• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKSANAAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Orde Baru adalah suat u rezim yang didominasi kaum milit er, namun salah sat u aspek yang paling ganj il dalam kebij aksanaannya ialah, rezim ini j ust ru melalaikan ABRI sebagai suat u angkat an bersenj at a, art inya, mengabaikan penyediaan f asilit as (kenikmat an) hidup bagi lapisan bint ara, t amt ama dan praj urit rendahan, dan melalaikan penyedi aan per al at an, per senj at aan, ser t a per l engkapan pendidikan kemilit eran.16 Selama 1970-an, anggaran milit er selalu

15 Begitulah, Mendagri Jenderal Amir Machmud mengatur terbitnya Penpres no. 6/ 1970, di mana pegawai negeri sipil dilingkari haknya untuk turut serta dalam kegiatan politik (baca: kegiatan partai) dan harus menunjukkan monoloyalitas kepada pemerintah (baca: GOLKAR) (Ememrson 1978: 106-107).Setelah Pemilu 1971, KORPRI, korps-nya semua pegawai negeri sipil, dibentuk untuk melaksanakan “mono-loyalitas“ secara organisatoris.

16 Ketika bangsawan Bugis, Jenderal Andi Muhammad Yusuf menggantikan Jenderal M. Pangabean sebagai Menhankam musim semi 1978, segera menjadi tenar karena mel akukan kunjungan-kunjungan mendadak untuk memeri ksa asrama dan perlengkapan prajurit rendahan, dan kemudian menyatakan keprihatinannya atas keadaan yang menyedihkan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Apar at mi l i t er i ni dapat ber t ahan dal am keadaan demi ki an sepanj ang masa, karena negara kolonial, unt uk pert ahanan dan p er l i nd ungan ek st er n, cuk up b er sand ar p ad a hub ungan persahabat annya dengan kekuat an marit im yang paling j aya pada masa it u, yait u, Inggris, sedang Inggris punya alasan geo-polit is t ersendiri unt uk menyaj ikan perlindungan (Inggris berkepent ingan membina persahabat an dengan kekuat an kecil di sekit ar pulau Inggris, yait u, Negeri Belanda dan Belgia, dan di sekit ar mulut kawasan Laut Tengah, yait u, Port ugal). Namun demikian, t ent ara K. N. I. L. cukup mampu menj aga ket ert iban int ernal di wilayah j aj ahan yang amat luas ini dengan dit unj ang suat u mekanisme kekuat an polisi dan j aringan mat a-mat a yang meluas.

Demikian pula halnya dengan segi hankam dari Orde Baru sebagai suat u beambt enst aat masa kini: keamanan ekst ernalnya dij amin oleh kekuat an raksasa berupa marit im dan angkat an udara modern Amerika Serikat yang, sepert i kit a l ihat di at as, t el ah l ama bersahabat erat dengan TNI/ AD. Lebih lanj ut , keamanan negara Orde Baru dit opang oleh perkembangan bert ahap sej ak 1971 yang membina pul ihnya rant ai persahabat an Washingt on—Beij ing— Tokyo. Dalam keadaan demikian, “ Indonesia“ t idak menghadapi suat u ancaman milit er yang nyat a dari luar, dan sit uasi ini t idak mungkin berubah, kecuali bila Jepang berkembang menj adi suat u kekuat an marit im dan ekonomis yang dapat menandingi Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara.

Sepert i halnya K. N. I. L. sebagian t erbesar wakt u, sumberdaya dan sumberdana A.B.R.I. dicurahkan demi pengamanan lembaga negara di dalam negeri. Hal ini secara gamblang t ercermin pada let ak pusat kuasa di dalam angkat an bersenj at a, yait u pada KOPKAMTIB, “ Komando Pemul ihan Keamanan dan Ket ert iban“ (Perhat ikan ungkapan “ pemulihan kamt ib“ yang maknanya mirip “r ust en or de“ pada masa kolonial), yang didirikan Suhart o pada bulan Okt ober 1965 unt uk memi mpi n aksi membasmi P. K. I. Ki ni , t uj uhbelas t ahun kemudian, KOPKAMTIB masih t et ap (adakah upaya “ pemulihan kamt ib“ t idak akan t erwuj ud unt uk selamalamanya?) dan boleh j adi semakin j aya dan kuat dari pada di masa awalnya.

