BAB IV CAPAIAN KERJA KOORDINASI STRATEGIS REFORMA AGRARIA NASIONAL TAHUN
4.1 Intervensi Kebijakan
4.1.2 Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform
Reforma agraria dilakukan melalui penataan penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan penggunaan tanah. Hal ini dilakukan karena salah satu isu yang masih dihadapi hingga saat ini adalah ketimpangan dalam pemanfaatan sumber daya alam termasuk tanah dimana sebagian kecil masyarakat menguasai sebagian besar aset tanah dan sebaliknya sebagian besar masyarakat terutama petani menguasai sebagian kecil aset tanah. Dalam arti sempit, reforma agraria dilakukan melalui redistribusi tanah dan sertipikasi tanah serta program pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat penerima aset tanah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan pelaksanaan reforma agraria antara lain UUD 1945 Pasal 33 ayat 3, UU No. 5/1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), TAP MPR No. IX/2001 yang menyatakan pemanfaatan bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan yang terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Arahan kebijakan terkait dengan reforma agrarian melalui redistribusi tanah juga tercantum dalam Nawacita (9 Program Prioritas) Pemerintahan Jokowi-JK yakni “…. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar" dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan; peningkatan layanan kesehatan masyarakat dengan menginisiasi kartu "Indonesia Sehat"; Serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 Juta Hektar; program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta Jaminan Sosial untuk seluruh rakyat di tahun 2019 …”. Selanjutnya dituangkan juga dalam RPJMN 2015-2019 ditetapkan menjadi salah satu kebijakan nasional yaitu redistribusi tanah dan access reform (program pemberdayaan masyarakat).
Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan redistribusi tanah antara lain: pasca redistribusi tanah belum disertai dengan pemberian akses sumber daya yang cukup kepada masyarakat, data rencana pelepasan kawasan hutan sebagai tanah obyek reforma agraria (TORA) belum tersedia dengan baik, pelaksanaan reforma agraria belum dipahami secara baik oleh semua sektor terkait baik di pusat maupun di daerah. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan sinergi antar sektor terkait dalam menyiapkan TORA
26 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas
Beberapa stakeholder yang terkait antara lain: Kementerian Agraria dan Tata Ruang; Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; Kementerian Pertanian; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Pemerintah Daerah (provinsi/kab/kota); beberapa unit kerja di lingkungan Kementerian PPN/ Bappenas.
A. Rencana
Berdasarkan uraian di atas terkait dengan Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform, Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria pada tahun anggaran 2017 telah menetapkan beberapa target kegiatan sebagai berikut:
1. Terselenggaranya sosialisasi pelaksanaan reforma agraria.
2. Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan Reforma Agraria. 3. Tersedianya data lokasi pelepasan kawasan hutan untuk TORA. 4. Tersedianya data program K/L dalam pelaksanaan akses reform. 5. Tersedianya Perpres Reforma Agraria.
B. Capaian
Pelaksanaan kegiatan koordinasi yang telah dilakukan selama satu tahun menghasilkan beberapa pencapaian sebagai berikut:
1. Sosialisasi Reforma Agraria
Reforma Agraria merupakan salah satu janji presiden dalam Nawacita dan RPJMN 2015-2019 dengan target sebesar 9 Juta Ha. Pelaksanaan reforma agraria meliputi asset reform dan access reform. Asset reform dilakukan melalui kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi (sertipikasi) aset tanah. Pelaksanaan access reform dilakukan oleh K/L terkait dan pemerintah daerah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan reforma agraria diharapkan masyarakat yang mendapatkan bantuan sertifikat dapat meningkat kesejahteraannya dengan bantuan dari K/L dan memiliki tanah yang sudah bersertifkat.
Dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018, Reforma Agraria merupakan salah satu Program Prioritas yang termasuk dalam Prioritas Nasional Pengembangan Wilayah. Berdasarkan konstelasi Prioritas Nasional, Program Prioritas Reforma Agraria terdiri dari 5 Kegiatan Prioritas yaitu (i) Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria, (ii) Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek Reforma Agraria, (iii) Kepastian Hukum dan Legalisasi atas Tanah Obyek Reforma Agraria, (iv) Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi atas TORA, dan (v) Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat dan Daerah.
