• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform

BAB 4 CAPAIAN KERJA KOORDINASI STRATEGIS REFORMA AGRARIA NASIONAL TAHUN 2014

4.1 INTERVENSI KEBIJAKAN

4.1.2 Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform

Kebijakan redistribusi tanah dan access reform atau yang lebih dikenal sebagai reforma agraria merupakan kebijakan yang dirancang oleh Pemerintah untuk mengurangi ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan reforma agraria merupakan amanat sebagaimana tertuang dalam UUD 1945, Pasal 33 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat; UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria bahwa negara menjamin hak-hak

25 masyarakat atas bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya; serta TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang selanjutnya menetapkan prinsip-prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Pelaksanaan reforma agraria telah dilaksanakan sejak tahun 1961 hingga saat ini, namun pada periode tersebut pelaksanaan reforma agraria dinilai kurang berhasil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Beberapa kendala dalam pelaksanaan reforma agraria diantaranya : (1) kelangkaan sumber tanah objek landreform (TOL) dimana sebagian besar tanah berasal dari tanah kawasan hutan yang dapat dikonversi dan tanah terlantar; (2) pengukuran kadastral dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) belum mencakup seluruh wilayah Indonesia; (3) Data subjek (by name by address) penerima redistribusi tanah yang belum tersedia dengan baik; dan (4)pelaksanaan reforma agraria hanya dilakukan sebatas pemberian tanah atau yang lebih dikenal dengan redistribusi tanah, sehingga beberapa masyarakat penerima tanah tersebut yang sangat miskin tidak memiliki akses terhadap sumberdaya yang cukup untuk mengolah dan memanfaatkan tanah tersebut.

Reforma agraria melalui redistribusi tanah yang dilaksanakan oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional) perlu dilengkapi dengan kegiatan pemberdayaan (access reform) sehingga masyarakat yang sangat miskin sekalipun dapat mengelola lahan dengan memanfaatkan program pemberdayaan sebagai modal. Program pemberdayaan merupakan program-program dari Kementerian/Lembaga terkait yang dapat berupa pelatihan pendampingan usaha, modal usaha, bantuan pemasaran, dan lain-lain. Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi program K/L yang dapat menjadi access reforma diantaranya : i) program memberikan dampak langsung kepada masayarakat (kelompok); (ii) merupakan program yang berkaitan dan mendukung kegiatan pemanfaatan lahan.

Reforma agraria ideal yang terdiri dari redistribusi tanah atau legalisasi aset dan telah dilengkapi dengan kegiatan pemberdayaan perlu dilakukan secara masal untuk meningkatkan kesejahtarenaan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Mengingat pelaksanaan reforma agraria ideal belum pernah dilakukan maka perlu dilaksanakan suatu uji coba secara bertahap melalui pilot project. Tahapan pilot project untuk pelaksanaan reforma agraria ideal terdiri dari : (i) koordinasi lokasi; (ii) pengembangan tekhnologi pertanian; (iii) interkoneksi UKM dengan industri; dan (iv) jasa keuangan mikro. Pelaksanaan pilot project reforma agraria tahapan koordinasi lokasi TA. 2014 dilaksanakan di Provinsi Bangka Belitung dan Jawa Tengah.

A. Rencana

Terkait dengan kebijakan redistribusi tanah dan access reform, Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional pada Tahun 2014 telah menyusun beberapa kegiatan dengan target, sebagai berikut :

26 (i) Pembaharuan data tanah objek reforma agraria (TORA)/tanah objek landreform Tahun

2013 dan Tahun 2014

(ii) Pembaharuan jumlah dan sebaran tanah yang telah diredistribusi Tahun 2013 dan Tahun 2014

(iii) Teridentifikasinya sebaran tanah yang telah disertipikasi melalui kegiatan sertipikat lintas K/L Tahun 2013 dan Tahun 2014 di Provinsi Bangka Belitung dan Jawa Tengah

(iv) Teridentifikasinya kegiatan pemberdayaan masyarakat setiap instansi Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah Tahun 2013 dan Tahun 2014 di Povinsi Bangka Belitung dan Jawa Tengah

(v) Terlaksananya pilot project reforma agraria : koordinasi lokasi di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung

(vi) Tersusunnya draft pedoman pelaksanaan reforma agraria : koordinasi lokasi B. Capaian Tahun 2014

Pencapaian kegiatan koordinasi selama satu tahun menghasilkan beberapa pencapaian sebagai berikut :