Bahkan, KOPKAMTIB masih dilengkapi lagi dengan aparat int elej en negara BAKIN yang meluas j aringan opsus (operasi khusus)nya Ali Moert opo, dan aneka ragam badan keamanan dan int el di dalam hirarki aparat negara.

Sep er t i hal nya K. N. I. L. k egi at an op er asi m i l i t er sel am a pemerint ahan Suhart o selalu bersifat gebrakan perluasan kekuasaan lokal. Serbuan ke Timor Timur merupakan sebuah cont oh yang kena. Dit inj au secara obyekt if , suat u pemerint ahan Timor Timur yang merdeka, bahkan pun bila berhaluan kiri, bukanlah suat u bahaya nyat a bagi Jakart a, sepert i hanya “ kelompok ulama fanat ik“ di Aceh pun t idak membahayakan negara Hindia Belanda seabad yang lampau. Dan, Timt im di uj ung Nusa Tenggara Timur maupun Aceh di uj ung Sumat era Ut ara, keduanya t idak menj anj ikan suat u keunt ungan ekonomi yang memikat pusat negara. Walau demikian, Timor Timur di mat a Jakart a, sepert i halnya Aceh di mat a Bat avia dulukala, t oh merupakan suat u duri yang lancang dan mengganggu pusat negara, hingga harus disapu bersih dengan cara-cara yang lazim dipakai unt uk membina kamt ib, yait u, manipulasi polit ik, pengendalian gerak penduduk, gebrakan-gebrakan ant i-kerusuhan, dan aksi t eror yang dipersiapkan.17 (Dalam kedua kasus di at as, sang“ musuh“ —Fret ilin—nya Timt im maupun Ulama Aceh—t ernyat a mampu bert ahan j auh t angguh daripada diduga semula).

KESIMPULAN

Pada awal art ikel ini saya mengaj ukan pendapat bahwa “nat i on st at e“ (negara kebangsaan modern) adalah suat u lembaga ramuan yang baru lahir di masa mut akhir, dan seringkali menggabungkan

17 Manipulasi-manipulasi rahasia yang dilancarkan oleh aparat Opsusnya Ali Moertopo telah diuraikan oleh McDonald (1980: bab 9). Akibat mengerikan sebagai korban dari operasi-operasi kamtib telah diuraikan secara terperinci dalam rangkaian dengar pendapat yang dimulai pada 1977 dan diadakan oleh sub-komite organisasi-organisasi internaional dan subkomite masalah Asia dan Pasifik dari Senat dan parlemen Amerika (the subcommittees on International Organizations and on Asian and Pacific Affairs of the U.S. Congress, Houses of Representatives) (23 Maret 1977; 28 Juni dan 19 Juli 1977; 15, 18 dan 28 Pebruari 1978; 7 dan 8 Maret 1978; 4, 6 dan 7 Pebruari 1980).

suat u perasaan kebangsaan dalam masyarakat luas (kepent ingan part isipat oris) ke dalam suat u lembaga negara lama yang dulukala memusuhi perasaan t ersebut . Apabila argument asi ini masuk akal, maka dapat diduga, ulah dan kebij aksanaan lembaga campuran ini sif at nya akan berubah-ubah, sesuai dengan susunan komponen-komponen yang t engah domi nan. Saya mencoba menunj ang ar gument asi ini secar a il ust r at if dengan menampil kan suat u penj elasan mengenai perj alanan dan pergolakan lembaga negara di Indonesia sej ak akhir masa kolonial sampai kini.

Pada bagian akhir, saya mencoba menguj i daya laku pembedaan dasar t ersebut dengan menampilkan suat u analisa dari aspek-aspek kunci dalam haluan kebij aksanaan negara sepanj ang pemerint ahan Orde Baru: aspek-aspek ini t ampaknya sukar unt uk dipahami dari sudut kepent ingan-kepent ingan suat u bangsa yang baru, akan t et api sangat rasional bila dikaj i dari sudut kepent ingan-kepent ingan lembaga negara yang dahulu. Argument asi ini diaj ukan dengan menyadar i sepenuhnya, bahwa suat u pandangan yang l ebi h berdasarkan suat u analisa kelas sosial sangat memikat nalar, t et api, perdebat an mendalam yang berkepanj angan mengenai “ lembaga negara“ di kalangan penyusun t eori Neo-Marxis selama belakangan ini, memberi kesan, di dalam perdebat an ini “ ada sesuat u“ yang t idak dapat “ dicocokkan“ begit u saj a ke dalam analisa kelas. Semoga karangan ini dapat menyumbang pada upaya menghimpun, merangkaikan dan menyusun kembali dat a dan wawasan dalam suat u pemandangan yang berguna.

