• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

3. Produksi Perikanan Tangkap

Berdasarkan data jumlah unit alat tangkap dan jumlah nelayan yang terus mengalami peningkatan di Kabupaten Parigi Moutong, secara langsung mempengaruh jumlah upaya penangkapan (effort). Pada tahun 2009 jumlah effort

mencapai 2.447.205 trip, tahun 2010 sebanyak 2.447.637 trip, tahun 2011 jumlah

effort mencapai 2.468.976 trip, tahun 2012 sebesar 2.485.878 trip, dan tahun 2013 jumlah effort mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 1.689.078 trip (Tabel 14). Penurunan jumlah effort tersebut disebabkan faktor cuaca yang kurang baik sehingga nelayan tidak bisa turun melaut, adanya perubahan harga input usaha perikanan tangkap seperti BBM (bahan bakar minyak), peningkatan jumlah armada, alat tangkap dan jumlah nelayan yang tdidak terkontrol

7.824 7.918 8.114 8.126 8.131 7.974 8.662 7.400 7.600 7.800 8.000 8.200 8.400 8.600 8.800 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 J u m la h A la t T a n g k a p ( U n it ) Tahun

mempengaruhi kapasitas ruang penangkapan semakin berkurang yang mengakibatkan over capacity alat tangkap. Akan tetapi fenomena ini masih memerlukan telaah lebih mendalam melalui penelitian yang komprehensif.

Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Parigi Moutong selama periode 2009-2013 terus mengalami peningkatan. Tahun 2009 produksi perikanan mecapai 22.026,00 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 259.815.962 juta dan tahun 2013 mencapai 24.004,60 ton dengan nilai prouksi sebesar Rp.278.320.012 juta (Tabel 14).

Tabel 14 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Parigi Moutong tahun 2007-2013

Tahun Effort (Trip) Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp)

2007 2.414.349 17.448,30 238.022.200 2008 2.428.085 20.370,70 244.796.852 2009 2.447.205 22.026,00 259.815.962 2010 2.447.637 22.683,98 246.470.234 2011 2.468.976 22.821,05 263.789.179 2012 2.485.878 23.460,40 277.208.656 2013 1.689.078 24.004,60 278.320.012 Rataan 2.340.172 21.830,72 258.346.156

Alat tangkap Pukat Cincin (purse seine) dan Pancing Tonda (troll line) merupakan alat tangkap yang banyak digunakan nelayan di Kabupaten Parigi Moutong untuk menangkap ikan pelagis besar khususnya pada ikan cakalang. Kedua alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang cukup potensial digunakan di perairan Kabupaten Parigi Moutong, karena wilayah perairan tersebut merupakan bagian dari perairan Teluk Tomini yang kaya akan berbagai jenis ikan pelagis. Menurur DKP Kabupaten Parigi Moutong (2014b) Teluk Tomini merupakan daerah migrasi ikan dan fishing ground ikan pelagis besar dan kecil yang meliputi ikan tuna, cakalang, tongkol dan selar. Tahun 2013 jumlah alat tangkap purse seine sebayak 38 unit dan pancing tonda sebayak 1.963 unit dengan jumlah produksi masing-masing sebesar 11.023,90 ton dan 3.123,80 ton (Tabel 15).

Tabel 15 Perkembangan jumlah effort, unit, dan produksi alat tangkap purse seine dan Pancing Tonda di Kab. Parigi Moutong periode 2007-2013

Tahun

Jumlah Trip (Effort)

Jumlah Alat Tangkap (Unit) Jumlah Produksi (Ton) PS PT PS PT PS PT 2007 9.732 636.320 37 1.617 10.581,59 4.201,49 2008 9.658 681.231 38 1.621 11.161,29 4.365,06 2009 8.872 660.432 39 1.741 10.907,53 4.890,78 2010 8.664 670.432 39 1.741 10.756,46 4.642,53 2011 9.234 683.274 41 1.741 11.993,17 5.206,00 2012 10.017 690.960 44 1.752 15.964,17 3.890,78 2013 6.957 374.724 38 1.963 11.023,90 3.123,80 Rataan 8609 628.196 39 1.739 11.769,73 4.331,49

