• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hasil Penelitian

1. Kebijakan yang diambil

Bahwa Peraturan Daerah yang bertentangan dengan Peraturan yang diatasnya tidak dapat lagi diberlakukan, seperti halnya dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 tahun 2003, sehingga Pemerintah Daerah mengambil langkah-langkah kebijakan dengan:

i.Memberlakukan peraturan yang lebih tinggi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan tidak ada keterangan dari dasar kebijakan yang telah dilaksanakan apakah melalui petunjuk dan instruksi tertulis ataupun perintah lisan dari pejabat yang berwenang atau langsung dilaksanakan. Apabila terjadi keadaan seperti terdapatnya Peraturan Daerah yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, sebaiknya perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam proses Peraturan Daerah dimaksud membuat telaahan berupa pengajuan beberapa alternatif kepada pejabat yang berwenang agar dapat menetapkan kebijakan sebagai dasar lebih lanjut untuk bertindak.

Telaahan yang cepat perlu dilakukan karena proses pencabutan Peraturan Daerah melalui tahap-tahap yang cukup panjang, sebagaimana ditetapkan dan diatur dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 158 ayat (2) sampai dengan (6) sebagai berikut :

(2) Dalam hal Peraturan Daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan yang lebih tinggi, Menteri Keuangan merekomandasikan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.

59

(3) Penyampaian rekomendasi pembatalan oleh Menteri Keuangan kepada Menetri Dalam Negeri dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Peraturan Daerah.

(4) Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden.

(5) Keputusan pembatalan Peraturan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya Peraturan Daerah.

(6) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan pembatalan, Kepala Daerah harus membekukan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud.

Dapat diketahui cukup panjang dan lama proses pencabutan suatu Peraturan Daerah, belum lagi waktu yang diperlukan untuk mengagendakannya dalam sidang dewan di daerah yang berdasarkan pengalamanan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sidang Dewan tidak bisa dilaksanakan tanpa memperhitungkan seluruh agenda kegiatan tahunan daerah lainnya. Pada keadaan yang lain perlu pula dipikirkan perlunya deregulasi dalam proses pencabutan Peraturan Daerah dengan cara yang lebih singkat dan sederhana. Bagaimanapun Gubernur, Bupati dan Walikota adalah wakil pemerintah pusat di daerah yang kewenangannya sudah ditetapkan dalam Undang-undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah khususnya pasal 10 ayat (1) dan (2).

b. Sosialisasi

Menyertai kebijakan peniadaan biaya retribusi SIUP bagi UMKM telah diambil pula kebijakan untuk mengadakan sosialisasi

60

oleh Satuan Kerja terkait. Dari hasil penelitian ternyata pelaksanaan sosialisasi masih sangat terbatas. Salah satu indikator terbatasnya sosialisasi dapat diketahui dari banyaknya UMKM yang tidak mengatahui adanya peniadaan biaya retribusi permohonan izin mengajukan SIUP. Bahkan UMKM yang mengajukan SIUP setelah tahun 2012 disaat mana peniadaan biaya retribusi sudah diberlakukan. Pemohon SIUP merasa tidak ada sesuatu yang baru dalam proses mendapatkan SIUP dimaksud. Dalam keadaan belum adanya pencabutan atau adanya peraturan daerah yang baru, seharusnya Pemerintah Daerah Kota Salatiga terus melanjutkan kegiatan sosialisasi guna mendapatkan masukan sebagai bahan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya yang lebih tepat. Perbaikan-perbaikan dalam permohonan mengajukan SIUP seperti pengurangan biaya dalam perizinan lainnya yang nenjadi lampiran kelengkapan syarat pengajuan SIUP dapat didiskusikan dalam forum sosialisasi. Kurangnya komunikasi yang dilakukan yang antara lain melalui sosialisasi, maka adanya kebijakan peniadaan retribusi SIUP ataupun kebijakan lainnya tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kepemilikan SIUP.

c. Kebijakan menunggu dalam proses pencabutan Peraturan Daerah. Sebagaimana diketahui dengan tidak berlakunya Peraturan Daerah No. 10 tahun 2003, ternyata Pemerintah Daerah Kota Salatiga tidak serta merta membuat kebijakan yang secara langsung meminta

61

rekomendasi pencabutan kepada Gubernur melalui konsultasi teknis di daerah. Konsultasi ini merupakan jalan terpendek untuk proses pencabutan peraturan daerah tetapi justru sebaliknya daerah menunggu pencabutan tersebut berproses keatas. Dengan terlambatnya proses pengajuan pencabutan Peraturan Daerah di tingkat Provinsi, maka saat ini masih ditunggu Peraturan Presiden yang membatalkan berbagai Peraturan Daerah dari berbagai Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan atau dengan peraturan yang lebih tinggi. Kebijakan menunggu yang sedemikain berpotensi merumitkan suatu proses yang seharusnya sederhana menjadi berkepanjangan atau dengan kata lain tidak menggunakan kewenangan yang sudah diserahkan kepada daerah, tetapi menunggu penetapan dan petunjuk/perintah dari atas. Kebijakan simplifikasi regulasi oleh pemerintah pusat banyak kelemahan dari sisi yuridis. Kesan populis untuk deregulasi investasi tetap tidak ada instrumen subtitutif yang tepat justru ada kevakuman dan ketidakstabilan sistem hukum dari aspek otonomi daerah.