Daft ar Pust aka

Alers, Henri. 1956. Um een r ode of gr oene Mer deka: Ti en Jar en Bi nnenl angse pol i t i ek: Indonesi a, 1943-1953, Eindhoven: Vulkaan.

Anderson, Benedict R. O’ G. 1985. “ Indonesia: Unit y vs Progress, ” Cur r ent Hi s-t or y 48: 75-81.

________, 1972. Java In Ti me of Revol ut i on. It haca, N. Y. : Cornell Universit y Press.

________, 1978. “ The Last Days of Indonesia’ s Suhart o?” Sout heast Asi a Chr oni cl e 63: 2-17.

________, 1983. Imagined Communit ies: Ref l ect ions of t he Origins and Grouwt h of Nat i onal i sm. London: New Lef t Books.

Benda, Harry J. 1966. “ The Pat t ern of Ref orm In The Closing Years of Dut ch Rule In Indonesia, ” Jour nal of Asi an St udi es 25, no. 4: 509-605. Boxer, C. R. 1965. The Dut ch Seabor ne Empi r e, 1600-1800, London: Hut chison. Crouch, Harold. 1978. The Ar my and Pol i t i cs i n Indonesi a. It haca, N. Y. : Cornell

Universit y Press.

Emmer son, Donal d K. 1978. “ The Bur eaucr acy i n Cont ext : Weakness i n St rengt h. ” Pol i t i cal Power And Communi cat i ons In Indonesi a, ed. by Karl D. Jackson and Lucian W. Pye, hal. 82-136. Berkeley: Universit y of Calif ornia Press.

Fasseur, C. 1975. Kul t uur st el sel en Kol oni al e Bat en: De Neder l andsche Expl oi t at i e van Java, 1840-1860. Leiden: Universit y Pers.

Feit h, Herbert . 1957. The Indonesi a El ect i ons of 1955. It haca, N. Y. : Cornell Modern Indonesia Proj ect , Int erim Report s Series.

_______, 1962. The Decl i ne of Const i t ut i onal Democr acy i n Indonesi a. It haca, N. Y. : Cornell Univ Press.

Furnivall, John S. 1944. Net her l ands Indi a: A St udy of Pl ur al Economy. New York: Lacmillan.

Hauswedell, Pet er Christ ian. 1973. “ Sukarno: Radical of Conservat ive? Indone-sian Polit ics, 1964-65. ” Indonesi a 15, 53-82.

Heri Akhmadi, 1981. Breaking t he Chains of Oppression of t he Indonesian Peopl e. It haca, N. Y. : Cornell Modern Indonesia Proj ect , Translat ion Series. Hindley, Donald. 1962. “ President Sukarno and t he Communist : The Polit ics of

Domest icat ion. ” Amer i can Pol i t i cal Sci ence Revi ew 68, no. 4: 915-26. Jones, Howard P. 1971. Indonesi a: The Possi bl e Dr eam. New York: Harcourt

Brace Jovenovich.

Kahin, Audrey. 1979. “ St ruggle f or Independence: West Sumat ra in t he Indone-sian Nat ional Revolut ion. ” Ph. D. dissert at ion, Cornell Universit y. George McT. 1952. Nat ional ism and Revol ut ion in Indonesia. It haca, N.Y.: Cornell

Univ. Press.

Legge, John D. 1961. Cent ral Aut horit y and Regional Aut onomy in Indonesia: A St udy in Local Administ rat ion, 1950-1960. It haca, N. Y. : Cornell Univ. Press.

_______, 1972. Sukar no: A Pol i t i cal Bi ogr aphy. New York: Praeger.

Lev, Daniel S. 1965. The Tr ansi t i on t o Gui ded Democr acy: Indonesi an Pol i t i cs, 1957-1959. It haca, N. Y. : Cornell Modern Indonesia Proj ect . Monograph Series.

Liddle, R. William. 1978. “ Indonesia 1977: The New Order’ s Second Parliamen-t ary ElecParliamen-t ion. ” Asi an Sur vey 18, no. 2: 175-85.

