Laporan Akhir IV- 1
Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman (KSNPP) dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan yang bersifat struktural sehingga secara nasional diharapkan dapat berlaku dalam rentang waktu yang cukup, dapat mengakomodasi berbagai ragam kondisi kontekstual masing-masing daerah, dan dapat memudahkan penjabaran pada tingkat yang lebih operasional oleh pelaku pembangunan.
Kebijakan nasional dirumuskan kedalam tiga struktur pokok, yaitu: (1) melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama. (2) mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. (3) mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat.
4.1.1.2 Arah Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan Permukiman RTRW 2011-2031 Berdasarkan RTRW Kota Pasuruan 2011-2031, kebijakan, program dan kegiatan permukiman diatur dalam rencana pola ruang sebagai Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya untuk kawasan perumahan meliputi:
a. pengembangan perumahan vertikal berupa rumah susun sewa (Rusunawa) di Kelurahan Tambaan, Kelurahan Tembokrejo, Kelurahan Gadingrejo, Kelurahan Petahunan dan Kelurahan Karangketug;
b. pembangunan perumahan dan bangunan gedung lebih diarahkan dibangun secara vertikal;
c. penataan kawasan perumahan yang ada di Kelurahan Blandongan dan Kelurahan Kepel;
d. perumahan kepadatan rendah diarahkan pada perumahan sederhana (RSS) di Kelurahan Bugul Kidul, Kelurahan Bakalan dan Kelurahan Sekargadung;
e. perumahan kepadatan sedang diarahkan pada bagian barat dan selatan;
f. perumahan kepadatan tinggi diarahkan pada bagian utara;
g. penataan kembali perumahan kumuh di Kelurahan Panggungrejo, Kelurahan Mandaranrejo, Kelurahan Ngemplakrejo, Kelurahan Tambaan dan Kelurahan Gadingrejo;
h. pengembangan perumahan yang menyediakan ruang terbuka di seluruh wilayah kota;
i. pengembangan taman pada masing-masing unit lingkungan, taman sub pusat pelayanan kota, dan
j. pengembangan sumur–sumur resapan individu dan kolektif di setiap pengembangan lahan terbangun.
4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman
Penataan kawasan terutama ditujukan untuk menunjang program pembangunan berkelanjutan. Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.
4.1.2.1 Gambaran Umum
A. Pola Perkembangan Kawasan Permukiman
Permukiman-permukiman di Kota Pasuruan tumbuh dan berkembang di sekitar daerah-daerah :
 Jalan Hang Tuah dan sekitarnya (permukiman nelayan).
Laporan Akhir IV- 3  Jalan Balai Kota, jalan Pahlawan, jalan Hayam Wuruk, jalan Sunan Ampel, dan jalan WR.
Supratman (permukiman kota dengan permukiman kampung di bagian tengah).
 Sepanjang sungai Gembong, jalan Imam Bonjol, jalan Letjend. Suprapto, jalan Yos Sudarso dan jalan MT. Haryono (permukiman kota dengan permukiman kampung di bagian tengah).
 Sepanjang jalan Urip Sumoharjo, jalan Gatot Subroto, jalan Slamet Riyadi, jalan Panglima Sudirman, jalan Wahidin Sudiro Husodo, jalan Pattimura, jalan Patiunus, jalan KH. Ahmad Dahlan, dan jalan-jalan lokal lainnya di seluruh Kota Pasuruan (permukiman kota).
B. Kondisi perumahan dan lingkungan
Sebagian besar bangunan di Kota Pasuruan berkondisi cukup baik, dimana tembok/ dinding rumah terbuat dari pasangan bata dengan lantai dari semen/ tegel dan beratap genteng. Meski demikian dijumpai pula beberapa bangunan yang memiliki kondisi buruk. Perlu kiranya dilakukan upaya-upaya perbaikan kondisi rumah penduduk yang tergolong buruk karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Perbaikan yang perlu mendapat perhatian adalah terhadap sistem sirkulasi dan ventilasi udara dan sinar matahari. Kondisi lingkungan yang ada menunjukkan hanya sebagian wilayah Kota Pasuruan yang memiliki kondisi baik, sedang wilayah lainnya tergolong memiliki kondisi lingkungan yang sedang hingga buruk. Aspek yang diidentifikasi dan perlu mendapat perhatian dalam penanganan kondisi lingkungan di Kota Pasuruan ini meliputi sistem pembuangan sampah, pembuangan air sisa kegiatan rumah tangga dan kegiatan komersial serta pembuangan air hujan.
C. Tipe lingkungan perumahan
Identifikasi tipe lingkungan perumahan yang terdapat di Kota Pasuruan adalah sebagai berikut :
1. Tipe lingkungan perumahan campuran
Tipe lingkungan perumahan campuran adalah perumahan yang selain digunakan sebagai rumah juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain seperti :
 Kegiatan perdagangan (peracangan).
 Kegiatan jasa (penjahit, salon kecantikan/ potong rambut, dan lain-lain).
 Kegiatan industri rumah tangga dan lain-lainnya.
Bentuk perumahan ini jelas tak terencana, berkembang secara alami dan timbul sebagai tantangan kegiatan ekonomi karena adanya potensi lokasi. Tipe lingkungan perumahan ini biasa muncul di pusat perkotaan, bercampur dengan bangunan-bangunan khususnya perdagangan yang memberikan tarikan kuat, sehingga mampu merubah lingkungannya menjadi lingkungan perdagangan.
2. Tipe lingkungan perumahan kampung perkotaan
3. Tipe lingkungan perumahan semi urban
Perkembangan Kota Pasuruan berpengaruh ke daerah-daerah/ kawasan-kawasan perumahan di sekitarnya (dalam wilayah fungsional kota). Namun karena secara historis wilayah ini merupakan wilayah pertanian maka bentuk-bentuk lingkungan perumahannya pun masih terpengaruh oleh arsitektur agraris yang dicirikan oleh ruang-ruang terbuka, pendopo dengan halaman luas atau tanpa pagar permanen. Lingkungan perumahan semi urban juga masih dapat dijumpai di daerah luar pusat kota.
4.1.2.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Jenis prasarana dan sarana dasar (PSD) permukiman yang ada di Kota Pasuruan dibedakan kedalam lima sektor, yaitu:
 air bersih
 sanitasi
 persampahan
 drainase
 jalan
Kelima PSD itu dapat dikategorikan berdasarkan kriteria kondisi saat ini, yaitu : baik, sedang dan buruk. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman di Kota Pasuruan No. Prasarana dan
Sarana Dasar
Kriteria Kondisi
Baik Sedang Buruk
1. Air Bersih PDAM Air sumur Sungai
2. Sanitasi Setiap rumah MCK umum Tidak ada
3. Persampahan Ada - Tidak ada
4. Drainase Lancar Mampet Tidak ada
5. Jalan Terawat Tidak terawat Tanah
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kota Pasuruan, 2006
Tabel 4.2
Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman di Kota Pasuruan
No. Lokasi
Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Air Bersih (rumah) Sanitasi (rumah) Persampahan (rumah) Drainase (meter) Jalan (meter) Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk A Kecamatan Purworejo
1 Kel. Ngemplakrejo 248 64 0 272 0 40 120 0 192 2960 1260 650 1750 1155 122
2 Kel. Mayangan 387 73 47 338 5 128 416 0 55 1600 1300 890 2610 800 150
3 Kel. Bangilan 12 12 12 12 12 12 12 0 12 12 12 12 12 12 12
4 Kel. Kebonsari 12 12 12 12 12 12 12 0 12 12 12 12 12 12 12
5 Kel. Purworejo 358 16 0 334 0 40 81 0 293 4775 2150 1850 3840 2125 536
6 Kel. Kebonagung 548 57 0 392 0 67 246 0 207 2440 695 1645 1250 2475 440
7 Kel. Pohjentrek 12 12 12 12 12 12 12 0 12 12 12 12 12 12 12
8 Kel. Purutrejo 229 59 0 219 0 69 197 0 91 225 3000 1800 2075 375 550
9 Kel. Tembokrejo 821 361 33 1122 3 246 1118 0 175 1697 1590 4472 3046 1895 1370
10 Kel. Wirogunan 160 87 0 227 0 20 11 0 236 2490 400 760 720 1950 100
B Kecamatan Bugul Kidul
1 Kel. Panggungrejo 146 44 0 102 0 88 5 0 185 330 560 870 350 680 150
2 Kel. Mandaranrejo 907 1 0 659 7 511 778 0 11 1145 2300 1265 2825 700 450
3 Kel. Kandangsapi 190 8 5 200 0 3 90 0 32 410 770 1430 930 750 160
4 Kel. Bugul Lor 300 12 0 227 0 85 146 0 166 1100 1220 500 550 650 450
5 Kel. Bugul Kidul 395 37 0 385 0 47 376 0 56 1650 1950 1800 1050 1700 225
6 Kel. Pekuncen 234 27 0 254 0 7 249 0 12 560 1500 1000 240 800 540
7 Kel. Petamanan 283 38 0 197 0 83 167 0 118 1549 1112 1650 1439 1900 230
Laporan Akhir IV- 7
13 Kel. Bakalan 403 35 0 372 0 66 251 0 187 90 610 5400 3370 225 600
C Kecamatan Gadingrejo
1 Kel. Tambaan 417 20 0 417 0 20 325 0 112 1330 330 450 840 800 110
2 Kel. Trajeng 446 116 0 498 0 64 475 0 87 4050 1230 1770 1360 3850 575
3 Kel. Karanganyar 463 2 0 445 0 20 281 0 184 5540 3550 125 2185 6800 15
4 Kel. Karangketug 1045 310 0 771 3 463 653 0 431 2995 2890 3075 5113 8450 1430
5 Kel. Gadingrejo 152 28 0 134 0 46 179 0 1 540 650 500 700 200 50
6 Kel. Bukir 425 422 0 336 12 398 456 0 245 230 1000 4405 2787 2500 1545
7 Kel. Petahunan 4434 2066 0 3726 38 2236 3750 0 2024 11590 21714 24474 29424 40320 7040
8 Kel. Gentong 747 301 0 756 4 237 766 0 326 2570 2767 4132 6812 2210 480
9 Kel. Sebani 666 18 0 227 0 40 192 0 75 970 300 3000 3350 340 450
10 Kel. Randusari 222 279 23 212 11 251 40 0 467 250 1950 2415 880 990 610
11 Kel. Krapyakrejo 2217 1033 0 1863 19 1118 1875 0 1012 5795 10857 12237 14712 20160 3520
Jumlah 18800 5690 260 15717 145 7513 13922 0 8215 62987 76221 90509 99443 112210 23935
4.1.2.3 Parameter Teknis Wilayah
Dasar justifikasi sistem yang digunakan Pemerintah Kota Pasuruan untuk menentukan arahan pengembangan permukiman adalah Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Pasuruan Tahun 2011-2031. Kedepan perumahan dan permukiman di Kota Pasuruan dikembangkan dengan prinsip Permukiman yang Berwawasan Lingkungan. Pengembangan permukiman dengan pola ini antara lain adalah dengan mengembangkan:
1. Pola pembangunan dengan KDB (Koefisein Dasar Bangunan) yang masih mencadangkan ruang terbuka di tiap persil permukiman. Sesuai rencana yang dijabarkan detail di sub bab berikutnya adalah berkisar antara 60 – 80 %.
