• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut UU No. 7/3/PBI/2005 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik untuk disallrkan maupun digunakan untuk tujuan lain (Sentosa Sembiring, 2007:517). Selanjutnya American Institute of Banking (Santoso,1996:2) menjelaskan fungsi pokok perbankan dilihat dari aspek ekonominya meliputi empat faktor, yaitu:

1. Menerima simpanan dalam bentuk tabungan (saving account), deposito berjangka (demand deposit), dan giro(current account) serta mengkonversikannya menjadi rekening koran yang fleksibel untuk dapat dipergunakan oleh masyarakat.

2. Melaksanakan transaksi pembayaran melalui perintah pembayaran (standing instructions) atau bukti-bukti lainnya.

3. Memberikan pinjaman atau melaksanakan kriteria investasi lain di sektor-sektor yang menghasilakan rate of return mencakup dari pada cost of fund sumber dana perbankan.

4. Menciptakan uang (money maker) melalui pemberian kredit yang dimanifestasikan dengan penciptaan uang giral

Keempat fungsi perbankan di atas sering dikenal dengan fungsi tabungan (saving functions), fungsi pembayaran (payment functions), fungsi pinjaman (lending functions), dan fungsi uang (money functions). Secara lebih singkat dapat dikatakan bahwa fungsi bank selain sebagai financial intermediary juga adalah merupakan agent of development. Dalam hal ini, fungsi bank sebagai agent of development lebih cenderung dimiliki oleh bank-bank pemerintah yang dikonsentrasikan untuk membangun bidang-bidang tertentu upaya pemerataan pembangunan.

Secara umum, Thomas Suyatno dkk (2007:15) mengutarakan bahwa pemberian kredit oleh perbankan, khususnya bank pemerintah yang mempunyai tugas sebagai agent of development adalah bertujuan untuk:

1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar fungsinya menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat

3. Mendapatkan laba untuk kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan kredit yang diberikan oleh Bank terdapat kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat dan kepentingan pemilik modal (pemerintah, pengusaha perbankan dan investor). Wujud kredit dari fungsi bank sebagai agent of development ini dilakukan melaui pemeliharaan kestabilan moneter di dalam negeri, dan sebagai realisasinya adalah program kredit pemerataan, yaitu melalui Kredit Usaha Kecil (KUK) bagi pengusaha kelas menengah ke bawah (Santoso, 1996:4). Sementara itu fungsi

bank sebagai financial intermediary tampak dalam usaha bank untuk menciptakan interest rate sebagai resiko penanggung penghimpunan dan penyaluran kredit.

Pengertian kredit sendiri dalam hal ini menurut UU No. 7/3/PBI/2005 tentang batas maksimum, yaitu:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa dalam suatu pokok perkreditan terkandung unsur-unsur dan risiko-risiko yang dikemukakan oleh Thomas Suyatno (2007 :14) sebagai berikut:

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan bank atas uang yang dipinjamkan akan diterima kembali pembayaran pokok dan bunganya sesuai jangka waktu yang disepakati.

2. Waktu, yaitu agio akan pertambahan nilai uang yang diterima saat ini dengan masa yang akan dating.

3. Degree of risk, yaitu risiko yang terjadi akibat kesenjangan waktu dari pemberian pinjaman tersebut.

4. Prestasi, artinya bahwa pemberian kredit sebenarnya tidak sebatas dalam bentuk uang, tetapi juga barang dan jasa atau yang sejenisnya.