Selanjutnya masing-masing kegiatan prioritas tersebut dibagi lagi menjadi proyek prioritas nasional (level 3). Berikut dijelaskan masing-masing kegiatan prioritas dari program prioritas reforma agraria tersebut.
REFORMA
AGRARIA
4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi atas TORA 1. Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria 2. Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek Reforma Agraria 3. Kepastian Hukum dan Legalisasi atas Tanah Obyek Reforma Agraria 5. Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat dan Daerah Gambar 4.4Program Prioritas Reforma Agraria dalam RKP 2018
- Kem. ATR/BPN; - KLHK;
- Kementan; - Kemen ESDM; - Kemen Desa, PDTT; - KKP;
- Kemen.PUPR; - Kemendagri; - Kemenhub; - Setkab - Setneg
- Kem. ATR/BPN; - KLHK - Kemen BUMN - Kementan
- Kemen.PUPR; - Kemen Kop & UKM - Kemenhub - Kemen Desa, PDTT - Kemen ESDM - KKP
- Kemen PUPR - Kemendagri - Setkab
- Kemen Kum HAM
- Kem. ATR/BPN; - KLHK;
- Kementan; - Kemen Kop & UKM; - Kemen Desa, PDTT; - KKP;
- Kemen.PUPR; - Kemendagri
- LIPI - BPPT
- Kemendag
- Kem. ATR/BPN; - KLHK;
- Kementan; - Kemen Kop & UKM; - Kemen Desa, PDTT; - KKP;
- Kemen.PUPR; - Kemendagri
- Kem. ATR/BPN; - KLHK;
- Kementan; - Kemen Kop & UKM; - Kemen. Desa, PDTT; - KKP;
- Kemen. PUPR; - Kemendagri - Kemen. PAN-RB - BIG
- LAPAN - Kemen Keuangan
PROGRAM PRIORITAS KEGIATAN
28
Kepastian Hukum dan Legalisasi atas Tanah Obyek Reforma
Agraria
PROGRAM PRIORITAS REFORMA AGRARIA
Kegiatan Prioritas
Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria
Proyek Prioritas
Reviu Peraturan Perundangan Untuk Mendukung Pelaksanaan Reforma Agraria Penyelesaian Konflik Agraria Mengidentifikasi dan Memverifikasi Kasus-kasus Konflik Agraria Struktural
di Berbagai Sektor Strategis Menganalisa dan Menyusun
Pendapat Hukum serta Merekomendasikan Penyelesaian
Kasus Konflik Agraria
Melakukan Review terhadap Hak/Ijin Usaha serta Merubah Tata Batas
Kawasan Hutan untuk Rakyat Koordinasi dan Supervisi dengan K/L
dalam Menjalankan Rekomendasi Penyelesaian Kasus-kasus Konflik
Agraria
Mediasi dan ADR Lainnya untuk Mempercepat Penyelesaian Konflik
Agraria di Semua Sektor Strategis
Kegiatan Prioritas
Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek Reforma
Agraria
Proyek Prioritas Inventarisasi P4T dan Identifikasi
tanah obyek reforma agraria Identifikasi Kawasan Hutan yang akan
Dilepaskan
Identifikasi dan Redistribusi HGU habis dan tanah terlantar Identifikasi tanah milik untuk legalisasi aset masyarakat miskin
Identifikasi dan pengembangan kelembagaan subyek penerima
manfaat reforma agraria
Kegiatan Prioritas
Proyek Prioritas
Perbaikan proporsi petugas ukur dan pemetaan serta petugas reforma
agraria di Kab/Kota Peningkatan cakupan peta dasar
pertanahan
Peningkatan cakupan bidang tanah bersertipikat melalui legalisasi aset (PRONA, sertipikasi lintas sektor)
terutama bagi rakyat miskin
Publikasi tata batas kawasan hutan
Legalisasi untuk penguatan hak bersama atas TORA hasil redistribusi
Legalisasi untuk tanah transmigrasi
Sosialisasi peraturan terkait adat/ulayat dan legalisasi pengakuan
wilayah adat
Kegiatan Prioritas
Pemberdayaaan Masyarakat dalam Penggunaan, Pemanfaatan
dan Produksi atas TORA
Proyek Prioritas Koordinasi lokasi dan target pemberdayaan serta perencanaan
tata guna pada TORA Penyediaan, dan pengembangan teknologi sarana-prasarana dalam
produksi dan pengolaan hasil pertanian, peternakan dan
perkebunan
Penyediaan bantuan permodalan dan pengembangan kelembagaan petani
untuk akses modal usaha Penyediaan bantuan pendampingan
dan pembangunan infrastruktur untuk perbaikan ekosistem dan
produksi pada TORA
Interkoneksi dengan dunia usaha dan pemasaran hasil produksi Sekolah lapang petani subyek penerima manfaat reforma agraria untuk perbaikan tata guna tanah dan
produksi
Kegiatan Prioritas
Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat
dan Daerah
Proyek Prioritas Penyediaan Pedoman teknis
dalam kerangka RA Pembentukan dan operasionalisasi gugus tugas pelaksanaan Reforma Agraria
di Tk. Pusat Pembentukan dan operasionalisasi gugus tugas pelaksanaan RA di Tk. Daerah Menyusun Prioritas Lokasi Bagi Penyediaan Tanah untuk