2. Pengembangan taman ditiap unit lingkungan, taman Bagian Wilayah Kota (BWK), taman kota, dsb.
3. Pengembangan sumur–sumur resapan individu dan kolektif, di setiap pengembangan lahan terbangun.
Pada dasarnya perkembangan kawasan permukiman di Kota Pasuruan dipengaruhi kebutuhan masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan sosial ekonomi yang nantinya berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap rumah. Pengembangan kawasan permukiman di dasari oleh 3 klasifikasi, antara lain:
1. Permukiman kepadatan rendah (< 40 unit/Ha)
2. Permukiman kepadatan sedang antara (21-39 unit/Ha) 3. Permukiman kepadatan tinggi (> 20 unit/Ha)
Adapun arahan pengembangan permukiman di Kota Pasuruan berdasarkan klasifikasi kepadatannya yaitu:
a. Permukiman kepadatan rendah
Permukiman dengan kepadatan rendah direncanakan pada SPK bagian timur. Hal ini dikarenakan lahan terbangun pada SPK tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan SPK lainnya. Selain itu juga distribusi penduduk eksisting SPK bagian timur memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah.
Arahan pengembangan permukiman dengan kepadatan rendah yaitu pengembangan perumahan sederhana (RSS) yang diarahkan pada SPK bagian Timur yaitu Kelurahan Bugul Kidul dan Kelurahan Bakalan.
b. Permukiman kepadatan sedang
Laporan Akhir IV- 9 c. Permukiman kepadatan tinggi
Permukiman dengan kepadatan tinggi tersebar pada kawasan PPK dan SPK bagian Utara. Hal ini dikarenakan PPK ditetapkan sebagai CBD dan Civic Centre yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana sehingga pertumbuhan penduduk dan perumahan tertinggi terpusat wilayah ini. Perkembangan yang terjadi pada SPK bagian Utara sebagai kawasan industri dan pelabuhan menyebabkan konsentrasi kegiatan di wilayah ini.
Perencanaan permukiman hingga tahun 2028, PPK dan SPK bagian Utara ditetapkan sebagai kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi. Adapun arahan pengembangan pada kawasan permukiman pada PPK dan SPK bagian Utara yaitu dengan menetapkan pertumbuhan perumahan kearah vertikal sehingga mampu mempertahankan keberadaan RTH dan efisiensi lahan. Khususnya pada SPK bagian Utara dikembangkan rumah susun sehingga mengurangi kepadatan perumahan yang pada saat ini terlihat kumuh.
Sedangkan menurut peraturan zonasi untuk kawasan perumahan berdasarkan Raperda RTRW Kota Pasuruan 2011-2031, adalah sebagai berikut:
a. peraturan zonasi untuk perumahan kepadatan tinggi meliputi:
1. pembangunan rumah dan perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, administratif, dan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
2. koefisien dasar bangunan pada perumahan kepadatan tinggi maksimal 80% (delapan puluh persen);
3. diizinkan pelaksanaan pembangunan perumahan dengan kewajiban menyediakan prasarana dan sarana umum termasuk RTH publik paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas lahan perumahan; dan
4. pembatasan kegiatan perdagangan dan jasa, industri skala menengah dan besar yang berkembang di kawasan perumahan.
b. peraturan zonasi untuk perumahan kepadatan sedang, meliputi:
1. pembangunan rumah dan perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, administratif, dan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
2. koefisien dasar bangunan pada perumahan berkepadatan sedang sebesar 70% (tujuh puluh persen);
3. diizinkan pelaksanaan pembangunan perumahan dengan kewajiban menyediakan prasarana dan sarana umum termasuk RTH publik paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas lahan perumahan; dan
c. peraturan zonasi untuk perumahan kepadatan rendah, meliputi:
1. pembangunan rumah dan perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, administratif, dan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
2. koefisien dasar bangunan pada perumahan berkepadatan rendah sebesar 60% (enam puluh persen);
3. diizinkan pelaksanaan pembangunan perumahan dengan kewajiban menyediakan prasarana dan sarana umum termasuk RTH publik paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas lahan perumahan; dan
4. pemberian izin untuk kegiatan perdagangan, jasa dan perkantoran pada koridor jalan utama perumahan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.1.2.4 Aspek Pendanaan
Dalam mencapai tujuan pembangunan daerah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pasuruan tahun 2010-2015 dan sejalan dengan diberlakukannya Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka arah kebijakan pembiayaan pembangunan daerah dituntut lebih transparan, dapat dipertanggungjawabkan serta berorientasi pada kinerja.
Anggaran Daerah sebagai salah satu instrumen utama pembangunan daerah dalam membiayai mengalami perubahan paradigma baru seiring dengan pemberian otonomi yang luas dan desentralisasi pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan Keuangan Daerah dan Anggaran yang terkait dengan pembangunan Daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah paradigma baru tersebut berupa tuntutan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik.
Laporan Akhir IV- 11
 Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal, yang digunakan untuk membiayai
kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat diprioritaskan pada sektor pendidikan, agama, kesehatan, UKM, Pertanian dengan tidak mengabaikan sektor lainnya.
 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria
sebagai berikut:
 Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa serta tidak mengharapkan kembali di masa yang akan datang
 Tidak mengharapkan adanya hasil seperti penyertaan modal atau investasi
Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman masyarakat sebagian besar masih menggantungkan pendanaannya dari Pemerintah karena pendanaannya cukup besar. Sedangkan kegiatan pembangunan yang membutuhkan dana yang relatif kecil, masyarakat melakukannya secara swadaya.
