• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR

KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Putri Zudhah Ferryka R.0206046

PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Penelitian/Skripsi dengan judul : Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan

Mojogedang Karanganyar

Putri Zudhah Ferryka, R0206046, Tahun 2010 Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari : ..., Tanggal : ..., Tahun : 2010

Pembimbing Utama Hari Wujoso,dr., MM. Sp.F

NIP. 19621022 1999503 1 001 ………

Pembimbing Pendamping Reni Wijayanti,dr.,M.Sc

………

Penguji

Putu Suriyasa,dr., MS, PKK, Sp.Ok ……… NIP. 19481105 1981111 1 001

Surakarta,... Tim Skripsi Ketua Program

D. IV Kesehatan Kerja

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelas kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, April 2010

(4)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mencari jawaban atas permasalahan ada atau tidaknya Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar

Kerangka penelitian ini adalah bahwa kebisingan berpengaruh terhadap daya kerja seseorang yang bisa menggangu konsentrasi pekerja dalam bekerja, sehingga menyebabkan kelelahan kerja meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode analitik menggunakan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 50 orang tenaga kerja yang terdiri dari 30 orang dari bagian Proses Produksi dan 20 orang dari bagian Administrasi yang diambil 15 orang dari masing-masing bagian untuk dijadikan sampel. Cara pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik Purposive Random Sampling. Untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap kelelahan kerja yang kebisingannya melebihi NAB dan dibawah NAB dilakukan uji stastik

chi square

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja yang intensitasnya signifikan dengan hasil P = 0.000, maka p < 0,01. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja, maka hasil uji di atas NAB dapat menyebabkan kelelahan kerja yang meningkat. Saran yang dapat diberikan adalah supaya tenaga kerja sadar akan bahaya kebisingan dan pihak pemilik penggilingan padi harus memperhatikan akan bahaya tersebut sehingga ada upaya perbaikan.

Kata kunci : Kebisingan-Kelelahan Kerja

ABSTRACT

(5)

The goal of the research is to look for the answer of there is or no intensity influence of noise against work tiredness on the employee of penggilingan padi makmur,munggur, mojogedang, karanganyar The framework of this research is that noise influence work force, which can disturb employee concentration in working, so that causes work tiredness increase.

In line with the problem and the goal of the research, so this research is done by analytic method with using cross sectional design. The population of the research is 285 peoples of employees that consist of 105 peoples from the plant process department and 180 peoples from administration department that is taken 30 peoples from each division to become sample. The way of sample taking is with using quota purposive of random sampling technique. For knowing the influence of noise influence against work tiredness whose noise exceeds NAB and under NAB is performed statistic of T-Test sample independent test.

The result of the research showed that there is noise influence against work tiredness which its intensity is very significant with result P = 0,000, so p < 0,001. Therefore it can be concluded that noise intensity of test result above of NAB can cause the increasing work tiredness. The suggestion which can be given is that in order that the employee become aware and discipline in using ear protect device, except that the company must also strength in upholding employee discipline to use ear protect device.

Keywords : Noise Intensity- Work Tiredness

KATA PENGANTAR

(6)

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun penyempurnaannya.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, Dr. dr. MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp. Ok. , selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Hari Wujoso,dr., MM. Sp.F, selaku pembimbing I Skripsi. 4. Ibu Reni Wijayanti,dr, selaku Pembimbing II Skripsi.

5. Bapak, Ibu H. Sunaryo selaku pemilik penggilingan padi, yang telah mengijinkan dan membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Seluruh karyawan di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang, Karanganyar atas kerjasama dan kebaikannya.

7. Seluruh karyawan/karyawati program D.IV Kesehatan Kerja yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan ini.

8. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar.

9. Semua teman-teman D.IV Kesehatan Kerja yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Salam sejahtera bagi kita semua,

(7)

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusahan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian... 2

D. Manfaat Penelitian... 2

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran... 29

C. Hipotesis... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Teknik Sampling ... 31

E. Sampel Penelitian... 31

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

(8)

H. Instrumen Penelitian ... 35

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL ... 39

A. Gambaran Umum tempat Kerja ... 39

B. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan... 41

C. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 42

D. Hasil Analisis Statistik ... 44

BAB V PEMBAHASAN ... 46

A. Karakteristik Tenaga Kerja ... 46

B. Kebisingan ... 47

C. Kelelahan ... 50

D. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan ... 51

E. Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN DAFTAR TABEL TABEL 1 Batas-Batas Nilai Ambang Kebisingan ... 11

TABEL 2 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Produksi ... 42

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Tabel Batas-Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan LAMPIRAN 2 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

(10)

LAMPIRAN 5 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke I di Bagian Proses Produksi LAMPIRAN 6 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke II di Bagian Proses Produksi. LAMPIRAN 7 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke III di Bagian Proses Produksi. LAMPIRAN 8 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke I di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 9 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke II di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 10 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke III di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 11 Hasil Uji Dengan Chi Square Test

(11)

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR

KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Putri Zudhah Ferryka R.0206046

PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan, dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai visi tersebut ditetapkan program-program unggulan, salah satunya adalah program kesehatan dan keselamatan kerja (Depkes RI, 2003).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur P.K, 2009).