Kepentingan umum
Tabel 4.5
Sebagai salah satu janji presiden dalam nawacita dan RPJMN 2015-2019, maka Reforma Agraria perlu disosialisasikan kepada stakeholder terkait, baik pusat dan daerah. Pada tahun 2017 Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional telah menyusun bahan sosialisasi reforma agraria, dan kemudian bahan sosialisasi reforma agraria tersebut diitegrasikan dengan sosialisasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018.
Sosialisasi dilakukan karena selama ini masih banyak stakeholder baik pusat dan daerah belum memahami dengan benar mengenai maksud kegiatan reforma agraria. Beberapa hal yang masuk dalam bahan sosialisasi tersebut antara lain adalah: program prioritas dan masing-masing kegiatan prioritasnya; konsep reforma agraria; skema pembagian target reforma agraria; skema koordinasi lokasi pelaksanaan reforma agraria (aset mengikuti akses dan akses mengikuti aset); tabel kendali skema pelaksanaan kegiatan; pembagian peran masing-masing pihak dalam pelaksanaan reforma agraria; tabel kendali capaian pelaksanaan kegiatan. Pada tahun 2017, pelaksanaan sosialisasi reforma agraria dilakukan pada 3 (tiga) provinsi yaitu: Sulawesi Tengah, Aceh, dan Lampung yang melibatkan Biro Perencanaan dan Kerjasama-Kementerian ATR/BPN, organisasi perangkat daerah (OPD) Kanwil BPN dan Kantor Pertahanan setempat.
Kegiatan sosialisasi reforma agraria di Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan di Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tengah dengan peserta kegiatan yang hadir yaitu Kantah Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah, Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Sulawesi Tengah, dan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah. Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam kegiatan sosialisasi di Provinsi Sulawesi Tengah antara lain: stakeholder terkait pelaksanaan reforma agraria belum memahami dengan baik konsep pelaksanaan reforma agraria, sehingga membutuhkan waktu untuk mempelajari dan memahami konsep pelaksanaan reforma agraria; koordinasi lintas sektor belum berjalan dengan baik; dan sejauh ini pelaksanaan reforma agraria sudah dilakukan di Provinsi Sulawesi Tengah namun masih dalam skala kecil dan sporadis.
Sosialisasi reforma agraria di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan di Kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara dengan peserta kegiatan yang hadir yaitu Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kelautan dan Perinakan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara. Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam kegiatan sosialisasi reforma agraria di Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain: koordinasi lintas sektor belum berjalan dengan baik, Dinas kesulitan mendapatkan data masyarakat penerima asset reform dari BPN untuk dapat menindaklanjuti dengan kegiatan access reform; masyarakat penerima PRONA banyak yang merasa keberatan dengan adanya pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Kementerian ATR/BPN
30 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas
untuk mendapatkan sertipikat HAT; Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bidang pertanahan di Provinsi Sulawesi Tenggara membutuhkan alokasi dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan reforma agraria.
Sosialisasi reforma agraria di Provinsi Aceh dilaksanakan di Kantor Wilayah BPN Provinsi Aceh yang dihadiri oleh Kantah Kab/Kota di Provinsi Aceh dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh. Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam kegiatan sosialisasi reforma agraria di Provinsi Aceh antara lain: koordinasi lintas sektor belum berjalan efektif antara BPN dengan Bappeda serta dinas terkait lainnya untuk pelaksanaan access reform; salah satu lokasi reforma agraria yang sudah sukses dilaksanakan di Kabupaten Aceh Jaya; BPN Provinsi Aceh mengalami kendala terkait wawasan dan link yang kurang luas untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan, Kementerian ATR/BPN diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan lokakarya interkoneksi dunia usaha.