Keterarangan : PS = Purse Seine; PT = Pancing Tonda

Sumber: DKP Kabupaten Parigi Moutong 2014b

Tabel 15 di atas menunjukkan rata-rata produksi pada alat tangkap purse seine dan pancing tonda selama periode 2007-2013 masing-masing sebesar 11.769,73 dan 4.331,49 ton. Selanjutnya rataan jumlah produksi ikan cakalang dari kedua alat tangkap tersebut selama periode 2007-2013 masing-masing sebesar 2.624,75 ton (purse seine) dan 1.514,70 ton (pancing tonda). Sedangkan rata-rata kontribusi produksi ikan cakalang terhadap total produksi pada alat tangkap purse seine hanya mencapai 22,55 persen. Hal ini diduga bahwa produksi ikan cakalang pada alat tangkap purse seine merupakan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Sementara rata-rata kontribusi produksi ikan cakalang terhadap total produksi pada alat tangkap pancing tonda mencapai 36,37 persen. Dengan demikian dapat diduga bahwa produksi ikan cakalang dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda di Kabupaten Parigi Moutong juga merupakan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Berdasarkan hal tersebut, kontribusi ikan cakalang terhadap total produksi dari kedua alat tangkap tersebut lebih besar pada alat tangkap pancing tonda (Tabel 16).

Tabel 16 Perkembangan produksi ikan cakalang dan kontribusinya terhadap total produksi berdasarkan alat tangkap di Kab. Parigi Moutong periode 2007-2013

Tahun Produksi Cakalang Kontribusi (%)

Purse Seine Pancing Tonda Purse Seine Pancing Tonda

2007 2.368,66 1.639,20 22,38 39,01 2008 2.495,93 1.219,20 22,36 27,93 2009 2.012,32 1.534,24 18,45 31,37 2010 2.803,36 1.652,94 26,06 35,60 2011 2.663,58 1.089,71 22,21 20,93 2012 2.956,57 1.786,53 18,52 45,92 2013 3.072,81 1.681,09 27,87 53,82 Rataan 2.624,75 1.514,70 22,55 36,37

Sumber: Data primer diolah 2015

Secara umum perikanan tangkap di Kabupaten Parigi Moutong saat ini masih tergolong skala kecil. Hal ini sangat mempengaruhi produktivitas hasil tangkapan nelayan yang tergolong masih rendah. Hal demikian menjadi salah satu faktor penyebab pendapatan nelayan tidak seperti apa yang diharapkan. Melihat adanya potensi yang cukup potensial di perairan Kabupaten Parigi Moutong yang terletak di kawasan Teluk Tomini maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis tingkat produktivitas perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine dan pancing tonda.

Tabel 17 Perkembangan jumlah trip per unit, produktivitas per trip, dan produktivitas per unit alat tangkap purse seine dan Pancing Tonda di Kabupaten Parigi Moutong

Tahun

Jumlah Trip Per Unit (Effort)

Produktivitas Per Trip (Ton)

Produktivitas Per Unit (Ton) PS PT PS PT PS PT 2007 263 394 1.0873 0.0066 285.99 2.60 2008 254 420 1.1557 0.0064 293.72 2.69 2009 227 379 1.2294 0.0074 279.68 2.81 2010 222 385 1.2415 0.0069 275.81 2.67 2011 225 392 1.2988 0.0076 292.52 2.99 2012 228 394 1.5937 0.0056 362.82 2.22 2013 183 191 1.5846 0.0083 290.10 1.59 Rataan 229 365 1.3130 0.0070 297.23 2.51

