• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PELATIHAN FASILITATOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PELATIHAN FASILITATOR"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL PELATIHAN

FASILITATOR

International Training Consortium

on Disaster Risk Reduction

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beragam bencana di Indonesia membuat masyarakat Indonesia harus mampu bertahan dan hidup harmoni berdampingan dengan situasi bencana yang selalu dihadapi. Situasi ini membuat Indonesia menjadi laboratorium bencana, dan tempat untuk belajar mengenai kebencanaan. Berbagai jenis bencana dapat dijumpai di Indonesia, sehingga siapapun dari berbagai negara dapat belajar ke Indonesia.

Bencana mengakibatkan korban meninggal, luka serta rusaknya infrastruktur. Sehingga, dibutuhkan dana yang banyak dalam menyiapkan sumber daya dalam menghadapi bencana. Saat ini, pengurangan risiko terhadap bencana lebih ditingkatkan dalam mengurangi dampak yang sering terjadi. Kebutuhan pengurangan risiko adalah membangun ketahanan dan kesiapan daerah masing-masing, salah satunya yaitu sumber daya manusia. Berbagai pelatihan sudah dilakukan di tiap daerah untuk menunjang kesiapan sumber daya yang ada, dan berdasarkan hal tersebut maka penting dilakukan pelatihan terhadap fasilitator kebencanaan di bidang kesehatan. Fasilitator ini akan membantu dan memfasilitasi dalam menyiapkan sumber daya yang ada di berbagai daerah.

WHO dan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan melakukan inisiasi jejaring kebencanaan yang terintegrasi dengan regionalisasi sembilan regional Pusat Krisis Kesehatan yang terdiri dari universitas, dinas kesehatan dan rumah sakit. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan oleh jejaring ini selain dari fungsi koordinasi yang menjadi tugas Pusat Penanggulangan Krisis adalah peningkatan kapasitas dan penelitian kebencanaan. Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk membawa penanggulangan bencana lebih terdokumentasi dan termuktahirkan dengan isu-isu internasional dan metode pelatihan yang lebih interaktif dan participatory.

Salah satu bentuk kegiatan peningkatan kapasitas adalah emergency and disaster management training yang dilakukan bersama dengan jejaring kebencanaan yang telah disebutkan, WHO dan Pusat Krisis Kesehatan bekerjasama dengan universitas di regional mengorganisasikan sebuah kegiatan peningkatan kapasitas dalam wadah international training consortium on disaster risk reduction yang kemudian disingkat menjadi ITC-DRR yang beranggotakan universitas-universitas yang berkomitmen dalam pengurangan resiko bencana dan penanggulangan bencana di wilayah regional Pusat Krisis Kesehatan.

Training fasilitator nasional ini menjadi momen substansial untuk melakukan regenerasi terhadap sumber daya yang ada dan menjalin kembali jejaring

(13)

peningkatan kapasitas kebencanaan melibatkan universitas dan komponen lain di regional Pusat Krisis Kesehatan dibalik tujuan utamanya untuk meningkatkan kapasitas para pegiat kebencanaan (khususnya yang berlatar belakang akademik) dalam kemampuan fasilitasi agar ilmu-ilmu mengenai penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana yang dimiliki oleh pelaku kebencanaan yang mengikuti pelatihan ITC-DRR dapat lebih digali dan terdokumentasi secara lebih baik lagi.

Dalam rangka menambah jumlah fasilitator pelatihan ITC-DRR, perlu dilaksanakan pelatihan TOF ITC-DRR dengan mengacu kepada suatu kurikulum yang jelas.

B. Filosofi

Pelatihan fasilitator ITC-DRR ini mengacu pada filosofi pelatihan sebagai berikut: 1. Prinsip andragogi, antara lain selama pelatihan peserta berhak untuk:

a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai krisis kesehatan b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, selama masih dalam konteks

pelatihan.

c. Diberikan apresiasi atas pendapat yang baik dan positif yang diutarakan oleh peserta.

2. Berorientasi kepada peserta, yaitu bahwa peserta berhak untuk:

a. Mendapatkan paket bahan belajar untuk meningkatkan keterampilan dalam krisis kesehatan.

b. Mendapatkan pelatih/fasilitator yang dapat memfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi yang disampaikan dalam pelatihan.

c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki individu, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).

d. Belajar dengan menggunakan modal pengetahuan yang sudah dimiliki individu mengenai krisis kesehatan.

e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.

f. Melakukan evaluasi (terhadap pelatih/fasilitator dan penyelenggara) dan dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya.

3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk:

a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam pelatihan.

b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan

(14)

4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:

a. Berkesempatan menerapkan hasil pembelajaran serta mengambil manfaat dari pelatihan tersebut.

b. Berkesempatan melakukan demonstrasi dan redemonstrasi dari materi pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran antara laceramah tanya-jawab, penugasan, diskusi kelompok, latihan-latihan, baik secara individu maupun kelompok.

(15)
(16)

BAB II

PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. PERAN

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta berperan sebagaI fasilitator pelatihan International Training Consortium Disaster Risk Reduction (ITC-DRR) dan Krisis Kesehatan

B. FUNGSI

Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi pada pelatihan ITC-DRR dan Krisis Kesehatan

C. KOMPETENSI

Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam:

1. Menjelaskan perencanaan dan pengembangan program dalam pengurangan risiko bencana

2. Melakukan komunikasi efektif

3. Memfasilitasi pelatihan terkait ITC-DRR dan krisis kesehatan 4. Melakukan evaluasi proses pelatihan

D. TUJUAN

A. Tujuan Umum:

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melakukan fasilitasi pelatihan ITC-DRR dan Krisis Kesehatan

B. Tujuan Khusus:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan perencanaan dan pengembangan program dalam pengurangan risiko bencana

2. Melakukan komunikasi efektif

3. Memfasilitasi pelatihan terkait ITC DRR dan krisis kesehatan 4. Melakukan evaluasi proses pelatihan

(17)
(18)

BAB III

STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi workshop yang akan diberikan secara rinci seperti pada tabel di bawah ini:

NO MATERI Waktu Jumlah

T P PL

A. Materi Dasar:

1. Overview ITC DRR 2 0 0 2

Subtotal 2 0 0 2

B. Materi Inti:

1. Perencanaan dan Pengembangan Program dalam Pengurangan Risiko Bencana

2. Komunikasi Efektif dalam VIPP 3. Teknik Fasilitasi VIPP

4. Teknik Evaluasi Dalam VIPP

2 2 2 2 0 4 18 4 2 6 20 6 Subtotal 8 26 0 34 C. MateriPenunjang: 1. Anti Korupsi

2. Membangun Komitmen Pembelajaran/ Building Learning Commitment (BLC) 3. Rencana Tindak Lanjut

2 1 0 0 2 1 0 0 0 2 3 1 Subtotal 3 3 0 6 Total 13 29 0 42 Keterangan: T = PenyampaianTeori P = Penugasan

PL/OL = Praktik Lapangan atau Observasi Lapangan 1JPL = 45 menit

(19)

Tujuan P embelajar an Khusus ( TPK ) P ok

ok Bahasan dan Sub P

ok ok Bahasan Metode Media dan Ala t Ban tu Ref er ensi 1. Ke bijak an P enanggulangan K ri sis Kes eha tan a. Kebij ak an Global (sendai) b . Kebijak an R eg

ional (ADPC, AHA

) c. K ebijak an Nasi onal (PK K ) 2. S ejarah IT C-DRR a. P embentuk an IT C-DRR b . P erk embangan IT DRR c. Kerangk a Kon sep IT C- DRR d . K ar akt eristik pelatihan IT C-DRR elah meng ikuti mat eri ini , ta mamp u menj elask an: Ke bijak an P enan ggulanga n K ri sis Kesehatan Se jar ah IT C-DRR ? ? C er ama h dan tan ya -ja w ab ( C TJ ) C u rah p endap at M ed ia: 1. Bahan ta yang dig ital 2. Modul A la t Ban tu: 1. Ko mput er 2. La pt op 3. LCD 4. Wh it e boar d 5. Fl ip char t 6. Spidol 7. P o in ters : : : : MD .01 (Ma te ri Dasar 1) 2 JP L (T = 2 jpl , P= 0 jp l, PL = 0 jpl) Set elah meng ikuti mat eri ini, peser ta mampu menje lask an sejar ah dan perkem bangan IT C-DRR O ve rview IT C D R R e ri P embelajar an Umum ( TPU) A . GARIS BESAR PR OGR AM PEMBELA JAR AN ( GBPP )

(20)

Nomor Judul Ma teri W ak tu Tujuan P embelajar an Umum ( TPU) MI. 01 (M at er i I nti 1) 2 J P L (T = 2 jpl , P=0 jpl , PL= 0 jpl) Set elah meng ikuti mat

eri ini, peser

ta mampu m enjelask an P er encanaan dan P engembangan P rog ram d

alam pengurangan risiko bencana

P er enc anaan da n P engemba ngan Progr am da lam P e ngur angan Risik o B enc a na : : : : Tu juan P emb elajar an Khusus ( TPK ) 1 . P engur angan R

isiko Bencana bidang Kesehatan

2.