4.1.2.5 Aspek Kelembagaan
Pengelolaan pembangunan permukiman serta sarana dan prasarana dasar di Kota Pasuruan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terjadi tumpang tindih antara fungsi Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Akibatnya masing-masing instansi memiliki perencanaan pengelolaan permukiman sendiri dan kurang terkoordinasi dengan baik. Di samping itu pula aspek kelembagaan di tingkat masyarakat dan swasta belum
mempunyai kontribusi yang signifikan, karena belum banyak disediakan tenaga-tenaga terampil di bidangnya. Sistem dan mekanisme pengelolaan permukiman saat ini belum berjalan dengan konsisten dan terfokus sehingga belum dapat mengakomodasi kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
4.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan sektor permukiman di Kota Pasuruan yang berhasil diidentifikasi adalah: 1. Masih dijumpai kantong-kantong kawasan kumuh terutama di bagian utara kota
2. Adanya permukiman yang berdiri di atas daerah sempadan sungai
3. Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM yang belum optimal, disebabkan tingginya tingkat kebocoran, keterbatasan jaringan pipa serta tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah
4. Pengelolaan sampah belum dilaksanakan secara efektif dan efisien; 5. Menurunnya kondisi prasarana drainase
4.1.3.1 Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
A. Gambaran Umum Kawasan Kumuh di Kota Pasuruan
Kawasan kumuh dan pemukiman yang tidak layak huni di Kota Pasuruan banyak ditemui di daerah utara (±90%), yang langsung berbatasan dengan pantai sehingga memiliki karakteristik unik. Daerah utara ini memiliki aksesibilitas tinggi sebab dapat dicapai dari darat dan air. Pelabuhan menjadi titik sentra pertumbuhan. Sistem dan pola jaringan jalan sudah terpola, memadai serta dapat melayani fungsi-fungsi yang ada. Jalan lingkungan umumnya berpola organik mengikuti pola perumahan namun tidak teratur mengikuti perkembangan bangunan dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Kawasan ini juga merupakan daerah retensi yang sering terjadi genangan..
Dampak lingkungan permukiman kumuh bersifat multi dimensi, diantaranya dimensi penyelenggaraan pemerintahan, tatanan sosial budaya, lingkungan fisik serta dimensi politis. Di bidang penyelenggaraan pemerintahan, keberadaan lingkungan kumuh memberikan dampak citra ketidakberdayaan, ketidakmampuan dan bahkan ketidakpedulian pemerintah terhadap pelayanan kebutuhan hidup warga kota.
Dampak terhadap tatanan sosial budaya berpangkal dari stereotip komunitas yang bermukim di lingkungan kumuh umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Dari sinilah muncul stigma bahwa komunitas ini adalah penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial kemasyarakatan.
Penghasilan rendah juga menjadi alasan hingga mereka tidak mampu menyisihkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman sehingga mendorong terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang pada gilirannya muncullah permukiman kumuh. Inilah yang menjadikan dampak negatif di bidang lingkungan hunian.
Bila disimpulkan, secara umum permasalahan yang terjadi di wilayah ini adalah :
1.
Sebagian besar perumahan belum memenuhi standar kesehatan dan lingkungan2.
Kecenderungan pengembangan kawasan pemukiman, terutama di pesisir pantai, yang bersaing dengan lajunya pengembangan wilayah pelabuhan3.
Belum adanya pengaturan perencanaan, pelaksanaan, juga pengawasan dan pemeliharaan kawasan perumahan di pesisir utara Kota Pasuruan, terutama di wilayah Kelurahan Panggungrejo dan Kelurahan Tambaan4.
Belum maksimalnya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan ini, baik dari aspek fisik bangunan maupun sistem pendukungnya. Alternatif-alternatif teknologi yang dapat diterapkan umumnya cenderung berbiaya tinggiLaporan Akhir IV- 13
7.
Penyediaan air bersih dengan memanfaatkan sumber air setempat yang bersifat payau danmemiliki salinitas tinggi sesungguhnya tidak layak untuk dikonsumsi
8.
Prasarana jalan lingkungan berpola tidak teratur (organik), persyaratan konstruksi jalan yangkurang memenuhi syarat dan penerangan jalan yang hampir tidak ada.
9.
Keberadaan pasar yang muncul pada daerah tersebut menimbulkan permasalahan terganggunya lalu lintas dan pencemaran lingkunganB. Perkiraan Kebutuhan Perumahan
Perkiraan kebutuhan perumahan mengikuti proyeksi jumlah penduduk Kota Pasuruan. Perhitungan proyeksi penduduk Kota Pasuruan menggunakan metode Exponential Growth Model. Asumsi dasar model ini adalah bahwa tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu proporsional dengan jumlah penduduk tahun sebelumnya. Ada suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu laju pertumbuhan penduduk. Model matematisnya adalah :
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal pengamatan n = Periode pengamatan
r = Prosentase ( laju ) pertumbuhan tiap tahun
Hasil proyeksi penduduk Kota Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. n
r
Po
Tabel 4.3
Rencana Kebutuhan Perumahan di Kota Pasuruan
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEBUTUHAN PERUMAHAN (UNIT)
2016 2021 2026 2031 2016 2021 2026 2031
KECAMATAN GADINGREJO
1 Krapyakrejo 5596 6261 6926 7591 1399 1565 1732 1898 2 Bukir 6574 7698 8822 9946 1643 1924 2205 2486 3 Sebani 4660 5365 6070 6775 1165 1341 1518 1694 4 Gentong 5575 6150 6725 7300 1394 1538 1681 1825 5 Karanganyar 11281 11886 12491 13096 2820 2972 3123 3274 6 Trajeng 9200 9645 10090 10535 2300 2411 2523 2634 7 Tambaan 4271 4716 5161 5606 1068 1179 1290 1402 8 Gadingrejo 12436 14121 15806 17491 3109 3530 3952 4373 9 Petahunan 5006 5341 5676 6011 1252 1335 1419 1503 10 Randusari 3532 3977 4422 4867 883 994 1106 1217 11 Karangketug 7449 8211 8973 9735 1862 2053 2243 2434
JUMLAH 75579 83370 91161 98952 18895 20843 22790 24738
KECAMATAN PURWOREJO
Laporan Akhir IV- 15 Sumber : Hasil Rencana
10 Ngemplakrejo 7581 7921 8261 8601 1895 1980 2065 2150
JUMLAH 71264 76307 81350 86393 17816 19077 20338 21598
KECAMATAN BUGULKIDUL
1 Sekargadung 5723 6403 7083 7763 1431 1601 1771 1941 2 Bakalan 7968 9659 11350 13041 1992 2415 2838 3260 3 Krampyangan 3923 4393 4863 5333 981 1098 1216 1333 4 Blandongan 4372 4958 5544 6130 1093 1240 1386 1533 5 Kepel 3747 4070 4393 4716 937 1018 1098 1179 6 Bugulkidul 10298 11598 12898 14198 2575 2900 3225 3550 7 Petamanan 5652 2708 8524 10805 1413 677 2131 2701 8 Pekuncen 3499 3944 4389 4834 875 986 1097 1209 9 Kandangsapi 2901 1390 4242 5453 725 348 1061 1363 10 Bugullor 7788 8128 8468 8808 1947 2032 2117 2202 11 Tapaan 3269 3595 3921 4247 817 899 980 1062 12 Mandaranrejo 6305 7254 8203 9152 1576 1813 2051 2288 13 Panggungrejo 3567 3947 4327 4707 892 987 1082 1177
JUMLAH 69013 72049 88206 99188 17253 18012 22052 25797
C. Rekomendasi
1. Konsep Permukiman Horisontal (Landed House)
Dalam konsep ini dikenalkan suatu model permukiman yang disebut sebagai Rumah Sederhana Sehat (RSH). RSH adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana namun masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. RSH mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya lokal seperti arsitektur dan cara hidup.
Dalam pelaksanaannya sering ditemui kendala berupa rendahnya tingkat kemampuan
ekonomi masyarakat. Untuk memecah kebuntuan ini perlu dibuat alternatif berupa desain rumah antara yang akan menjadi jembatan menuju RSH. Rumah antara yang dimaksud adalah Rumah Inti Tumbuh (RIT). RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang terbuka beratap dan fasilitas MCK. Bentuk atap RIT mengantisipasi adanya perubahan yang bakal dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang serba guna. Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll) sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari.
Kebutuhan ruang minimal adalah 9 m2, atau standar ambang dengan angka 7,2 m2 per orang. Dengan demikian, luas bangunan awal RIT adalah 21 m2 dengan pertimbangan dapat dikembangkan menjadi 36 m2.
Untuk memenuhi kriteria rumah sehat harus dilakukan pemisahan antara fungsi kegiatan dan fungsi ruangan. Selain masalah pembagian ruangan juga konstruksi rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Adapun syarat untuk pembangunan rumah sehat adalah:
- Lantai ubin atau semen terutama pada ruang tamu, ruang makan dan kamar tidur.
- Dinding dari bata merah diplester. Kolom kayu dengan penyangga utama bangunan dapat menggunakan rangka bambu atau kayu.
- Penutup atap berupa genteng
- Ventilasi : melalui jendela, pintu, lubang angin yang dapat dibuka selebar 80 cm. - Jalan masuknya cahaya seluas ± 15 - 20 % dari luas lantai yang ada.
- Was bangunan optimum adalah 2,5 - 3 m/orang.
- Fasilitas: penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, dapur, ruang berkumpul.