Keterarangan : PS = Purse Seine; PT = Pancing Tonda

Sumber: Hasil analisis data 2015

Pada Tabel 17 di atas, menggambarkan keragaan jumlah trip per unit alat tangkap purse seine dan pancing tonda priode 2007-2013. Rataan jumlah trip selama priode tersebut untuk alat tangkap purse seine sebanyak 229 trip per unit dengan rataan jumlah produksi per trip sebesar 1.3130 ton per tahun sedangkan alat tangkap pancing tonda dengan jumlah rataan per trip per unit sebanyak 365 dengan jumlah rataan produksi per trip per tahun sebesar 0.0070 ton. Selain itu, rataan produktivitas per unit per tahun alat tangkap purse seine dan pancing tonda masing-masing sebesar 297.23 ton dan 2.51 ton. Berdasarkan hasil penelitian produktivitas alat tangkap purse seine lebih tinggi dibandingkan alat tangkap pancing tonda. Hal ini disebabkan alat tangkap purse seine memiliki kemampuan

daya tangkap yang lebih baik dari pancing tonda karena memiliki daya jangkauan luas dan fishing ground yang jauh. Jumlah trip yang banyak pada pancing tonda tidak mempengaruhi hasil tangkapan secara signifikan disebabkan daya tangkapan alat ini sangat rendah dibandingkan alat tangkap purse seine.

Produktivitas Per Trip

Perkembangan produktivitas per trip alat tangkap purse seine selama tahun 2007 sampai dengan 2013 cenderung meningkat dengan mengikuti persamaan

trend y =-173.65+0.087x dengan nilai koefisien determinan R2 = 0.882 dimana dalam setiap tahunnya diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 0.882 ton per trip per tahun (Gambar 19a).

Gambar 19 Produktivitas per trip alat tangkap purse seine dan pancing tonda tahun 2007-2013

Pada unit alat tangkap pancing tonda produktivitas terendah pada tahun 2012 sebesar 0.0056 ton per trip sedangkan nilai produktivitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 0.0083 ton per trip. Tingginya produktivitas pada tahun 2013 diduga disebabkan peningkatan koefisien tangkap yang tinggi dibandingkan dari tahun sebelumnya walaupun jumlah effort-nya mengalami pemenurunan yang signifikan (Tabel 14). Perkembangan prouktivitas alat tangkap pancing tonda per trip selama priode 2007-2013 mengalami peningkatan yang sangat kecil. Hal demikian dibuktikan melalui persamaan trend y =-0.2702+0.0001x dengan nilai koefisien determinan R2 = 0.1128 dimana setiap tahunnya prodiktivitas per trip alat tangkap pancing tonda diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 0.0001 ton (Gambar 19b).

Produktivitas Per Unit

Produktivitas per unit alat tangkap purse seine selama priode 2007-2013 mengalami fluktuatif dengan produktivitas tertinggi sebesar 362.822 ton pada tahun 2012 sedangkan produktivitas tersendah pada tahun 2010 sebesar 275.807 ton. Terjadinya peningkatan produksi diduga disebabkan oleh tiga hal yaitu jumlah effort yang meningkat, bertambahnya jumlah unit alat tangkap, dan koefisien tangkap yang tinggi (Tabel 13). Perkembangan produktivitas per unit alat tangkap purse seine selama tujuh tahun mengalami peningkatan dengan mengikuti persamaan trend y =-11431+5.8352x dengan nilai koefisien determinan

1,0873 1,1557 1,2294 1,2415 1,2988 1,5937 1,5846 y = 0,087x - 173,65 R² = 0,882 - 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000 1,6000 1,8000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro d u k ti v it a s P S ( T o n /T ri p ) Tahun (a)

Purse Seine Linear (Purse Seine)

0,0066 0,0064 0,0074 0,0069 0,0076 0,0056 0,0083 y = 0,0001x - 0,2702 R² = 0,1128 - 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060 0,0070 0,0080 0,0090 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro d u k ti v it a s P T (T o n /T ri p ) Tahun (b)

R2 = 0.1852 dimana dalam setiap tahunnya diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 5.8352 ton per trip (Gambar 20a).