Usaha lembaga keuangan adalah memberikan kredit. Kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan perekonomian. Fungsi kredit perbankan dan lembaga keuangan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan menurut Thomas Suyatno ,dkk (2007:16) adalah:

1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran uang 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan international

Dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 (Rachmat Firdaus, 2004) ditetapkan bahwa pedoman atau kebijakan dalam pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut:

a. Prinsip Kehati-hatian dalam perkreditan

Prinsip kehati-hatian tersebut tercermin dalam kebijaksanaan pokok perkreditan, tata cara dan prosedur penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.

b. Organisasi dan manajemen perkreditan

Dalam kebijakan perkreditan bank setiap bank wajib mencantumkan perangkat organisai dan manajemen perkreditan, wewenang dan tanggung jawab dari setiap orang atau unit kerja yang terlibat dalam proses kegiatan perkreditan. c. Kebijaksanaan persetujuan pemberian kredit (alokasi kredit)

Alokasi kredit yaitu jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kebijkan alokasi kredit dilakukan sebagai upaya bank dalam mengurangi risiko dalam pemberian kredit, bank harus memulai dari tahap penyusunan perencanaan perkreditan, dilanjutkan dengan proses pemberian putusan kredit atau alokasi jumlah kredit yang akan diberikan.

d. Dokumentasi dan administrasi kredit

Dokumentasi dan administrasi kredit merupakan aspek penting dalam proses kegiatan perkreditan yang dapat memberikan tanda-tanda melalui sistem

e. Pemantauan/Pengawasan kredit

Pengawasan kredit adalah kegiatan pengawasan/monitoring terhadap tahap-tahap proses pemberian kredit. Pengawasan kredit diperlukan sebagai upaya peringatan dini yang mampu mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarat-syarat yang telah disepakati antara debitur dengan bank yang mengakibatkan menurunnya kualitas kredit serta untuk menentukan tingkat kualitas kredit yang bersangkutan.

f. Pembinaan kredit

Pembinaan kredit adalah upaya pembinaan berkesinambungan (mulai sejak pencairan kredit sampai dengan kredit dibayar lunas termasuk pemecahan masalahnya). Tujuan dilakukan pembinaan kredit adalah untuk menjaga agar pelaksanaan kredit sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, penggunaan kredit sesuai dengan rencana atau tujuan kredit, surplus dari cashflow nasabah benar-benar dipergunakan untuk membayar kembali kreditnya, dan untuk mengikuti perkembangan usaha nasabah dan membantu memecahkan permasalahannya serta untuk mengamankan agunan kredit sehingga dapat menghindarkan terjadinya penurunan kredit.

g. Penyelesaian kredit bermasalah

Dalam kebijakan perkreditan bank, setiap bank harus mengatur dan mencantumkan tata cara penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah. Untuk mencegah adanya kredit macet, maka harus dilakukan analisa kredit. Di dalam melakukan analisa kredit ada tiga prinsip utama yang mendasari penilaian proposal kredit yaitu: (1) Prinsip 5 C, (2) Prinsip 5 P, (3) Prinsip 3 R. Adapun

maksud penilaian terhadap proposal kredit adalah untuk meletakkan kepercayaan dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari bila kredit jadi diberikan. Dengan analisa kredit kemungkinan pemberian kredit yang diperkirakan di kemudian hari akan mengakibatkan kegagalan usaha debitur ataupun kemacetan total kreditnya dapat dihindari.

a. Prinsip 5 C

Aspek-aspek penting yang perlu dievaluasi terhadap calon peminjam unuk meminimalisir risiko terjadinya kredit macet (Kuncoro, 2002) dapat dilakukan dengan analisis 5C kredit, yaitu:

1. Character (analisis watak) bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit diajukan.

2. Capacity (analisis kemampuan) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari usaha yang dibiayai, mencakup aspek manajemen, aspek produksi, aspek pemasaran, aspek personalia, dan aspek finansial.

3. Capital (analisis modal) bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal sendiri, yang mencakup : besar komposisi modal, perkembangan laba usaha selama tiga periode sebelumnya, angka rasio perbandingan antara utang dengan modal sendiri (Debt Equity Ratio/DER) dan perkembangan naik dan turunnya harga saham (bagi perusahaan yang telah go public).

4. Condition (analisis kondisi/prospek usaha) bertujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai, yang meliputi siklus bisnis mulai dari bahan baku (pemasok), pengolahan, dan pemasaran (pembeli)

5. Collateral (analisis agunan) bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai

Dokumen terkait