Analisis Situasi

:

a.

Definisi analisis situasi

b

.

Komp

onen Analisis Situ

asi 3. Analisis R isi ko : a. Definisi analisis R isiko b . Kom p onen analisis R isiko 4. Indik at or PRB : a. Definisi I ndik at or b . Tujuan Ind ik at or c. P e n yusu na n i nd ik at o r d . P enen tuan tahap -tah ap monit o ring e. Evaluasi me nggunak an ind ik at or yang dipilih 5. P rog ram PRB : a. Defi nisi pr o g ram, Identi fik

asi masalah dan

m enentuk an prioritas b . V isi, s asar an dan tuju an P en yusunan r encana keg iatan Set elah meng ikuti mat eri ini, peser ta mampu menjelask an t entang: 1. P engur angan R isiko Bencana 2. Analisis Situasi 3. Analisis R isiko (Hazar d , V ulner abilit y and C apaci ty) 4. Indik at or P rog ram P engur angan R isiko Bencana 5. P rog ram P engur angan R isiko B en can a M edia: 1. B a h a n ta y a n g dig ital 2. Mo dul A la t Ba n tu: 1. Komput er 2. Lapt op 3. LC D 4. 5. 6. Spidol 7. P oin ters W hi te b oa rd Flip cha rt ? ? C er amah dan tan ya-ja wab (C TJ ) C ura h pendapat Met o de Medi a dan A la t Ban tu Ref er ensi P ok

ok Bahasan dan Sub P

ok

(21)

MI.02 (M at eri In ti 2) 6JP L (T= 2 jp l, P= 4 jp l, PL =0 jp l) Set elah meng ikuti ma teri ini, pe ser ta mampu mela kuk an komunik asi e fektif dalam VIPP K omunik asi Ef ektif dalam VIPP M edi a: 1. Bahan ta ya ng dig ita l 2. Modul A la t Ban tu: 1. Komput er 2. La pt o p 3. LCD 4. 5. 6. Spidol 7. Poi nt ers W hite boar d Flip char t ? ? C eram ah dan tan ya ja w ab (C TJ ) C urah pendapat rol e pla y 1. Inf

ormasi yang dibutuhk

an dan r

ele

van

dengan kebutuhan setiap

sesi pela tihan : a. P ende n gar Ef ektif b . P eng umpu lan d an pe ne rje mahan data v erbal dan non v erbal secar a akura t da n t epa t guna 2. Komunik asi y ang efektif : a. P eng olahan I nf ormasi secara ef ektif b . Pa raf ra se 3. M edia Komunik asi a.

Penyiapan berbagai media ko

munik asi b . P em

anfaatan dan penggun

aan

berb

agai media komunik

asi 4. P en yampaian inf o rmasi/ instruk si/kesimpul an de ngan ef ektif se car a v er b al dan non verbal 5. Komun ik asi Ef ektif dalam M en yelesaik an M asa lah telah meng ikuti mat

eri ini, peser

ta mampu: M eng id entifik asi inf

ormasi yang dibutuhk

an dan relev an dengan ke butuha n seti ap sesi pela ti han M embangun komuni kasi yang ef ektif de ngan pe ser ta, f asil ita tor , dan mitr a l ainn ya komunik asi sesu ai kebutu M emanfaatk an berbaga

i macam media han setiap sesi training

M elakuk an komunik asi in formasi/instr uksi/kesimpulan de ngan ef e ktif ba ik secara v er bal d an non-ver bal yang ef ek tif dengan peser ta, fa silitat or , dan mitr a lainn ya M elakuk an komunik

asi pada situasi perbedaan

pe ndapa t/ kepen ti ngan an tar a peser ta, fasilita tor dan mitr a lain, sehingga m ampu memediasi kese n jangan/konflik yang te rjadi Tu ju a n P emb elajar an Khusus ( TPK ) Ref e re nsi M e di a d a n Al at B a nt u M et o d e P ok

ok Bahasan dan Sub P

ok ok Bahasan tu embelajar an Umum ( TPU) : : teri : :

(22)

MI.0 3 (M at eri I nti 3) 20 JPL ( T=2 jpl , P= 18 jpl , PL=0 jpl) Set elah meng ikuti ma

teri ini, peser

ta mampu m

elakuk

an fasilitasi

VIPP dalam pela

tihan IT C-DRR Tek nik F a silitasi V isuali sa tion In P ar tici p a tor y P rogr a mmes ( VIPP) 1. Ko nsep F asili tasi: a. Definisi F asilit asi b .P rin sip -P rinsip F asilitasi Identifik asi tujuan d an pr oses pembelajar an P er syar atan fasilitat or yang baik c. Met ode F asi litasi VIPP Met ode l ainn ya 2 . Str at e g i F asilit asi: a. Identifik asi masal ah ( & p ost mor tem) b . Analisis hambatan c. S olu si ( , 3 . Fa sili tasi p rose s pemb elaj ar an den g an met ode VIPP : a. Jen is Tek nik Fasilitasi (defin isi, tuj uan, jenis , pr osed ur) P

enggunaan musik (definisi, tuj

u an, jenis , pr osedur) P resentasi in ter aktif (defin is i, tujuan, jenis, pr osedur ) Simul asi (de finis i, t uju an, jeni s, pr ose dur) Ic e br eaker (defi nisi, tujuan, jeni s, pr osedur) (def inisi, tujuan, jenis, pr osedur) M eta plan P engatur an ruang pelatihan b . P emilihan Jenis Tek nik f asilitasi ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? early detec tion par ticipator y appr oach building co mmitm ent/di rec t and i ndi rec t G ames Role play S ete lah mengik uti m ater i in i, p e ser ta mampu: Men jelask an ko nse p fasi litasi M en yu sun s tra teg i fasi litasi M elak uk an fasilitasi pr o ses p em bel aj ara n de n g an m et ode V IP P 1 . 2. 3. M edi a: 1. B ahan ta yan g dig ita l 2. Lembar k asus 3. P anduan sim ula si 4. P anduan p raktik fasilitas i Ala t Ban tu: 1. Lapt o p 2. LC D 3. 4. 5. Spidol 6. P oin ters 7. Meta pl an 8. K ain pe re ka t 9. St er e of oam 10 . W hit eboard Flipcha rt So un d sy st em ? ? ? ? ? C er ama h d an tan ya ja wab (C TJ ) C u rah pendapa t Latihan k asus Simulasi Prakti k fasilit asi P ok o k B a h as an dan Sub P o k o k Bahasan Tu ju an P e mbelajar an K hu su s ( T PK ) M e to de Media dan Ala t B an tu Re fere nsi W ak tu Tujuan P embelajar an Umum ( TPU) : : Nomor Judul Ma teri : :

(23)

MI.04 (M at er i I nti 4) 6 JPL (T= 2 jpl , P= 4 jpl , PL= 0 jpl) Set elah meng ikuti mat eri ini, pe ser ta m ampu melak u kan evaluasi pr oses pembelajar an pada pelatihan E v alu asi P e latihan da lam V IP P 1. Indik at o

r, waktu dan met

od e ev aluasi pela tihan i. P oin penilaian: Kesesuaian m at

eri dengan tujuan

pembelajaran Cara pen

yampaian narasumber P emahaman peser ta t erhadap ma ter i Keaktifan kelompok pada saat diskusi kelompok ii. Met od e ev aluasi:

Permainan Instrumen penilai

an Pem be ria n r ewa rd iii. W aktu ev aluasi: 2. E

valuasi Harian: a.Evaluasi A

wal hari i. P oin penilaian : Obser vasi visual kej adian pada har i sebelumn ya ? ? ? ? ? ? ? ? ? Role play ? P eng

amatan apa yang didengar sehari

sebelumn

ya

elah meng

ik

uti ma

teri ini, pese

rta p u: M enentuk an indik at or , waktu dan met od e eval uasi pela tihan M elakuk an evaluasi keg iatan belajar m eng ajar di tiap a wal dan ak hir hari pelat ihan ? ? ? C er amah d an tan ya jawab (C TJ ) C u ra h pendap at P enu gasan M edia: Ba h a n ta y a n g dig ital Form LB4 Form LBK O Buku Ba n tu Alat Bantu: La pt op LCD Spidol Point ers P ermaina n Bola : 1. B ola 1 . 2 . 3 . 4 . 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 . 7 . 8 . W hiteboar d Fli pch a rt Mus ic Play er Speak er 1. P ela tiha n TOC IT C DRR CH E Jepang P ok o k B a h as an dan Sub P o k o k Bahasan ju an P e mbelajar an Khusus (TPK ) M e to de Media dan Ala t B an tu Re fere nsi teri tu embelajar an Umum ( TPU) : : : :

(24)

? Menilai , se rt a m et ode yang di pak ai pada hari sebelumn ya b . M eto de Ev alu asi: Keaktif an peser ta Latar belak ang peser ta to ols , equipment ii. M e

tode evaluasi: Papar

an berupa vide o /phot o/ Tan ya Ja w ab b . Eval ua si Ak hir Har i i. P oin P enilaian : Pe nilaian mengenai P er asaan peser ta meng enai pelatihan sela ma satu har i ii. M et o de P enil aia n: 3 . Ev aluasi Ak hir P ela tihan a. P oin P enilaian: P enilaian apak ah pelatihan memen u hi ekspekt asi sesu ai d en gan hasi l in ve n taris ir ekspektas i di a wal pelatihan P enilaian apak ah pelatihan menghi langk an ke takut an se suai dengan h asi l in ve n tari sir ke takut an di a w al pel atihan P enilaian t e n

tang keseluruhan pelatihan

(fasilitat or , pembicar a, mat eri, dll) P er tanyaan Ang ket dija wab dengan simul asi 4 . Ev aluasi F asi lita

tor kepada pes

er ta a. Poin P en ilaian: b . Metod e pe nilaian: Obser vasi harian ? ? ? ? ? ? ? ? slidesho w Mood Meter ? ? ? 3. M elak uk an eva luasi kegia tan belajar mengaj ar di ak hir pen yelenggar aan pe la tihan 4. M elakuk an eva

luasi kepada

masing-masing indiv id u peser ta P emberian : 1. C ok la t a tau

apapun sejumlah peser

ta 1 .S terof oa m / pap an 2. K ar ton/ker tas kopi 3. Spidol ber b ag ai w ar na 4. Sti cky notes Ev al uasi ak hir pelatihan: 1. La kban rew ar d M oo d M ett er :

(25)

1. Konsep kor u psi a. D efinisi k o ru psi b . C iri -ciri ko ru p si c. B ent uk/j en is k or ups i d . Ting kata n koru psi e. Fakt or pen yebab korupsi f. Da sar hukum te ntang ko rups i 2. Konsep an ti ko rupsi a. Definisi an ti kor u psi b . N ilai-nilai anti k oru psi c. P rinsip -prin sip an ti ko rupsi 3. Upa ya penc eg ah an dan pember an tasan korupsi a. Upa ya penc egahan korupsi b . Upa ya pember antasa n kor upsi c. St rat eg i k omu nik asi P emb er atasan Koru psi (PK ) elah m en g ikuti ma ter i ini

rta mampu menjelask

an: Kon se p korupsi Kon sep an ti korupsi Upa ya penc eg ahan korupsi dan pemberantasa n kor upsi ? ? ? ? ? C ur ah pendapat Ceram ah tan ya ja wa b La ti han k asus C ur ah pendapat Ceram ah tan ya ja wa b ? ? ? ? ? ? M od ul Ba han ta yang Komput er Sp idol P anduan la ti han Fl ipchar t ? U n d ang -u ndang N omo r 20 T ahu n 2 001 ten tang P e rubahan A tas Undang- undang N omo r No 31 Ta hun 19 99 tent ang Pem b e rant asan Tind ak P ida na Ko ru ps i In struks i P resid e n Nomor 1 Tah un 20 13 Ma teri P enun jang 1 2 J PL ( T = 2, P = 0, PL = 0) Se telah meng ik uti ma teri ini , pe ser ta m am p u memahami ma teri t erk ait an ti korupsi. Ma teri an ti K orupsi P ok o k B a h as an dan Sub P o k o k Bahasan Tu ju an P e mbelajar an Khusus (TPK ) M e to de Media dan Ala t B an tu Re fere nsi tu embelajar an Umum ( TPU) : : teri : :

(26)

4. Tata car a pelapor an dugaan pelanggar an Tindak P id ana K or upsi ( TP K ) a. Lapor an b . P e n yeles

aian hasil penanganan pe

ngaduan masyar ak at c. P e n gadu an d . Ta tacar a peny ampaian pe ngaduan e. Ti

m penanganan pengaduan masyarak

at terpadu di ling kungan Kemenkes f. P e nca ta tan pe n g adu an 5. Gr atifikasi a. P e nger tia n g ratifik asi b . A spek hukum c. Gr atifik asi dik atak an se bagai Tindak P idana Ko ru ps i ( T PK ) d . C on toh g rat ifik asi e. Sa nksi g ra tifik asi 4. Tat a cara pel aporan dug aan pelangg ar an tindak pid ana korupsi 5 . Gr atif ik asi ? Keputus an M en teri Keseha tan No mor 232/MENKES/S K / VI/2013 ten tang Str at eg i Komuni ka si P ek erjaa n dan Buda ya A n ti Korup si

(27)

tela h me n gi kuti ma te ri in i: ? ? ? Pap an d an ker tas Spid ol Ala t ban tu fli p char t games M enge na l s esama p eser ta, pela tih d an peny el enggar a. M elakuk an pencair an diantar a peser ta. Meng ide ntifik asi har apan, kek ha w ati ran dan k o mit men t erhadap pr oses s elama pelatihan. Membua t ke sepak atan nilai , norm a dan kon tr o l kolekti f dan kar akt er bangsa (N ilai ANEK A ). Membua t ke sepak atan or g anisasi dalam kelas . (ic e br eak ing) 1. P ros es perkenalan sesa ma peser ta,

pelatih dan pen

yelenggara. 2. P roses pencairan (ic e b reak ing) di antara pese rt a. 3. H ar apan, k ek ha w atiran dan komi tmen terh adap pr oses sela ma pela tihan. 4. N ilai, no

rma dan kontr

ol ko lektif . 5. Kese pak atan or ganisas i kelas . ? ? Lem ba ga A d mini str asi Negar a, 20 03, , Jak ar ta. P u sdi kla t S DM Ke seha tan, 200 7, Mod ul TPPK , Jak ar ta.

Building Learning Commitmen

? ? ? ? ? G ames G ame s Di skusi k elom pok Di skusi k elom pok Di skusi k elom pok M at eri P enunjang 2 Me mba ng un Kom itm en B elaj ar 3 JPL ( T = 1, P = 2 , PL = 0) Set elah meng ikuti mat eri ini, pe ser ta mampu menc iptak

an suasana belajar yang kondusif ber

wa wasan k ar akt er ban gsa. (Building L earning C ommitm ent/BL C ) tu embelajar an Umum ( TPU) : : teri : : P ok o k B a h as an dan Sub P o k o k Bahasan ju an P e mbelajar an Khusus (TPK ) M e to de Media dan Ala t B an tu Re fere nsi

(28)

M ater i P en unj ang 3 (R TL) 1 JPL ( T = 0, P = 1, PL = 0) Set elah meng ikuti mat eri ini , peser ta mampu men yusun

rencana tindak lanjut pelatihan fasilitat

or IT C-DRR Renc ana T indak L anjut Se telah meng ik uti ma teri ini pe se rta mampu: 1. M enjelask an penger tian

dan ruang lingkup

R TL. 2. M enjelask an langk ah-langk ah pe n ysunan R TL. 3. M en yusun R TL un tuk keg iatan ya ng ak an dilakuk an. 1 . R T L: a. P enger tian R TL b . Ru an g lingkup R TL 2 . Lan g kah langk ah pen yus unan R TL. 3. P enyu sunan R TL unt uk keg iatan ya ng ak an dilak uk an. ? ? ? C erama h T an ya Ja w ab La ti han m en yusun R TL Diskusi Kelompok ? ? ? ? P apan dan ker tas Spidol Ala t b an tu Lem ba r/ Form at R TL flipchar t ? Kemenkes RI P usdik lat Apar atur Rencana Tindak Lanjut, Kur mod Sur vailannc e,Ja kar ta 2008 . Tuj uan P e m bel ajaran Kh us us ( TPK) P ok o k B ah as a n d a n S ub P o k ok B a h a sa n M et o de M ed ia da n A la t B an tu Ref e re nsi W ak tu Tujuan P embelajar an Umum ( TPU) : : Nomor Judul Ma teri : :