Produktivitas per unit alat tangkap pancing tonda selama priode 2007-2013 mengalami fluktuatif dimana produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 2.99 ton dan produktivitas terendah pada tahun 2013 sebanyak 1.59 ton. Penurunan produktivitas tangkapan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh penurunan jumlah trip yang hanya mencapai 191 trip per unit. Perkembangan produktivitas pancing tonda selama tahun 2007 sampai dengan 2013 cenderung menurun mengikuti persamaan trend y = 274.15-0.1351x dengan nilai koefisien determinan R2 = 0.3893 yang berarti dalam setiap tahunnya diperkirakan akan mengalami penurunan produksi sebesar 0.1351 ton per unit (Gambar 20b).

Gambar 20 Produktivitas per unit alat tangkap purse seine dan pancing tonda tahun 2007-2013 285,99 293,72 279,68 275,81 292,52 362,82 290,10 y = 5,8352x - 11431 R² = 0,1805 - 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro d u k ti v it a s P S ( T o n /U n it ) Tahun (a)

Purse Seine Linear (Purse Seine)

2,60 2,69 2,81 2,67 2,99 2,22 1,59 y = -0,1351x + 274,15 R² = 0,3893 - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro d u k ti v it a s P T (T o n /U n it ) Tahun (b)

Saat ini Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan salah satu idikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan yang menjadi sasaran RPJMN 2010-2014. Menurut Basuki et al (2001) selama ini upaya untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani dan nelayan masih menggunakan indikator perubahan pendapatan. Selanjutnya dikatakan indikator demikian kurang tepat dan menyesatkan untuk menggambarkan secara tepat perbaikan kesejahteraan karena belum membandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi keluarganya.

Nilai tukar petani dan nelyan adalah rasio antara indeks total pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga petani dan nelayan selama waktu tertentu. Menurut Basuki et al. (2001) secara konsep nilai tukar menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang (produk) yang dihasilkan petani dan nelayan di pedesaan terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi.

Secara umum, Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari 23 kecamatan dan 22 kecamatan memiliki wilayah pesisir dan laut. Pemilihan kecamatan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah kecamatan yang merupakan basis tempat pendaratan ikan yaitu kecamatan Parigi Selatan (Desa Boyantongo), Parigi Tengah (Desa Petapa), Parigi (Kelurahan Kamonji), Ampibabo (Desa Paranggi), dan Moutong (Desa Moutong). Pemilihan sampel petani dan nelayan diambil dari masing-masing kecamatan berdasarkan kriteria petani dan nelayan yang ada di kecamatan tersebut (Tabel 18).

Tabel 18 Kriteria pemilihan sampel petani dan nelayan di Kab. Parigi Moutong

No. Kriteria

Petani Nelayan

1. Petani padi sawah yang dijadikan sampel adalah petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 Ha (Lampiran 1).

Nelayan yang dijadikan sampel bermukim di lokasi TPI.

2. Petani cacao yang dijadikan sampel adalah petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 Ha (Lampiran 1).

Juragan/pemilik kapal purse seine yang dijadikan sampel hanya memiliki satu buah kapal.

3. Buruh tani yang dijadikan sampel tidak memiliki lahan pertanian/perkebunan.

ABK yang dijadikan sampel diambil dari kapal

purse seine 5 GT dan 10 GT. 4. Petani dan buruh tani yang dijadikan sampel

telah berumah tangga.

Setiap nelayan baik pemilik kapal purse seine, ABK dan nelayan pancing tonda yang dijadikan sampel telah berumah tangga.

5. Petani dan buruh tani yang dijadikan sampel adalah bermukim di wilayah pesisir.

Nelayan pancing tonda yang dijadikan sampel adalah nelayan perahu motor tempel.

Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani dan Nelayan

Berdasarkan kriteria petani dan nelayan maka jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 110 orang (Lampiran 2). Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dan nelayan di Kabupaten Parigi Moutong secara ekonomi dapat dilihat melalui besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh rumah tangga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian antara musim panen dan

musim panceklik, semakin besar pendapatan petani dan nelayan maka semakin banyak kebutuhan yang dapat dipenuhi (Tabel 19).

Rata-rata pendapatan petani dan nelayan pada musim panen mengalami peningkatan sebesar 64,72% sedangkan pengeluaran mencapai 73,40% dan keuntungan sebesar 32,31%. Jika harga kebutuhan pokok naik, maka daya beli masyarakat pun menurun pada hampir semua rumah tangga yang dijadiakan sampel penelitian. Kondisi seperti ini lebih dirasakan pada kalangan rumah tangga miskin khususnya nelayan pancing tonda, nelayan ABK dan buruh tani. Hal demikian memaksa mereka lebih banyak menekan pengeluaran dan menggunakan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena keterbatasan tersebut, maka sangat wajar apabila rumah tangga khususnya yang mengalami penurunan standar hidup secara drastis akan mengambil tindakan dengan memberikan prioritas utama pada pengeluaran untuk makanan. Dengan demikian, rumah tangga yang berpendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatan mereka untuk konsumsi makanan.

Tabel 19 Rataan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan responden penelitian berdasarkan musim dan jenis usaha di Kabupaten Parigi Moutong

No. Responden

Pendapatan Pengeluaran Keuntungan

Musim Panen Musim Panceklik Musim Panen Musim Panceklik Musim Panen Musim Panceklik 1. Pemilik Kapal PS 12.366.667 7.186.667 9.673.333 6.346.667 5.166.667 2.636.667 2. Nelayan PT 792.000 592.000 696.000 542.800 96.000 49.200 3. ABK-PS 1.300.000 792.000 1.083.000 723.900 217.000 68.100 4. Petani Padi Sawah 30.600.000 25.100.000 22.540.000 23.275.000 8.060.000 1.825.000 5. Petani Cacao 5.957.500 3.007.500 4.595.500 2.678.000 1.362.000 329.500 6. Buruh Tani 1.297.000 804.867 1.147.300 784.867 149.700 20.000

Keterangan : PT = Pancing Tonda; ABK = Anak Buah Kapal; PS = Purse Seine

Sumber: Hasil analisis data 2015.

Kemampuan Nilai Tukar Petani dan Nelayan

Berdasarkan Tabel 16 di atas, selanjutnya dilakukan analisis nilai tukar petani dan nelayan berdasarkan jenis usaha pada musim panen dan musim panceklik untuk mengetahui tingkat kesejaheraan. NTP dan NTN merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejateraan dalam memenuhi kehidupan subsistennya. Menurut Basuki et al. (2001) kriteria besaran NTP dan NTN yang diperoleh dapat lebih rendah, sama atau lebih tinggi dari satu. Jika NTN lebih kecil dari satu berarti keluarga petani dan nelayan mempunyai daya beli lebih rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berpotensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Jika NTP dan NTN berada disekitar angka satu, berarti keluarga nelayan hanya mampu mencukupi kebutuhan subsistennya. Sebaliknya jika NTN berada di atas satu, berarti keluarga petani dan nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang. Pengeluaran subsisten rumah tangga petani dan nelayan dapat diklasifikasikan sebagai : (a) konsumsi harian makanan dan minuman; (b) konsumsi harian non

makanan dan minuman; (c) pendidikan; (d) kesehatan; (e) perumahan; (f) pakaian; dan (g) rekreasi.

