• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

B. Kebisingan

pendengaran maupun kesehatan lainnya.

c. Satuan kebisingan adalah Desibel (dB). d. Skala data yang digunakan adalah Nominal.

Hasil pengukuran kebisingan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Kebisingan diatas Nilai Ambang Batas (NAB) 2) Kebisingan di bawah NAB.

NAB yang digunakan berdasarkan Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999 adalah 85 dB.

e. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter.

2. Variabel Terikat

a. Variabel Terikat dalam penelitian Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar adalah Kelelahan.

b. Kelelahan adalah kecepatan reaksi tenaga kerja terhadap rangsang cahaya yang diberikan diukur dengan reaction timer.

c. Satuan kelelahan adalah milidetik.

d. Skala data yang digunakan adalah Ordinal

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : 1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik.

2) Kelelahan Kerja Ringan : waktu reaksi ³ 240,0 - < 410,0 milidetik 3) Kelelahan Kerja Sedang : waktu reaksi ³ 410,0 – < 580,0 milidetik 4) Kelelahan Kerja Berat : waktu reaksi ³ 580,0 mildetik.

e. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan adalah Reaction timer seri L77 atau Lakassidaya

F. Kerangka Penelitian

Gambar 2 Desain Penelitian Populasi (N=50) Purposive sampling Populasi target (n=30) Kriteria sampel : - Laki-laki - Usia 20-40 tahun - Kondisi kesehatan baik - Beban kerja ringan - Status gizi normal

- Tidak mempunyai riwayat penyakit otitis media

15 pekerja di lokasi kebisingan di atas NAB yaitu sebesar 90 dB

dengan lama kerja 8 jam

15 pekerja di lokasi kebisingan di bawah NAB yaitu sebesar 70

dB dengan lama kerja 8 jam

Mengalami Kelelahan Kerja Tidak mengalami kelelahan kerja Mengalami Kelelahan Kerja Tidak mengalami kelelahan kerja

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Sound level meter

Alat pengukur kebisingan yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan di tempat kerja. Adapun cara kerja Sound level meter adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Alat

1) Memasang baterai pada tempatnya. 2) Meneekan tombol power.

3) Mengecek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak.

4) Mengkalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga angka pada monitor sesuai dengan angka kalibrator.

b. Pengukuran

1) Memilih selektor pada posisi: Fast : untuk jenis kebisingan kontinyu, Slow : untuk kebisingan impulsif/terputus-putus

2) Memilih selektor range intensitas kebisingan. 3) Menentukan lokasi pengukuran.

4) Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor.

5) Mencaatat hasil pengukuran. 2. Reaction timer

Alat pengukur kelelahan yang digunakan Reaction timer L.77 model: MET/3001-MED-95 dan lembar data reaction timer. Adapun cara kerja

Reactiontimer adalah sebagai berikut:

a. Menghubungkan alat dengan sumber tenaga (listrik/baterai).

b. Menghidupkan alat dengan menekan tombol on/off pada on (hidup). c. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka “0,000” dengan

menekan tombol “Nol”.

d. Memilih rangsang suara atau cahaya yang dikehendaki dengan menekan tombol “suara atau cahaya”. Pilih cahaya.

e. Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek (mouse) dan diminta secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya dari sumber rangsang.

f. Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa. g. Setelah diberi rangsang, subjek menekan tombol maka pada layar kecil

akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan “satuan milli detik”. h. Pemeriksaan diulangi sampai 20 kali rangsang cahaya.

i. Data yang dianalisa (diambil rata-rata) yaitu skor hasil 10 kali pengukuran di tengah (5 kali pengukuran awal dan akhir dibuang). j. Mencatat keseluruhan hasil pada formulir.

k. Setelah selesai pemeriksaan maka mematikan alat dengan menekan tombol “on/off, pada off dan lepaskan alat dari sumber tenaga (Balai Hiperkes Semarang, 2004).

