• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 CAPAIAN KERJA KOORDINASI STRATEGIS REFORMA AGRARIA NASIONAL TAHUN 2014

4.2 KOORDINASI LINTAS SEKTOR DAN DAERAH

Jumlah SDM Juru Ukur Non Juru Ukur Juru Ukur Non Juru Ukur Juru Ukur Non Juru Ukur Juru Ukur Non Juru Ukur Eksisting (2014) 200 313 513 70 860 930 3.013 16.480 15 85 1 700 300 1.000 70 860 930 3.643 15.920 19 81 2 700 300 1.000 70 860 930 4.273 15.360 22 78 3 600 400 1.000 70 860 930 4.803 14.900 24 76 4 600 400 1.000 70 860 930 5.333 14.440 27 73 5 600 400 1.000 70 860 930 5.863 13.980 30 70 6 500 500 1.000 70 860 930 6.293 13.620 32 68 7 500 500 1.000 70 860 930 6.723 13.260 34 66 8 500 500 1.000 70 860 930 7.153 12.900 36 64 9 500 500 1.000 70 860 930 7.583 12.540 38 62 10 500 500 1.000 70 860 930 8.013 12.180 40 60

Sumber : Biro Organisasi dan Kepegawaian, Badan Pertanahan Nasional (2014) (ii) Kesepakatan mekanisme pemenuhan kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan

Penyepakatan mekanisme pemenuhan kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan akan dilaksanakan dengan melibatkan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penyepakatan mekanisme pemenuhan kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran (TA) 2015 dengan mempertimbangkan pembentukan struktur organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

4.2 KOORDINASI LINTAS SEKTOR DAN DAERAH

Kegiatan koordinasi lintas sektor dan daerah merupakan salah satu upaya yang dilalakukan untuk mengatasi pemasalahan pertanahan aktual yang muncul dan dianggap strategis untuk dapat diselesaikan dengan cepat. Pada tahun 2014 terdapat 2 (dua) kegiatan koordinasi lintas sektor dan daerah yang dianggap penting untuk dapat diselesaikan, yaitu terdiri dari kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi dan kegiatan Program Agraria Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

37 4.2.1 Sertifikasi Tanah Transmigrasi

Kegiatan sertipikasi tanah transmigrasi merupakan bagian dari pelaksanaan sertipikasi lintas K/L. Selama ini pelaksanaan sertipikasi lintas K/L untuk kegiatan yang berfokus pada sertipikasi di tanah transmigrasi belum dapat berjalan secara optimal. Tidak optimalnya pelaksanaan sertipikasi tanah transmigrasi dikarenakan minimnya data dan kelengkapan persyaratan pada objek yang akan di sertipikatkan

Data dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2013) menyebutkan bahwa beban target yang harus diselesaikan terkait dengan sertifikasi tanah transmigrasi terdiri atas: (i) penerbitan sertipikat Hak Pengelolaan (HPL) seluas 311.291 hektar, dan (ii) jumlah sertipikat hak milik (HM) yang harus diterbitkan sebanyak 342.932 bidang. Sebelum diterbitkan sertipikat hak milik atas tanah, BPN harus terlebih dahulu menerbitkan sertipikat HPL. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2013 pelaksanaan sertipikasi tanah transmigrasi ditargetkan untuk sertipikat HPL seluas 30.337 hektar dan sertipikat HM 14.901 bidang. Sedangkan tahun 2014 untuk sertipikat HPL ditargetkan seluas 87.016 hektar dan sertipikat HM 73.588 bidang. Dengan demikian jumlah HPL yang perlu diterbitkan sertifikatnya berjumlah sekitar 193.938 hektar. Sedangkan jumlah bidang tanah transmigrasi yang perlu diterbitkan sertifikan Hak Milik adalah 254.443 bidang. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan capaian kegiatan sertipikasi tanah transmigrasi dengan melibatkan K/L terkait.Untuk tahun 2013 ini koordinasi lintas K/L difokuskan kepada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Hal ini karena teridentifikasi bahwa jumlah target sertipikasi tanah transmigrasi merupakan yang paling besar dikelompok kegiatan sertpikasi tanah lintas K/L. Namun demikian persentase capaian berbanding target tercatat paling rendah.