(13)

Tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya mendapat tekanan langsung dari pekerjaannya dan dari lingkungan kerjanya. Untuk efisiensi dan produktivitas kerja maupun untuk proteksi tenaga kerja, keseimbangan yang optimal antara beban langsung dan beban tambahan oleh lingkungan kerja dan kapasitas kerja perlu dicapai. Beban tambahan akibat kerja disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis, faktor psikologis (Suma’mur, 2009).

Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen kerja berupa kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur P.K., 1996:48). Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor fisik yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan dan reaksi masyarakat (Anhar Hadian, 2000).

(14)

Penggunaan teknologi yang semakin canggih, di samping membantu tenaga kerja dalam penyelesaian pekerjaan juga dapat menimbulkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Mesin-mesin yang digunakan dapat menjadi sumber bising di tempat kerja. Kebisingan yang berlangsung setiap hari terus-menerus minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, maka suatu saat akan melewati batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan gangguan pendengaran (Dwi Sasongko P, dkk, 2000:20). World Health Organization

(WHO) yang dikutip oleh Anhar Hadian (2000) melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat.

(15)

kelelahan berat dan pada bagian floor moulding dengan intensitas kebisingan 74-80 dBA terjadi kelelahan ringan sebesar 70%, kelelahan sedang 25% dan kelelahan berat 5%.

Begitu juga dengan lingkungan penggilingan padi yang terdapat kebisingan dengan frekuensi tinggi yang dapat menyebabkan gangguan bagi para pekerjanya. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karnganyar, didapatkan keluhan dari beberapa pekerja bahwa mereka mengeluhkan mengenai perasaan lelah diseluruh badan bila mereka berada di tempat kerja setelah mesin penggilingan dibunyikan, padahal mereka belum lama melakukan pekerjaan. Selain itu juga dilakukan pengukuran kebisingan di bagian penggilingan padi tersebut dengan menggunakan alat Sound Level meter diperoleh hasil pengukuran sebesar 90 dB. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di penggilingan padi telah melebihi nilai ambang batas yang membahayakan karena berdasarkan Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di lingkungan kerja yang berupa kebisingan disebutkan bahwa nilai ambang batas untuk bising adalah 85 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam sehari.

(16)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian a. Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja Di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang. b. Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya kebisingan di Penggilingan Padi Makmur. 2. Untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja di Penggilingan Padi. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja

di Penggilingan Padi Makmur.

D. Manfaat Penelitian a. Teoritis :

Diharapkan sebagai pembuktian teori (Suma’mur P.K., 2009) bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja. b. Aplikatif :

1. Diharapkan tenaga kerja mengetahui seberapa besar kelelahan yang dialami akibat kebisingan yang selama ini terpapar.

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Kebisingan menurut Suma’mur P.K, 2009 adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang. Bising secara subyektif adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan seseorang. Secara obyektif bising terdiri dari getaran suara yang kompleks yang sifat getarannya tidak periodik.

(18)

b. Jenis-jenis Kebisingan

1) Menurut Suma’mur (2009) :

(1) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi yang luas. Misal : mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.

(2) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit. Misal : gergaji sirkuler, katup gas.

(3) Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misal : lalu lintas, suara kapal terbang. (4) Kebisingan impulsive.

Misal : tembakan bedil, meriam, ledakan. (5) Kebisingan impulsive berulang.

Misal : mesin tempa, pandai besi. 2) Menurut Soemanegara (2005) :

(1) Bising-bising impulsive

(2) Bising-bising tetap

3) Menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005:7), kebisingan di tempat kerja diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar yaitu:

(1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua

yaitu:

(a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency

(19)

(b) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni). (2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi

tiga yaitu:

(a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

(b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas. (c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas

tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api.

c. Efek Kebisingan Terhadap Kesehatan

Pengaruh pemaparan kebisingan menurut Sandes dan Mc Cormick, Pulat, dan WHS, yang dikutip Tarwaka (2004:41) secara umum dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lama waktu pemaparan. Pengaruh pemaparan kebisingan antara lain adalah :

(20)

intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan, gangguan dalam bekerja, peningkatan kelelahan, dan resiko masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan (Tarwaka, 2004:42).

2) Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) adalah dapat menyebabkan stress pada karyawan yang secara spesifik dapat mengakibatkan: stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan reaksi psikomotor, kehilangan konsentrasi, gangguan kominikasi antar lawan bicara dan penurunan perfomansi kerja yang kesemuannya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2004:42).

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan seperti di bawah ini (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-2:37):

1) Gangguan Fisiologis

(21)

(Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-2:37). Contoh gangguan fisiologis antara lain adalah: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vaso kontriksi pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara spontan (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:247). Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 1996:190).

