• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PERIKANAN ,231 MEMBANGUN KERJASAMA ANTAR STAKEHOLDERS & INSTANSI TERKAIT ,

6. Kebijakan pembangunan manusia ( human development )

Kebijakan human developmen merupakan kebijakan yang sangat penting untuk diperhatikan, mengingat manusia adalah unsur utama dalam aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan. Kebijakan ini berkaitan dengan kebijakan sebelumnya yaitu kebijakan pemberdayaan masyarakat nelayan dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan pendampingan. Kebijakan sehebat apapun atau sebagus apapun yang dihasilkan seringkali terlihat mentah di lapangan, tidak akan memberikan dampak apa-apa sebagaimana tujuan dari ditetapkannya kebijakan tersebut jika tidak didukung sendiri oleh para pelaku utama dari kebijakan baik pembuat kebijakan atau pun yang harus melaksanakan kebijakan tersebut. Kebijakan ini ditujukan bagi peningkatan kualitas dan profesionalitas para pemegang kebijakan dan pengelola perikanan, juga ditujukan kepada para nelayan dalam bentuk memberikan penyadaran, sosialisasi, pemahaman, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab akan pentingnya pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Indeks NTP dan NTN berdasarkan jenis usaha selama periode musim panen dan musim panceklik pada tahun 2014 di atas 100. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli masyarakat lebih baik daripada tahun dasar. Pada musim panen indeks nilai tukar petani dengan nilai rata-rata sebesar 126,15 dan pada musim panceklik sebesar 107,56. Dengan demikian secara keseluruhan pada tahun 2014 rata-rata indeks NTP sebesar 116,86. Sedangkan indeks nilai tukar nelayan pada musim panen dengan nilai tukar rata-rata sebesar 120,56 dan pada musim panceklik sebesar 110,57. Secara keseluruhan rata-rata indeks nilai tukar nelayan pada tahun 2014 sebesar 115,56.

2. Hasil analisis bioekonomi sumberaya perikanan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong dianalisis dengan menggunakan dua model pendekatan yaitu model Schaefer dan Fox. Penentuan model terbaik dari kedua model tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai R2-nya dan penyimpangan yang terkecil. Secara statstik terlihat bahwa model Schaefer memiliki nilai R2

terbesar dengan nilai significance F terkecil dibandingkan model Fox. Dengan demikian model terbaik yang digunakan dalam analisis biokonomi adalah model Schaefer. Hasil analisis bioekonomi sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong menghasilkan produksi teringgi sebesar 4.634 ton per tahun pada rezim pengelolaan MSY. Sedangkan rente ekonomi maksimum dicapai pada rezim pengelolaan MEY sebesar Rp. 36.459 miliar per tahun. Saat ini jumlah effort aktual sebesar 14.229 trip, sedangkan jumlah effort lestari sebesar 12.679 trip per tahun dan effort optimal secara ekonomi sebesar 10.625 trip per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong telah mengalami overfishing secara biologi namun secara ekonomi belum mengalami overfishing.

3. Hasil analisis degradasi dan depresiasi sumberdaya perikanan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong diperoleh rata-rata besaran laju degradasi sebesar 0.267 ton sedangkan laju depresiasi sebesar 0.264 juta. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong belum mengalami tekanan yang cukup besar dimana laju degradasi dan depresiasi masih dibawah batas toleran atau garis Bench Markingnya.

4. Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong menggunakan alat tangkap purse seine diperoleh tingkat keuntungan sebesar Rp. 221.487.056 juta per tahun. Bedasarkan analisis kelayakan usaha selam 10 tahun diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 289.406.471 juta dengan discount factor

pada tingkat suku bunga 12% per tahun. Sedangkan nilai BCR dan IRR masing- masing diperroleh sebesar 1,26 dan 17,19 persen. Sehingga dapat disimpulkan usaha perikanan cakalang menggunakan alat tangkap alat tangkap purse seine

layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

5. Hasil analisis sistem dinamik pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong, diperoleh tingkat effort tertinggi dicapai pada

tahun ke 9 sebesar 27.189 trip dengan jumlah stok ikan cakalang sebesar 4.151,21 ton dan hasil tangkapan mencapai 3.296,50 ton. Keseimbangan secara biologi terjadi pada tahun ketiga dengan jumlah effort 23.398 trip dan stok sebesar 9.349 ton, sedangkan keseimbangan secara ekonomi terjadi pada tahun keempat dimana jumlah effort mencapai 24.958 dan hasil tangkapan sebesar 5.629 ton. Saat jumlah effort mencapai 27.189 trip, maka keuntungan yang didapatkan semakin kecil. Kondisi ini membuat nelayan akan mengurangi jumlah effort atau berhenti menjadi nelayan. Hal ini disebabkan nelayan tidak mendapatkan keuntungan dari hasil tangkapan sementara jumlah biaya yang dibutuhkan cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah daerah atau dinas terkait dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan perlu menetapkan batasan jumlah effort maksimal pada kondisi pengelolaan MEY atau MSY berdasarkan hasil analisis bioekonomi sehingga keberlanjutan secara ekologi dan ekonomi dapat terwujud.

6. Berdasarkan analisis kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagan maka diperoleh enam rekomendasi kebijakan yaitu kebijakan pengaturan upaya tangkap (effort), kebijakan pengembangan usaha perikanan tangkap, kebijakan penguatan kapasitas kelembagaan perikanan, kebijakan pemberdayaan masyarakat nelayan, kebijakan keterpaduan antar sektor, dan kebijakan pembangunan manusia (human development).

Saran

Dalam rangka mewujudkan terciptanya tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang yang optimal dan berkelanjutan serta mampu memberi nilai manfaat terhadap kesejahteraan nelayan di Kabupaten Parigi Moutong, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat perda (peraturan daerah) tentang pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan penataan ruang wilayah pesisir, pembatasan jumlah alat tangkap, dan pembatasan jumlah effort. Hal ini perlu dilakukan mengingat kondisi sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong telah mengalami overfishing.

2. Penguatan sistem dan peran kelembagaan perikanan sehingga dapat melakukan monitoring dan evaluasi program yang telah dilakukan serta pendataan yang baik terhadap hasil produksi perikanan tangkap.

3. Perlu adanya keterpaduan antar sektor dan stakeholder dalam merumuskan, merencanakan dan menjalankan setiap program dan kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.

Dokumen terkait