• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pengelolaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ditetapkan Pasal 1 butir

DI KOTA BINJAI

3. Kebijakan Pengelolaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ditetapkan Pasal 1 butir

21 UUPLH jo Pasal 1 butir PP 27 Tahun 1999, yang berbunyi sebagai berikut :

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.44

Dengan kata lain, mencakup seluruh kegiatan studi/ pengkajian terhadap dampak yang telah atau diperkirakan akan timbul oleh karena adanya suatu kegiatan/ proyek terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non-fisik serta

rekomendasi berdasarkan hasil analisis tersebut.45

Ditinjau dari jenis studi ataupun dokumennya, maka Analisis Mengenai Dampak Lingkungan meliputi :

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak

lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan;

44

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan.

45

Janil Musanif, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Makalah Kursus Amdal Angkatan X, USU, 1990 hal. 1

b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan;

c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

d. Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengertian dari dokumen-dokumen tersebut, secara yuridis telah ditetapkan dalam Pasal 1 butir 3,4,5 dan 6 PP No. 27 Tahun 1999 jo Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Di dalam Analisis Dampak Lingkungan, terdapat dua jenis batasan tentang dampak, yaitu :

a. Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan setelah ada pembangunan.

b. Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi

lingkungan yang diperkirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya pembangunan tersebut.

Di dalam Pasal 1 angka 2 PP 27 tahun 1999, menetapkan bahwa, dampak dasar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Selanjutnya Pasal 3 menetapkan :

1. Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar

dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. pengubahan bentuk bahan dan benteng alam;

b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharui;

c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian

kawaan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;

g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;

h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup;

i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan

2. Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait.

3. Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditinjau

kembali sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun.

4. Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang pembinaannya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.

5. Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha/dan atau

kegiatan wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

6. Kegitan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya pengelolaan

lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungann hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan setelah mempertimbangkan masukan dari instansi yang bertanggung jawab.

Penjabaran atas ketentuan ayat 2 di atas, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL.

Selanjutnya usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang sudah dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup tidak diwajibkan membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup lagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup

kawasan.46

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) merupakan instrumen pengendalian dampak lingkungan di lndonesia. Bahkan hingga saat ini Amdal masih dikenal meluas diberbagai lapisan dan golongan masyarakat. Instrumen ini dengan cepat dikenal karena disosialisasikan secara aktif melalui jalur pendidikan non formal (Kursus Dasar, Penyusun dan Penilai Amdal) maupun secara tidak langsung melalui jalur penilaian dokumen Amdal. Dibentuknya Komisi Pusat dan Daerah untuk penilaian Amdal, dan adanya persyaratan-persyaratan perijinan yang terkait dengan Amdal, secara tidak langsung telah mendorong banyaknya pihak, khususnya aparatur Pemerintah

yang mengenal istilah AMDAL.47

Namun setelah lebih 15 tahun AMDAL berjalan di Indonesia (terhitung sejak pertama kalinya ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang AMDAL,

46

Pasal 4 PP 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

47

Chapid Fandedi, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan

yakni PP Nomor 29 Tahun 1986), banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum manjadi instrument yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan) dampak lingkungan. Bahkan akhirnya AMDAL banyak dipandang sebagai cost

center ketimbang sebagai kontributor untuk c o s t s a v i n g .

Oleh karena itu untuk menanggulangi dan mengatasi masalah lingkungan yang semakin kompleks yang terjadi di kota Binjai dibentuklah Komisi AMDAL yang terdiri dari Badan/Dinas/Bagian serta LSM yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Komisi AMDAL ini dibentuk untuk sebagai penilai kualitas lingkungan hidup di Kota Binjai dengan menempatkan setiap anggota dalam Komisi AMDAL. Agar Komisi Amdal ini dapat berlaku efektif, hal-hal yang dilakukan adalah :

a. Peningkatan terus menerus kompetensi teknis anggota,

b. Tersedianya panduan, prosedur dan criteria penilaian dokumen AMDAL yang

efektif digunakan;

c. Akuntabilitas proses penilaian AMDAL.

Ketiga faktor ini merupakan factor yang dapat terus ditingkatkan, dikembangkan dan di fasilitasi oleh Pemerintah agar mutu penilai AMDAL meningkat secara bertahap.

Kepala Bapedalda Kota Binjai Menyatakan bahwa telah dibentuk Komisi AMDAL di kota Binjai yang terdiri dari Pakar lingkungan hidup, Perguruan Tinggi, LSM, dan Instansi Teknis yang keanggotaannya berjumlah 13 orang. Komisi AMDAL bertugas mengevaluasi layak tidaknya suatu kegiatan perekonomian

dibangun di kota Binjai dengan pertimbangan dampak lingkungan sosial dan

ekonomi.48