2) Gangguan Psikologis

(22)

terkendalikan dengan baik, juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur P.K., 1996:67).

d. Nilai Ambang Batas (NAB)

Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja, yang dimaksud NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Tabel 1. Batas – Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan

(23)

14,06 118

e. Pengendalian Kebisingan Di Tempat Kerja

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak ysng ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui porspektif manajemen resiko kebisingan (Tarwaka, 2004:42). Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logika dan sistematik untuk mengendalikan resiko yang timbul. Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cedera akibat kerja.

2) Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cedera akibat kerja.

(24)

Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah pendekatan yaitu jangka pendek dan jangka panjang dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, tehnik pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara tehnik, pengendalian secara administrative dan terakhir adalah pengguanaan alat pelindung diri (Tarwaka, 2004:43).

Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah dilakukan secara berurutan dengan tahapan sebagai berikut :

1) Eliminasi sumber kebisingan dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan, pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus memanyarakatkan intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru dan pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin (Tarwaka, 2004:43).

2) Pengendalian kebisingan secara tehnik dengan : (1) Pengendalian kebisingan pada sumber suara.

(25)

dilakukan dengan bahan anti getaran. Namun demikian tehnik ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit diterapkan (Tarwaka, 2004:43).

(2) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.

Apabila tehnik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka tehnik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat anatara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafond an lantai dengan bahan penyerap suara. Manurut Sanders dan Mccomick cara tersebut dapat mengurangi kebisingan antara 3-7 desibel (Tarwaka, 2004:43).

3) Pengendalian kebisingan secara administratif.

Apabila tehnik pengendalian secara tehnik belum dapat memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan tehnik pengendalian secara administrative. Tehnik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih aman yang didasarkan pada intensitas kebisingan (Tarwaka, 2004:43).

(26)

Tehnik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh tehnik pengendalian diatas belum memungkinkan untuk dilaksanakan dikarenakan belum adanya sumber daya manusia yang menangani maupun belum adanya sarana dan prasarana. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri berupa tutup telingan ataupun sumbat telinga. Menurut Pulat yang dikutip Tarwaka (2004:43), pemakaian sumbat telingan dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikitnya 40-50db. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja yang terpapar kebisingan ini telah banyak ditemukan pada perusahaan, karena secara sekilas biayanya relative lebih rendah. Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian alat tersebut seperti ketidakdisiplinan pekerja karena mereka menganggap mengurangi kenyamanan kerja dan mengganggu pembicaraannya (Tarwaka, 2004:44).

2. Kelelahan

a. Pengertian Kelelahan

(27)

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1996: 67).

Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004: 107).

(28)

b. Jenis Kelelahan

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996: 190). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum (AM Sugeng Budiono, 2003: 86).

(1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003: 87).

(2) Kelelahan Umum (General Fatigue)

(29)

terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003: 87). Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004: 107).

2) Berdasar penyebab kelelahan

Dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflik- konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk tumpuk (Kalimo, yang dikutip oleh Hanida Rahmawati (1998: 12).

c. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan 1) Menurut Grandjean (2008: 167).

Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain adalah : (1) Sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi) (2) Intensitas lamanya pembeban fisik dan mental.

(3) Lingkungan kerja misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca

(30)

(4) Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

(5) Status kesehatan dan status gizi. 2) Menurut Siswanto 2001: 43)

Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:

(1) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

(2) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

(3) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

(4) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

(5) Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan) 3) Menurut Suma’mur (1996: 69).

Terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu: (1) Keadaan monoton

(2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental

(3) Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan.

(4) Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau

(31)

(5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

4) Menurut Waters dan Bhattacharya, dikutip oleh Tarwaka (2004: 109) berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat meyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. 5) Menurut Setyawati yang dikutip oleh Hanida Rahmawati (2008:

14) faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan.

d. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Gilmer dan Cameron yang dikutip Tarwaka (2004:109) gejala kelelahan antara lain adalah :

(32)

3) Cara berpikir atau perbuatan anti social. 4) Tidak cocok dengan lingkungan.

5) Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003:88) gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Menurut Suma’mur P.K. (1996:190-191) gejala-gejala atau perasaan perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu : 1) Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di

kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil dan ingin berbaring. 2) Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara,

menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, susah berfikir, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kepercayaan berdiri berkurang,dan sulit mengontrol sikap.

(33)

e. Cara Mengatasi Kelelahan

Menurut Tarwaka (2004 : 110) kelalahan dapat diatasi dengan cara : 1) Menyesuaikan kapasitas kerja fisik, kapasitas kerja mental dengan

pekerjaan yang kita lakukan.

2) Mendesain stasiun pekerjaan yang ergonomi dan mendesain lingkungan kerja yang nyaman.

3) Melakukan sikap kerja yang alamiah.

4) Memberikan variasi terhadap pekerjaan yang dilakukan. 5) Mengorganisasi kerja yang baik.

6) Mencukupi kebutuhan kalori yang seimbang.

7) Melakukan istirahat setelah bekerja selama 2 jam dengan sedikit kudapan.

3. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan

Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 1996:190).