Kebijakan menunggu petunjuk dari atas merupakan kebijakan yang tidak populis dalam masa reformasi dan penegakan pemerintahan daerah yang lebih bertanggung jawab.

d. Peningkatan pembinaan

Kebijakan lain yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga terkait dengan peniadaan biaya retribusi SIUP adalah melakukan

62

kerjasama dengan Forum Pembina UMKM Jawa Tengah, yang diharapkan UMKM mendapatkan kemudahan dalam hal.

1). Pengembangan permodalan

2). Pengembangan usaha dibidang produksi 3). Pengolahan hasil

4). Pemasaran

5). Peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan 6). Penjaminan dan

7). Kemitraan dengan usaha besar.

Kebijakan peningkatan pembinaan seyogianya dapat lebih dikongkritkan dengan program yang lebih realistis sesuai dengan kebutuhan yang mendesak bagi peran UMKM misalnya pengembangan permodalan dan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan sumberdaya manusia wira usaha.

Berdasarkan uraian penjelasan tersebut di atas maka beberapa kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam hal pelayanan SIUP adalah melakukan pencabutan Perda No. 10 tahun 2003 selain melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelayanan SIUP, seperti pengurangan besarnya biaya perizinan lainnya yang menjadi lampiran kelengkapan syarat mengajukan SIUP, pemangkasan lamanya waktu agar prosesnya dapat lebih cepat dengan jumlah hari yang dapat ditentukan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Hal-hal tersebut penting untuk dilakukan sebab tanpa adanya peningkatan profesionalisme dalam

63

pelaksanaan pelayanan publik khususnya dalam pembuatan SIUP maka kebijakan peniadaan pungutan retribusi SIUP di Kota Salatiga, tidak akan terlalu berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepemilikan SIUP. 2. Pelayanan Publik oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga

Kebijakan publik menampilkan konteks kehidupan. Mengubah masyarakat memerlukan perubahan kebijakan. Kemudian evaluasi kebijakan adalah suatu instrumen untuk mengkaji apakah suatu kebijakan sebaiknya di lanjutkan, direvisi, atau dihentikan. Evaluasi kebijakan adalah alat penting bagi pembuat kebijakan. Akan tetapi kadang-kadang ada masalah: seorang pemimpin baru sebagai pembuat kebijkan cenderung menggantikan kebijakan yang sudah ada yang di perkenalkan oleh pemimpin sebelumnya. Patologi kepemimpinanlah yang selalu membawa kebijakan baru dari pemimpin baru.

Evaluasi kebijakan akan menyediakan panduan sampai dimana arah kebijakan akan berjalan. Oleh karena itu, evaluasi kebijakan akan signifikan memberitahu pemimpin baru dalam pembuat kebijakan dan jenis tindakan perubahan kebijkan apa yang perlu diambil para pemimpin dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Opsi setelah evaluasi kebijakan adalah: kelanjutan kebijakan, perubahan kebijakan, atau penghentian kebijakan dan kemudian memiliki kebijakan baru.

Pemberian perizinan adalah salah satu wujud pelayanan publik yang sangat menonjol dalam penyelenggaraan tata pemerintahan. Dalam hubungan Pemerintah Daerah dengan warganya sering kali pemberian izin menjadi indikator untuk mengukur apakah suatu organisasi pemerintahan sudah memenuhi kondisi good governance atau belum. Salah satu upaya untuk

64

memudahkan pelayanan pelayanan publik dalam soal perizinan Pemerintah Daerah Kota Salatiga telah menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu melalui pembentukan satuan Kerja Perangkat Daerah yang khusus menangani perizinan yaitu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal. Badan ini dibentuk antara lain dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal pada Pemerintah Daerah Kota Salatiga susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan melalui Peraturan Daerah No. 9 tahun 2011, dengan tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan perizinan terpadu dan penanaman modal. Fungsinya antara lain adalah :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan perizinan terpadu dan penanaman modal.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah di bidang pelayanan perizinan terpadu dan penanaman modal. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perizinan, perizinan

tertentu, pelayanan dan pengaduan, dan penanaman modal. 4. Pelaksanaan pelayanan kesekretariatan Badan dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Berkenaan dengan pemberian perizinan SIUP, dari hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa UMKM sebagian mengatakan bahwa prosesnya dalam mengurus SIUP cukup lancar, sedangkan sebagian UMKM lainnya mengatakan prosesnya cukup rumit. Perbedaan pernyataan dari beberapa pelaku usaha tersebut bisa terjadi disebabkan persepsi yang berbeda dalam melihat proses ijin saat permohonan SIUP

65

diajukan. Bisa dikatakan berjalan lancar apabila semua persyaratan yang diperlukan sudah lengkap seperti lampiran Izin Mendirikan Bangunan, Izin Gangguan dan lampiran-lampiran lainnya seperti NPWP sudah lengkap. Namun proses ini bisa menjadi cukup lama apabila persyaratan berupa lampiran tentang izin-izin yang diperlukan belum lengkap. Oleh sebab itu diperlukan informasi yang jelas, sederhana dan mudah dipahami bagi pelaku usaha mengenai tahap-tahap untuk mendapatkan izin SIUP.

