• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kota Pasuruan

Dalam dokumen DOCRPIJM 940fda1b5b BAB IVBab IV (Halaman 67-71)

H. LINDETIES S HINZ (SIHI) MEZ (GAE) TECO (EBARA)

4. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

4.4.1 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kota Pasuruan

Visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Pasuruan adalah “Permukiman Sehat yang Bersih dari Sampah”. Visi tersebut merupakan kondisi yang ingin dicapai di masa depan secara mandiri melalui kegiatan yang dilakukan secara sinergis antara pemangku kepentingan yang terkait secara langsung maupun tidak dalam pengelolaan persampahan. Dengan visi tersebut diharapkan kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dengan lingkungan permukiman yang sehat di masa yang akan datang dapat tercapai. Kondisi permukiman yang sehat tersebut dapat tercapai bila sampah dapat dikelola secara baik. Secara umum pelayanan persampahan yang baik dapat ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut:

 Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, dan lain-lain

 Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah yang dihasilkan dapat ditangani secara benar

 Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit baik berupa pencemaran udara, air, atau tanah

 Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat darinya

Untuk mewujudkan visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan maka dirumuskan beberapa misi yaitu sebagai berikut :

Data sampah di berbagai kota menunjukkan kecenderungan semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan beban pelayanan persampahan di setiap daerah menjadi semakin berat dari waktu ke waktu. Di pihak lain kemampuan pendanaan daerah tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan khususnya untuk bidang persampahan. Agar pengelolaan persampahan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan maka sangat diperlukan adanya upaya untuk mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan.

Pelayanan sistem pengelolaan persampahan haruslah mampu menjangkau setiap anggota masyarakat yang ada di suatu daerah. Jumlah anggota masyarakat yang terjangkau oleh pelayanan juga harus meningkat dari waktu ke waktu. Di samping itu pelayanan juga harus diberikan dengan kualitas yang baik sehingga mampu menjamin tidak ditimbulkannya berbagai masalah gangguan, pencemaran, atau bahkan perusakan lingkungan, baik pada tahap pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, maupun pembuangan akhir.

3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha / swasta.

Masyarakat merupakan penghasil sampah, karenanya masyarakat merupakan aktor utama dalam pengelolaan sampah, yang perlu diberdayakan agar mampu melakukan berbagai upaya penanganan yang bermanfaat bagi pengelolaan secara umum. Dalam kondisi keterbatasan kapasitas pelayanan Pemerintah, maka dunia usaha / swasta juga dapat dijadikan sebagai mitra dalam pelayanan pengelolaan sampah.

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem pengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good governance, yang berupa :

a) Dengan penyesuaian struktur dan kewenangan kelembagaan pengelola persampahan. b) Memobilisasi dana penyelenggaraan tata pemerintah yang baik dalam pengelolaan

persampahan.

c) Penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang transparan partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya.

d) Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan. e) Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien, dan profesional.

5. Penguatan kelembagaan dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan.

a. Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi penyelenggaraan pelayanan persampahan.

b. Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan persampahan baik melalui anggaran kota, anggaran provinsi, anggaran pusat, dana luar negeri, termasuk kerjasama dengan

6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk meningkatkan sistem pengelolaan persampahan.

a. Penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi bagi pelanggaran penyelenggaraan pengelolaan persampahan sebagai upaya pembinaan bagi masyarakat, aparat, dan stakeholder terkait.

b. Melengkapi / meningkatkan produk hukum yang diperlukan bagi landasan penyelenggaran pengelolaan persampahan baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kota.

Berdasarkan RPJMD Kota Pasuruan tahun 2010-2015, arah kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan adalah dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Kota Pasuruan memiliki Program Peningkatan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup. Kegiatan utamanya adalah:

a) Pengendalian dan pengawasan pencemaran udara, air dan tanah b) Identifikasi kebutuhan prasaran dan sarana pendukung lingkungan hidup

c) Penyediaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pendukung lingkungan hidup yang meliputi: TPA/TPS, Tempat limbah pembuangan limbah cair dan limbah padat, Pemakaman umum, PMK.

Berdasarkan Program Kerja Dinas Pekerjaan Umum di bidang persampahan maka UPT Persampahan sebagai bagian dari Dinas PU yang berwenang dalam pengelolaan persampahan Kota Pasuruan di tahun 2011 mempunyai Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan sebagai berikut :

a.

Penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

b.

Pengembangan teknologi pengolahan persampahan

c.

Bimbingan teknis pengelolaan persampahan

d.