(34)

a. Faktor dari individu, yang terdiri dari : 1) Usia

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (Lambert, David, 2006:244). WHO menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas (Margatan, Arcole, 1996:11). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan, Arcole, 2006:81). Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan–lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal (Margatan, Arcole, 2006:24).

2) Status gizi

(35)

memantau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:154).

3) Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain :

(1) Penyakit Jantung

Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat (Arthur Guyton, 2007:319). Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung. Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit (Iman Soeharto, 2004:41). Kekurangan oksigen jika terus menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Gempur Santoso, 2004:48).

(2) Penyakit Gangguan Ginjal

(36)

penyediaan zat–zat yang diperlukan oleh ginjal (Suma’mur P.K., 1996:318). Pengeluaran keringat yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat (Suma’mur P.K., 1996:91) sehingga kelelahan akan mudah terjadi.

(3) Penyakit Asma

Asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi. Penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi (Arthur Guyton, 2007:675). Keadaan ini menyebabkan dispnea atau kekurangan udara. Aktivitas otot pernapasan yang kurang seringkali membuat seseorang merasa dalam keadaan berat (Arthur Guyton, 2007:678) sehingga diperlukan banyak tenaga untuk bernapas. Hal ini yang akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan

(4) Tekanan Darah Rendah

Dengan berkurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya kelelahan (Eko Nurmianto, 2003:16).

(5) Tekanan Darah Tinggi

(37)

perlahan-lahan. Proses ini menyempitkan lumen (rongga atau ruang) yang terdapat di dalam pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang (Iman Soeharto, 2004:97-99). Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004:47).

4) Keadaan Psikologis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, harapan-harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat, motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya, upah dan lain-lain (Suma’mur P.K., 1996:207). Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:151).

b. Faktor Dari Luar 1) Beban Kerja

(38)

persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur P.K., 1996:48). Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2003:133).

2) Lingkungan fisik yang mempengaruhi terjadinya kelelahan akibat kebisingan antara lain adalah :

(1) Cuaca Kerja

Pada suhu yang terlalu rendah akan dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sehingga

suhu yang terlalu tinggi (diatas 320C) akan menyebabkan menurunnya kelincahan dan menggangu kecermatan, sehingga kondisi semacam ini akan meningkat tingkat kelelahan seseorang (Suma’mur P.K., 1996:78).

(2) Getaran

(39)
(40)

B. Kerangka Pemikiran

Sumber : Modifikasi Suma’mur, 2009 dan Tarwaka 2004 Gambar 1

Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

Dari uraian di atas, diajukan hipotesis : “Ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja, semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin meningkat tingkat kelelahannya”.

Kebisingan yang tidak dikendalikan

Diterima oleh stressor, diteruskan ke otak

Di dalam otak proses oksigenasi berkurang

Kelelahan Kerja

Faktor dari individu : - Usia

- Status gizi baik

- Kondisi kesehatan baik - Psikologi

- Masa Kerja

Faktor dari luar : - Iklim Kerja - Getaran

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989).

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : Penelitian dilaksanakan di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar.

2. Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

(42)

bekerja di Penggilingan Padi Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar sejumlah 50 pekerja.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan 30 pekerja.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling yaitu teknik yang penentuan dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:61). Dalam penelitian ini ditentukan 30 orang tenaga kerja yang memenuhi ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya dari 50 jumlah pekerja yang ada. Kelompok terpapar kebisingan di atas NAB sebanyak 15 orang dan kelompok terpapar kebisingan di bawah NAB sebanyak 15 orang.

E. Sampel Penelitian

(43)

1. Kriteria Inklusi

a. Jenis kelamin : Laki-laki b. Usia : 20 – 40 tahun

c. Tenaga kerja yang mempunyai kondisi kesehatan baik. d. Tenaga kerja yang telah bekerja selama 5 tahun atau lebih. e. Tenaga kerja yang mempunyai beban kerja sama yaitu ringan. f. Tenaga kerja yang mempunyai status gizi normal.

g. Tenaga kerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit otitis media. 2. Kriteria Eksklusi

a. Tenaga kerja yang mengundurkan diri.

b. Tenaga kerja yang dalam perjalanan mengalami sakit.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

a. Variabel Bebas dalam penelitian Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar adalah kebisingan.

b. Kebisingan adalah suara yang berasal dari mesin-mesin atau alat produksi dengan intensitas tinggi yang dapat mengganggu pendengaran maupun kesehatan lainnya.

(44)

Hasil pengukuran kebisingan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Kebisingan diatas Nilai Ambang Batas (NAB) 2) Kebisingan di bawah NAB.

NAB yang digunakan berdasarkan Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999 adalah 85 dB.

e. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter.

2. Variabel Terikat

a. Variabel Terikat dalam penelitian Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar adalah Kelelahan.

b. Kelelahan adalah kecepatan reaksi tenaga kerja terhadap rangsang cahaya yang diberikan diukur dengan reaction timer.

c. Satuan kelelahan adalah milidetik.

d. Skala data yang digunakan adalah Ordinal

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : 1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik.