Kegiatan sosialisasi reforma agraria di Provinsi Lampung dilaksanakan di Kantor Bappeda Provinsi Lampung yang dihadiri oleh Kantah BPN Kab/Kota di Provinsi Lampung dan SKPD terkait reforma agraria di Provinsi Lampung. Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi reforna agraria di Provinsi Lampung antara lain: Koordinasi antar stakeholder terkait untuk pelaksanaan reforma agraria masih sangat kurang, Bappeda diharapkan dapat mengkoordinasikan kegiatan Reforma Agraria secara optimal sehingga kondisi masyarakat di Lampung dapat berkembang dengan adanya kegiatan legalisasi aset untuk menambak modal usaha; Dinas Pertanian Provinsi Lampung kesulitan mencari subyek obyek kegiatan pra-sertipikasi ditahun 2018 karena berkurangnya kepercayaan masyarakat pada kegiatan sertipikasi yang disebabkan oleh pelaksanaan sertipikasi di tahun 2017 tidak mengakomodir seluruh hasil kegiatan pra-sertipikasi pertanian di tahun 2016; pra-sertipikasi tanah transmigrasi terkendala oleh belum adanya HPL pada sebagian besar lokasi tanah transmigrasi; Tim Gugus Tugas Reforma Agraria di daerah diharapkan dapat segera terbentuk dan berjalan efektif untuk mempercepat pelaksanaan reforma agraria.
Beberapa catatan dalam pelaksanaan sosialisasi reforma agraria antara lain: koordinasi pelaksanaan reforma agraria masih belum berjalan dengan baik di daerah, adanya OPD Pertanahan belum memberikan efek yang baik karena kurangnya anggaran dan belum mengerti tugas dan tanggung jawab OPP Pertanahan tersebut, banyak Kementerian/Lembaga yang memiliki bantuan pemberdayaan, namun belum ada pihak yang memasangkan bantuan pemberdayaan tersebut dengan bantuan sertifikat dari BPN, dan Peta rencana pelepasan kawasan hutan dari kehutanan masih belum diinformasikan kepada Kanwil dan Kantah BPN sehingga menyulitkan dalam melakukan perencanaan untuk kegiatan PRONA dan rencana redistribusi tanah.
2. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Reforma Agraria Nasional Tahun 2017
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Reforma Agraria bertujuan untuk mengurangi ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T), serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin (petani). Reforma agraria dilaksanakan melalui pemberian Asset Reform dan Access Reform. Secara nasional dalam RPJMN 2015-2019, reforma agraria ditargetkan sebesar 9 juta hektar yang terdiri atas (i) legalisasi aset sebesar 4,5 juta hektar dan (ii) redistribusi tanah sebesar 4,5 juta hektar. Tanah-tanah tersebut diredistribusikan kepada masyarakat miskin terutama petani yang tidak memiliki tanah (landless). Secara umum skema reforma agraria dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: RPJMN 2015-2019
Gambar 4.5
Target Reforma Agraria dalam RPJMN 2015-2019
Berdasarkan skema reforma agraria di atas diperoleh bahwa kegiatan legalisasi aset dan redistribusi tanah (belum termasuk pelepasan kawasan hutan) baru tercapai sekitar 15,56% dari total 9 juta Ha (Sumber: Kementerian ATR/BPN, Oktober 2017). Persentase ini hanya berasal dari capaian legalisasi aset melalui sertipikasi tanah transmigrasi sebesar 32.820 Ha (31.712 bidang) dan PRONA sebesar 997.774 Ha (5.039.314 bidang), serta capaian redistribusi tanah yang berasal dari HGU habis, tanah terlantar, dan tanah negara lainnya sebesar 369.787 Ha (484.072 bidang). Sebaliknya, pelaksanaan access reform (pemberdayaan masyarakat) dalam kegiatan reforma agraria pada subyek dan obyek penerima asset reform belum teridentifikasi (0%).