(i) Tanah Objek Landrefom

Identifikasi terhadap tanah objek landreform (TOL) dilakukan berkenaan dengan rencana pelaksanaan redistribusi tanah yang akan dilakukan pada tahun berikutnya. Secara umum tanak objek landreform berasal dari penerbitan tanah terlantar dan konversi kawasan hutan. Pada Tahun 2014 teridentifikasi data objek landreform (TOL) pada lokasi pilot project reforma agrari yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung. Berikut data yang telah diperoleh dari Direktorat Landreform, Badan Pertanahan Nasional :(i) Provinsi Jawa Tengah : 1.500 bidang pada Tahun 2013, 3.000 bidang pada Tahun 2014, dan 2.000 bidang pada Tahun 2015; dan (ii) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung : 1.500 bidang pada Tahun 2013, 1.100 bidang pada Tahun 2014, sedangkan untuk data pada Tahun 2015 belum tersedia.

Tabel 4. 3

Data Tanah Objek Landreform (Tol) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 S.D 2015

No Kabupaten/ Kota Jumlah (Bidang)

2013 2014 2015

1 BANJARNEGARA 100 100

2 BATANG 141 200

3 BOYOLALI 100 240 350

27

No Kabupaten/ Kota Jumlah (Bidang)

2013 2014 2015 5 MAGELANG 200 350 300 6 CILACAP 160 7 GROBOGAN 104 8 KEBUMEN 100 9 KENDAL 10 PEKALONGAN 300 750 150 11 PEMALANG 200 200 12 PURBALINGGA 200 200 13 PURWOREJO 100 100 14 REMBANG 25 100 15 SEMARANG 218 380 300 16 SRAGEN 132 17 TEGAL 100 18 TEMANGGUNG 250 100 TOTAL 1.500 3.000 2.000

Sumber: Hasil Pengolahan Bappenas, 2014. Tabel 4. 4

Data Tanah Objek Landreform (Tol) di Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Tahun 2013 S.D 2014

No Kabupaten/ Kota Jumlah (Bidang)

2013 2014

1 BANGKA SELATAN 1.500

2 BELITUNG 1.100

TOTAL 1.500 1.100

Sumber: Hasil Pengolahan Bappenas, 2014. (ii) Tanah yang telah diredistribusi

Identifikasi terhadap yang telah diredistribusi diperlukan untuk mengetahui sebaran dan lokasi pelaksanaan program redistribusi selama ini. Data tersebut dapat menjadi basis data Kementerian/Lembaga untuk memberikan program pemberdayaan sehingga diharapkan program pemberdayaan tersebut dapat menjadi pendamping/modal untuk masyarakat dapat mengelola tanah yang telah disertipikasi. Pada Tahun 2014, Tim Koordinasi telah memperoleh data luas tanah yang telah diredistribusi di Indonesia selama 5 tahun. Berdasarkan data tersebut telah dilakukan redistribusi tanaha pada Tahun 2013 sebanyak

28 159.579 bidang tanah dengan luas 122.113,51 Ha dan pada Tahun 2014 sebanyak 133.698 bidang tanah dengan luas yang belum diketahui.

Tabel 4. 5

Data Tanah yang Telah Diredistribusi di Indonesia

Tahun Bidang Luas

2010 191.679 199.256,84

2011 156.067 129.430,12

2012 130.669 130.676,99

2013 159.579 122.113,51

2014 133.698 -

Sumber : Direktorat Landreform, Badan Pertanahan Nasional (2014)

Terkait dengan pelaksanaan pilot project reforma agraria yang dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung, teridentifikasi jumlah tanah dan sebaran tanah yang telah diredistribusi pada masing-masing provinsi dengan data sebagaimana berikut : • Provinsi Jawa Tengah

Pada Tahun 2013 telah dilakukan redistribusi 1.500 bidang tanah kepada 1.320 KK dengan luas keseluruhan 198,785 Ha, sehingga kurang lebih 1 KK menerima 0,15 Ha atau 1.500 m². Sedangkan pada Tahun 2014 telah dilakukan redistribusi 5.800 bidang tanah kepada 4.838 KK dengan luas keseluruhan 665,144 Ha, sehingga kurang lebih 1 KK menerima 0,13 Ha atau 1.300 m².

• Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pada Tahun 2013 telah dilakukan redistribusi 1.500 bidang tanah kepada 1.218 KK dengan luas keseluruhan 381,34 Ha, sehingga kurang lebih 1 KK menerima 0,28 Ha atau sekitar 2.800 m². Sedangkan pada Tahun 2014 telah dilakukan redistribusi 1.100 bidang tanah kepada 970 KK dengan luas keseluruhan 1.075,763 Ha, sehingga kurang lebih 1 KK menerima 1,10 Ha atau sekitar 11.000 m².