Hasil analisis NTP dan NTN di Kabupaten Parigi Moutong berdasarkan jenis usaha selama periode musim panen dan musim panceklik tahun 2014 berada di atas satu (Gambar 27). Hal ini berarti bahwa penerimaan keluarga petani dan nelayan saat ini sudah mampu memenuhi seluruh kebutuhan hidup subsistennya, walaupun pada situasi musim panceklik kebutuhan proses produksi dilakukan penekanan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Rata-rata NTP dan NTN di Kabupaten Parigi Moutong bedasarkan musim pada tahun 2014 bahwa pemilik kapal purse seine memiliki nilai tukar sebesar 1.21060, nelayan pancing tonda sebesar 1.11391 dan ABK purse seine sebesar 1.15005 sedangkan untuk nilai tukar petani berdasarkan jenis usaha nilai tukar petani padi sawah sebesar 1.24622, petani cacao sebesar 1.21104 dan nilai tukar buruh tani sebesar 1.07850 (Gambar 21).

Keterangan : PK = Pemilik Kapal; NPT = Nelayan Pancing Tonda; ABK = Anak Buah Kapal; PS = Purse Seine; PPS = Petani Padi Sawah; PCC = Petani Cacao; BTN = Buruh Tani.

Gambar 21 Rataan NTN dan NTP berdasarkan musim dan jenis usaha di Kab. Parigi Moutong

Indeks Nilai Tukar Petani dan Nelayan

Perkembangan nilai tukar petani dan nelayan di Kabupaten Parigi Moutong dapat ditunjutkan dalam nilai indeks. Indeks nilai tukar adalah rasio antara indeks total pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga petani dan nelayan selama waktu tertentu. Jika indeks NTP dan NTN > 100 artinya kemampuan atau daya beli petani dan nelayan lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar; jika indeks NTP dan NTN = 100 artinya kemampuan atau daya beli petani dan nelayan sama dengan keadaan pada tahun dasar; dan apabila indeks NTP dan NTN < 100 artinya kemampuan atau daya beli petani dan nelayan menurun dibanding keadaan pada tahun dasar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa INTP dan INTN berdasarkan jenis usaha selama periode musim panen dan musim panceklik di atas 100 pada tahun 2014. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli masyarakat lebih baik daripada tahun dasar. Pada musim panen indeks nilai tukar tertinggi berdasarkan jenis usaha masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong yaitu petani

PK-PS NPT ABK-PS PPS PCC BTN Musim Panen 1,28215 1,13760 1,20116 1,33691 1,29730 1,13098 Musim Panceklik 1,13906 1,09021 1,09895 1,19154 1,12478 1,02602 Rataan 1,21060 1,11391 1,15005 1,26422 1,21104 1,07850 0,00000 0,20000 0,40000 0,60000 0,80000 1,00000 1,20000 1,40000 1,60000 N il a i T u k a r P e ta n i & N e la y a n

Nilai Tukar Petani & Nelayan Berdasarkan Jenis Usaha di Kab. Parimo Tahun 2014

padi sawah dengan indeks nilai tukar sebesar 135.76 sedangkan pada musim panceklik sebesar 107.84 dengan indeks nilai tukar rata-rata sebesar 121.80. Penurunan nilai indeks yang sangat signifikan disebabkan oleh faktor cuaca atau iklim. Berdasarkan hasil penelitian pengeluaran pada musim panas lebih besar daripada musim hujan. Hal ini disebabkan keterbatasan suplai air dan serangan hama, sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif terhadap tanaman.

Pada sektor perikanan indeks nilai tukar tertinggi diperoleh nelayan pemilik kapal purse seine sebesar 127.84 pada musim panen dan 113.24 pada musim panceklik dengan indeks nilai tukar rata-rata sebesar 120.54. Perbedaan nilai indeks petani padi sawah dan nelayan pemilik kapal purse seine pada musim panen dan panceklik disebabkan faktor pengeluaran biaya operasional melaut yang tidak tetap. Faktor pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh daerah fishing ground yang semakin jauh dan membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Sementara disektor pertanian biaya produksinya dapat dikontrol berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman dan luas lahan. Indeks nilai tukar petani dan nelayan pada musim panen dan panceklik berdasarkan jenis usaha secara rinci dapat dilihat pada Gambar 22.