Perlu diperhatikan agar hasil lebih akurat, adalah: (1) Pemberian rangsang tidak kontinyu, (2) Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa maksimum 0,5 meter, (3) Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat alat ataupun pemeriksa), (4) Waktu reaksi yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (suara atau cahaya saja).

Data yang dianalisa yaitu dengan diambil nilai rata-ratanya dari dua puluh kali pengukuran adalah hasil sepuluh kali pengukuran di tengah atau lima kali pengukuran awal dan akhir dibuang. Kemudian setelah didapat nilai rata-rata seperti di atas, data dibandingkan dengan standar pembanding reaction timer L.77.

H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik chi square test untuk mengetahui Hubungan Kebisingan demgan Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar dengan menggunakan program computer SPSS versi 10.0 dengan tingkat probabilitas atau kesalahan 5 % dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan cukup signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Sugiyono, 2004).

BAB IV HASIL

A. Gambaran Umum Tempat Kerja

Penggilingan padi yang terletak di desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar berdiri sejak tahun 1997. Penggilingan padi ini milik perseorangnan Bapak Sunaryo, yang kemudian di beri nama “Padi Makmur”.

Ada dua bagian atau ruangan di penggilingan padi ini, yaitu bagian produksi dan bagian administrasi. Bagian produksi sebagai tempat untuk menghasilkan beras dari gabah, sedangkan bagian administrasi berfungsi untuk mencatat atau mendokumentasikan produk yang masuk dan keluar. Jumlah pekerja di penggilingan padi sebanyak 50 tenaga kerja, yang semuanya adalah laki-laki. Dibagian produksi ada 30 tenaga kerja dan 20 tenaga kerja di bagian administrasi.

Dikedua bagian tersebut tidak dilakukan rotasi kerja sehingga tenaga kerja tidak dapat mengembangkan kemampuan kerjanya. Waktu kerja di penggilingan padi ini dimulai pukul 07.30 WIB dan diakhiri pukul 16.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam antara pukul 12.00-13.00 WIB. Hasil beras yang dicapai tiap harinya sebanyak 12 ton. Pekerjaan dibagian produksi terdiri dari 3 kegiatan antara lain adalah : nyelep, ngayak dan instruktur.

Mesin yang digunakan untuk menggiling padi merupakan mesin berkekuatan besar dengan bahan bakar solar yang menimbulkan suara bising. Para pekerja yang beraktivitas tidak bisa terhindar dari kebisingan yang ditimbulkan akibat suara mesin, padahal mereka tiap hari bekerja tanpa menggunakan alat pelindung telinga. Di ruang produksi terdiri dari 4 mesin, 2 mesin saring dan 2 mesin poles. Nama mesin tersebut adalah Puso D-16 dan Yanmar N-50 model ECHA. Proses penggilingan padi berlangsung 5 tahap, yaitu :

1. Dari gabah dimasukkan ke mesin menjadi gabah yang berisi.

Di dalam mesin ini gabah dipisahkan antara gabah yang berisi dengan gabah yang kosong, biasanya gabah kosong ini sering disebut sebagai rambut.

2. Gabah yang berisi disaring masuk mesin Poles 1.

Gabah yang berisi dimasukkan ke dalam mesin untuk dilakukan proses penghilangan gabah dari kulitnya.

3. Mesin Poles 2.

Setelah gabah dihilangkan kulitnya kemudian dimasukkan ke mesin poles yang ke 2 dengan tujuan agar proses penyaringan gabah dari kulitnya menjadi lebih bersih lagi, sehingga beras yang dihasilkan akan berkualitas bagus.

4. Mesin penggiling beras.

Setelah gabah dari mesin poles ke 2 kemudian dimasukkan dalam mesin penggiling ini, yang hasil akhirnya berupa beras dan katul.

B. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kebisingan di bagian Proses Produksi dan bagian Adminitrasi di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Pengukuran ini dilakukan pada mesin yang dioperasikan sebagai sumber kebisingan. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter dilakukan selama tenaga kerja bekerja dengan pengambilan 10 titik disetiap bagian, kemudian hasil pengukuran tersebut dirata-rata.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian proses produksi didapatkan rata-rata hasil sebesar 90,2 dB, sedangkan dibagian administrasi didapatkan rata-rata kebisingan sebesar 45,3 dB.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan sebesar 90,2 dB menunjukan bahwa intensitas kebisingan di bagian Proses Produksi adalah diatas NAB yaitu lebih dari 85 dB dengan waktu pemaparan 8 jam. Sedangkan intensitas kebisingan di bagian Adminitrasi sebesar 45,3 dB adalah di bawah NAB yaitu kurang dari 85 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam.

Jenis kebisingan yang ada dibagian proses produksi dan bagian administrasi termasuk kebisingan tetap yang dihasilkan oleh mesin saring, mesin poles, mesin penggilingan padi, dan mesin komputer. Tenaga kerja bekerja dalam satu ruangan besar yang tidak dibatasi sekat antara masing-masing mesin sehingga intensitas kebisingan di tempat tenaga kerja tidak hanya berasal dari satu mesin saja, melainkan beberapa buah mesin yang dihidupkan secara bersama.

C. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran kelelahan kerja yang ditunjukan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Proses Produksi Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 582,33 milidetik Berat 2 588,42 milidetik Berat 3 583,83 milidetik Berat 4 585,40 milidetik Berat 5 603,98 milidetik Berat 6 533,48 milidetik Sedang 7 567,57 milidetik Sedang 8 590,69 milidetik Berat 9 601,48 milidetik Berat 10 604,13 milidetik Berat 11 607,10 milidetik Berat 12 587,69 milidetik Berat 13 591,74 milidetik Berat 14 596,68 milidetik Berat 15 557,28 milidetik Sedang

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Administrasi Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 198,33 milidetik Normal 2 299,99 milidetik Ringan 3 258,02 milidetik Ringan 4 323,11 milidetik Ringan 5 213,56 milidetik Normal 6 249,27 milidetik Ringan 7 245,68 milidetik Ringan 8 216,62 milidetik Normal 9 325,51 milidetik Ringan 10 189,26 milidetik Normal 11 217,03 milidetik Normal 12 220,07 milidetik Normal 13 274,29 milidetik Ringan 14 219,37 milidetik Normal 15 254,02 milidetik Ringan

D. Hasil Analisis Statistik

1. Kelelahan kerja di bagian Proses Produksi

Dari 15 sampel didapatkan hasil sebagai berikut :

20% 100%

x 15

3

= mengalami kelelahan sedang.

80% 100%

x 15 12

= mengalami kelelahan berat.

2. Kelelahan kerja di bagian Administrasi

Dari 15 sampel didapatkan hasil sebagai berikut :

46,7% 100%

x 15

7

= tidak mengalami kelelahan atau normal.

53,3% 100%

x 15

8

= mengalami kelelahan ringan.

3. Perhitungan SPSS

Tabel 4. Hasil Perhitungan SPSS

Value Approx.Sig Contingency Coeffienct .707 .000

N of Valid Cases 30

Dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai koefisien sebesar 0,707, dimana nilai ini berada antara range 0.60-0,799 yang berarti ada hubungan yang kuat (Sugiyono, 2004: 216). Sedangkan angka signifikasinya sebesar 0,000, angka itu kurang dari 0,01, yang berarti hasil uji dinyatakan sangat signifikan (Sugiyono, 2004).

Berdasarkan nilai hasil statistik uji chi square yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karangganyar. Semakin tinggi intensitas kebisingan, maka tingkat kelelahan semakin besar pula, dalam hal ini terjadi hubungan yang simetris.

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tenaga Kerja

Kelelahan dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam individu seperti umur, status gizi dan status kesehatan maupun dari luar individu seperti beban kerja dan kondisi lingkungan kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:88). Jumlah tenaga kerja di penggilingan Padi Makmur sejumlah 50 orang, setelah dilakukan teknik purposive sampling maka jumlah tersebut menjadi 30 orang dengan syarat atau ciri-ciri yang telah ditentukan. Jenis kelamin tenaga kerja semuanya berjenis kelamin laki-laki. Usia yang diambil dalam penelitian ini adalah 20-40 tahun, karena usia tersebut termasuk dalam usia kerja (Lambert David, 2006).

Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:154). Dalam penelitian ini diambil tenaga kerja berstatus gizi normal yaitu sebanyak 30 orang. Kondisi kesehatan tenaga kerja di bagian penggilingan Padi Makmur adalah tenaga kerja yang dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala- gejala penyakit. Kondisi sehat merupakan kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, juga menunjukkan

kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:97). Tenaga kerja yang dinyatakan sehat yaitu sebanyak 30 orang.

Faktor psikologi mempunyai peran besar dalam mempengaruhi kelelahan, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:151). Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda, tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja (Eko Nurmianto, 2003:136). Tenaga kerja yang mempunyai beban kerja ringan yaitu sebanyak 30 orang.

B. Kebisingan

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau tidak diinginkan secara fisik maupun psikis (Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005:6). Selain dapat merusak pendengaran, kebisingan juga mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (A.M. Sugeng Budiono,dkk, 2003:33). Pengukuran kebisingan di penggilingan Padi Makmur dilakukan di dua bagian yaitu :

1. Pengukuran Kebisingan di Bagian Produksi

Sumber suara kebisingan di bagian produksi penggilingan Padi Makmur berasal dari penggunaan mesin dalam proses poduksi dengan intensitas kebisingan yang beragam. Sehingga dari proses yang dilakukan tersebut tentu menimbulkan bising. Intensitas sumberbising terendah 89,1 dB dan intensitas tertinggi 92,2 dB. Dari hasil perhitungan kebisingan di tempat tenaga kerja didapatkan intensitas kebisingan rata-rata bagian produksi sebesar 90,22 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999 Nilai Ambang Batas intensitas kebisingan di bagian produksi melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar ini memberlakukan jam kerja selama 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. Maka untuk intensitas kebisingan di atas 85 dB tersebut pastinya akan membawa dampak negatif yaitu kerusakan pendengaran, tekanan darah naik, denyut nadi bertambah dan kelelahan kerja.

Lingkungan kerja yang melebihi ambang batas guna menghindari dampakyang ditimbulkan, sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan, maka pemilik perusahaan harus berusaha memberi perlindungan kepada tenaga kerjanya dengan pemberian alat pelindung diri seperti earplug, masker dan sarung tangan. Namun pada kenyataannya hal ini belum diterapkan di penggilingan padi ini, dengan alasan karena kurangnya potensi sumber daya manusia yang mengelola dan keterbatasan dana yang

dimiliki. di lapangan dijumpai tenaga kerja tidak menggunakannya karena alasan kurang nyaman dan mengganggu dalam bekerja. Upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan adalah dengan upaya administrasi. Hal ini dilakukan dengan pengaturan jam kerja. Jam kerja dimulai dari mulai pukul 07.30 sampai dengan 16.00 WIB. Dengan pengaturan waktu istirahat selam 1 jam, yang digunakan untuk Ishoma antara pukul 12-13.00 WIB. Selain itu pekerja juga diberikan waktu istirahat 10 menit setelah mereka bekerja selama 2 jam.

2. Pengukuran Kebisingan di Bagian Administrasi

Kebisingan di bagian Administrasi telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 karena di bawah NAB yaitu antara 40 dB sampai dengan 50 dB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di bagian Adminitrasi di bawah Nilai Ambang Batas (kurang dari 85 dB) yang diperbolehkan. Maka dari itu tenaga kerja dinyatakan aman untuk bekerja tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri selama 8 jam perhari dan 40 jam/minggu tanpa menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja (PAK). Sumber kebisingan di bagian Adminitrasi tersebut berasal dari paparan bising dari unit lain dan dari kendaraan. Karena di bagian Adminitrasi intensitas kebisingannya di bawah NAB (kurang dari 85 dB), maka Penggilingan Padi Makmur tidak menyediakan Alat Pelindung Telinga maupun upaya pengendalian kebisingan yang lain.

Dokumen terkait