(29)

B. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

Building Learning Commitment (BLC)

Wawasan Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Anti Korupsi Metode: ceramah tanya jawab, curah pendapat

Pengetahuan dan Keterampilan 1. Perencanaan dan Pengembangan

Program dalam PRB

2. Komunikasi Efektif dalam VIPP 3. Teknik Fasilitasi VIPP

4. Evaluasi Pelatihan dalam VIPP

Metode: curah pendapat, ceramah tanya jawab, simulasi, latihan kasus, role play,

games

E

V

A

L

U

A

S

I

Penutupan Post Test Evaluasi Penyelenggaraan Pembukaan

Proses pembelajaran dalam pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Pre test

Sebelum acara pembukaan, dilakukan pre test terhadap peserta. Pre test bertujuan untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta dalam melakukan fasilitasi dalam pelatihan

(30)

B. Pembukaan

Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi. Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:

1. Laporan ketua penyelenggara pelatihan. 2. Pengarahan sekaligus pembukaan. 3. Penyematan tanda peserta.

4. Perkenalan peserta secara singkat. 5. Pembacaan doa.

C. Building Learning Commitment/BLC (Membangun Komitmen Belajar)

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Kegiatannya antara lain:

1. Penjelasan oleh pelatih/instruktur tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi BLC.

2. Perkenalan antara peserta dengan para fasilitator dan dengan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.

3. Mengemukakan harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.

4. Kesepakatan antara para pelatih/instruktur, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

D. Pemberian wawasan

Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini. Materi tersebut yaitu: Overview ITC DRR

E. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan

Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu diskusi kelompok dan simulasi dengan kasus.

Pengetahuan dan keterampilan meliputi materi:

1. Perencanaan dan Pengembangan Program dalam PRB 2. Komunikasi Efektif dalam VIPP

3. Teknik Fasilitasi VIPP

(31)

Proses Pembelajaran

a. Proses pelatihan dikelola secara team teaching.

b. Setiap hari pengendali pelatihan memandu kegiatan pelatihan

c. Sebelum proses pembelajaran dimulai, peserta melakukan refleksi. Pada kegiatan ini, peserta bertugas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya

d. Setiap hari di akhir pembelajaran, peserta diminta menuliskan materi yang belum jelas, klarifikasi dan kebutuhan materi yang perlu ditambahkan.

e. Apabila suasana pembelajaran menunjukkan adanya kejenuhan, pengendali pelatihan melakukan penyegaran suasana.

f. Proses pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar kelas yaitu : Di dalam kelas :

a) Kelas pleno/kelas besar (seluruh peserta), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok

b) Kelompok kecil ( 4 – 5 orang), metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, simulasi

F. Post Test

Setelah keseluruhan materi dan simulasi dilaksanakan, dilakukan post test. Post test bertujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan.

G. Penilaian Teknik Fasilitasi

Untuk melihat kemampuan dan keterampilan peserta dalam melakukan fasilitasi sepanjang proses pelatihan. Dengan teknik purposive sampling melalui permainan-permainan tertentu, akan diciptakan kesempatan untuk peserta dalam menunjukkan kemampuan fasilitasinya.

Secara individu dan kelompok, kemampuan dan keterampilan fasilitasi peserta akan dapat terlihat secara utuh melalui proses evaluasi berjenjang di sepanjang periode pelatihan, pada saat bergantian melakukan:

i. Evaluasi harian di awal ii. Evaluasi harian di akhir hari, iii. Memimpin diskusi kelompok

Ketiga aktivitas di atas dapat sangat memberi informasi bermakna terkait kemampuan fasilitasi peserta karena untuk dapat mencapai teknik dasar fasilitasi seperti:

 brain storming (curah pendapat),  menstimulasi diskusi,

(32)

 problem solving,  situation analysis,

 menstimulasi kerjasama tim, dan  aplikasi komunikasi yang efektif H. Penutupan

Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut:

1. Laporan ketua penyelenggara pelatihan. 2. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta. 3. Pembagian sertifikat.

4. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.

5. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang. 6. Pembacaan doa.

C.

P

ESERTA DAN FASILITATOR

1) PESERTA 1. Kriteria

Peserta harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki sertifikat pelatihan manajemen bencana atau ITC-DRR

b. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (memiliki pengalaman dalam penanggulangan bencana minimal 3 tahun) atau,

c. Pengelola kurikulum bencana/penggiat bencana yang berasal dari fakultas di bidang kesehatan pada perguruan tinggi atau,

d. Instansi lainnya yang terkait dengan bidang kebencanaan.

e. Menandatangani Pernyataan Kesediaan/Komitmen di atas materai untuk menjadi fasilitator.

2. Jumlah Peserta

Jumlah peserta maksimal 30 orang 2) PELATIH

1. Pelatih

Kriteria pelatih adalah sebagai berikut :

a. Pelatih / Fasilitator adalah pejabat struktural/pejabat fungsional/profesional yang telah mengikuti MOT Community Health Education/TOT/TPPK/Widya Iswara/Pekerti/mempunyai pengalaman melatih.

b. Pelatih / Fasilitator menguasai materi pelatihan yang akan diajarkan. c. Pelatih / Fasilitator memahami kurikulum pelatihan terutama GBPP.

(33)

D. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 1) PENYELENGGARA

Pelatihan TOF ITC-DRR ini diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan/ Balai Pelatihan Kesehatan / Institusi Pelatihan lainnya yang terakreditasi berkoordinasi dengan Pusat Krisis Kesehatan, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Memiliki minimal 1 orang tenaga penyelenggara yang sudah mengikuti

training official course (TOC) atau pelatihan bagi penyelenggara pelatihan. 2. Memiliki pengendali pelatihan.

2) TEMPAT PENYELENGGARAAN

Pelatihan dapat diselenggarakan di institusi pelatihan atau institusi lainnya yang memiliki sarana dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

E. EVALUASI

Untuk mengetahui perkembangan proses belajar mengajar dalam pelatihan, perlu dilakukan evaluasi atau penilaian yang terdiri dari:

1. Evaluasi hasil belajar peserta yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap peserta, melalui:

 Penjajakan awal (pre test)

 Pemahaman peserta terhadap materi yang diterima (post test)  Evaluasi formatif untuk setiap hasil penugasan

 Evaluasi sesama peserta 2. Evaluasi terhadap fasilitator:

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan

3. Evaluasi terhadap penyelenggara:

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksana pelatihan. Objek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi:

 Tujuan pelatihan

 Relevansi program pelatihan dengan tugas

 Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja  Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi

 Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan  Pelayanan sekretariat terhadap peserta

 Pelayanan akomodasi dan lainnya  Pelayanan konsumsi

 Pelayanan pustakaan

(34)

Cetak Biru Sistem Penilaian dan Evaluasi Fasilitator untuk TOF ITCDRR

Target Kompetensi Metode Penilaian Instrumen Penilaian Penilai Waktu

Secara Individu Terintegrasi Standar Penilaian

PENILAIAN PORTOFOLIO

LULUS atau TIDAK LULUS peserta ditentukan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ditentukan kemudian, berdasarkan keseluruhan performa dan nilai2 yang dihasilkan dari cetak biru sistem

penilaian ini LULUS, jika 95% >

Tidak dalam bentuk penilaian secara kuantitatif. Saran untuk perbaikan dilakukan selama proses pelatihan

Penilaian secara semi kualitatif, berdasarkan daftar tilik dengan skala Likert

Penilaian secara semi kualitatif, berdasarkan daftar tilik dengan skala Likert

LULUS, jika peserta mendapatkan nilai minimal sebesar ...(?), atau peserta diurut dari yang paling me-menuhi syarat ke paling tidak memenuhi syarat berdasarkan nilai2nya