A. Rencana

Berdasarkan uraian di atas terkait sertipikasi tanah transmigrasi, Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria pada tahun anggaran 2014 telah merancang target kegiatan sebagai berikut:

(i) Tercapainya kesepakatan target sertipikasi transmigrasi;

(ii) Teridentifikasinya bentuk diskresi dalam pelaksanaan sertipikasi tanah transmigrasi pada tanah yang diproses sebelum tahun 1998;

(iii) Tersusunnya roadmap pembentukan diskresi sertipikasi tanah transmigrasi. B. Capaian Tahun 2014

Pada pelaksanaan kegiatan sertipikasi tanah transmigrasi tahun 2014 mengalami banyak kendala dan permasalahan. Tahun 2014 telah dilakukan koordinasi bersama dengan Direktorat Penyediaan Tanah Transmigrasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi; serta Badan Pertanahan Nasional; untuk mencapai kesepakatan target sertipikasi tanah transmigrasi, berdasarkan koordinasi tersebut serta kesepakatan dalam Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP) Badan Pertanahan Nasional TA. 2015 disepakati pelaksanaan sertipikasi pada tahun 2015

38 ditargetkan sejumlah 34.473 Bidang, sementara untuk tahun anggaran 2014 ditargetkan sebesar 38.246 Bidang.

Dalam pelaksanaan sertipikasi tanah transmigrasi dibutuhkan upaya lain untuk mempercepat pencapaian target sertipikasi. Untuk itu perlu disusun terobosan/diskresi untuk menyelesaikan kasus sertipikasi tanah transmigrasi. Sebagaimana diketahui terdapat beberapa sebaran tanah transmigrasi yang kemudian teridentifikasi berada dalam kawasan hutan. Guna menyepakati bentuk diskresi yang diharapkan dapat terbentuk pada tahun 2014 dilakukan koordinasi penyepakatan bentuk diskresi sertipikasi tanah transmigrasi. Berdasarkan koordinasi yang dilakukan disepakati bahwa penyusunan diskresi harus dilaksanakan dan berada dalam payung hukum tertentu agar dapat berjalan dengan optimal. Dalam pembentukan diskresi juga diperlukan penelaahan lebih jauh terkait dengan tipologi permasalahan dari 346.173 kasus tanah transmigrasi. Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang disampaikan pada bulan Agustus 2014 terkait dengan status tanah transmigrasi dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:

1. Terdapat 389 lokasi transmigrasi yang belum dilakukan Pelepasan Kawasan Hutan oleh Kementerian Kehutanan, dengan jumlah sebaran lokasi terbanyak terdapat di Papua dengan total sebaran 70 lokasi;

2. Terdapat sebaran tanah transmigrasi yang belum berstatus Hak Pengelolaan yang dibagi dalam 3 kategori, untuk tanah transmigrasi dengan masa bina <6 Tahun terdapat 126.984 Ha yang belum berstatus HPL, tanah transmigrasi dengan masa bina 7-10 Tahun terdapat 55.179 Ha yang belum berstatus HPL, sedangkan untuk tanah transmigrasi dengan status binaan lebih dari 10 tahun masih terdapat 101.424 Ha yang belum berstatus HPL. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa secara total sejumlah 283.587 Ha Tanah Transmigrasi belum berstatus HPL;

3. Terdapat 350.034 Bidang Tanah Transmigrasi yang hingga saat ini belum berstatus Hak Milik yang terdiri dari 79.274 Bidang tanah transmigrasi dengan masa binaan dibawah 6 tahun, 64.791 bidang tanah transmigrasi dengan masa binaan 7-10 tahun, dan 205.969 bidang tanah transmigrasi dengan masa binaan lebih dari 10 tahun. Tanah transmigrasi yang belum bersertipikat hak milik tersebut dimiliki oleh 256.990 Kepala Keluarga (KK). Secara terpisah, pada tahun 2014 dilakukan penyusunan Nota Kesepakatan Bersama (NKB) 4 Menteri yang disepakati oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum, dan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kesepakatan bersama tersebut tertuang dalam Peraturan Bersama Tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah Yang Berada Di Dalam Kawasan Hutan. Dalam peraturan bersama tersebut terdapat pasal yang mengatur mengenai penguasaan tanah di dalam kawasan hutan. Secara umum dijelaskan bahwa terdapat Tim IP4T yang bertugas menerima pendaftaran permohonan IP4T dan melakukan prosedur penegasan Hak dalam Kawasan Hutan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 peraturan tersebut. Dalam peraturan tersebut juga secara jelas dinyatakan bahwa bagi

39 pemohan pengajuan penegasan hak yang telah menguasai dan menggunakan bidang tanah selama 20 tahun atau lebih dapat meneruskan permohonannya melalui penegasan hak. Sementara untuk tanah yang dikuasai kurang dari 20 tahun dapat diberikan hak atas tanah dalam rangka reforma agraria sebagai mana ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya peraturan bersama 4 menteri tersebut, terkait dengan pemberian hak milik atas tanah transmigrasi yang berada dalam kawasan hutan akan mengikuti mekanisme yang dijelaskan dalam peraturan tersebut.