REFORMA AGRARIA 9 JUTA HA Legalisasi Aset
4,5 Juta Ha Redistribusi Tanah4,5 Juta Ha
Tanah Transmigrasi yang Belum Bersertipikat (0,6 Juta Ha) Sertipikasi Tanah (PRONA, Lintas Sektor) (3,9 Juta Ha)
HGU Habis dan Tanah Terlantar
(1 Juta Ha)
Pelepasan Kawasan Hutan (3,5 Juta Ha)
32 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas
Tabel 4.6
Capaian Legalisasi Aset dan Redistribusi Aset hingga Oktober 2017
No Indikator Capaian
Jumlah (Ha) Persentase (%) I Legalisasi Aset
1 Tanah Transmigrasi 32.820 Ha 5,47 %
2 PRONA, Lintor 997.774 Ha 25,58 %
II Redistribusi Tanah
1 HGU Habis dan Tanah Terlantar 369.787 Ha 36,98 %
2 Pelepasan Kawasan Hutan 0 Ha 0 %
Total Capaian 1.400.381 Ha
Rata-rata Persentase Capaian 15.56 %
(1.400.381 Ha dari 9.000.000 Ha) Sumber: Kementerian ATR/BPN, Oktober 2017
Oleh karena kondisi demikian, target kegiatan reforma agraria 9 juta hektar nampaknya akan sulit terselesaikan pada akhir tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh terlalu besarnya beban target pemerintah tahun 2018 dan 2019 untuk menyelesaikan target reforma agraria, yaitu sekitar 3.800.000 Ha pada masing-masing tahun 2018 dan 2019. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam realisasi pelaksanaan kegiatan reforma agraria, antara lain:
x Capaian pelaksanaan reforma agraria belum dapat disajikan secara spasial, sebab lokasi kegiatan belum terdefinisi secara pasti. Dengan demikian, data dan informasi capaian pelaksanaan RA masih dalam bentuk tabular.
x Koordinasi antar K/L dalam pelaksanaan reforma agraria terkait penyediaan data obyek maupun pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat belum berjalan dengan baik. Contohnya, pada pelaksanaan sosialisasi reforma agraria di Provinsi Aceh, perwakilan Bappeda Provinsi Aceh dan dinas-dinas terkait tidak ada yang hadir untuk berdiskusi mengenai cara pelaksanaan RA maupun kendala-kendala yang dapat diselesaikan secara bersama dengan stakeholder lain, kecuali dinas kelautan dan perikanan.
x Belum ada data capaian persandingan bidang-bidang tanah yang telah dilegalisasi (asset reform) dengan data program pemberdayaan masyarakat (access reform).
x Pemahaman pemerintah daerah dalam pelaksanaan reforma agraria masih berbeda-beda sehingga belum terjalin kerjasama yang baik antara Kementerian ATR/BPN dengan Pemda.
x Beberapa Kanwil/Kantah BPN masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) juru ukur pertanahan untuk melaksanakan target sertipikasi tanah yang cukup besar (9 juta Ha).
Untuk menghadapi kendala realisasi pelaksanaan kegiatan reforma agraria tersebut, terdapat beberapa upaya penyelesaian tantangan dan kendala yang perlu dilakukan, antara lain.
x Membentuk kelompok kerja (pokja) koordinasi reforma agraria di tingkat pusat yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan secara teknis dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN. Pokja koordinasi reforma agraria ini terdapat dalam SK Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 73 Tahun 2017 tentang Reforma Agraria. Dalam SK ini, tim reforma agraria dibagi menjadi 3 (tiga) pokja, yaitu 1) pokja pelepasan kawasan hutan dan perhutanan sosial; 2) pokja legalisasi dan redistribusi tanah obyek reforma agraria (TORA); dan 3) pokja pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sementara, untuk kedepannya direncanakan pembentukan gugus tugas di seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Gugus tugas ini akan menyiapkan data capaian pelaksanaan reforma agraria (asset reform dan access reform) dan rencana pelaksanaan secara spasial dan tabular. Salah satu daerah yang sudah membentuk gugus tugas RA adalah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
x Mempercepat penerbitan Raperpres Reforma Agraria sebagai salah satu payung hukum pelaksanaan reforma agraria.
x Mendorong Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mempercepat pelepasan kawasan hutan yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber tanah obyek reforma agraria.
x Mendorong daerah (Kanwil dan Kantah) untuk mengidentifikasi calon lokasi Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) untuk selanjutnya dapat diusulkan untuk dilepaskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
x Meningkatkan proporsi jumlah SDM juru ukur pertanahan di daerah untuk melaksanakan target sertipikasi tanah. Peningkatan jumlah SDM juru ukur pertanahan ini telah terealisasi sebanyak 800 orang melalui mekanisme seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang diselenggarakan sejak bulan September hingga Desember 2017.
