• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pajak dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun

bi 4.2 Kebijakan Pajak Atas Bahan Bakar Nabati di Indonesia

4.2.1 Kebijakan Pajak dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 dengan perubahan terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 mengatur tentang fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau

Universitas Indonesia di Daerah-Daerah Tertentu. Bahan Bakar Nabati merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang termasuk ke dalam bidang usaha industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari Hasil Pertanian dengan Klasifikasi Bidang Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang terdapat dalam PP Nomor 1 Tahun 2007. Peraturan ini memiliki peraturan pelaksana, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16 PMK/03/2007 dengan perubahan terakhir PMK No. 144/PMK.011/2012 tentang Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. Fasilitas Pajak Penghasilan tersebut sebagai berikut.

Fasilitas Pajak Penghasilan menurut PP No.1 Tahun 2007 s.t.d.t.d PP No. 52 Tahun 2011

Pajak Penghasilan yang dimaksud dalam PP No.1 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan (s.t.d.t.d) PP No. 52 tahun 2011 adalah Pajak Penghasilan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Fasilitas tersebut berdasarkan Pasal 31 A UU Pajak Penghasilan yang terbagi menjadi lima macam, yaitu:

 Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) pertahun. Fasilitas ini bersifat mengurangi penghasilan neto (dalam hal mendapat keuntungan usaha) atau menambah kerugian fiskal (dalam hal mendapat kerugian usaha);

 Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat diberikan untuk aktiva tetap yang diperoleh dan digunakan dalam rangka penanaman modal sebagai berikut.

Tabel 4.6

Rate Penyusutan Dipercepat

Kelompok Aktiva Tetap Berwujud

Masa Manfaat Menjadi

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan Metode

Garis Lurus Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan: Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV II. Bangunan: Permanen Tidak Permanen 2 tahun 4 tahun 8 tahun 10 tahun 10 tahun 5 tahun 50% 25% 12,5% 10% 10% 20% 100% (dibebankan sekaligus) 50% 25% 20% - -

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2007

 Pengenaan Pajak atas Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subejek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

 Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh). Kerugian fiskal yang dapat dikompensasikan dengan keuntungan dalam 5 tahun berikutnya sesuai dengan ketentuan Pasa 6 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan, dalam rangka penanaman modal yang diberikan fasilitas kompensasi kerugian fiskal yang lebih lama yakni dalam hal dipenuhinya persyaratan/ ketentuan sebagai berikut:

1). tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru dilakukan pada bidang-bidang usaha tertentu di kawasan industri dan kawasan berikat;

2). tambahan 1 tahun : apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

Universitas Indonesia 3). tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);

4). tambahan 1 tahun : apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun; dan/atau 5). tambahan 1 tahun : apabila menggunakan bahan baku dan atau

komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun 4 (empat).

4.2.1.1Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan menurut PER-67/PJ./2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu.

Dalam melaksanakan peraturan di atas, terdapat peraturan mengenai pemberian fasilitas Pajak Penghasilan yang sebagai pedoman pelaksanaan. Peraturan tersebut berdasarkan PER-67/PJ./2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. Penjelasannya sebagai berikut.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal memberikan usulan dalam rangka pemberian fasilitas Pajak Penghasilan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk diteliti dan dievaluasi oleh Direktur Peraturan Perpajakan II. Persyaratan yang diteliti adalah kesesuaian bidang usaha dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) yang terdapat dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut

serta lampiran fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan surat persetujuan untuk penanaman modal baru atau perluasan penanaman modal oleh kepala BKPM atau instansi lain yang berwenang. Selanjutnya Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan tentang Persetujuan atau Penolakan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan diterbitkan dalam jangka paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan tersebut.

Apabila Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Persetujuan atau Penolakan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan belum diterbitkan setelah lewat jangka waktu 10 hari, maka permohonan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan sesuai dengan usulan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dianggap disetujui. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan tentang Persetujuan atau Penolakan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan tersebut menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan tentang Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan maka dalam rangka pelaksanaan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berupa pengurangan penghasilan neto, Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan untuk Penetapan Saat Dimulainya Produksi Komersial kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Saat Dimulainya Produksi Komersial diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima. Apabila Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Saat Dimulainya Produksi Komersial belum diterbitkan setelah lewat jangka waktu tersebut, maka saat dimulainya produk sebagaimana tercantum dalam permohonan Wajib Pajak dianggap

Universitas Indonesia disetujui. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Saat Dimulainya Produksi Komersial menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan tentang Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan maka dalam rangka pelaksanaan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berupa penambahan jangka waktu kompensasi kerugian, Pajak mengajukan permohonan untuk Penetapan Penambahan Kompensasi Kerugian kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Penambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima. Apabila Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Penambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian belum diterbitkan setelah lewat jangka waktu tersebut, maka penambahan jangka waktu kompensasi kerugian sebagaimana tercantum dalam permohonan Wajib Pajak dianggap disetujui. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penetapan Penambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

4.2.2 Kebijakan Pajak Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Dokumen terkait