Monitoring, evaluasi dan laporan

Berdasarkan master plan persampahan Kota Pasuruan, rencana persampahan sebagai berikut:

o Kebijakan program penanganan peningkatan kebersihan, pengellaan pewadahan sampah dengan cara penyediaan wadah sampah yang memenuhi kriteria dan penyediaan TPS komunal.

o Kebijakan untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat diberlakukannya becak sampah untuk daerah yang berjahuan selain gerobak sampah.

o Kebijakan untuk kegiatan pemindahan dapat diberlakukannya pola pelayanan komnula dimana secara mandiri masyarakat dating ke tempat dump truck.

o Kebijakan pengangkutan adalah penambahan armada pengangkutan.

Kebijakan kondisi kegiatan pengolahan di TPA perlu adaya studi penelitian dapat dilakukan sebelum menginvestasikan dana untuk pembangunan TPA. Berdasarkan Master Plan Persampahan Kota Pasuruan tahun 2007, tingkat pelayanan sampah Kota Pasuruan pada tahun 2007 adalah 48,85% dihitung berdasarkan sampah yang terangkut ke TPA dibandingkan dengan

jumlah timbulan sampah. Dalam rangka pencapaian target MDGs, maka untuk tahap mendesak tahun 2008, pelayanan sampah akan ditingkatkan menjadi 55 %. Pada tahap menengah sampai tahun 2012 pelayanan sampah ditingkatkan menjadi 64% sehingga tahun 2015 pelayanan sampah dapat ditingkatkan menjadi 70%.

Untuk rencana pengembangan pengelolaan sampah yang akan terus dilakukan upaya pengelolaan 3R dengan sistem komposting baik untuk skala rumah tangga maupun kawasan. Sistem yang akan dibiayai dengan dana APBN.

Prasarana Komposting lainnya juga dibangun pada lokasi TPA Blandongan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui Pemerintah Kota Pasuruan. Selain untuk mengolah sampah pada lokasi TPA juga diharapkan dapat mengolah sampah dari penduduk sekitar khususnya di Kelurahan Blandongan yang membuang sampah mereka langsung ke lokasi TPA Blandongan dengan menggunakan gerobak motor.

Sedangkan pengelolaan sampah skala rumah tangga yang telah disosialisasikan oleh Dinas PU UPT Persampahan secara rutin mulai tahun 2008 diterapkan pada sebagian permukiman penduduk di wilayah Kelurahan Kebonagung dengan kondisi sebagian besar penduduknya saat ini sudah lebih siap, yaitu dengan pengadaan prasarana komposting skala rumah tangga untuk sekitar 500 KK (± 2000 penduduk) sehingga diprakirakan dapat mereduksi sampah ± 5.50 m3/hari sampah atau ± 30% dari sampah yang dihasilkan di kelurahan tersebut.

Dengan adanya program pengembangan pengelolaan sampah 3R baik skala kawasan maupun skala rumah tangga diharapkan jumlah sampah yang akan diangkut ke TPA dapat direduksi sebanyak 27,50 m3/hari dan sampai dengan tahun 2015 diharapkan akan dapat mereduksi sampah sebanyak 61,60 m3/hari.

7. Peningkatan TPA Blandongan menjadi sanitary landfill

Lokasi penimbunan pada lahan TPA dibagi dalam 3 zona, yaitu :

Zona I : 55.263,17 m3 , diperkirakan mampu menampung sampah hingga 2 tahun Zona II: 147.530,16 m3 , diperkirakan mampu menampung sampah hingga 5 tahun Zona III: 64.918,39 m3 .diperkirakan mampu menampung sampah hingga 2 tahun 7 bulan

Masing-masing zona tersebut terdiri dari beberapa lapisan sel yang dirancang untuk dioperasikan minimal selama 2 tahun. Metode penimbunan dilakukan dengan metode area, dimana sampah ditimbun di atas tanah berpermukaan datar. Pada zona III yang akan digunakan terlebih dahulu menggunakan metode sanitary landfill, tanah lempung (clay) dipadatkan pada dasar sel. Kemudian dilapisi dengan pasir, untuk menahan pipa agar tidak pecah pada saat mengalami tekanan alat berat. Setelah pasir, diberi lapisan geomembrane setebal 0,75 mm. Lapisan geomembrane dipasang hingga menutup bagian atas tanggul. Pipa pengumpul dan penyalur air lindi diletakkan di atas geomembrane untuk mencegah terjadinya

Penimbunan dilakukan terus menerus hingga mencapai ketinggian 2 m, kemudian sampah ditimbun dengan kerikil dan tanah penutup antara. Kerikil berfungsi memudahkan aliran gas yang terbentuk menuju pipa penyaluran gas. Pemasangan pipa gas berjarak 25 – 50 m. Lapisan penutup akhir hampir sama dengan lapisan penutup antara. Di atas timbunan sampah ditutup dengan kerikil, tanah liat dan tanah penutup. Setelah beberapa tahun, sel penimbunan sampah dibongkar untuk dimanfaatkan sebagai pupuk.

Dalam dokumen DOCRPIJM 940fda1b5b BAB IVBab IV (Halaman 67-71)

Dokumen terkait