• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

Dalam dokumen MODUL PELATIHAN FASILITATOR (Halaman 39-42)

MATERI DASAR 1

A. Pokok Bahasan 1 : Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

2. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

(C) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2030.

(D) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan gangguan pelayanan dasar.

(E) Secara substansial meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan resiko bencana nasional dan lokal pada tahun 2020.

(F) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara-negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan hingga pada tahun 2030.

(G) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke multi-bahaya sistem peringatan dini dan informasi resiko bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun 2030.

Sementara The Four Priorities for Action (Empat prioritas untuk aksi) antara lain: Prioritas 1. Memahami risiko bencana.

Prioritas 2. Memperkuat pemerintahan dalam melakukan manajemen bencana. Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana, dengan memperkuat resiliensi/ketahanan.

Prioritas 4. Menguatkan kesiapan terhadap bencana untuk respon yang efektif dan membangun kembali lebih baik dalam proses recovery (pemulihan), rehabilitation (rehabilitasi) dan reconstruction (rekonstruksi).

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kerangka kerja Hyogo sangat efektif dalam menumbuhkan kesadaran akan pengurangan resiko bencana. Kerangka kerja Hyogo telah berhasil dalam meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan diantaranya pemerintah, peneliti, dunia usaha, dan organisasi non-pemerintah untuk berperan aktif dalam pengurangan resiko bencana (PRB). Namun, banyak langkah yang masih diperlukan dalam menyikapi kerentanan akibat bencana.

2. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) adalah sebuah organisasi teknis dan koordinasi regional yang menawarkan jasa konsultasi dalam berbagai topic dari perubahan iklim sampai penilaian resiko terhadap kesehatan masyarakat. ADPC bekerja lintas sektoral membantu negara-negara, organisasi, masyarakat dan individual untuk mengurangi resiko bencana, membangun masyarakat yang lebih tangguh di Asia. ADPC berlokasi di Paholyothin Highway, Km. 42, Tambon

Khlong Nueng, Amphoe Khlong Luang, Pathumthani, 12120, Bangkok, Thailand. ADPC mempunyai program-program yang merupakan bagian dari visi menuju ADPC 2020 yaitu:

1. Program Inti 1: Pengetahuan (science) Kapasitas ditingkatkan dari negara-negara dalam pemanfaatan informasi berbasis ilmu pengetahuan untuk memahami resiko.

2. Program Inti 2: Sistem (systems) Sistem-sistem diperkuat untuk manajemen resiko-resiko yang efektif pada semua tingkatan di negara-negara, terutama pada tingkat sub-nasional dan lokasi.

3. Program Inti 3: Aplikasi (applications) Aplikasi ditingkatkan dan membumikan upaya pengurangan resiko dalam pembangunan

Sebagai wilayah yang paling rawan bencana di dunia, Asia-Pasifik harus proaktif mengelola risiko bencana tersebut. Selama hampir 30 tahun, Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) telah memberikan kontribusi dalam membuat Asia-Pasifik lebih aman dengan memperkuat ketahanan terhadap bencana di semua tingkat.

Didirikan pada tahun 1986, ADPC adalah organisasi regional independen. ADPC bekerja di sejumlah negara di kawasan Asia termasuk Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Thailand, Filipina dan Vietnam. Dengan kantor pusat yang terletak di Bangkok, Thailand, ADPC memiliki kantor negara di Bangladesh dan Myanmar. Jaringan mapan ADPC dengan instansi pemerintah dan kemitraan yang kuat dengan organisasi regional dan badan-badan pembangunan memberikan dasar untuk bekerja. Untuk mencapai tujuan-tujuannya dalam pengurangan risiko bencana, ADPC bekerja sama dengan pemerintah daerah, nasional dan regional, organisasi pemerintah dan non-pemerintah, donor dan mitra pembangunan.

ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center)

Pusat koordinasi dan informasi penanganan bencana di kawasan ASEAN, ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center), resmi didirikan dengan penandatanganan kesepakatan oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN pada KTT ASEAN di Bali, 18 November 2011.

Terdapat tiga pilar dalam AHA Center, hazard science and technology terutama untuk wilayah ASEAN, information and communication technology yang merupakan factor kunci dari center ini dan disaster management. Upaya yang dilakukan di AHA Center adalah mengumpulkan data dan informasi mengenai

kebencanaan dan kemudian mendistribusikan data tersebut kepada pihak yang membutuhkan.

Dalam rangka mendirikan AHA Center tersebut, pemerintah Indonesia telah membentuk satuan tugas khusus yang menangani AHA Center sejak awal tahun 2011. Untuk sementara, ada tujuh key area yang ditangani oleh AHA Center, diantaranya yaitu information and communication technology, disaster risk monitor, preparedness and respons dan partnership building. Dalam upaya membangun partnership building, telah ada beberapa negara yang menjadi partner di AHA Center ini diantaranya Australia, Jepang, New Zealand, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sebagai pusat informasi kejadian bencana, maka negara-negara ASEAN khususnya dapat menyalurkan bantuan yang berbeda. Tidak menumpuk seperti sebelum-sebelumnya karena kurang informasi dan koordinasi. Selain itu dengan adanya AHA Center bisa dihilangkan hambatan bagi pihak yang ingin mengirimkan bantuan bagi wilayah bencana di ASEAN. Kemudian untuk meningkatkan kemampuan SDM-nya, diperlukan juga pelatihan-pelatihan, sehingga seluruh tim yang terlibat di AHA Center ini memiliki kemampuan yang sama. Dengan kemampuan SDM yang bagus dan fasilitas yang memadai, AHA Center mampu menjadi Centre of Excellence di wilayah ASEAN.

Belajar dari kejadian bencana di regional ASEAN selama ini bahwa pengalaman, kapasitas dan sumber daya penanggulangan bencana di masing-masing negara ASEAN berbeda dan memberikan dampak kerugian ekonomi tidak hanya di wilayahnya namun juga terhadap negara-negara terdampak. Pasca kejadian Tsunami 2004 yang dampaknya terjadi di 14 negara, telah mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk menata kembali dan memperkuat perjanjian kerjasama di bidang penanggulangan bencana. Pada tahun 2005, ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) telah disepakati oleh para Menteri Luar Negeri di kawasan ASEAN.

AADMER merupakan suatu persetujuan untuk melaksanakan penanganan bencana di tingkat regional ASEAN secara bersama, terpadu, komprehensif dan menyeluruh karena mencakup semua aspek dari siklus penanggulangan bencana. Program aksi yang akan dilaksanakan bersama oleh negara anggota ASEAN dalam bidang penanggulangan bencana untuk memperkuat kerjasama penanganan bencana, mulai dari pengembangan sistem peringatan dini, penanganan dalam tahap tanggap darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi serta pengurangan risiko bencana. ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) merupakan suatu badan ASEAN di bawah pilar sosial budaya yang berfokus pada pelaksanaan operasional AADMER (ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response).

AADMER mencakup :

(i) kerjasama ASEAN dalam upaya pencegahan dampak bencana (prevention and mitigation);

(ii) kerjasama ASEAN dalam joint emergency response;

(iii) mengembangkan regional standby arrangements dalam humanitarian assistance rapid response;

(iv) pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) sebagai koordinator kerjasama penanganan bencana di ASEAN.

3. Kebijakan Nasional Penanggulangan Krisis Kesehatan

Dalam dokumen MODUL PELATIHAN FASILITATOR (Halaman 39-42)

Dokumen terkait