Sitem Penilaian MMPI Sekali setiap sesi

pelatihan Penilaian global,

sekali di setiap akhir hari pelatihan Sekali setiap hari selama pelatihan Sekali untuk setiap peserta, pada akhir

pelatihan Sekali setiap hari selama pelatihan Sekali untuk setiap peserta, pada akhir

pelatihan

Sekali untuk setiap peserta, pada akhir

pelatihan

Sekali, pada awal pelatihan Ahli jiwa/psikolog

Narasumber dan Pihak lain yang relevan Para Fasilitator dan Panitia, Narasumber, Sesama Peserta Pelatihan Para Fasilitator dan Panitia, Narasumber, Sesama Peserta Pelatihan Para Fasilitator dan Panitia Para Fasilitator dan Panitia

Instrumen MMPI Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Jawaban Ujian Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Daftar Hadir/Monitoring Kehadiran Peserta Pelatihan Penilaian Monitoring Pelatihan Observasi Langsung Observasi Langsung Multisource Feedback Observasi Langsung Multisource Feedback

Ujian Tulis Pre dan Post Presentasi Kasus Uji MMPI Kehadiran/Partisipasi dalam Pelatihan Interpersonal and effective Communication Skill Professionalism Disaster Management Substantial Knowledge RECOMENDED PERSONALITY MMPI Information : F. SERTIFIKAT

Peserta yang telah mengikuti pelatihan ini minimal 95% dari keseluruhan jam pelajaran dan berperan aktif selama pelatihan, mendapatkan sertifikat dengan nilai sebesar 1 (satu) angka kredit.

Sertifikat untuk peserta pelatihan di tingkat pusat ditandatangani oleh Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan.

(35)
(36)

BAB IV

MATERI DASAR 1

Overview International Consortium on Disaster Risk Reduction (ITC-DRR)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini berisi penjelasan mengenai kebijakan penanggulangan krisis kesehatan pada tataran global, regional dan nasional serta mengenai sejarah dan perkembangan ITC-DRR. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah ceramah, tanya jawab dan curah pendapat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum :

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan ITC-DRR

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang : 1. Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

(37)

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut : 1. Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

a. Kebijakan Global (sendai) b. Kebijakan Regional (ADPC, AHA) c. Kebijakan Nasional (PKK)

2. Sejarah ITC-DRR

a. Pembentukan ITC-DRR b. Perkembangan ITC-DRR c. Kerangka Konsep ITC-DRR d. Karakteristik pelatihan ITC-DRR IV. BAHAN AJAR

Materi yang diberikan berkaitan dengan kebijakan penanggulangan krisis kesehatan dan sejarah ITC-DRR.

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini. Langkah 1. Pengkondisian Peserta

Langkah Pembelajaran :

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.

2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi Langkah Pembelajaran :

Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab dan curah pendapat.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan Langkah Pembelajaran :

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan 3. Fasilitator membuat kesimpulan.

(38)

VI. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1 : Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

1. Kebijakan Global (Sendai)

Dampak bencana semakin meningkat dan memburuk sejak tahun 2000. Dampak ini tidak hanya meliputi manusia, namun juga lingkungan, komunitas, sosial-ekonomi hingga politik. Dampak bencana semakin besar pada negara berkembang. Untuk itu, diperlukan suatu aksi untuk mengurangi dampak bencana. Aksi ini diharapkan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana di masa mendatang. Kerangka kerja Hyogo telah berhasil meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan resiko bencana. Namun kerangka kerja Sendai sebagai kerangka kerja lanjutan dalam kampanye aksi pengurangan resiko bencana diharapkan lebih menyentuh individu yang berfokus dalam kesehatan dan penghidupan. Pentingnya investasi dalam pengurangan resiko bencana mulai mendapat perhatian masyarakat global. Kerjasama lintas sektor demi terwujudnya aksi ini sangat diharapkan, demi terciptanya ketahanan dan kesiapan akan dampak bencana di masa mendatang.

Kerangka kerja Hyogo telah dikenal sebagai rencana kerja untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Sehingga, berdasarkan konferensi dunia ketiga tahun 2015 di Sendai, Jepang, telah menghasilkan penerus kerangka kerja Hyogo yang kemudian disebut sebagai kerangka kerja Sendai. Kerangka kerja Sendai diharapkan dapat menggantikan kerangka kerja Hyogo selama 15 tahun ke depan. Dalam konferensi yang dihadiri oleh 187 negara anggota, hasil dari kerangka kerja Sendai menekankan perhatian pada kesehatan dan kesejahteraan manusia secara umum pada pengurangan resiko bencana, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Sendai Framework merupakan sebuah kesepakatan sukarela yang tidak mengikat dalam jangka 15 tahun, yang mengakui bahwa negara memiliki peranan penting dalam menanggulangi risiko bencana. Peran tersebut dapat dibagi pada pemerintah setempat, divisi-divisi swasta, dan lain-lain. Sendai Framework merupakan sebuah lanjutan dari Hyogo Framework for Action yang disiapkan dari tahun 2005-2015. Sendai Framework memiliki tujuan untuk menghasilkan: pengurangan risiko dan kerugian dari bencana dalam kehidupan, mata pencaharian, kesehatan, aset ekonomi, fisik, sosial, budaya dan lingkungan, bisnis, masyarakat dan negara.

The Seven Global Targets (Tujuh Target Global) meliputi:

(A) Secara substansial mengurangi kematian bencana global yang pada tahun 2030.

(39)

(B) Secara substansial mengurangi jumlah orang yang terkena dampak secara global pada tahun 2030.

\

(C) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2030.

(D) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan gangguan pelayanan dasar.

(E) Secara substansial meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan resiko bencana nasional dan lokal pada tahun 2020.

(F) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara-negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan hingga pada tahun 2030.

(G) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke multi-bahaya sistem peringatan dini dan informasi resiko bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun 2030.

Sementara The Four Priorities for Action (Empat prioritas untuk aksi) antara lain: Prioritas 1. Memahami risiko bencana.

Prioritas 2. Memperkuat pemerintahan dalam melakukan manajemen bencana. Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana, dengan memperkuat resiliensi/ketahanan.

Prioritas 4. Menguatkan kesiapan terhadap bencana untuk respon yang efektif dan membangun kembali lebih baik dalam proses recovery (pemulihan), rehabilitation (rehabilitasi) dan reconstruction (rekonstruksi).

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kerangka kerja Hyogo sangat efektif dalam menumbuhkan kesadaran akan pengurangan resiko bencana. Kerangka kerja Hyogo telah berhasil dalam meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan diantaranya pemerintah, peneliti, dunia usaha, dan organisasi non-pemerintah untuk berperan aktif dalam pengurangan resiko bencana (PRB). Namun, banyak langkah yang masih diperlukan dalam menyikapi kerentanan akibat bencana.

2. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) adalah sebuah organisasi teknis dan koordinasi regional yang menawarkan jasa konsultasi dalam berbagai topic dari perubahan iklim sampai penilaian resiko terhadap kesehatan masyarakat. ADPC bekerja lintas sektoral membantu negara-negara, organisasi, masyarakat dan individual untuk mengurangi resiko bencana, membangun masyarakat yang lebih tangguh di Asia. ADPC berlokasi di Paholyothin Highway, Km. 42, Tambon

(40)

Khlong Nueng, Amphoe Khlong Luang, Pathumthani, 12120, Bangkok, Thailand. ADPC mempunyai program-program yang merupakan bagian dari visi menuju ADPC 2020 yaitu:

1. Program Inti 1: Pengetahuan (science) Kapasitas ditingkatkan dari negara-negara dalam pemanfaatan informasi berbasis ilmu pengetahuan untuk memahami resiko.

2. Program Inti 2: Sistem (systems) Sistem-sistem diperkuat untuk manajemen resiko-resiko yang efektif pada semua tingkatan di negara-negara, terutama pada tingkat sub-nasional dan lokasi.

3. Program Inti 3: Aplikasi (applications) Aplikasi ditingkatkan dan membumikan upaya pengurangan resiko dalam pembangunan

Sebagai wilayah yang paling rawan bencana di dunia, Asia-Pasifik harus proaktif mengelola risiko bencana tersebut. Selama hampir 30 tahun, Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) telah memberikan kontribusi dalam membuat Asia-Pasifik lebih aman dengan memperkuat ketahanan terhadap bencana di semua tingkat.

