• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah atas Ketersediaan Pangan

Dalam dokumen 2014 BUKU AJAR NUTRISI (Halaman 146-149)

RDA orang

B. Kegiatan Peningkatan Giz

4. Kebijakan Pemerintah atas Ketersediaan Pangan

Sebagaimana dinyatakan di dalam GBHN, maka usaha peningkatan produksi pangan seperti beras dan palawija, produksi pangan yang berasal dari hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan me- nuju swasembada sekaligus memperbaiki mutu makanan khususnya dengan memperbesar penyediaan protein baik nabati maupun hewani. Peningkatan produksi pangan juga diarahkan untuk memperbaiki tingkat hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.

memadai dan terjangkau oleh daya beli rakyat dalam rangka usaha peningkatan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat secara merata dan adil telah mencapai hasil-hasil yang cukup menggembirakan. Keberhasilan tersebut dapat dicapai oleh karena telah ditunjang oleh kegiatan-kegiatan terpadu diberbagai bidang lainnya terutama peningkatan produksi pangan, kesehatan, pendidikan, penerangan dan kependudukan.

Adapun kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang Pangan dan Perbaikan Gizi Repelita V adalah: Pertama, meningkatkan penyediaan pangan secara merata dan mencukupi kebutuhan gizi serta terjangkau oleh daya beli rakyat. Kedua, menganekaragamkan pola konsumsi pangan rakyat dengan mengusahakan agar konsumsi bahan pangan selain beras terus meningkat. Ketiga, meningkatkan keadaan, atau status gizi rakyat dengan mengusa-hakan langkah-langkah yang menyebabkan berkurangnya penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi.

Uraian di bawah ini akan memberikan gambaran berkenaan dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah ditempuh serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam bidang pengadaan pangan dan perbaikan gizi selama Repelita V .

Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Kebijaksanaan pengadaan dan distribusi pangan dalam Repelita V ditujukan untuk menjaga agar penyediaan pangan diseluruh tanah air dapat dilaksanakan dengan lancar dan merata sehingga harga pangan pada umumnya terjangkau oleh daya beli rakyat, memberikan imbalan yang layak atas usaha para petani dan perkembangannya tidak bergejolak. Dengan demikian setiap kebijaksanaan dan langkah dalam pengadaan dan distribuai pangan selama masa tersebut selalu ditujukan untuk menjaga agar harga pangan dapat stabil pada tingkat yang wajar dan memadai baik bagi para petani produsen maupun bagi para konsumen.

Dalam usaha mewujudkan kebijakeanaan agar para petani memperoleh harga yang wajar maka untuk gabah yang mereka jual selama Repelita V ditetapkan harga dasarnya. Berkaitan dengan ini demi menjaga peningkatan pendapatan para petani produsen tersebut dari tahun ke tahun, di samping juga agar para petani yang bersangkutan tidak dirugikan oleh perkembangan harga barang-barang lain yang mereka perlukan, maka setiap tahun diadakan penyesuaian harga dasar untuk gabah tersebut. Selanjutnya, dalam periode

Repelita V telah pula ditetapkan harga dasar beberapa komoditi palawija seperti jagung, kacang kedele dan kacang hijau. Kebijaksanaan penetapan harga itu dimaksudkan untuk menggairahkan usaha-usaha peningkatan produksi dan sekaligus juga untuk meningkatkan kesejahteraan para petani produsen.

Di samping kebijaksanaan harga dasar, untuk menjaga agar harga beras selalu terjangkau oleh masyarakat luas maka ditetapkan pula harga batas tertinggi untuk beras, yang secara berkala disesuaikan dengan perkembangan harga dasar yang telah ditentukan.

Dalam usaha pelaksanaan kebijaksanaan tersebut di atas maka dalam musim panen, yaitu diwaktu harga padi, gabah dan beras cenderung menurun hingga berada di bawah harga dasar, diadakan pembelian di daerah-daerah produksi padi. Sedangkan di musim paceklik, yaitu apabila harga-harga cenderung untuk meningkat sehingga melampaui harga batas tertinggi, maka persediaan tersebut dijual ke pasaran umum.

Selama Repelita V langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan kebijaksanaan di atas dapat dikemukakan sebagai berikut.

Sarana Penyangga

Untuk dapat menguasai dan menjaga stabilitas perkembangan harga pangan di seluruh tanah air diperlukan sarana penyangga dalam jumlah yang memadai. Dengan demikian kegiatan-kegiatan penyediaan dan penyaluran ke seluruh wilayah dapat dilaksanakan dengan lancar pada setiap waktu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, tanpa dipengaruhi oleh kekurangan yang terjadi karena serangan hama, kekeringan, banjir ataupun bencana alam lainnya. Kalaupun hal ini terjadi, dengan tersedianya sarana penyangga yang memadai akan segera dapat ditanggulangi dan dikuasai sedini mungkin.

Berdasarkan ketentuan tingkat cadangan nasional terendah yang cukup aman yang memperhitungkan berbagai faktor, seperti produksi, bencana alam, lamanya pengiriman dan lain-lain, maka selalu disiapkan cadangan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran sepanjang tahun atau paling sedikit untuk tiga bulan penyaluran.

Pembelian gabah dan beras untuk sarana penyangga tersebut berasal dari pembelian dalam negeri ditambah dengan sebagian dari beras impor, baik yang berupa bantuan pangan maupun pem-belian komersial. Besarnya impor beras dalam setiap tahun sa- ngat tergantung pada keberhasilan pengadaan dalam negeri pada tahun yang bersangkutan, sedangkan hasil pengadaan ini ditentukan oleh tingkat produksi dalam negeri pada tahun yang sama.

Guna mendukung usaha pemantapan kebijaksanaan sarana pe-nyangga juga dibangun gudang-gudang pangan, disamping keadaan mutunyapun terus ditingkatkan. Di samping itu, khusus untuk daerah pedesaan telah diusahakan penyediaan fasilitas perkreditan untuk memungkinkan KUD membangun gudang pangan yang bersangkutan.

Selanjutnya, untuk menjamin terlaksananya kebijaksanaan harga dasar dan sarana penyangga tersebut di atas, setiap ta- hun telah disediakan sejumlah kredit pembelian gabah kering giling yang disalurkan melalui KUD yang akan membeli dari pa-ra petani. Dengan demikian, apabila sewaktu-waktu harga pasar lebih rendah dari harga dasar, para petani produsen tersebut dapat dengan mudah menjual gabahnya kepada KUD secara tunai dan sekaligus kebutuhan akan penyediaan sarana penyangga da-pat terpenuhi.

Dalam dokumen 2014 BUKU AJAR NUTRISI (Halaman 146-149)