Keterangan : PK = Pemilik Kapal; NPT = Nelayan Pancing Tonda; ABK = Anak Buah Kapal; PS = Purse Seine; PPS = Petani Padi Sawah; PCC = Petani Cacao; BTN = Buruh Tani.

Gambar 22 Rataan nilai indeks NTP dan NTN berdasarkan jenis usaha di Kabupaten Parigi Moutong

PK-PS NPT ABK-PS PPS PCC BTN Musim Panen 127,84 113,79 120,04 135,76 129,64 113,05 Musim Panceklik 113,24 109,06 109,41 107,84 112,30 102,55 Rataan 120,54 111,43 114,72 121,80 120,97 107,80 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 In d ek s N T P & N T N

Indeks NTP & NTN Berdasarkan Jenis Usaha di Kab. Parimo Tahun 2014

Standardisasi Alat Tangkap

Dalam menganalisis perikanan tangkap terlebih dahulu perlu dilakukan standardisasi alat tangkap sehingga dapat dijumlahkan total effort dari perikanan tangkap yang dianalisis. Standarisasi upaya penangkapan bertujuan menyeragamkan upaya penangkapan (effort) dari beberapa jenis alat tangkap yang dijadikan satu jenis alat tangkap yang menjadi standar. Nilai effort standar didapat dari hasil perkalian effort dengan nilai FPI (fishing power indeks) dari setiap alat tangkap yang diteliti. Menurut Gulland (1969) diacu oleh Sobari et al. (2009) standarisasi alat tangkap dilakukan dengan tujuan dapat dijadikan alat ukur terhadap tingkat kemampuan pemanfaatan suatu alat tangkap dan juga sebagai salah satu indikator terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan secara maksimal yang diharapkan tidak mengganggu potensi lestari sumberdaya ikan yang ada.

Penentuan standardisasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jumlah effort per tahun dari alat tangkap purse seine dan pancing tonda. Alat tangkap yang digunakan sebagai baseline adalah purse seine dengan pertimbangan alat tangkap tersebut memiliki catch per unit effort (CPUE) yang tinggi dalam setiap kali penangkapan dan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong. Hasil standarisasi alat tangkap dan produksi ikan cakalang dari alat tangkap pancing tonda dan purse seine dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Keragaan produktivitas ikan cakalang berdasarkan alat tangkap puse seine dan pancing tonda di Kab. Parimo periode 2007-2013

Tahun

Produksi (Ton) Effort (Trip) CPUE

FPI PT Effort PT SDT Effort SDT Total PS PT Total PS PT PS PT 2007 2.368,66 1.639,20 4.007,86 9.732 636.320 0,243389 0,00258 0,010584 6.735 16.467 2008 2.495,93 1.219,20 3.715,13 9.658 681.231 0,258431 0,00179 0,006925 4.718 14.376 2009 2.012,32 1.534,24 3.546,56 8.872 660.432 0,226817 0,00232 0,010242 6.764 15.636 2010 2.803,36 1.652,94 4.456,31 8.664 670.432 0,323565 0,00247 0,007620 5.109 13.773 2011 2.663,58 1.089,71 3.753,29 9.234 683.274 0,288453 0,00159 0,005529 3.778 13.012 2012 2.956,57 1.786,53 4.743,10 10.017 690.960 0,295155 0,00259 0,008760 6.053 16.070 2013 3.072,81 1.681,09 4.753,90 6.957 374.724 0,441687 0,00449 0,010157 3.806 10.763 Keterangan : PT = Pancing Tonda, PS = Pusre Seine, STD = Standar

Sumber: Hasil analisis data 2015

Produksi pada prinsipnya merupakan output dari kegiatan penangkapan, sedangkan upaya (effort) merupakan input dari kegiatan penangkapan itu sendiri. Perbandingan antara output dengan input dalam istilah ekonomi merupakan tingkat efisiensi dari setiap penggunaan input, atau dengan kata lain hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (catch per unit effort atau CPUE) dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas dan efesiensi teknis dari suatu penggunaan effort, dimana semakin tinggi nilai CPUE, maka tingkat efesiensi penggunaan effort semakin baik, dan juga berarti produktivitas semakin tinggi.