Didirikan pada tahun 1986, ADPC adalah organisasi regional independen. ADPC bekerja di sejumlah negara di kawasan Asia termasuk Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Thailand, Filipina dan Vietnam. Dengan kantor pusat yang terletak di Bangkok, Thailand, ADPC memiliki kantor negara di Bangladesh dan Myanmar. Jaringan mapan ADPC dengan instansi pemerintah dan kemitraan yang kuat dengan organisasi regional dan badan-badan pembangunan memberikan dasar untuk bekerja. Untuk mencapai tujuan-tujuannya dalam pengurangan risiko bencana, ADPC bekerja sama dengan pemerintah daerah, nasional dan regional, organisasi pemerintah dan non-pemerintah, donor dan mitra pembangunan.

ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center)

Pusat koordinasi dan informasi penanganan bencana di kawasan ASEAN, ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center), resmi didirikan dengan penandatanganan kesepakatan oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN pada KTT ASEAN di Bali, 18 November 2011.

Terdapat tiga pilar dalam AHA Center, hazard science and technology terutama untuk wilayah ASEAN, information and communication technology yang merupakan factor kunci dari center ini dan disaster management. Upaya yang dilakukan di AHA Center adalah mengumpulkan data dan informasi mengenai

(41)

kebencanaan dan kemudian mendistribusikan data tersebut kepada pihak yang membutuhkan.

Dalam rangka mendirikan AHA Center tersebut, pemerintah Indonesia telah membentuk satuan tugas khusus yang menangani AHA Center sejak awal tahun 2011. Untuk sementara, ada tujuh key area yang ditangani oleh AHA Center, diantaranya yaitu information and communication technology, disaster risk monitor, preparedness and respons dan partnership building. Dalam upaya membangun partnership building, telah ada beberapa negara yang menjadi partner di AHA Center ini diantaranya Australia, Jepang, New Zealand, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sebagai pusat informasi kejadian bencana, maka negara-negara ASEAN khususnya dapat menyalurkan bantuan yang berbeda. Tidak menumpuk seperti sebelum-sebelumnya karena kurang informasi dan koordinasi. Selain itu dengan adanya AHA Center bisa dihilangkan hambatan bagi pihak yang ingin mengirimkan bantuan bagi wilayah bencana di ASEAN. Kemudian untuk meningkatkan kemampuan SDM-nya, diperlukan juga pelatihan-pelatihan, sehingga seluruh tim yang terlibat di AHA Center ini memiliki kemampuan yang sama. Dengan kemampuan SDM yang bagus dan fasilitas yang memadai, AHA Center mampu menjadi Centre of Excellence di wilayah ASEAN.

Belajar dari kejadian bencana di regional ASEAN selama ini bahwa pengalaman, kapasitas dan sumber daya penanggulangan bencana di masing-masing negara ASEAN berbeda dan memberikan dampak kerugian ekonomi tidak hanya di wilayahnya namun juga terhadap negara-negara terdampak. Pasca kejadian Tsunami 2004 yang dampaknya terjadi di 14 negara, telah mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk menata kembali dan memperkuat perjanjian kerjasama di bidang penanggulangan bencana. Pada tahun 2005, ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) telah disepakati oleh para Menteri Luar Negeri di kawasan ASEAN.

AADMER merupakan suatu persetujuan untuk melaksanakan penanganan bencana di tingkat regional ASEAN secara bersama, terpadu, komprehensif dan menyeluruh karena mencakup semua aspek dari siklus penanggulangan bencana. Program aksi yang akan dilaksanakan bersama oleh negara anggota ASEAN dalam bidang penanggulangan bencana untuk memperkuat kerjasama penanganan bencana, mulai dari pengembangan sistem peringatan dini, penanganan dalam tahap tanggap darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi serta pengurangan risiko bencana. ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) merupakan suatu badan ASEAN di bawah pilar sosial budaya yang berfokus pada pelaksanaan operasional AADMER (ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response).

(42)

AADMER mencakup :

(i) kerjasama ASEAN dalam upaya pencegahan dampak bencana (prevention and mitigation);

(ii) kerjasama ASEAN dalam joint emergency response;

(iii) mengembangkan regional standby arrangements dalam humanitarian assistance rapid response;

(iv) pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) sebagai koordinator kerjasama penanganan bencana di ASEAN.

3. Kebijakan Nasional Penanggulangan Krisis Kesehatan

1. Kerangka Penanggulangan Bencana

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025, maka sasaran penanggulangan bencana dalam pembangunan nasional 20 tahun mendatang diarahkan untuk :

1. Mewujudkan masyarakat, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu;

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari;

7. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional;

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional

Sasaran penanggulangan bencana dalam pembangunan adalah mengurangi risiko korban jiwa dan potensi dampak kerusakan dan kerugian akibat bencana, melalui :

1. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan di pusat dan daerah;

2. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam pelaksanaan risiko bencana;

3. Penguatan kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana yang difokuskan di kawasan rawan bencana tinggi;

4. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta terbangunnya budaya kesadaran dan keselamatan di masyarakat dalam menghadapi bencana;

(43)

5. Meningkatnya akuntabilitas dan tata kelola penyelenggaraan penanggulangan bencana;

6. Meningkatnya alokasi anggaran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana.

Pada RKP 2015, aspek penanggulangan bencana menjadi salah satu isu strategis. Hal ini tercantum dalam salah satu isu strategis bidang kesra yaitu pengelolaan risiko bencana. Memperhatikan permasalahan-permasalahan terkait penanggulangan bencana yang muncul dan terjadi selama ini dan dalam upaya mendukung sasaran pembangunan nasional, maka sasaran pokok penanggulangan bencana di tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan di pusat dan daerah;

2. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana;

3. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta terbangunnya budaya keselamatan dalam pengurangan risiko bencana;

4. Meningkatnya akuntabilitas dan tata kelola penanggulangan bencana. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arahan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana ditempuh melalui :

1. Peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana, melalui:

a. Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam manajemen risiko bencana, pengkajian risiko bencana dan integrasi pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan;

b. Mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan kebijakan penanggulangan bencana;

c. Penguatan koordinasi dan harmonisasi kebijakan antar sektor guna mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana baik di pusat maupun daerah;

d. Penguatan kesiapsiagaan dan penyediaan sistem peringatan dini di kawasan risiko tinggi bencana;

e. Pengurangan keterpaparan (exposure) dan kerentanan di kawasan risiko tinggi bencana;

f. Membangun budaya kesadaran masyarakat (public awareness) dalam pengurangan risiko bencana, melalui sosialisasi, pendidikan dan pelatihan pengurangan risiko bencana kepada masyarakat.

2. Penguatan tata kelola penanggulangan bencana di pusat dan daerah, melalui:

a. Penguatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana di pusat dan daerah;

(44)

b. Peningkatan kapasitas penanganan darurat, melalui penguatan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait;

c. Mendorong daerah untuk mengalokasi dana penanggulangan bencana dalam APBD;

d. Penguatan koordinasi antar sektor dalam rangka pemulihan wilayah pasca bencana;

e. Penyediaan SPM penanggulangan bencana.

2. Kebijakan dan Strategi Pusat Krisis Kesehatan 2015-2019 Visi

Masyarakat yang mandiri dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat laboratorium bencana internasional

Misi

a. Meningkatkan Kapasitas SDM sesuai standar internasional

b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait penurunan resiko krisis kesehatan yang mendapatkan pengakuan internasional melalui kegiatan pelatihan dan penelitian

c. Meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi krisis kesehatan dan sebagai tempat pembelajaran masyarakat internasional

Tujuan

Terselenggaranya penanggulangan krisis kesehatan yang mengutamakan pengurangan resiko krisis kesehatan melalui keterpaduan antar program, pemanfaatan teknologi informasi, pelaksanaan kegiatan disertai monitoring evaluasi yang berkesinambungan serta peningkatan kualitas dan pemerataan sumber daya manusia

Visi, misi, dan tujuan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kebijakan dan strategi, seperti berikut: Kebijakan

1. Lebih menitikberatkan kepada upaya pengurangan resiko krisis kesehatan dengan tetap meningkatkan kualitas untuk kegiatan tanggap darurat dan pasca krisis kesehatan;

2. Peningkatan kualitas dan pemerataan kemampuan sumber daya penanggulangan krisis kesehatan;

3. Pengarusutamaan penanggulangan krisis kesehatandalam kebijakan maupun kegiatan lintas-program, lintas-sektor dan masyarakat;

(45)

5. Penyediaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis kesehatan;

6. Optimalisasi pelaksanaan monitoring evaluasi untuk peningkatan kualitas program yang berkesinambungan.

Strategi

a.

Memperkuat kerangka hukum penanggulangan krisis kesehatan baik untuk pra, tanggap darurat dan pasca krisis;

b.