34 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas 3. Tersedianya data lokasi pelepasan kawasan hutan untuk TORA
Reforma agraria tidak lepas dari pelaksanaan pelepasan kawasan hutan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari target 9 Juta Ha dalam RPJMN 2015-2019 dan Nawacita 4,1 Juta Ha pelaksanaan reforma agraria berasal dari kawasan hutan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan reforma agraria maka dilakukan upaya pendataan lokasi pelepasan kawasan hutan.
Pada pertengahan tahun 2017 Presiden Joko Widodo memberikan amanat percepatan pengkoordinasian Reforma Agraria kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya terkait pelaksanaan aset reform termasuk didalamnya melingkupi pelepasan kawasan hutan. Berdasarkan hasil koordinasi yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional (RAN) didapatkan beberapa hasil sebagai berikut:
a. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan hanya bersedia memberikan data spasial terkait pelepasan kawasan hutan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
b. KLHK sudah menyampaikan data pelepasan kawasan hutan untuk TORA dari rencana sebesar 4,1 juta Ha yang sudah teridentifikasi baru sekitar 750.123 Ha (data berupa shafe file) yang sudah disampaikan kepada Kementerian ATR/BPN).
c. Dari sekitar 750.123 Ha yang telah dianalisis diperoleh informasi kondisi lokasi dengan 3 kategori yaitu layak, layak perlu dikonfirmasi, dan tidak layak. Untuk kategori layak dapat dilakukan redistribusi tahun 2018 dan akan dilakukan IP4T. 4. Tersedianya data program K/L dalam pelaksanaan akses reform
Kegiatan reforma agraria secara khusus merupakan penggabungan dari kegiatan pemberian tanah kepada masyarakat (aset) dengan pemberian bantuan pemberdayaan (akses). Dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut Kementerian ATR/BPN harus berkoordinasi dengan K/L yang memiliki kegiatan pemberdayaan. Pada tahun 2017 telah dilakukan koordinasi bersama beberapa K/L diantaranya adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Desa Pengembangan daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan UKM.
Kegiatan koordinasi tersebut dilakukan dalam rangka menjelaskan reforma agraria secara detail kepada Kementerian/Lembaga sehingga K/L dapat menyiapkan data data dan mensinkronkan program serta kegiatan kedalam kerangka reforma agraria. Beberpa hal yang menjadi capaian dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi:
a. Tercapainya kesepahaman dari pihak K/L dalam memahami pelaksanaan kegiatan reforma agraria
b. Tersampaikannya informasi terkait sinkronisasi kegiatan K/L dalam kegiatan reforma agraria
Untuk pengumpulan data K/L belum dapat dilakukan mengingat gugus tugas Reforma Agraria di Kementerian ATR/BPN belum terbentuk dan Perpres Reforma Agraria hingga saat ini belum ditandatangani sehingga belum ada payung hukum yang mengikat K/L.
5. Tersedianya Perpres Reforma Agraria
Sebagai landasan hukum pelaksanaan reforma agraria maka dilakukan koordinasi penyusunan Perpres Reforma Agraria. Sesuai dengan arahan presiden Joko Widodo, maka koordinasi penyusunan perpres reforma agraria diarahkan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Penyusunan Perpres Reforma Agraria sebetulnya diarahkan untuk selesai pada tahun 2017, namun hingga saat ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang masih dalam tahap melakukan revisi atas masukan masukan tim yang turut hadir di dalam rapat. Adapun beberapa hal yang menjadi catatan dalam pelaksanaan Koordinasi Penyusunan Raperpres Reforma Agraria adalah:
1. Perlu dilakukan pemisahaan bagian yang mengatur masalah kelembagaan dengan yang mengatur aset reform, hal ini dikarenakan pelaksanaan reforma agraria melingkupi aset dan akses sehingga kelembagaan yang disusun diharapkan dapat memayungi kegiatan tersebut.
2. Perlu dilakukan penyusunan instrument instrument untuk mendapatkan tanah yang