Gambar 23 Hubungan antara jumlah produksi, effort dan CPUE ikan cakalang di Kab. Parigi Moutong periode 2007-2013

Pada Gambar 23 di atas menunjukkan jumlah produksi ikan cakalang mengalami fluktuatif, pada tahun 2009 produksi ikan cakalang mengalami penurunan pada tahun 2008, 2009, dan tahun 2011 dengan jumlah produksi masing-masing sebesar 3,715,15 ton, 3.546,56 ton dan 3.753,29 ton. Sedangkan peningkatan jumlah produksi ikan cakalang pada tahun 2010, 2012, dan 2013 dengan jumlah produksi masing-masing sebesar 4.456,31 ton, 4.743,10 ton, dan 4.753,90 ton. Penurunan jumlah produksi ikan cakalang di Kabupaten Parigi Moutong diduga disebabkan penurunan jumlah effort dan CPUE (Catch Per Unit Effort) pada alat tangkap. Peningkatan CPUE disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi ikan cakalang.

Pada Gambar 24 dibawah terlihat hubungan antara CPUE dan dan effort

sumberdaya ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), digambarkan dalam persamaan y = -0.00003x + 0,731, dari persamaan ini diperoleh nilai intersep (α) sebesar 0,731 dan nilai slope (β) sebesar -0.00003. Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan aktivitas penangkapan (effort) akan dapat menurunkan hasil tangkapan (CPUE).

Gambar 24 Hubungan antara effort dan CPUE ikan cakalang di Kab. Parigi Moutong periode 2007-2013 4.007 ,86 3.715,13 3.546,56 4.4 56,31 3.753,29 4.743,10 4.753,90 16.467 14.376 15.636 13.7 73 1 3.012 16.070 10.763 0,2 4339 0,2584 3 0,22682 0,32356 0,28 845 0,29516 0,44169 - 0,05000 0,10000 0,15000 0,20000 0,25000 0,30000 0,35000 0,40000 0,45000 0,50000 - 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00 16.000,00 18.000,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 C P U E ( T o n ) P ro d u k si ( T o n ) & E ff o rt (T ri p ) Tahun

Produksi (ton) Effort SDT CPUE

y = -3E-05x + 0,731 R² = 0,7159 - 0,05000 0,10000 0,15000 0,20000 0,25000 0,30000 0,35000 0,40000 0,45000 0,50000 - 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 C P U E ( T o n ) Effort(Trip) CPUE Linea r (CPUE )

Pendugaan Parameter Biologi

Penggunaan suatu metode untuk menentukan parameter biologi tergantung dari ketersediaan data yang baik dan lengkap. Penggunaan metode OLS di dalam model Walter-Hirborn, Schnute, dan Clark-Yoshimoto-Pooley mensyaratkan data harus stasioner. Apabila data yang digunakan tidak baik, maka akan menghasilkan model yang tidak best fit. Model Schaefer merupakan cara sederhana dan paling bisa diterima untuk perikanan di negara berkembang seperti Indonesia (Fauzi, 2004). Adapun parameter-parameter biologi yaitu K (daya dukung), q (koefisien daya tangkap), dan r (pertumbuhan intrinsik) dapat diketahui dengan menggunakan model Schaefer (1957) dan metode Algoritma Fox (1970).

Sebelum melakukan pendugaan parameter biologi ikan cakalang, terlebih dulu diketahui beberapa koefisien regresi yang membentuk fungsi/model untuk menghitung parameter biologi berdasarkan data produksi, effort dan CPUE. Perhitungan parameter-parameter tersebut menggunakan pendekatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil pendugaan parameter biologi kemudian digunakan

Dokumen terkait