2. Konsep Permukiman Vertikal (Vertical House)
Rusuna (rumah susun sederhana) merupakan model yang tepat dalam konteks relokasi
Dalam pengembangannya, Rusuna harus memperkuat kriteria produktif, yaitu mampu
mendukung aspek-aspek pengembangan ekonomi lokal, termasuk kedekatan dengan pusat-pusat kegiatan perkotaan yang memberikan peluang penyerapan tenaga kerja unskilled serta kedekatan dengan berbagai fasilitas sosial-ekonomi seperti sekolah, puskesmas, pasar, dan lain-lain. Juga memenuhi kriteria berkelanjutan, yaitu tidak menimbulkan dampak lingkungan dan persoalan sosial yang baru. Untuk membangkitkan rasa memiliki penghuni Rusuna, perlu dikembangkan kebijakan yang memberikan peluang peran partisipatif (calon) pengguna dalam persiapan pembangunan Rusuna (misal: penetapan desain arsitektural, penetapan tarif sewa, dan sebagainya).
Konsep ’rumah susun sederhana sistem sewa’ atau rusunawa perlu terus disebarluaskan secara bertahap dan sistematis oleh Pemerintah Kota, khususnya pada masyarakat berpenghasilan rendah sebagai target group. Upaya ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang utuh mengenai konsep ’sewa’ sebagaimana telah berhasil diterapkan di berbagai negara di dunia. Upaya ini pada akhirnya bertujuan untuk mengubah kultur dan persepsi masyarakat Indonesia pada umumnya, dimana ’rumah milik’ bukanlah merupakan suatu keharusan.
Lokasi Rusunawa hendaknya terletak di kawasan yang memang diperuntukkan sebagai daerah permukiman, sehingga tidak perlu menghadirkan penambahan fasilitas atau infrastruktur yang berlebihan. Dengan luas tapak berkisar 20.000 m2 - 30.000 m2, maka untuk efisiensi dan efektifitas, Rusuna dibangun dengan jumlah blok massa lebih dari satu. Setiap blok yang biasanya berlantai empat atau lima, dapat dibangun 48 - 96 unit hunian, dengan luas rata-rata per-unit 21 m2. Apabila setiap unit diasumsikan dihuni oleh 3 orang (standard kebutuhan ruang untuk satu orang = 7,2 m2 ), maka dalam satu blok (96 unit) bisa dihuni oleh 288 orang, sehingga dalam satu kompleks Rusuna yang memiliki 16 blok (768 unit), dapat dihuni oleh 2.304 orang. Sedangkan Rusuna yang memiliki 5 blok (480 unit), dapat dihuni oleh 1.440 orang.
Sebagai fasilitas tambahan bagi penghuni, pada setiap blok disediakan fasilitas untuk umum, seperti: ruang-ruang untuk usaha (berupa kios atau space), WC Umum, Ruang Pengelola, Ruang Serba Guna, Mushola, Parkir motor dan Parkir Mobil. Sementara untuk kompleks dilengkapi dengan sarana / prasarana, seperti: Masjid, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Lapangan Olah Raga, Taman, Sirkulasi kendaraan, Pedestrian atau bahkan Plaza. Untuk pengadaan air bersih bila memungkinkan bisa diambil dari sumur bawah tanah, bila tidak memungkinkan bisa diambilkan dari jaringan pipa PDAM, terus dialirkan melalui reservoir bawah dan atas. Sedangkan kotoran (black water) diolah menggunakan septictank sebanyak 2 (dua) buah pada setiap blok. Air kotor (grey water) diolah melalui sumur resapan dan dialirkan menuju saluran drainase.
Dalam satu komplek Rusun, untuk pembuangan sampah biasanya dibuatkan satu TPS,
Untuk sumber listrik biasanya diambilkan dari sambungan PLN, sementara untuk telpon
memakai jaringan telpon dari Telkom, serta untuk pemadam kebakaran menggunakan hydrant pipe pada lantai dasar dan tabung pemadam kebakaran pada masing-masing lantai di atasnya.
D. Arahan Penanganan Kawasan Kumuh
Arahan penanganan kawasan kumuh permukiman di Kota Pasuruan secara umum terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
1. Drainase lingkungan.
Perlu adanya perencanaan ulang kembali kapasitas tampungan dari saluran bukan hanya
sebagai buangan limbah domestik tapi juga sebagai buangan dari industri. Adanya perluasan permukiman dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya menuntut adanya perencanaan ulang dan perbaikan saluran eksisting.
2. Penataan Ulang Kawasan Permukiman kumuh.
Penataan kawasan permukiman padat dan tidak teratur pada kawasan kumuh dilakukan sesuai dengan syarat-syarat lingkungan sehat dan sesuai dengan standar kesehatan baik dari ketentuan umum Dinas Kesehatan maupun dari UNDP, yang dilakukan melalui program RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman di Daerah) maupun melalui program-program yang berkaitan dengan rehabilitasi penataan kawasan kumuh yang telah diprogramkan.
3. MCK Umum.
Guna memenuhi kebutuhan akan hidup layak bagi masyarakat kawasan kumuh, perlu adanya MCK Umum yang sesuai dengan standar kesehatan dan sesuai dengan kebutuhan warga yang kurang mampu untuk membuat MCK pribadi.
4. Sarana dan prasarana lingkungan.
Sebagai kawasan kumuh yang berada di daerah pesisir dengan karakteristik masyarakat yang khas, penataan lingkungan yang ada saat ini belumlah memperhatikan kaidah-kaidah kesehatan dan estetika lingkungan. Untuk penataan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi warga perlu adanya program-program yang mengikutsertakan masyarakat peran aktif masyarakat sebagai obyek dari pembangunan Kota Pasuruan sehingga terciptanya lingkungan yang bersih, indah, nyaman dan aman. Adapun penyediaan sarana prasarana permukiman yang diperlukan adalah :
 Perkerasan jalan
 Perbaikan saluran lingkungan
 Fasilitas umum
E. Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai
Konsep alternatif yang ditawarkan melalui konsep renovasi adalah meliputi beberapa aspek, antara lain:
Warga terlibat aktif dalam menjaga, memelihara dan melestarikan fungsi-fungsi sungai sebagai sebuah ekosistem
Rumah, terutama yang berada di tepi sungai akan menghadap ke sungai
Adanya jalan inspeksi untuk pemeliharaan sungai yang disesuaikan dengan kondisi permukiman di masing-masing wilayah
Untuk mengatasi masalah sampah, akan dilakukan pengolahan di masing-masing permukiman baik melalui proses composting maupun daur ulang
Penerapan system komunal untuk system pembuangan limbah rumah tangga. Yaitu air limbah dari rumah-rumah akan disalurkan dan ditampung dalam sebuah bak pengolahan air limbah sehingga air limbah yang dibuang sesuai dengan baku mutu yang sudah ditetapkan
Pengoptimalan fungsi bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau dengan penghijauan vegetasi yang lebih memperhatikan aspek ekologis, sehingga fungsi tumbuhan penghijauan sebagai pencegah erosi, penyerap air ke dalam tanah dan penghasilan oksigen dapat lebih optimal
Pengoptimalan fungsi bantaran sungai sebagai areal resapan air hujan akan dibuat sumur resapan, sehingga air hujan tidak langsung masuk ke sungai atau menjadi air permukaan tetapi masuk ke tanah mengisi saluran air tanah. Hal ini juga berdampak untuk mencegah intrusi air laut dan penurunan permukaan tanah yang menjadi masalah serius di perkotaan4.1.4 Sistem Permukiman Dan Infrastruktur Yang Diusulkan
Berdasarkan kondisi sistem permukiman dan infrastruktur serta permasalahan yang terjadi di Kota Pasuruan, maka sistem permukiman dan infrastruktur yang diusulkan antara lain:
Tabel 4.5
PSD belum memadai PSD sudah memadai
3. Prasarana dan sarana
4.1.5 Usulan dan Prioritas Program
Ditinjau dari kondisi sistem permukiman dan infrastruktur serta permasalahan yang terjadi di Kota Pasuruan, maka diusulkan program-program sebagai berikut :
1. Pembangunan Rusunawa, program ini dimaksudkan untuk mengakomidasi kebutuhan rumah terutama bagi penduduk yang tinggal di kawasan kumuh dan tidak layak huni.
2. Peningkatan drainase dan trotoar jalan, program ini dimaksudkan untuk mendukung serta memperbaiki sarana dan prasarana lingkungan perumahan yang sudah ada terutama permukiman kumuh dan tidak layak huni.