2) Kelelahan Kerja Ringan : waktu reaksi ³ 240,0 - < 410,0 milidetik 3) Kelelahan Kerja Sedang : waktu reaksi ³ 410,0 – < 580,0 milidetik

4) Kelelahan Kerja Berat : waktu reaksi ³ 580,0 mildetik.

e. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

(45)

F. Kerangka Penelitian - Kondisi kesehatan baik - Beban kerja ringan - Status gizi normal

- Tidak mempunyai riwayat penyakit otitis media

15 pekerja di lokasi kebisingan di atas NAB yaitu sebesar 90 dB

dengan lama kerja 8 jam

15 pekerja di lokasi kebisingan di bawah NAB yaitu sebesar 70

dB dengan lama kerja 8 jam

Mengalami

(46)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Sound level meter

Alat pengukur kebisingan yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan di tempat kerja. Adapun cara kerja Sound level meter adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Alat

1) Memasang baterai pada tempatnya. 2) Meneekan tombol power.

3) Mengecek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak.

4) Mengkalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga angka pada monitor

sesuai dengan angka kalibrator. b. Pengukuran

1) Memilih selektor pada posisi: Fast : untuk jenis kebisingan kontinyu, Slow : untuk kebisingan impulsif/terputus-putus

2) Memilih selektor range intensitas kebisingan. 3) Menentukan lokasi pengukuran.

(47)

5) Mencaatat hasil pengukuran. 2. Reaction timer

Alat pengukur kelelahan yang digunakan Reaction timer L.77 model: MET/3001-MED-95 dan lembar data reaction timer. Adapun cara kerja

Reactiontimer adalah sebagai berikut:

a. Menghubungkan alat dengan sumber tenaga (listrik/baterai).

b. Menghidupkan alat dengan menekan tombol on/off pada on (hidup). c. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka “0,000” dengan

menekan tombol “Nol”.

d. Memilih rangsang suara atau cahaya yang dikehendaki dengan menekan tombol “suara atau cahaya”. Pilih cahaya.

e. Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek (mouse) dan diminta secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya dari sumber rangsang.

f. Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa. g. Setelah diberi rangsang, subjek menekan tombol maka pada layar kecil

akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan “satuan milli detik”. h. Pemeriksaan diulangi sampai 20 kali rangsang cahaya.

i. Data yang dianalisa (diambil rata-rata) yaitu skor hasil 10 kali

(48)

k. Setelah selesai pemeriksaan maka mematikan alat dengan menekan tombol “on/off, pada off dan lepaskan alat dari sumber tenaga (Balai Hiperkes Semarang, 2004).

Perlu diperhatikan agar hasil lebih akurat, adalah: (1) Pemberian rangsang tidak kontinyu, (2) Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa maksimum 0,5 meter, (3) Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat alat ataupun pemeriksa), (4) Waktu reaksi yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (suara atau cahaya saja).

Data yang dianalisa yaitu dengan diambil nilai rata-ratanya dari dua puluh kali pengukuran adalah hasil sepuluh kali pengukuran di tengah atau lima kali pengukuran awal dan akhir dibuang. Kemudian setelah didapat nilai rata-rata seperti di atas, data dibandingkan dengan standar pembanding reaction timer L.77.

H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

(49)

a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan cukup signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Sugiyono,

(50)

BAB IV HASIL

A. Gambaran Umum Tempat Kerja

Penggilingan padi yang terletak di desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar berdiri sejak tahun 1997. Penggilingan padi ini milik perseorangnan Bapak Sunaryo, yang kemudian di beri nama “Padi Makmur”.

Ada dua bagian atau ruangan di penggilingan padi ini, yaitu bagian produksi dan bagian administrasi. Bagian produksi sebagai tempat untuk menghasilkan beras dari gabah, sedangkan bagian administrasi berfungsi untuk mencatat atau mendokumentasikan produk yang masuk dan keluar. Jumlah pekerja di penggilingan padi sebanyak 50 tenaga kerja, yang semuanya adalah laki-laki. Dibagian produksi ada 30 tenaga kerja dan 20 tenaga kerja di bagian administrasi.

(51)

Mesin yang digunakan untuk menggiling padi merupakan mesin berkekuatan besar dengan bahan bakar solar yang menimbulkan suara bising. Para pekerja yang beraktivitas tidak bisa terhindar dari kebisingan yang ditimbulkan akibat suara mesin, padahal mereka tiap hari bekerja tanpa menggunakan alat pelindung telinga. Di ruang produksi terdiri dari 4 mesin, 2 mesin saring dan 2 mesin poles. Nama mesin tersebut adalah Puso D-16 dan Yanmar N-50 model ECHA. Proses penggilingan padi berlangsung 5 tahap, yaitu :

1. Dari gabah dimasukkan ke mesin menjadi gabah yang berisi.

Di dalam mesin ini gabah dipisahkan antara gabah yang berisi dengan gabah yang kosong, biasanya gabah kosong ini sering disebut sebagai rambut.