Memperkuat manajemen risiko di daerah risiko bencana termasuk dengan penguatan fasilitas kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan epidemiologi kebencanaan;

c.

Meningkatkan standar peningkatan kapasitas SDM melalui akreditasi nasional dan internasional;

d.

Meningkatkan peran lintas program, lintas sektor dan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan;

e.

Meningkatkan kemitraan multi pihak dalam penanggulangan krisis kesehatan, termasuk dengan LP, LS, NGO/LSM, masyarakat dan Internasional;

f.

Menetapkan status kelembagaan PPK regional/sub regional menjadi UPT Pusat;

g.

Menjadikan regional sebagai center of excellent untuk implementasi kerjasama ABG for CE (Academic, Bussiness and Government for Community Empowerment) dalam rangka pelatihan dan penelitian pengurangan risiko bencana;

h.

Menyediakan dan memanfaatkan teknologi informasi diawali dengan penyusunan grand design sistem informasi;

i.

Mengembangkan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala.

(46)

Kegiatan Kewenangan

Nasional (UU No.

24 Th 2007) Pusat Permenkes 64 Th 2013 Pra Krisis : Serangkaian Kegiatan yang dilakukan pada situasi tidak terjadi bencana atau situasi terdapat potensi terjadinya bencana yang meliputi : perencanaan, pengurangan risiko, pendidikan dan pelatihan, penetapan persyaratan standar teknis dan analisis, kesiapsiagaan dan mitigasi kesehatan. Perencanaan penanggulangan bencana

mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan pra krisis kesehatan dengan seluruh sumber daya kesehatan dan seluruh instansi/lembaga yang berperan serta dalam penanggulangan krisis kesehatan

Penurangan risiko bencana

menyusun dan mensosialisasikan kebijakan penanggulangan krisis kesehatan

Pencegahan melaksanakan dan mengembangkan

sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan

Pemaduan dalam perencanaan pembangunan

menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia

kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan serta pembinaan tim reaksi cepat

Persyaratan analisis risiko bencana

meningkatkan kesiapsiagaan unit kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan dengan melengkapi

sarana/fasilitas yang diperlukan Pelaksanaan dan

penegakan rencana tata ruang

memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan

Pendidikan dan pelatihan

mambina dan memfasilitasi PPKK Regional dan Sub Regional Persyaratan

standar teknis penanggulangan bencana

memetakan kesiapsiagaan unit-unit kesehatan di daerah

Penelitian dan pengembangan

mengkoordinasikan ketersediaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan

Kesiapsiagaan melaksanakan kegiatan siaga darurat

bidang kesehatan

Peringatan dini

(47)

Kegiatan Kewenangan

Nasional (UU No. 24

Th 2007) Pusat Permenkes 64 Th 2013 Tanggap darurat : Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian akibat bencana untuk menangani dampak kesehatan yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pemulihan korban, prasarana serta fasilitas pelayanan kesehatan Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya

Mobilisasi bantuan kesehatan dari unit utama Kementerian Kesehatan

Penentuan status keadaan darurat bencana

Mobilisasi bantuan kesehatan termasuk tenaga kesehatan warga negara asing dari berbagai pihak baik nasional maupun internasional

Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana

Fasilitasi seluruh sumber daya kesehatan dan seluruh instansi/lembaga yang berperan serta dalam penanggulangan krisis kesehatan dalam melakukan tugas teknis penanggulangan krisis kesehatan Pemenuhan

kebutuhan dasar

Pemenuhan kebutuhan kesehatan sesuai yang diusukan oleh daerah yang terkena krisis secara langsung

Perlindungan terhadap kelompok rentan

Pemenuhan kebutuhan kesehatan lain berupa sumber daya manusia kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk

mengoperasionalkan sistem pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan medik, obat dan perbekalan kesehatan, gizi, pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, dan identifikasi korban sesuai kebutuhan

Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

Memfasilitasi pemulihan darurat untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan

Pembayaran klaim rumah sakit untuk

biaya perawatan pasien korban krisis kesehatan yang mulai dirawat pada masa tanggap darurat krisis kesehatan dengan ketentuan sepanjang pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kab/kota tidak mampu mengatasinya dan

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pemantauan perkembangan kejadian

krisis kesehatan melalui sistem penanggulangan krisis kesehatan

(48)

Kegiatan Kewenangan Nasional (UU No. 24 Th 2007) Pusat Permenkes 64 Th 2013 Pasca Krisis : Serangkaian Kegiatan yang dilakukan dengan segera untuk memperbaiki, memulihkan, dan/atau membangun kembali prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan

Rehabilitasi Melakukan koordinasi dengan seluruh sumber

daya kesehatan, dan seluruh instansi/lembaga yang berperan serta dalam penanggulangan krisis kesehatan untuk melaksanakan kegiatan pemulihan darurat

Rekonstruksi Mengkoordinasikan pelaksanaan penilaian kerusakan dan kerugian di bidang kesehatan yang dilaksanakan bersama unit terkait

Membantu unit teknis terkait dalam penyediaan

sumber daya kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing dalam upaya :

 pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan yang terkait dengan pencegahan kejadian luar biasa penyakit menular

potensial wabah yang meliputi pengendalian penyakit, surveilans epidemiologi, imunisasi, perbaikan kualitas air dan sanitasi, dan promosi kesehatan

 pelayanan kesehatan yang terkait dengan perbaikan gizi, kesehatan reproduksi, pelayanan medis, pemulihan kesehatan jiwa

B, Pokok Bahasan 2 : Sejarah ITC-DRR 1. Pembentukan ITC-DRR

Semua negara di seluruh dunia ditantang oleh keadaan darurat yang berbeda dan bencana yang disebabkan oleh alam atau buatan manusia. Berdasarkan pengalaman, setiap negara berusaha belajar yang terbaik untuk membangun kapasitas dalam mengelola risiko ini. Berdasarkan ini maka perlu keterampilan terkait sehingga dibentuk berdasarkan Konsorsium Pelatihan Internasional yang terletak di negara yang rentan terhadap bencana alam, dan telah memperoleh berpengalaman dalam mengelola risiko.

Indonesia telah membentuk 9 Pusat Krisis Regional/Regional Crisis Center (RCC) dan Pusat Koordinasi di Depkes sebagai Emergency Preparedness Response Hub (EPRH), yang terdiri dari Universitas, diklat Rumah Sakit, Emergency Unit Operasi dan Darurat serta dijalankan oleh para profesional terlatih untuk mengelola Pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction/DRR)

International Training Consortium Disaster Risk Reduction yang kemudian disingkat dengan nama ITC-DRR, berdasarkan pengaturan Pusat Krisis Regional

(49)

(RCC) dan Universitas sebagai inti untuk memulai pelatihan ini. WHO Indonesia telah terus mendukung sejak hari-hari awal ketika ide ini diuraikan pada tahun 2004. ITC-DRR diluncurkan pada tanggal 17-19 September 2007 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan dari WHO dan kontribusi dari berbagai organisasi seperti JICWELS, lembaga lain dan Institusi nasional dan internasional. Sebanyak 150 perwakilan profesional dari organisasi dan negara-negara yang berbeda menghadiri dan telah memberikan kontribusi rekomendasi yang berharga.

Peserta pada Launching Ceremony ITC DRR

ITC-DRR didirikan dan diharapkan dapat memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola keadaan darurat dan bencana dengan kaitannya pada pengurangan risiko bencana secara global. Pelatihan internasional pada Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Bencana ini diselenggarakan pada bulan November 2007 di Makassar Indonesia. Belajar dari pengalaman bencana yang ada serta umpan balik dalam membentuk peserta, fasilitator, dan kebutuhan pada pemangku kepentingan, lembaga pendukung dan donor maka pelatihan ini dirasa perlu dikembangkan. Setelah diawali di Makassar maka selanjutnya dilaksanakan di Yogyakarta dengan mulai menyesuaikan dari kebutuhan pelatihan kegawatdaruratan dan bencana. Pelatihan internasional ke-2 pada Darurat dan Penanggulangan Bencana, yang mengangkat tema Perencanaan Kontinjensi dan Riset Operasional, diselenggarakan di Yogyakarta, Indonesia. Setiap orang yang terlibat di dalamnya atau tertarik di bidang darurat dan manajemen bencana dapat mengikuti pelatihan ini. Peserta dapat berbagi dan belajar aspek manajemen umum darurat dan bencana dan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan praktek dalam mengembangkan rencana kontingensi darurat dan bagaimana mengintegrasikan penelitian operasional ke dalam proses dengan cara

(50)

sederhana dan praktis. Setelah pelatihan di Yogyakarta, ITC-DRR terus berkembang dan dilakukan setiap tahunnya dengan tema yang berbeda-beda.