4
4..22 RREENNCCAANNAAIINNVVEESSTTAASSIISSUUBB--BBIIDDAANNGGAAIIRRMMIINNUUMM 4.2.1 Petunjuk Umum
Pembangunan prasarana dan sarana air minum merupakan salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu prioritas pembangunan sarana air minum ditujukan pada daerah – daerah yang rawan air minum, rawan penyakit atau desa tertinggal. Diharapkan kebutuhan air minum dapat memenuhi Standard Pelayanan minimal (SPM) yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 80% untuk daerah perkotaan, dan sebesar 60% untuk daerah perdesaan. Di samping itu, tidak menutup kemungkinan daerah yang mempunyai potensi tertentu, misalnya pengembangan pariwisata atau industri kecil juga dijadikan sasaran pembangunan untuk mendukung pengembangan perekonomian wilayah tersebut.
Faktor internal yang mengemuka di dalam masalah penyediaan prasarana dan sarana air minum di masyarakat seringkali terkait dengan faktor teknis, keuangan, dan kelembagaan. Faktor ini adalah hal–hal yang menjadi penghambat utama di dalam pengadaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana air minum di masyarakat. Di samping ada hal – hal eksternal seperti faktor legalitas, institusional, lingkungan, sosial budaya, serta peran serta masyarakat dan swasta.
Untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan sarana penyediaan air minum, diperlukan perencanaan yang komprehensif untuk mencari solusi persoalan–persoalan baik sosial maupun teknis yang berkaitan dengan pengembangan pelayanan air minum dalam rangka
percepatan program Millenium Development Goal (MDGs).
4.2.2 Gambaran Umum Kondisi Pelayanan Air Minum
Sistem penyediaan air minum di Kota Pasuruan terdiri dari dua sistem, yaitu: sistem non-perpipaan dan sistem non-perpipaan. Sistem non-non-perpipaan umumnya berupa air sumur yang berasal dari air tanah yang digali atau dipompa sendiri oleh masyarakat. Sedangkan sistem perpipaan adalah sistem penyediaan air bersih yang dilayani oleh PDAM. Ringkasan kondisi pelayanan air minum di Kota Pasuruan disarikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
No Uraian Satuan Sistem Non
Sumber : Hasil Kompilasi Data Sekunder, PDAM Kota Pasuruan
4.2.2.1 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum A. Sistem Non Perpipaan
Tabel 4.7
Kondisi Prasarana Air Bersih di Kota Pasuruan
No Kecamatan/Kelurahan Sumur* (unit) sungai (rumah) I Kecamatan Bugul Kidul
10. Kelurahan Sekargadung 878 116
11. Kelurahan Tapaan 605 0
Sumber : Survey Pemetaan Wilayah Kota Pasuruan Tahun 2007
B. Sistem Perpipaan 1. Kondisi Pasokan Air baku
adalah 65 l/detik. Sejak tahun 1972 dilaksanakan pengembangan jaringan dengan pasokan dari
kapasitas terpasang sampai saat ini mencapai 299.5 l/detik
Sumber air baku milik PDAM Kota Pasuruan saat ini ada dua sumber utama yaitu: 1. Mata air Umbulan, terletak di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.
2. Sumur Bor Pleret
Mata Air Umbulan
Mata Air Umbulan sebagai sumber air baku memiliki kualitas terbaik baik dari segi kuantitas air yang akan dipasok maupun kualitas airnya. Kondisi mata air Umbulan dan fasiltasnya adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas sumber air Umbulan 5.000 l/det.
- PDAM Kota Pasuruan saat ini memiliki ijin pengambilan sebesar 165 l/det. - Digunakan PDAM Kota Surabaya : 110 l/det
- Saluran kanal untuk pompa turbin : 1.200 l/det
- Digunakan Irigasi : 188 l/det
- Digunakan Balai Benih Ikan (BBI) : 200 l/det
2. Sumber air tersebut terletak di Desa Kedung Waru dan Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan
3. Luas lahan 48.961 m2
4. Terletak 22 km dari Kota Pasuruan.
5. Tinggi sumber dari permukaan air laut  24,8 m.
6. Pemanfatan pertama adalah pada tahun 1917 oleh Pemerintah.
7. Sumber air Umbulan dilengkapi dengan bangunan intake/broncaptering, rumah pompa, rumah genset dan rumah dinas karyawan, milik Pemerintah Kota Pasuruan yang dikelola oleh PDAM Kota Pasuruan.
Air dari Umbulan dipompa melalui 3 (tiga) jenis pompa yaitu:
 Pompa turbin mendistribusikan air ke wilayah pelayanan bagian timur (kabupaten),
utara dan tengah kota.
 Pompa listrik mendistribusikan air ke wilayah pelayanan bagian selatan (kabupaten)
dan tengah kota
 Pompa RPD mendistribusikan air ke wilayah pelayanan kota bagian selatan dan
sebagian dialirkan ke ground reservoir Pleret.
Tabel 4.8
Pompa Produksi Mata Air Umbulan PDAM Kota Pasuruan
H. LINDETIES. S HINZ (SIHI) MEZ (GAE) TECO (EBARA)
Jumlah 2 buah 2 buah 2 buah 2 buah
Kapasitas 32,5 l/det 2.000 l/min, 33 l/det 50 l/det 100 l/det
Daya/Kw 64 PK 45/60 PK 55/76 PK 132/175 HP
Putaran (rpm) 380 1.465 2.97 1.48
Tekanan 4 atm 8 atm 8 atm 6 atm
Tenaga Penggerak Air Listrik Listrik Listrik
Tahun Pemasangan 1917 1971 1994 1999
Jenis Pompa Pompa Turbin Pompa Listrik Pompa Listrik Pompa RPD Karakteristik Pompa
Sumber : PDAM Kota Pasuruan
Pompa–pompa tersebut dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Pasuruan dengan operasional sebagai berikut :
- Pompa Turbin 2 unit dioperasikan maksimal 39.9 l/detik dengan membuka pintu pengatur maksimal.
- Pompa listrik 4 unit dioperasikan dioperasikan bergantian
- Pompa SIHI kapasitas 33 l/detik dioperasikan pada jam minimum 5 jam (jam 22.00 sampai jam 03.00)
- Pompa GAE dioperasikan pada kapasitas 43 l/detik (hasil berdasar ultrasonic flow meter) untuk operasional jam 03.00 sampai jam 22.00
- Pompa RPD diperasikan pada 123.6 l/detik.
Dengan pengoperasian ini maka kapasitas terpasang dioperasikan maksimum 1. Kapasitas terpasang (optimum sesuai spesifikasi pompa) adalah :
- Pompa Turbin : 32,5 l/det - Pompa Listrik : 50 l/detik
- Pompa RPD : 100 l/det
- Total Kapasitas Terpasang : 182,5 l/detik
2. Kapasitas Produksi (kapasitas pemakaian) adalah: - Pompa Turbin : 39,9 l/det - Pompa Listrik : 43 l/detik
- Pompa RPD : 123.6 l/det
- Total Kapasitas Produksi : 206,5 l/detik.
Jadi dioperasikan diatas kapasitas optimumnya sebesar 24 l/detik.
Sumur Bor Pleret
 Pada tahun 1987 dikonstruksi 3 sumur bor dalam kapasitas 40 l/detik pada luas lahan
2.768,5 m2. Kedalaman sumur rata-rata 100 meter dengan jarak antar sumur sekitar 100 - 200 meter.
 Pada Tahun 1989 pembangunan sumur selesai dan kapasitas terpasang menjadi 120
l/det dari 3 (tiga) unit sumur. Selanjutnya dilakukan pembangunan; - jaringan pipa transmisi dan distribusinya
- ground reservoir 500 m3
- menara air distribusi berkapasitas 750 m3.
 Pada bulan Maret 1998, kapasitas produksi dikembangkan dengan dibangunnya;
- 1 (satu) unit sumur dalam dengan kapasitas terpasang 30 l/det.
 Sistim pengaliran unit produksi Pleret adalah sebagai berikut:
- Air dari sumur bor dipompa dengan pompa submersible ke Ground Reservoir 500 m3.
