan yang berhasil dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove. 3. Penyuluhan Pelestarian Mangrove

Tujuan :

1) Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keberadaan, status, fungsi dan manfaat ekosistem mangrove; dan

2) Meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan ekosistem mangrove.

Program :

1) Penyusunan materi (modul, pedoman penyelenggaraan) penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan lingkungan ekosistem mangrove oleh Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Bintan;

2) Pengembangan dan membangun stasiun-stasiun kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove sesuai dengan karateristik wilayah seperti contoh di desa Tembeling;

3) Membentuk kader Penyuluh Swadaya Masyarakat (PSM)/ optimalkan SDM karang taruna masing-masing desa; dan

4) Inventarsisasi dan penguatan kearifan lokal dalam pemanfaatan mangrove seperti dalam pengolahan buah mangrove;

4. Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Kawasan Mangrove

Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan nilai manfaat kawasan mangrove secara lestari berbasis masyarakat. Program :

1) Pengembangan ekowisata mangrove, lokasi yang mempunyai potensi yaitu kawasan mangrove di Sungai Kangboy dan Sungai Bintan;

2) Pengembangan budidaya perikanan ramah lingkungan yaitu bisa dengan cara silvofishery, dan membuat kolam pembesaran Kepiting bakau seperti yang pernah dilakukan di Desa Tembeling; dan

3) Pengembangan pangan alternative berbahan baku mangrove seperti dodol mangrove, sirup mangrove.

5. Penguatan Kelembagaan Masyarakat Tujuan :

1) Meningkatkan peran pemangku kewenangan pengelolaan ekosistem mangrove; dan

2) Meningkatkan kapasitas kelompok dan lembaga desa dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan.

Program :

1) Pendampingan dan pembentukan kelompok dan lembaga desa yang berpotensi menjadi Hutan Kemasyarakatan, seperti Desa Tembeling; 2) Pelatihan manajemen dan fasilitasi pengembangan Hutan

3) Pelatihan teknis dan studi banding pengelolaan mangrove bagi kelompok dan lembaga desa

6. Penegakan Hukum

Tujuan : Memperkecil pelanggaran dalam pengelolaan mangrove Program :

1) Peningkatan pengawasan pemanfaatan mangrove oleh masyarakat dan instasi terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan.

2) Pelaksanaan penegakan hukum apabila melakukan pelanggaran pemanfaatan mangrove oleh aparat penegakan hukum di Kabupaten Bintan

Beberapa kebijakan peraturan daerah khususnya yang terkait masalah pengelolaan ekosistem mangrove telah banyak dikeluarkan, seperti yang terlampir pada tabel 20 berikut ini:

Tabel 20 Beberapa contoh peraturan daerah terkait pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia

No Wilayah Kebijakan

1 Provinsi Sulawesi Selatan

Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 05 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove

2 Provinsi Jawa Barat Peraturan daerah Provinsi Jawa Barat No 06 Tahun 2011 tentang Pengurusan Hutan Mangrove dan Hutan Pantai

3 Kabupaten Raja Ampat Peraturan daerah Kabupaten Raja Ampat No 08 Tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan Mangrove dan Hutan Pantai

4 Kabupaten Penajam Paser Utara

Peraturan daerah Kabupaten Penajam Paser Utara No 24 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Hutan Mangrove

5 Kabupaten Bulungan Peraturan daerah Kabupaten Bulungan No 4 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Hutan Mangrove di Kawasan Muara Sungai dan Pantai dalam Wilayah Kabupaten Bulungan

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kerusakan mangrove yang terjadi di Kecamatan Teluk Bintan diantaranya

disebabkan oleh penebangan pohon mangrove untuk bahan bakar pembuatan genteng dan pembangunan infrakstruktur seperti jalan raya, pelabuhan tangkahan untuk nelayan serta adanya pembuatan tambak;

2. Nilai ekonomi total ekosistem mangrove yaitu Rp 23,304,128,000; artinya bahwa ekosistem mangrove menyumbang nilai ekonomi yang besar terhadap masyarakat sekitar. Rehabilitasi perlu dilakukan untuk mengembalikan mangrove mendekati kondisi awal dengan memperhatikan hasil nilai klaim kerusakan mangrove;

3. Strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Kecamatan Teluk Bintan adalah kebijakan membuat peraturan daerah, kebijakan pembentukan hutan kemasyarakatan dan kebijakan konservasi dan rehabilitasi. Kebijakan membuat peraturan daerah menjadi prioritas utama karena diperlukan payung hukum dengan membuat peraturan daerah terkait pengelolaan ekosistem mangrove di Kecamatan Teluk Bintan.

Saran

Dari hasil penelitian ini maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah sebagai lembaga yang bertugas terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan hukum lingkungan harus melaksanakan secara baik dan bertindak tegas terhadap tindak pelanggaran terhadap mangrove. Selain itu pemerintah juga perlu memfasilitasi kegiatan sosialisasi terkait rencana pengembangan, peraturan-peraturan dan pelatihan kepada masyarakat Teluk Bintan;

2. Perlu adanya upaya peningkatan kesadaran dan masyarakat dalam bentuk peningkatan intensitas penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam mengelola ekosistem mangrove di Kecamatan Teluk Bintan;

3. Hasil analisis nilai klaim kerusakan menggunakan Habitat Equivalency Analisys

diharapkan menjadi salah satu rujukan dalam upaya pengelolaan ekosistem mangrove; dan

4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai potensi pengembangan ekosistem mangrove di KecamatanTeluk Bintan.

Dokumen terkait