Beberapa cara lain yang perlu dilakukan yaitu pemangkasan biaya perizinan yang menyertai pengajuan permohonan izin SIUP dan pemangkasan lamanya waktu agar prosesnya dapat lebih cepat dengan jumlah hari yang dapat ditentukan. Selain itu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pejabat yang berwenang. Dengan cara bekerja yang lebih professional dalam pelayanan publik yang akan lebih memuaskan bagi pelaku usaha.

Selain meningkatkan profesionalitas dalam melakukan pelayanan publik, kebijakan lain yang penting untuk segera dilakukan Pemerintah Kota Salatiga adalah segera mencabut Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 tahun 2003 karena terbukti tidak sejalan atau selaras dengan peraturan-peraturan yang lebih tinggi, sehingga Pemerintah Daerah perlu mengambil suatu kebijakan dengan memberlakukan peraturan yang lebih tinggi, dan Perda yang bertentangan segera di proses keberadaanya atau di cabut dan tidak dibiarkan kejelasannya lebih lanjut karena sudah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi kedudukannya.

66 3. Izin Usaha Untuk UMKM

Izin Usaha untuk UMKM yang sebagaimana sudah di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM adalah sebagai peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan UMKM dalam hal kemudahan perijinan, penyediaan pembiayaan dan fasilitasi teknologi informasi, dengan memberikan prioritas kepada UMKM untuk ikut serta dalam program pengadaan barang dan jasa yang diadakan oleh pemerintah.

Setiap usaha yang menjalankan kegiatan dibidang perdagangan seharusnya sudah memiliki SIUP. Syarat memiliki SIUP bertujuan agar usaha perdagangan mendapatkan legitimasi dari pemerintah, sehingga dalam menjalankan usaha tidak banyak mnendapatkan kesulitan dikemudian hari terutama dalam pengembangan usahanya terkait dengan permodalan dan pemasaran.

Banyak UMKM di kota Salatiga yang belum memiliki SIUP dan mereka masih enggan untuk mengajukan permohonan dimaksud karena masih dianggap sulit. Keadaan seperti ini dapat pula terjadi karena usaha yang berkembang di pinggiran kota yang masih bersifat urban merasa belum perlu mempunyai SIUP. Keberadaan usaha di daerah urban pinggiran kota yang berpikir sederhana belum memikirkan pentingnya Izin mendirikan Bangunan, NPWP, Izin Gangguan dan sejumlah persyaratan lainnya yang tidak mereka pahami.

67

Persyaratan untuk pengajuan mendapatkan SIUP dirasakan cukup rumit, banyak syarat-syarat lampiran yang dirasa sulit untuk mendapatkannya. Oleh sebab itu perizinan dianggap sebagai salah satu faktor yang paling menghambat pengembangan UMKM. Kebijakan peniadaan pungutan retribusi SIUP bagi mereka tidak banyak artinya karena proses yang menyertainya tidaklah sederhana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom telah dibagi-bagi kewenangannya dalam bidang perdagangan dan perindustrian. UMKM yang lebih banyak menjadi tanggung jawab daerah untuk mengembangkannya ternyata masih menghadapi banyak masalah antara lain kurangnya dukungan dari Kepala dinas setempat, tidak adanya lembaga penjaminan keuangan bagi UMKM, selain itu kualitas pelaku dunia usaha masih rendah.

Namun demikian untuk pembinaan dan pengembangan UMKM secara rutin dan berkala dapat dilakukan melalui pendekatan per kelompok, per klaster, dan sektor-sektor dengan penyediaan pembiayaan melalui program-program dari instansi teknis melalui APBD sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penyediaan bantuan khusus permodalan hanya untuk usaha mikro dan kecil, sedangkan untuk usaha menengah dilakukan melalui pola kemitraan dengan pengusaha besar dan pihak perbankan. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM menfasilitasi pengembangan jaringan kemitraan dan

68

mengembangkan berbagai inovasi dan peluang pasar dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Namun pada kenyataannya banyak UMKM masih mengeluhkan perlunya pembinaan dari pemerintah.

Dalam analisis ini kebijakan peniadaan pungutan retribusi SIUP di Kota Salatiga, tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kepemilikan SIUP. Pelayanan publik belum disertai dengan peningkat pembinaan dan pengendalian, khususnya pemberian informasi yang cukup kepada UMKM. Cukup penting untuk dikaji karena perlunya deregulasi dari Peraturan Daerah yang terkait dengan syarat-syarat pengajuan SIUP, Kebijakan yang ada yang sudah dilakukan oleh pemerintah bagi pelaku usaha belum dirasakan sebagai suatu keberpihakan kepada UMKM.

Dokumen terkait