- Dari Umbulan melalui Pompa RPD masuk ke reservoir 9.2 l/detik - Dari reservoir dipompa ke menara
- Menara ke distribusi
Tabel 4.9
Pompa Produksi Sumur Bor dalam Pleret PDAM Kota Pasuruan
Dosing Pump
RITS KSB RITS GAE RITS
Jumlah 3 1 2 1 2 4
Kapasitas 40 l/det 30 l/det 52 l/det 180 m3/h 50l/det 5 l/det
-Daya/Kw 15 KW 15 KW 37 KW 45 KW 2,2 KW 1,5 KW
Putaran (rpm) 2.85 2.85 2.95 2.97 2.85
-Tekanan 2,5 Bar 2,5 Bar 4,5 Bar 5,4 Bar 2 Bar
-Tahun Pemasangan 1988 1998 1988 1994 1988 1988
Penamaan SB 1,2,3 SB 4 Pompa produksi Pompa produksi Pompa Local Supply Pompa Transmisi & Distribusi (Pompa Centrifugal)
Kondisi produksi unit Pleret saat ini mengalami penurunan kapasitas sumur dan kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;
 Kapasitas terpasang dari sumur bor pada saat ini (Juli tahun 2009) adalah :
- Sumur bor 1 : 30 l/detik - Sumur bor 2 tidak berproduksi - Sumur bor 3 : 30 l/detik
 Total produksi masuk reservoir 59 l/detik dari sumur bor + 9,2 l/detik dari Pompa RPD adalah 68,2 l/detik
 Distribusi di stasiun produksi Pleret adalah;
- 2 Pompa centifugal beroperasi debit maks: 104 l/detik - 1 Pompa lokal suppuly beroperasi debit maks: 5 l/detik - Total debit maksimum beroperasi adalah 109 l/detik
- Berdasar untrasonic flowmeter debit distribusi sekitar 92 l/detik. 2. Kondisi Sistem Transmisi dan Distribusi
Jaringan Transmisi
Sistem transmisi yang saat ini beroperasi dari Umbulan adalah :
- mengalirkan air dari unit produksi Umbulan ke daerah pelayanan bagian timur
(wilayah kabupaten) serta bagian utara kota.
- Kapasitas pompa 32 l/det, tekanan 40 meter dengan pipa ∅250 mm.
- Pada jalur ini terdapat tapping mulai dari Desa Sidepan Kec. Winongan.
- Kemudian pada Desa Lebak ditapping untuk melayani Winongan dan Kedawung
melalui pipa ∅ 75 mm.
- Daerah Lekok dilayani dengan pipa ∅ 100 mm, dan untuk wilayah kota bagian
utara dilayani dengan pipa ∅ 200 mm.
2. Pipa DCIP ∅ 250 mm (1971) yang merupakan outlet dari pompa listrik.
- Jaringan perpipaan transmisi dan distribusi pompa listrik yang dipasang tahun 1989 mengalirkan air dari unit produksi Umbulan ke daerah pelayanan bagian selatan (wilayah kabupaten) serta kota bagian selatan dan tengah.
- Kapasitas pompa 33 l/det, tekanan 80 meter dan pipa ∅250 mm.
- Pada jalur ini terdapat tapping mulai dari Keboncandi. Wilayah kota bagian selatan dan timur dilayani dengan pipa ∅150 mm dan untuk wilayah kota bagian tengah
dilayani dengan pipa ∅ 175 mm.
3. Pipa PVC ∅ 350 mm (1999) yang merupakan outlet dari pompa RPD dimana sebagian
air masuk ke reservoir Pleret melalui pipa PVC ∅250 mm.
- Jaringan perpipaan transmisi dan distribusi pompa RPD yang dipasang tahun 1999 mengalirkan air dari unit produksi Umbulan sebagian masuk ke reservoir Pleret melalui pipa ∅ 250 mm
- sebagian ke daerah pelayanan kota bagian barat melalui 2 (dua) pipa ∅100 mm
dan ∅125 mm.
- Kapasitas pompa 100 l/det, kapasitas produksi 120 l/det, tekanan 60 meter dan diameter ∅ 350 mm.
- Pada jalur ini terdapat tapping mulai dari Tambakrejo melalui pipa ∅ 150 mm untuk
pelayanan kota bagian timur.
Sedangkan sistem transmisi dari Pleret adalah :
 pipa ACP, DCIP dan PVC ∅ 200 - 350 mm yang direncanakan masuk ke Menara Air Jl.
Erlangga dengan panjang total 57.681 meter.
 Selain itu, pada instalasi Pleret juga terdapat pipa distribusi ACP ∅ 100 mm untuk lokal
supply.
Jaringan Distribusi
Jaringan pipa distribusi PDAM Kota Pasuruan saat ini seluruhnya sudah saling interkoneksi antar sistem. Tidak ada sistem yang terpisah. Sistem yang ada dioperasikan selama 24 jam, baik untuk unit produksi maupun unit distribusinya. Sebenarnya sistem distribusi yang ada dibentuk dalam empat tahapan investasi, yaitu :
 Peninggalan SAM (peninggalan pemerintahan kolonial Belanda) dan investasi PDAM
sepanjang 172.551 meter.
 Investasi Pemerintah Pusat melalui PPSAB Jatim (BNA) sepanjang 57.000 meter.
 Investasi Pemda Tk. II/PDAM melalui P3KT sepanjang 9.013 meter,
 Investasi PDAM dari pinjaman RPD berupa pipa PVC diamater 350 mm sepanjang
12.222 meter, diameter 300 mm sepanjang 1.718 meter dan diameter 250 mm sepanjang 1.453 meter.
Bangunan Reservoir dan Menara Air
PDAM Kota Pasuruan pada saat ini memiliki 3 unit menara air distribusi dan 1 unit ground reservoir dengan total volume 2.075 m3, yaitu:
 1 unit Ground Reservoir Kapasitas 500 m3 (dibangun tahun 1989) di Instalasi Pleret
 1 unit Menara Air I kapasitas 750 m3, tinggi 36 m (dibangun tahun 1989) berlokasi di
Jalan Erlangga (kantor PDAM)
 1 unit Menara Air II kapasitas 750 m3, tinggi 36 m (dibangun tahun 1917) berlokasi di
Jalan Alun-alun utara
 Menara Air III kapasitas 75 m3, tinggi 15 m (dibangun tahun 1917) berokasi di Desa
Lekok, Kab. Pasuruan
Namun untuk saat ini hanya ground reservoir Pleret yang dioperasikan, menara air Jl. Erlangga dioperasikan dengan sistem by pass dan 2 (dua) menara lainnya tidak
dioperasikan dengan alasan air tidak mampu naik sampai ke menara tersebut.
Sambungan Pelayanan
Tabel 4.10
Jumlah Sambungan PDAM Kota Pasuruan
Jenis Sambungan Jumlah Sambungan (Unit)
Jumlah Sambungan Aktif (Unit)
Sosial A 430 331
Sosial B 196 150
Sosial C 129 101
Rumah Tangga A 5,712 2,921
Rumah Tangga B 7,697 6,834
Rumah Tangga C 6,831 6,199
Instansi Pemerintah 193 159
Niaga A 1,082 690
Niaga B 256 170
Industri A 9 4
Industri B 42 26
Total 22,577 17,585
Sumber : PDAM Kota Pasuruan
Konsumsi Air
Konsumsi air berdasarkan laporan pemakaian rata-rata per bulan pada tahun 2008 adalah 21 m3/bulan per pelanggan. Dengan kondisi ini, tingkat konsumsi air per orang/hari mencapai 140 l/orang/hari dengan asumsi tiap pelanggan terdiri dari 5 orang.
Tingkat Pelayanan
PDAM Kota Pasuruan selain melayani wilayah Kota Pasuruan juga melayani sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan. Wilayah pelayanan tersebut dibagi dalam 3 (tiga) zona yang kondisi pelayanan pada tahun 2008 dapat dirinci sebagai berikut :
 Wilayah Pelayanan A, merupakan wilayah pelayanan tengah dan utara kota yaitu;
- Kecamatan Purworejo dengan jumlah SR 5.694 unit, jumlah penduduk 60.159 jiwa dan tingkat pelayanan 57,63%
- wilayah selatan (kabupaten) terdiri dari sebagian wilayah di kecamatan Pohjentrek, Gondang Wetan dan Winongan dengan jumlah SR 1.223 unit, jumlah penduduk 35.278 jiwa dan tingkat pelayanan 17,32%.