Tabel 4. 6

Data Tanah yang Telah Diredistribusi di Provinsi Jawa Tengah

No Kabupaten/Kota 2013 2014 Jumlah (Bidang) Penerima (KK) Luas (Ha) Jumlah (Bidang) Penerim a (KK) Luas (Ha) 1 Semarang 218 200 19,35 380 320 33,40 2 Magelang 200 161 14,15 350 229 31,26

29 No Kabupaten/Kota 2013 2014 Jumlah (Bidang) Penerima (KK) Luas (Ha) Jumlah (Bidang) Penerim a (KK) Luas (Ha) 3 Purbalingga 150 150 25,47 200 185 29,57 4 Temanggung 100 84 21,37 100 92 20,96 5 Banjarnegara 100 81 19,41 - - - 6 Sragen 132 131 16,35 - - - 7 Boyolali 100 90 9,09 240 205 21,25 8 Pekalongan 300 260 42,01 750 607 84,68 9 Brebes 100 77 15,50 150 105 19,22 10 Tegal 100 86 16,04 - - - 11 Grobogan - - - 104 98 11,72 12 Rembang - - - 25 23 7,70 13 Purworejo - - - 100 90 11,19 14 Kebumen - - - 100 94 8,30 15 Cilacap - - - 160 157 30,88 16 Batang - - - 141 120 14,08 17 Pemalang - - - 100 188 16,60 Total 1500 1320 198,785 5800 4838 665,144

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah (2014) Tabel 4. 7

Data Tanah yang Telah Diredistribusi di Provinsi Bangka Belitung

No Kabupaten/Kota 2013 2014 Jumlah (Bidang) Penerima (KK) Luas (Ha) Jumlah (Bidang) Penerima (KK) Luas (Ha) 1 Belitung - - - 1.100 970 1075,763 2 Bangka Selatan 1.500 1.218 381,34 - - -

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(iii) Tanah yang telah disertipikasi melalui kegiatan sertipikasi lintas K/L

Selain itu, dilakukan juga identifikasi terhadap data sebaran tanah yang telah disertipikasi pada tahun 2013 pada lokasi pelaksanaan pilot project reforma agraria di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung. Data sebaran tanah yang telah disertipikasi melalui sertipikat lintas sektor diperlukan untuk mengetahui lokasi pelaksanaan program tersebut sehingga data tersebut dapat menjadi basis data K/L untuk melaksanakan program pemberdayaan. Berdasarkan hasil identifikasi pada Tahun 2012 dan 2013, Provinsi

30 Jawa Tengah dan Provinsi Bangka Belitung melaksanakan sertipikasi melalui sertipikasi lintas K/L dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4. 8

Data Capaian Sertipikasi Lintas K/L di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung Tahun 2012-2013 No Sertipikasi Lintas K/L Jawa Tengah (Bidang) Bangka Belitung (Bidang) 2012 2013 2012 2013

1 Kementerian Kelautan dan Perikanan

2.200 1.500 450 500

2 Kementerian Pertanian 2.400 2.000 532 -

3 Kementerian Perumahan Rakyat 1.150 1.150 300 - 4 Kementerian Koperasi dan UKM 2.200 2.200 597 450 5 Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

- - 1.000 -

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah dan Kanwil BPN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(iv) Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah

Identifikasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah diperlukan untuk mendukung pelaksanaan redistribusi tanah dan legalisasi aset (asset reform), sehingga masyarakat penerima tanah dapat mengolah tanah tersebut dengan optimal. Identifikasi kegiatan pemberdayaan masyarakat pada lokasi pilot project di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung dilakukan oleh masing-masing Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Provinsi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut diperoleh data pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :

o Provinsi Jawa Tengah :

- Dinas Pertanian (realisasi Tahun 2013 dan 2014)

1. Optimalisasi lahan (paket saprodi pupuk, benih, pestisida) (Tahun 2013) 2. Optimalisasi lahan (paket saprodi pupuk, benih, pestisida) (Tahun 2014) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (rencana Tahun 2015)

1. Pengembangan alat dan mesin peternakan (Tahun 2015) 2. Pengembangan kawasan sapi potong (Tahun 2015) 3. Pengembangan kawasan sapi perah (Tahun 2015) 4. Pengembangan kawasan kambing (Tahun 2015) 5. Pengembangan kawasan domba (Tahun 2015) 6. Pengembangan kawasan kelinci (Tahun 2015)

31 7. Pengembangan kawasan ayam buras (Tahun 2015)