Launching Ceremony of ITC DRR, 17-19 September 2007 2.

Perkembangan ITC-DRR

Setelah ITC-DRR didirikan dan diluncurkan pada tahun 2007 di Makassar oleh Kementerian Kesehatan dengan dukungan WHO. Pada perkembangannya, ITC-DRR menjadi kegiatan pelatihan yang didasarkan pada konsep orbit yang garis edarannya dibentuk oleh universitas-universitas dari 9 Regional Pusat Krisis untuk mewakili Perguruan Tinggi lain di daerah masing-masing.

Universitas ini akan memiliki karakteristik tersendiri dan program unggulan baik dalam penanggulangan bencana maupun pengurangan resiko kebencanaan. Contohnya, seperti yang sudah pernah dilakukan adalah UI memiliki keunggulan dalam bidang post traumatik sindrom disorder dan epidemiologi bencana (karena Pusat Krisis UI berada di Fakultas Psikologi dan Pusat Bencana UI di Fakultas Kesehatan Masyarakat), UGM memiliki keunggulan di bidang mitigasi fasilitas kesehatan bencana yang aman terhadap bencana, UNAIR memiliki keunggulan di bidang dekontaminasi dan tim bantuan medis kegawatdaruratan (emergency medical team), UNIBRAW memiliki keunggulan di bidang penatalaksanaan kegawatdaruratan, UNHAS memiliki keunggulan di bidang manajemen bencana secara umum dan lain-lain.

ITC-DRR telah menyelenggarakan beberapa pelatihan seperti : 1. Tiga pelatihan fasilitator ITC-DRR di Indonesia :

 Surabaya pada tahun 2007 dengan pelatih dari peserta pelatihan master fasilitator 2007 di Jepang untuk pelatihan ITC-DRR tahun 2007 di Makassar

(51)

 Yogyakarta pada tahun 2008 dengan pelatih dari peserta pelatihan master fasilitator 2008 di Jepang untuk pelatihan ITC-DRR tahun 2008 di Yogyakarta dan Surabaya

 Jakarta pada tahun 2009 dengan pelatih dari peserta pelatihan master fasilitator 2009 di Jepang untuk pelatihan ITC-DRR tahun 2009 di Jakarta, 2. Pelatihan berskala internasional untuk keadaan krisis kesehatan,

pengurangan risiko bencana penanggulangan dan manajemen bencana, dengan rincian sebagai berikut :

a. Makassar, tahun 2007 bekerjasama dengan FK UNHAS mengambil tema Pengurangan Risiko Bencana

b. Yogyakarta, tahun 2008 bekerjasama dengan PMPK FK UGM mengambil tema Operational dan Kontijensi

c. Surabaya, tahun 2008 bekerjasama dengan FK UNAIR mengambil tema mengenai Pandemi dan Bencana Kimia (Dekontaminasi)

d. Jakarta, tahun 2008 bekerjasama dengan FKM UI mengambil tema mengenai Psikologi dalam situasi Bencana

e. Yogyakarta, tahun 2013 diorganisasi oleh WHO CC on Disaster Management Training and Research (baru dibentuk) mengambil tema Bencana Gempa Bumi.

f. Denpasar tahun 2014 diorganisasi oleh WHO CC on Disaster Management Training and Research, mengambil tema Bencana Bom.

g. Medan, tahun 2015, diorganisasi oleh WHO CC on Disaster Management Training and Research mengambil tema Kesiapsiagaan Gunung Berapi h. Yogyakarta, tahun 2015, diorganisasi oleh WHO CC on Disaster

Management Training and Research mengambil tema Kesiapsiagaan Tanah Longsor.

i. Palembang, tahun 2016, diorganisasi oleh WHO CC on Disaster Management Training and Research mengambil tema Kesiapsiagaan Asap dikarenakan Kebakaran Hutan dan Lahan.

j. Yogyakarta, tahun 2016, diorganisasi olrh WHO CC on Disaster Management Training and Research mengambil tema Kesiapsiagaan dalam Bencana Kekeringan.

Tujuan utama dari penyelenggaraan kursus ini adalah untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, praktek di keadaan darurat dan manajemen bencana, dengan menggunakan metode yang interaktif dan terintegrasi kurikulum modular melingkar berdasarkan standar internasional untuk

(52)

orang-orang yang memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam manajemen atau mungkin terlibat dalam bidang keadaan darurat dan bencana

Luarannya adalah dengan menyelesaikan kursus pelatihan, peserta akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan, praktek dan pengalaman berdasarkan bukti dan pengakuan dari partisipasi mereka

3. Kerangka Konsep ITC-DRR

Konsep dari ITC-DRR didasarkan seperti Desain Orbital, dimana Kementrian Kesehatan dalam hal ini Pusat Krisis Kesehatan, bertindak sebagai planet ibu dan dikelilingi oleh 9 Pusat Krisis Kesehatan Regional yang menautkan orbitnya. Dimana universitas-universitas terkemuka yang ada di 9 orbit ini beredar dan akan interlink dengan satu sama lain dalam mengatur pelatihan internasional sesuai dengan tema bencana yang terdapat didaerah tersebut.

9 pusat krisis Regional di kawasan ini juga akan bekerja sama dengan Provinsi lain sebagai saudara perempuan dan saudara planet untuk bersama-sama membangun kapasitas.

WHO akan mendukung ITC-DRR sebagai salah satu pusat berkolaborasi, yang melibatkan semua Perguruan dalam paket yang dikenal sebagai orbit ITC-DRR. Sedangkan desain dari pelatihan ini terdiri dari adanya :

- Proses - Subjek - Metodologi

Ketiga dari materi utama diatas dibutuhkan dalam mengembangkan kebutuhan dari Pengurangan Risiko Bencana.

ITCDRR - The Orbital Design

Mother ship Coordinating Center MOH CC UV-4 CC UV-5 CC UV-6 CC UV-7 CC UV-8 CC UV-9 CC UV-1 CC UV-3 CC UV-2 Sister CC Brother CC

Universities in each Regional Crisis Center will participate and facilitate others The whole unit is known as ITCDRR

Int: Centers Org: Brother CC Sister CC PPK –CC INT / NAT

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitator meminta peserta untuk menyandingkan hasil kerja kelompok A dan B pada masing-masing sekolah dan mengajak peserta untuk mengidentifikasi kondisi- kondisi

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh efektifitas pelatihan dan kinerja fasilitator terhadap kepuasan guru SMP

Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan pengertian jurnalistik dan tahapan melakukan reportase dikertas metaplan.. Koding tulisan-tulisan dan ajak

Jelaskan kepada peserta bahwa kita (fasilitator) berniat untuk belajar mengenai kondisi wilayah kelurahan/desa terutama mengenai pola – pola komunikasi dan sebaran wilayah

Peserta Musrenbang Kecamatan adalah individu atau kelompok yang merupakan wakil dari desa/kelurahan dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala

TEKNIK MENGHADAPI SITUASI SULIT  Cek perasaan semua peserta, lemparkan pertanyaan untuk memperoleh pendapat kelompok tentang masalah yang muncul, contoh :”Bagaimana menurut yang

Membentuk tim fasilitator projek merupakan bagian dari alur perencanaan projek profil pelajar pancasila. Pimpinan satuan pendidikan menentukan pendidik yng tergabung dalam tim fasilitasi proyek yang berperan merencanakan proyek, membuat modul proyek, mengelola proyek, dan mendampingi peserta didik dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Tim fasilitator projek profil terdiri dari sejumlah pendidik yang berperan merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi projek profil. Tim fasilitator dibentuk dan dikelola oleh kepala satuan pendidikan dan koordinator projek profil. Jumlah tim fasilitator projek profil dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan, dilihat dari: Jumlah peserta didik dalam satu satuan pendidikan, Banyaknya tema yang dipilih dalam satu tahun ajaran, Jumlah jam mengajar pendidik yang belum terpenuhi atau dialihkan untuk projek profil, Atau pertimbangan lain sesuai kebutuhan masing-masing satuan

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN  peserta didik diharapkan mampu membiasakan diri bersikap penuh kasih sayang, menjelaskan alasan harus berterima kasih dengan tepat, dan menyebutkan