Lyon, Margo. 1971. Bases of Conf l i ct i n Rur al Java. Berkeley: Universit y of Calif ornia, cent er f or Sout h and Sout heast Asia St udies. Research Mono-graph No. 3.

McDonald, Hamish. 1980. Suhar t o’ s Indonesi a. Blackburn, Vict oria: Font ana. Macdougall, John A. 1982. “ Pat t erns of Milit ary Cont rol in t he Indonesian Higher

Cent ral Bureaucracy. ” Indonesia 33: 89-121.

Mackie, J. A. C. 1967. Pr obl ems of Indonesi an Inf l at i on. It haca, N. Y. : Cornell Modern Indonesia Proj ect . Monograph Series.

_______, 1978. “ Ant i-Chinese Out breaks in Indonesia 1959-1966. ” The Chi -nese i n Indonesi a: Fi ve Essays. ed. by. J. A. C. Mackie, hal. 111-28. Melbourne: Nelson.

McVey, Rut h T. 1971-72. “ The Post Revolut ionary Transf ormat ion of t he Indone-sian Army, ” (Pt s. I and II). Indonesi a 11: 131-76; 13: 147-82.

Magenda, Burhan. Fort hcoming: Unt it led Ph. D. disseert at ion, Cornell Univer-sit y.

Maxwell, Neville. 1970. Indi a’s Chi na War. New York: Pant heon.

Mort imer, Rex. 1972. The Indonesi an Communi st Par t y and Land Ref or m, 1959-1965. Clayt on, Vict oria: Monash Papers on Sout east Asia, No. 1. Nishihara, Masashi. 1972. Gol kar and The Indonesi an El ect i ons of 1971. It haca,

N. Y. : Cornell Modern Indonesia Proj ect . Monograph Series.

Nordlinger, Eric. 1977. Sol di er s i n Nuf t i : Mi l i t ar y Coups and Gouver ment s. Englewood Clif f s, N. J. : Prent ise-Hall.

Onghokham. 1978. “ The Inscrut able and The Paanoid: An Invest igat ion int o t he Sources of t he Brot odiningrat Af f air. ” Sout heast Asi an Tr ansi t i on: Ap-pr oaches t hr ough Soci al Hi st or y, ed. by. Rut h T. McVey, hal. 112-57. New Haven, Conn. : Yale Univ. Press.

Pramoedya Anant a Toer. N. D. Rumah Kaca. Unpublished.

Reid, Ant hony. 1974. The Indonesi an Nat i onal Revol ut i on. Hawt horn, Vict oria: Longmans.

Robison, Richard. 1978. “ Capit alism and t he Bureaucrat ic St at e in Indonesia: 1965-1978. ” Ph. D. dissert at ion, Sydney Universit y.

Rocamora, Jose Eliseo. 1974. “ Nat ionalism in Search of an Ideology: The Indo-nesian Nat ionalist Part y, 1945-1965. ” Ph. D. dissert at ion, Cornell Uni-versit y.

Roeder, O. G. 1969. The Smi l i ng Gener al. Jakart a: Gunung Agung.

Rush, James R. 1977. “ Opium Farms in 15t h Cent ury Java. ” Ph. D. dissert a-t ion, Yale Universia-t y.

Sut herland, Heat her. 1979. The Maki ng of a Bur eaucr at i c El i t e: The Col oni al Tr ansf or mat i on of t he Javanese Pr i yayi. Singapore: Heinemann. Vandenbosch, Amry. 1944. The Dut ch East Indi es: It s Gover nment , Pr obl ems,

and Pol i t i cs. Berkeley: Universit y of Calif ornia Press.

Vlekke, B. H. M. 1969. Nusant ar a: A Hi st or y of Indonesi a. Brussels: Edit ion Mant eau.

Walkin, Jacob. 1969. “ The Moeslem-Communist Conf ront at ion in East Java. ”

Or bi s, Fall, hal. 822-32.

Ward, Ken. 1974. The 1971 El ect i ons i n Indonesi a: An East Java Case St udy. Clayt on, Vict oria: Monash Papers on Sout heast Asia, No. 2.

Weinst ein, Franklin B. 1976. Indonesi an For ei gn Pol i cy and t he Di l emma of Dependences: Fr om Sukar no t o Suhar t o. It haca, N. Y. : Cornell Univer-sit y Press.

Dokumen terkait