8. Pengembangan kawasan itik (Tahun 2015)

9. Pengembangan kawasan perbibitan sapi potong betina (Tahun 2015) 10. Pengembangan kawasan perbibitan ternak sapi perah (Tahun 2015) 11. Pengembangan kawasan perbibitan ternak kambing/domba (Tahun 2015) 12. Pengembangan kawasan perbibitan ternak ayam (Tahun 2015)

13. Pengembangan kawasan perbibitan ternak itik (Tahun 2015) - Dinas Kehutanan (realisasi Tahun 2013 dan 2014)

1. Pengembangan pengelolaan hutan bersama rakyat (Tahun 2013)

2. Pengembangan usaha hutan rakyat dan budidaya aneka usaha kehutanan (Tahun 2013)

3. Pengadaan bibit tanaman kehutanan (Tahun 2013 dan 2014)

4. Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau (Tahun 2013 dan 2014)

o Provinsi Bangka Belitung :

- Bappeda Provinsi Bangka Belitung (realisasi Tahun 2014)

1. Optimalisasi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil (Tahun 2014)

2. Pengadaan sarana dan prasarana pertanian (Tahun 2014) 3. Usaha mikro kecil menengah (Tahun 2014)

(v) Pelaksanaan pilot project reforma agraria di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung

Pilot Project Reforma Agraria di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung dilakukan dengan menggunakan konsep Refroma Agraria ideal yang terdiri dari penyediaan aset (asset) berupa tanah dan penyediaan akses (access) berupa program pendamping. Untuk melaksanakan kembali reforma agraria secara ideal maka perlu dilakukan suatu uji coba pelaksanaan yang dilakukan secara perlahan dengan beberapa tahapan pelaksanaan. Pada tahap awal, pedoman reforma agraria akan berorientasi pada pelaksanaan koordinasi lokasi. Pilot project reforma agraria : koordinasi lokasi menggunakan 2 skema pelaksanaan yaitu: (i) skema 1-akses mengikuti aset; dan (ii) skema 2-aset mengikuti akses. Pada pelaksanaan koordinasi lokasi Bappeda Provinsi memiliki peranan sebagai koordinator pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (access reform) dan Kanwil BPN Provinsi memiliki peranan sebagai koordinator pelaksanaan redistribusi tanah dan legalisasi aset. Pelaksanaan pilot project reforma agraria : koordinasi lokasi diawali dengan identifikasi data sebaran pelaksanaan asset reform (pemberian aset tanah) dan access reform (pemberian program pemberdayaan). Pada tahapan tersebut Bappeda dan BPN pada masing-masing provinsi telah menghimpun data sebaran lokasi pelaksanaan pemberian aset dan akses sesuai

32 dengan format yang dibutuhkan (data by name by address). Selanjutnya data by name by address tersebut diolah ke dalam tabel skema 1 dan skema 2, namun baik Kanwil BPN Provinsi dan Bappeda Provinsi belum dapat melaksanakan pengolahan data menjadi tabel koordinasi skema 1 dan skema 2. Menindaklanjuti hasil pilot project reforma agraria yang terkendala oleh pengolahan data sehingga menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan koordinasi lokasi tersebut maka dibutuhkan unit konsultan pada masing-masing provinsi untuk melakukan tahapan-tahapan pelaksanaan reforma agraria terutama pada pengolahan data.

(vi) Draft pedoman pelaksanaan reforma agraria : koordinasi lokasi

Pedoman pelaksaan reforma agraria merupakan output dari pelaksanaan pilot project dalam rangka pelaksanaan reforma agraria ideal diseluruh provinsi di Indonesia. Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi berbagai pihak untuk pelaksanaan reforma agraria terkait koordinasi lokasi yang meliputi skema pelaksanaan, kelembagaan, dan instrumen koordinasi. Sedangkan tujuan pedoman ini untuk memberikan arahan bagi semua pihak terkait untuk dapat melaksanakan peran masing-masing agar pelaksanaan reforma agraria : koordinasi lokasi dapat berjalan dengan baik. Draft pedoman pelaksanaan reforma agraria telah disusun dengan outline sebagai berikut :

Gambar 4. 13

Outline Draf Pedoman Pelaksanaan Reforma Agraria

Sumber: Hasil Pengolahan Bappenas, 2014.

Pelaksaan reforma agraria pada tahun anggaran berikutnya atau TA 2015 akan difokuskan pada pelaksanaan pilot project reforma agraria secara serentak yang meliputi

33 koordinasi lokasi, pengembangan tekhnologi pertanian, interkoneksi UKM dengan industri, dan pengembangan jasa keuangan mikro. Hasil pelaksanaan pilot project reforma agraria tersebut selanjutkan akan dirangkum untuk penyusunan pedoman pelaksanaan pilot project reforma agraria sehingga dapat dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

Dokumen terkait