2. Gabah yang berisi disaring masuk mesin Poles 1.

Gabah yang berisi dimasukkan ke dalam mesin untuk dilakukan proses penghilangan gabah dari kulitnya.

3. Mesin Poles 2.

Setelah gabah dihilangkan kulitnya kemudian dimasukkan ke mesin poles yang ke 2 dengan tujuan agar proses penyaringan gabah dari kulitnya menjadi lebih bersih lagi, sehingga beras yang dihasilkan akan berkualitas bagus.

4. Mesin penggiling beras.

(52)

B. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kebisingan di bagian Proses Produksi dan bagian Adminitrasi di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Pengukuran ini dilakukan pada mesin yang dioperasikan sebagai sumber kebisingan. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter dilakukan selama tenaga kerja bekerja dengan pengambilan 10 titik disetiap bagian, kemudian hasil pengukuran tersebut dirata-rata.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian proses produksi didapatkan rata-rata hasil sebesar 90,2 dB, sedangkan dibagian administrasi didapatkan rata-rata kebisingan sebesar 45,3 dB.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan sebesar 90,2 dB menunjukan bahwa intensitas kebisingan di bagian Proses Produksi adalah diatas NAB yaitu lebih dari 85 dB dengan waktu pemaparan 8 jam. Sedangkan intensitas kebisingan di bagian Adminitrasi sebesar 45,3 dB adalah di bawah NAB yaitu kurang dari 85 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam.

(53)

C. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran kelelahan kerja yang ditunjukan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Proses Produksi Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 582,33 milidetik Berat

2 588,42 milidetik Berat

3 583,83 milidetik Berat

4 585,40 milidetik Berat

5 603,98 milidetik Berat

6 533,48 milidetik Sedang

7 567,57 milidetik Sedang

8 590,69 milidetik Berat

9 601,48 milidetik Berat

10 604,13 milidetik Berat

11 607,10 milidetik Berat

12 587,69 milidetik Berat

13 591,74 milidetik Berat

14 596,68 milidetik Berat

(54)

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Administrasi Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 198,33 milidetik Normal

2 299,99 milidetik Ringan

3 258,02 milidetik Ringan

4 323,11 milidetik Ringan

5 213,56 milidetik Normal

6 249,27 milidetik Ringan

7 245,68 milidetik Ringan

8 216,62 milidetik Normal

9 325,51 milidetik Ringan

10 189,26 milidetik Normal

11 217,03 milidetik Normal

12 220,07 milidetik Normal

13 274,29 milidetik Ringan

14 219,37 milidetik Normal

(55)

D. Hasil Analisis Statistik

1. Kelelahan kerja di bagian Proses Produksi

Dari 15 sampel didapatkan hasil sebagai berikut :

20%

2. Kelelahan kerja di bagian Administrasi

Dari 15 sampel didapatkan hasil sebagai berikut :

46,7% 100%

x 15

7

= tidak mengalami kelelahan atau normal.

53,3%

Tabel 4. Hasil Perhitungan SPSS

Value Approx.Sig Contingency Coeffienct .707 .000

N of Valid Cases 30

(56)
(57)

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tenaga Kerja

Kelelahan dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam individu seperti umur, status gizi dan status kesehatan maupun dari luar individu seperti beban kerja dan kondisi lingkungan kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:88). Jumlah tenaga kerja di penggilingan Padi Makmur sejumlah 50 orang, setelah dilakukan teknik purposive sampling maka jumlah tersebut menjadi 30 orang dengan syarat atau ciri-ciri yang telah ditentukan. Jenis kelamin tenaga kerja semuanya berjenis kelamin laki-laki. Usia yang diambil dalam penelitian ini adalah 20-40 tahun, karena usia tersebut termasuk dalam usia kerja (Lambert David, 2006).

(58)

kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:97). Tenaga kerja yang dinyatakan sehat yaitu sebanyak 30 orang.

Faktor psikologi mempunyai peran besar dalam mempengaruhi kelelahan, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:151). Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda, tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja (Eko Nurmianto, 2003:136). Tenaga kerja yang mempunyai beban kerja ringan yaitu sebanyak 30 orang.

B. Kebisingan

(59)

1. Pengukuran Kebisingan di Bagian Produksi

Sumber suara kebisingan di bagian produksi penggilingan Padi Makmur berasal dari penggunaan mesin dalam proses poduksi dengan intensitas kebisingan yang beragam. Sehingga dari proses yang dilakukan tersebut tentu menimbulkan bising. Intensitas sumberbising terendah 89,1 dB dan intensitas tertinggi 92,2 dB. Dari hasil perhitungan kebisingan di tempat tenaga kerja didapatkan intensitas kebisingan rata-rata bagian produksi sebesar 90,22 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999 Nilai Ambang Batas intensitas kebisingan di bagian produksi melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar ini memberlakukan jam kerja selama 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. Maka untuk intensitas kebisingan di atas 85 dB tersebut pastinya akan membawa dampak negatif yaitu kerusakan pendengaran, tekanan darah naik, denyut nadi bertambah dan kelelahan kerja.