4.2.2 Program Nasional Agraria Daerah (PRODA) Kalimantan Timur

Program Agraria Daerah (PRODA) merupakan program bantuan pemerintah daerah untuk warga di wilayahnya yang memiliki lahan tetapi belum memiliki sertipikat. Bantuan ini menggunakan alokasi anggaran APBD yang diperuntukan bagi mereka yang kurang mampu, atau berpenghasilan rendah. Salah satu daerah yang memiliki program tersebut adalah Provinsi Kalimantan Timur.

Kegiatan PRODA di Provinsi Kalimantan Timur difokuskan kepada sertipikasi lahan pertanian yang sudah dimulai sejak tahun 2011 untuk mengembangkan usaha pertanian di Provinsi Kalimantan Timur. Hingga tahun 2012 program tersebut telah dilaksanakan di 10 kabupaten, namun terhenti di tahun 2013 karena adanya beberapa hambatan/permasalahan. Permasalahan umum yang teridentifikasi pada Tahun 2013 dalam pelaksanaan sertipikasi tanah pertanian, yaitu: (i) keterbatasan juru ukur yang ada di kantor wilayah BPN baik di kabupaten maupun di provinsi; (ii) Belum disepakatinya mekanisme pengalokasian anggaran kegiatan sertipikasi apakah melalui Bantuan Keuangan (Bankeu), Hibah, kerjasama dengan instansi pusat; dan (iii) kriteria subyek dan objek sertifikasi tanah tidak jelas (tidak ‘clean and clear’).

Menindaklanjuti temuan permasalahan pada pelaksanaan PRODA di Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2013 telah dirumuskan beberapa kesepakatan sebagai berikut: (i) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyepakati untuk mengalokasikan pendanaan dengan mekanisme Bantuan Keuangan (Bankeu) bagi pemerintah kabupaten/kota untuk biaya sertifikasi; (ii) Pemprov Kaltim akan menyusun kesepakatan/MoU dengan Kanwil BPN setempat; (iii) Pemerintah Kabupaten/Kota menyanggupi dan berkomitmen melanjutkan program sertipikasi tanah pertanian. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun 2014 meliputi Kegiatan prasertifikasi tanah pertanian dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan mempersiapkan data subjek dan objek tanah yang ‘clean and clear’ dan juga data yudiris yang valid untuk disertipikatkan di tahun anggaran berikutnya.

40 A. Rencana

Salah satu rencana kerja Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional pada tahun 2014 adalah melakukan kegiatan koordinasi Program Nasional Agraria Daerah (PRODA) di Provinsi Kalimantan Timur, dengan target capaian meliputi:

(i) Teridentifikasinya target sertipikasi Proda di Provinsi Kalimantan Timur;

(ii) Tersusunnya kesepakatan rencana pelaksanaan sertipikasi Proda di Provinsi Kalimantan Timur antara BPN dan Pemda.

B. Capaian Tahun 2014

Pelaksanaan Program Agraria Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 diagendakan dalam 2 kegiatan besar yaitu identifikasi target sertipikasi PRODA Kalimanta Timur TA. 2015 serta disepakatinya rencana pelaksanaan PRODA di Provinsi Kalimantam Timur. Menindaklanjuti hal tersebut telah dilakukan koordinasi bersama dengan Bappeda Provinsi Kalimantan Timur serta Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan koordinasi yang dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2014 yang dilaksanakan di Hotel Grand Senyiur Balikpapan telah disepakati bahwa target pelaksanaan PRODA tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 4. 10

Data Hasil Kesepakatan Target Sertipikasi Proda 2015

No Nama Kabupaten Jumlah Bidang

1. Kabupaten Kutai Timur 48 bidang

2. Kabupaten Kutai Barat 149 bidang

3. Kabupaten Kutai Kartanegara 213 bidang

4. Kabupaten Paser 100 bidang

5. Kabupaten Berau 200 bidang

6. Kabupaten Penajam Paser Utara 211 bidang

Total 921 bidang

Sumber : Bappeda Provinsi Kalimantan Timur (2014)

Penetapan target bidang yang disepakati sebagai target Proda 2015 disepakati dan ditandatangani oleh Bappeda dan atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang menyampaikan target pelaksanaan Proda 2015, selain itu kesepakatan yang dibentuk juga ditandatangani oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Timur. Target Program Agraria Daerah yang disepakati tersebut dilaksanakan pada bidang-bidang yang telah berstatus clean and clear dan siap untuk disertipikatkan pada tahun anggaran 2015.

Pelaksanaan program agraria daerah Provinsi Kalimantan Timur dengan rencana penyepakatan target dan kesepakatan telah terlaksana dan dapat dijadikan contoh untuk pelaksanaan kegiatan serupa di provinsi lainnya. Adapun tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini terletak pada koordinasi antara Pemerintah Provinsi dengan

Dokumen terkait