 Wilayah pelayanan B, merupakan wilayah pelayanan kota bagian timur yaitu;
- kecamatan Gading Rejo dengan jumlah SR 3.018 unit, jumlah penduduk 57.756
jiwa dan tingkat pelayanan 49,85%
- kecamatan Kraton dengan jumlah SR 91 unit, jumlah penduduk 14.856 jiwa dan tingkat pelayanan 8.1%
Total tingkat pelayanan PDAM Kota Pasuruan pada tahun 2008 untuk wilayah pelayanan kota dengan jumlah SR 14.345 unit dan jumlah penduduk 166.717 jiwa sebesar 59.2 %. Detail tingkat pelayanan pada masing-masing kelurahan/desa di Kota Pasuruan disajikan pada Tabel 4.11
Kebocoran Jaringan
Tabel 4.11
Tabel
Produksi dan Pemakaian Air Kondisi Tahun 2011
No. Item Satuan Jumlah Pada Bulan
Total Jan Peb Mar April Mei Juni Juli Agustus Sept Oktober November Desember
1 Kapasitas terpasang
Lokasi A l/detik 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Lokasi B l/detik 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5 177.5
2 Kapasitas Produksi
Lokasi A m3 148383 135233 148919 144374 148651 144115 148517 148383 145142 147321 143957 149546 1752541
Lokasi B m3 383181 364089 399729 389483 405197 392791 397984 384287 388639 395382 385195 396158 4682115
Total m3 531564 499322 548648 533857 553848 536906 546501 532670 533781 542703 529152 545704 6434656
3 Air Tecatat di rekening m3 348067 344101 331772 355323 354553 369816 351849 349973 378016 336700 347445 360400 4228015
4 Air hilang dihitung dari produksi m3 183497 155221 216876 178534 199295 167090 194652 182697 155765 206003 181707 185304 2206641
5 % kehilangan air dihitung dari produksi % 34.5 31.1 39.5 33.4 36 31.1 35.6 34.3 29.2 37.9 34.3 33.9 34.3
6
Optimalisasi Produksi dihitung dari
produksi % 65.5 68.9 60.5 66.6 64 68.9 64.4 65.7 70.8 62.1 65.7 66.1 65.7
Tabel
Kehilangan air PDAM Kota Pasuruan 10 Tahun Terakhir
Uraian Unit Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
% Kehilangan air % 34.64% 59.06% 54.36% 50.52% 51.18% 51% 50.4% 46% 46.60% 34.30%
Pada Tabel 4.13 diperlihatkan kehilangan air PDAM Kota Pasuruan sejak tahun 1996 sampai tahun 2007 yang sudah mencapai 50% sejak tahun 2003. Menurut “Studi Pengembangan Sistem Jaringan Perpipaan Air Bersih Kota Pasuruan Tahun 2003” lokasi kebocoran bukan hanya pada
lokasi pipa lama namun tersebar hampir di seluruh jaringan. Umumnya kebocoran terjadi pada
pipa ∅ 20 mm sampai 50” yang disebabkan karena pekerjaan galian kabel, pekerjaan gorong -gorong ataupun pekerjaan pelebaran jalan
3. Aspek Pendanaan
PDAM Kota Pasuruan berpayung pada Peraturan Walikota No. 8 Tahun 2007 yang
mengatur tingkat pemakaian dan tarif penggunaan air produksi PDAM untuk pelanggan. Peraturan ini membagi tingkat pemakaian dan tarif berdasar kelompok dan jenis pelanggan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14
Tarif pelanggan berdasar kelompok dan jenis pelanggan PDAM Kota Pasuruan
No Kelompok dan Jenis Pelanggan
No Kelompok dan Jenis Pelanggan Tingkat dan tarif air minum progresif per M3 (Rp)
Pemakaian Minimum (M3)
Per Bulan
0-10 m3 > 10 m3
Kota Kabupaten
- Tangki 4000 Lt Rp 144,000 RP 172,800
- Tangki 5000 Lt Rp180,000 RP 216,000
Sumber : PDAM Kota Pasuruan Tahun 2011
4. Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Pengelolaan sistem penyediaan air bersih di Kota Pasuruan berada di dalam wilayah
kewenangan PDAM, dimana seluruh kebutuhan air bersih dilayani dengan sistem perpipaan. Struktur dan bagian-bagian organisasi PDAM harus dapat menggambarkan aktivitas utama dalam sistem pengelolaan air minum yang dikehendaki. Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas yang mempunyai fungsi perencanaan dan pelaksanaan. Struktur organisasi PDAM seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Dalam sistem penyediaan air minum kemampuan manajemen dan teknik sangat diperlukan, sehingga kualifikasi personil tingkat pimpinan harus mencerminkan hal tersebut. Jumlah personil sub bagian harus cukup memadai sesuai dengan lingkup tugasnya, termasuk
operator pompa dan pengawas-pengawas distribusi yang ada.
4.2.3 Permasalahan yang Dihadapi
4.2.3.1 Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Minum
Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum adalah memenuhi kebutuhan air minum penduduk Kota Pasuruan. Lebih spesifik lagi diutamakan pada pengembangan PDAM Kota Pasuruan. Program Pengembangan PDAM Kota Pasuruan terakhir disusun dalam Bentuk “Master Plan Air Minum Kota Pasuruan Tahun 2007” yang disusun oleh Bappeda Kota Pasuruan. Master Plan ini berisi rencana pemenuhan kebutuhan air minum 10 tahun ke depan (2017)
4.2.3.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada Unit Air Baku dan Unit Produksi
1. Unit produksi mata air Umbulan.
2. Unit Produksi Plered.
- Dengan tidak beroperasinya sumur bor 2, total pasokan adalah 68,2 l/detik dan total pemompaan 92 l/detik sehingga pompa distribusi tidak bisa beroperasi 24 jam.
- Dengan kondisi ini dapat diperhitungkan waktu pengisian reservoir kembali agar sistem dapat beroperasi yaitu 3 jam dengan data sebagai berikut;
 Pasokan 3 sumur bor 68.2 l/det = 5.892 m3/hari
- Sumur 2 kapasitas produksinya sudah tidak layak karena effisiensi sangat rendah (diperkirakan sudah dibawah 50%)
- Beban daya listrik menjadi pertimbangan
Permasalahan Pada Jaringan Transmisi dan Distribusi
 Usia Teknis Pipa
- Sebagian perpipaan PDAM Kota Pasuruan merupakan pipa lama (1917), ditinjau dari umur teknisnya, pipa tersebut sudah tidak layak pakai.
- Kondisi pipa saat ini liningnya sudah tidak ada dan dinding pipa bagian bawah banyak yang bocor karena tergerus aliran air.
- Beberapa bagian dinding pipa sudah mengerak dan kemasukan akar pohon, sehingga diameter mengecil yang mengakibatkan terjadinya headloss dalam pipa yang cukup tinggi.
 Perubahan fungsi pipa transmisi
- Pipa transmisi sudah berubah fungsi dengan banyaknya tapping pada jalur pipa tersebut sehingga berpengaruh pada penurunan debit dan tekanan pompa.
- Adanya keluhan dari pelanggan mengenai tidak lancarnya air PDAM mengindikasikan bahwa ada tekanan yang hilang pada jaringan pipa transmisi dan distribusi utama. Hal-hal semacam ini bisa diakibatkan, diantaranya:
o Adanya kemungkinan pipa yang memipih, karena posisi pipa lama yang sekarang sudah berada di tengah jalan, sehingga tidak mampu menahan beban luar pipa.
o Adanya kemungkinan pengendapan yang terjadi di dalam pipa, akbibat usia pipa atau kebocoran pada aliran tekanan rendah yang mengakibatkan zat-zat dari luar pipa masuk kedalam pipa PDAM.
 Kapasitas jaringan
Berdasarkan evaluasi kapasitas jaringan khususnya pada daerah pelanggan tidak puas (misalnya : wilayah kota bagian utara) diperkirakan bahwa umumnya pada daerah tersebut diameter pipa terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah pelanggan.
 Penataan jaringan
Umumnya diameter pipa tapping kecil sehingga apabila ada pengembangan pelayanan diperlukan tapping baru sebab diameter pipa tapping lama kapasitasnya tidak mencukupi. Banyak dijumpai tapping untuk satu daerah pelayanan lebih dari satu. Atau dapat dikatakan bahwa jaringan perpipaan tidak tertata dengan baik.
 Lokasi penanaman pipa lama
Dengan adanya perkembangan Kota Pasuruan yang berdampak pada pelebaran jalan-jalan kota, mengakibatkan posisi penanaman pipa-pipa lama berada di tengah jalan sehingga menyulitkan dalam hal perawatan dan pemeliharaannya.
 Menara air tidak berfungsi secara benar sebab pengisian air hanya dapat dilakukan
pada malam hari. Hal ini disebabkan adanya banyak tapping pada jaringan transmisi. Pemanfaatan kembali menara air dapat dilakukan dengan menutup semua tapping pada pipa transmisi, dimana pelayanan akan dilakukan dengan memasang pipa service.
Permasalahan Pada Unit Pelayanan
Permasalahan yang timbul pada sambungan pelanggan secara umum meliputi :
 Kehilangan air
Berdasarkan besarnya air produksi dibandingkan dengan air terjual dapat diketahui besarnya kehilangan air yang terjadi pada sistem distribusi. Selain kebocoran pada pipa, kehilangan air kemungkinan juga terjadi pada sambungan pelanggan, misalnya pencurian air (sambungan liar), kesalahan pencatatan meter dan sebagainya.
 Air PDAM tidak lancar
Pada beberapa wilayah pelayanan PDAM Kota Pasuruan, khususnya wilayah pelayanan bagian utara, aliran air tidak lancar.
 Kemampuan produksi
 Tingkat pelayanan
Permasalahan Kebocoran
 Kasus kebocoran yang harus ditangani oleh PDAM Kota Pasuruan cukup tinggi, termasuk indikasi adanya sambungan liar pada jaringan pipa PDAM.