(60)

dimiliki. di lapangan dijumpai tenaga kerja tidak menggunakannya karena alasan kurang nyaman dan mengganggu dalam bekerja. Upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan adalah dengan upaya administrasi. Hal ini dilakukan dengan pengaturan jam kerja. Jam kerja dimulai dari mulai pukul 07.30 sampai dengan 16.00 WIB. Dengan pengaturan waktu istirahat selam 1 jam, yang digunakan untuk Ishoma antara pukul 12-13.00 WIB. Selain itu pekerja juga diberikan waktu istirahat 10 menit setelah mereka bekerja selama 2 jam.

2. Pengukuran Kebisingan di Bagian Administrasi

(61)

C. Kelelahan

Kelelahan dapat diukur dengan beberapa metode salah satunya adalah waktu reaksi (Suma’mur P.K., 1996:190). Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu. Pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan proses faal saraf dan otot (Suma’mur P.K., 1989:71). Dari hasil pengukuran kelelahan tenaga kerja di bagian Proses Produksi maka dapat diketahui bahwa dari sample yang diambil yaitu sebanyak 15 orang responden, 20% pekerja atau 3 pekerja mengalami kelelahan sedang, sedangkan 80% pekerja atau 12 pekerja mengalami kelelahan berat. Sedangkan pengukuran kelelahan tenaga kerja di bagian Adminitrasi menunjukkan 46,7% atau 7 pekerja tidak mengalami kelelahan atau normal dan 53,3% atau 8 pekerja mengalami kelelahan ringan dari 15 orang responden.

(62)

D. Hubungan antara Kebisingan dengan Kelelahan Kerja

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Hal ini ditunjukkan dari uji korelasi chi square test dengan angka signifikasinya sebesar 0,000 angka itu kurang dari 0,05. Hasil yang signifikan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya seperti :

a. Irwan Harwanto (2003) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja, dengan hasil yang sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0.000, artinya P ≤ 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan dengan hubungan semakin tinggi intensitas kebisingan maka semakin meningkat kelelahan kerja. Menggunakan metode Uji Statistik dengan Analisis Regresi Linear Sederhana.

(63)

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Keterbatasan waktu dalam pemeriksaan kelelahan pada saat bekerja,

sehingga beberapa tenaga kerja tergesa-gesa dalam mengikuti pemeriksaan.

2. Untuk mengendalikan variabel status gizi dan kondisi kesehatan tidak dilakukan pengukuran dan pemeriksaan secara klinis tetapi hanya menanyakan kepada tenaga kerja, sehingga hasil yang didapat kurang akurat karena hanya berdasarkan keterangan (jawaban) dari tenaga kerja, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.

(64)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisa dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja di penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang Karanganyar dengan hasil adalah sangat signifikan, dengan nilai p sebesar 0,000. Semakin tinggi intensitas kebisingan, maka tingkat kelelahan semakin besar pula, dalam hal ini terjadi hubungan yang simetris.

2. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian proses produksi adalah 89,1-92,2 dB, sedangkan intensitas kebisingan di bagian adminitrasi adalah 40-50 dB. Hal ini menunjukan bahwa intensitas kebisingan di bagian proses produksi melebihi NAB (di atas 85 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam), dimana tenaga kerja bekerja selama 8 jam perhari atau 40 jam seminggu. Sedangkan di bagian adminitrasi intensitas kebisingannya di bawah NAB (kurang dari 85 dB) sehingga tenaga kerja aman bekerja selama 8 jam/hari dan 40 jam/minggu.

(65)

sedang, sedangkan 80% atau 12 pekerja menunjukkan mengalami kelelahan berat. Sedangkan pengukuran kelelahan tenaga kerja di bagian adminitrasi menunjukkan 46,7% atau 7 pekerja tidak mengalami kelelahan atau normal dan 55,3% atau 8 pekerja mengalami kelelahan ringan dari 15 tenaga kerja yang dijadikan sampel.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya hasil pengukuran kebisingan disosialisasikan kepada seluruh pekerja serta memberikan sosialisasi atau pengetahuan tentang dampak yang akan terjadi serta cara mengatasinya.

2. Sebaiknya intensitas kebisingan di ruang administrasi dipertahankan agar tidak meningkat intensitasnya.

3. Sebaiknya pemilik penggilingan menyediakan alat pelindung diri berupa

ear plug, mengadakan rekayasa engineering di bagian proses produksi seperti pemberian pembatas atau sekat antara mesin dengan tenaga kerja, melapisi dinding, paflon dan lantai dengan bahan penyerap suara misalnya gabus, glasswool dan lain-lain

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Anhar Hadian, 2000, Bising Bisa Timbulkan Tuli, http://www.indomedia.com. (31 Desember 2009).

Benny, Pratama dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002,

Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk.

Departemen Kesehatan RI, 2003, Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2002, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI

Depkes RI, 2005. Pedoman Sistem Informasi Manajeman Kesehatan Kerja. Jakarta: Depkes RI.

Eko Nurmianto, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna Widya, p:264.

Gabriel,2006.”Definisi dan Istilah tentang Kebisingan di Tempat Kerja ”. http:// www. indomedia. com/intisari/2000/januari/bising. htm. (3 Januari 2010).

Gempur Santoso, 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lngkungan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, p: 47.

Hartono, 2007. “Bahaya Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja”. http:/www. Cermin Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising. htm. (1 Januari 2010).

Iman Soeharto, 2004, Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, p: 41.

Irwan Harwanto, 2004, Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Akibat Intensitas Kebisingan Berbeda Di PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi IV Semarang, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51.MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 1999, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

(67)

Margatan, Arcole. 2006, Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Solo: CV Aneka, p: 81.

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2009. Ergonomi. www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF. 5 januari 2010.

Riwidikdo Handoko, 2008. Statistik Kesehatan, Yogyakarta: Mitra Cendekia Press

Setyawati, Lintje. 2007. ”Kelelahan dan Permasalahannya”. http:/www. Cermin Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 1 Mei 2009

Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005, Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational Noise), Yogyakarta: Andi.

Singgih Santoso, 2003, SPSS Versi 10, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:

Rineka Cipta.

Sritomo Wignjosoebroto, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya:Guna Widya, p: 283.

Sugeng Budiono A.M, dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan

Kerja, eds 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta, p: 61. Suma,mur P.K.,1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan,

Jakarta : CV Haji Masagung.

Suma’mur P. K., 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV Sagung Setu.

Tana, 2002. ”Pengertian Bising dan Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja”. http:/www. Cermin Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 11 Januari 2010.

(68)

Lampiran 1

Tabel 1. Batas – Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan

(69)

Lampiran 2

Tabel 2. Hasil Pengukuran Intensitas kebisingan

Intensitas Kebisingan (dB) Titik

pengukuran

Proses

Produksi Adminitrasi

I 89,3 50

II 90,3 48

III 91,9 47

IV 89,1 49

V 89,5 46

VI 90,2 45

VII 89,2 44

VIII 90,8 43

IX 89,7 40

(70)

Lampiran 3

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Proses Produksi Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 582,33 milidetik Berat

2 588,42 milidetik Berat

3 583,83 milidetik Berat

4 585,40 milidetik Berat

5 603,98 milidetik Berat

6 533,48 milidetik Sedang

7 567,57 milidetik Sedang

8 590,69 milidetik Berat

9 601,48 milidetik Berat

10 604,13 milidetik Berat

11 607,10 milidetik Berat

12 587,69 milidetik Berat

13 591,74 milidetik Berat

14 596,68 milidetik Berat

(71)

Lampiran 4

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Administrasi

Sampel Hasil Pengukuran Rata-Rata Kriteria kelelahan

1 198,33 milidetik Normal

2 299,99 milidetik Ringan

3 258,02 milidetik Ringan

4 323,11 milidetik Ringan

5 213,56 milidetik Normal

6 249,27 milidetik Ringan

7 245,68 milidetik Ringan

8 216,62 milidetik Normal

9 325,51 milidetik Ringan

10 189,26 milidetik Normal

11 217,03 milidetik Normal

12 220,07 milidetik Normal

13 274,29 milidetik Ringan

14 219,37 milidetik Normal

(72)

Lampiran 11

Lampiran hasil uji dengan chi square test

Case Processing Summary

a 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .707 .000

N of Valid Cases 30

a Not assuming the null hypothesis.

(73)

Lampiran 12

Identitas Sampel di Penggilingan Padi Makmur

No. Urut Sampel Jenis Kelamin Usia Masa Kerja

Gambar

Tabel 1. Batas – Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan
Gambar 1
Gambar 2 Desain Penelitian
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Proses Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hasil analisa penulis dalam pertimbangan permohonan dispensasi kawin perkara nomor 38/Pdt.P/2015/PA.Rtu majelis hakim menggunakan alasan permohonan pemohon tidak

CITRA SURYANING WARDANI, D0213027, STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS LAKU LAMPAH (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Komunitas Laku Lampah dalam Upaya

Akan tetapi nomor anak pada anak- bab ditulis dengan satu angka Romawi dan dua angka Arab yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik, angka Romawi menunjukkan

Prema autorici, dva su te- meljna cilja ove studije: teorijski odrediti koncept ženskog ratnog pisma, te kroz dobi- jeni teorijski okvir analizirati odabrane ratne

Amplifikasi DNA dilakukan secara in vitro (di dalam tabung) dengan menggunakan: (1) enzim DNA polymerase ; (2) dNTP ( dinukleotida triphosphat ; (3) oligonukleotida primer;

Konvensionalitas birokrasi kejaksaan ini ternyata bukan hanya dalam penanganan perkara korupsi, tetapi menjadi karakter birokrasi kejaksaan pada umumnya... Keempat karakter ini

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Garis g tegak lurus bidang rata V jikka vektor arah garis lurus = vektor normal bidang rata (atau kelipatanya)