 Sebagian besar instalasi PDAM Kota Pasuruan sudah dipasang sejak zaman Belanda
yang kemungkinan kondisinya saat ini sudah rusak.
 Dengan adanya perkembangan Kota Pasuruan yang berdampak pada pelebaran dan
perubahan fungsi jalan kota, mengakibatkan posisi penanaman pipa-pipa lama berada di tengah jalan sehingga menyulitkan dalam hal perawatan dan pemeliharaannya. Selain itu akibat peningkatan fungsi jalan juga mengakibatkan peningkatan beban jalan, sehingga beban pipa juga meningkat.
4.2.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 4.2.4.1 Analisa Kebutuhan Prasarana Air Minum Analisa Kebutuhan Air
Kebutuhan air dibagi menjadi tiga yaitu kebutuhan air domestik, kebutuhan air non-domestik dan kebutuhan air total. Kebutuhan air non-domestik yang dimaksud adalah kebutuhan air minum yang diperlukan untuk keperluan rumah tangga. Pelayanan air minum untuk rumah tangga dilakukan melalui dua cara yaitu sambungan rumah (SR) dan KU (Kran Umum). SR yaitu pelayanan air minum secara individual per rumah tangga, sedangkan KU adalah pelayanan air minum secara komunal. Pelayanan dengan menggunakan air HU sebesar 40% dari total Kepala Keluarga yang ada pada setiap dusun, hal ini disebabkan oleh kondisi air tanah untuk area pelayanan tersebut masih cukup baik serta belum semua warga mampu untuk mengajukan pemasangan SR. Banyaknya kebutuhan air non domestik ini disesuaikan dengan banyaknya fasilitas umum yang ada di Kota Pasuruan. Tabel dibawah ini menyajikan perhitungan kebutuhan air non domestik untuk kota Pasuruan secara keseluruhan mulai tahun 2008 sampai 2017.
Tabel 4.15
Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik per Fasilitas
Fasilitas Jumlah beban
Kesehatan(Rumah Sakit) 155(bed) 500/bed 77500
Kesehatan(Puskesmas/BKIA) 5(bed) 25/bed 125
Tempat Ibadah 10(org) 25/org 250
Terminal 100(org) 15/org 1500
Pendidikan 400(murid) 15/org 6000
Pelayanan Umum 50(org) 15/org 750
Perdagangan per m2 5/m2 _ tergantung luasan
industri 80(org) 10/org 800
Tabel 4.16
Proyeksi Kebutuhan Air Total
No Uraian Satuan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Penduduk Orang 166 167073 168001 168934 169872 170816 171765 172720 173680 174645 175616
74 Domestik
Prosentase Pelayanan % 53.7 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74
JmI penduduk terlayani Orang 89280 93561 97440 101360 105321 109322 113365 117449 121576 125744 129956
1 Sambungan Rumah SR)
Prosentase pelayanan % 42.4 46 49 51 54 57 59 62 65 67 70
JmI penduduk terlayani Orang 70380 76853 82320 86156 91731 97365 101341 107086 112892 117012 122931
Penduduk/sambungan Orang 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah Sambungan Unit I 4076 I 53/ I 16464 1/231 18346 I 94/3 20268 21417 22578 23402 24586
Unit Konsumsi I/orang/hari 110.89 120 120 120 120 120 120 120
^
120 120 120
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 90 107 114 120 127 135 141 149 157 163 171
2 Kran Umum (KU)
Prosentase % 11 10 9 9 8 7 7 6 5 5 4
JmI penduduk terlayani Orang 18900 16707 15120 15204 13590 11957 12024 10363 8684 8732 7025
Penduduk /sambungan Orang 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah Sambungan Unit 189 167 151 152 136 120 120 104 87 87 70
Unit Konsumsi I/orang/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 7 6 5 5 5 4 4 4 3 3 2
No Uraian Satuan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Unit Pemakaian I/unit/hari 46500 46500 46500
_
46500 46500 46500 46500 46500 46500 46500 46500
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54
Prosentase Pemakaian % 0.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
4
Kesehatan (Puskesmas, BKIA, Apotik)
Jumlah Pelanggan Unit 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90
Unit Pemakaian I/unit/harl 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 0.1013 0.1042 0.1071 0.1100 0.1128 0.1157 0.1186 0.1215 0.1244 0.1273 0.1302
Prosentase Pemakalan % 0.0371 0.0462 0.0487 _ 0.0517 0.0508 0.0501 0.0498 0.0491 0.0484 0.0481 0.0475
5 Tempat Ibadah
Jumlah Pelanggan Unit 70 71 71 72 72 73 73 74 74 75 75
Unit Pemakaian I/unit/hari 250 250 250 250 250 250 250 250 ^ 250 250 250
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 0.203 0.205 0.205 0.208 0.208 0.211 0.211 0.214 0.214 0.217 0.217
Prosentase Pemakaian % 0.0742 0.0912 0.0935 0.0979 0.0939 0.0914 U.0886 0.0864 0.0833 0.0820 0.0791
6 Terminal
Jumlah Pelanggan Unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Unit Pemakaian I/unit/hari 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017
Prosentase Pemakaian % 0.0064 0.0077 0.0079 0.0082 0.0078 0.0075 0.0073 0.0070 0.0068 0.0066 0.0063
7 Sekolah
Jumlah Pelanggan Unit 192 192 192 193 193
~
194 194 195 195 196 196
Unit Pemakaian I/unit/hari 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000
Pemakaian Rata-Rata liter/detik 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14
No Uraian Satuan Tahun
Jumlah Pelanggan Unit 217827 219245 220245 221245 221827 223245 226245 227259 228241 229824 231548
No Uraian Satuan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kebutuhan OM (7.5 %) liter/detik 22.425 21.30375 20.23856 19.22663 18.265303 17.35204 16.48444 15.660214 14.8772 14.13334 13.4267
Total Produksi liter/detik 276.575 262.74625 249.6089 237.1285 225.27207 214.0085 203.308 193.14264 183.4855 174.31 12 165.596
Defisit/Surplus liter/detik 4 37 30 24 3 -17 -35 -55 -74 -90 -109
4.2.4.2 Analisa Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
Analisis ini menjelaskan tinjauan sistem prasarana dan sarana air minum yang telah ada baik dari unit air baku, transmisi, produksi, dan distribusi. Permasalahan yang terjadi pada unit produksi terutama adalah permasalahan mengenai produktivitas pemanfaatan instalasi produksi dan penyebab menurunnya kapasitas produksi dibandingkan dengan kapasitas yang terpasang. Pada sumber air eksisting pada sumber air Umbulan memiliki kapasitas terpasang sebesar 165 I/det melalui bangunan penangkap air (broncaptering). Selain digunakan oleh PDAM Kota
Pasuruan, sumber air Umbulan juga digunakan oleh PDAM Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan dan Sidoarjo. Sedangkan pada sumber air Pleret yang memiliki 4 buah sumur bor yang dibuat pada tahun 1987 dan 1998 saat ini kondisinya tinggal 3 unit yang masih beroperasi yang masing-masing mengalami penurunan debit, sehingga kapasitas terpasang pada saat ini tinggal ± 40 I/det dari semula ± 75 I/det untuk tiap sumurnya. Permasalahan yang terjadi di unit produksi Pleret ini adalah debit sumber semakin mengecil, sehingga menghambat pelayanan air bersih kepada pelanggan.
Efisiensi produksi mengindikasikan rasio antara kapasitas optimal dan kapasitas terpasang. Semakin besar angka rasio tersebut semakin mampu sistem produksi beroperasi sesuai perencanaan produksi. Semakin tinggi angka rasio semakin tinggi fleksibilitas sistem produksi dalam menanggapi perubahan output. Kapasitas produksi dari unit produksi di PDAM rata-rata tiap IKK mengalami penurunan, bahkan ada yang sudah tidak mampu berproduksi lagi (produktivitas = 0%), seperti yang terjadi di salah satu sumur bor Pleret. Hal ini disebabkan oleh penurunan kapasitas debit yang ada. Secara keseluruhan di PDAM Kota Pasuruan, nilai produktivitas pemanfaatan instalasi produksi dalam 3 tahun terakhir rata-rata adalah 63,22%. Pada tahun 2004 efisiensi produksi cukup tinggi yaitu sebesar 64,72% dan tahun 2005 meningkat menjadi 68,09%, akan tetapi pada tahun 2006 efisiensi produksi PDAM menjadi 56,84%. Kondisi sistem transmisi dan distribusi di PDAM Kota Pasuruan secara umum sudah cukup baik. Namun masih ada beberapa sistem distribusi yang perlu diperbaiki, khususnya pada jaringan perpipaan yang mengalami kebocoran akibat kondisi pipa yang sudah cukup tua.
4.2.5 Sistem Prasarana yang Diusulkan 4.2.5.1 Sistem Perpipaan