• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Kebisingan

2.3.6. Dampak Kebisingan

Dampak kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (Prabu, 2006): 1. Adaptasi bila telinga terpapar oleh kebisingan

Mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan (Tri, 2005).

2. Gangguaan Fisiologis

Gangguan fisiologis merupakan gangguan yang mula-mula timbul akibat bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukan tenaga ekstra dan juga menambah kebisingan (Wahyu, 2003).

Bising yang bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang munculnya secara tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak napas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ dan keseimbangan elektrolit. Melalui makanisme hormonal adrenalin, yang dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.

Pada berbagai penyelidikan yang telah dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi (Rosidah, 2005).

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu : 1) Sistem internal tubuh

Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk kehidupan seperti:

a).Kardiovaskuler(jantung, paru-paru, pembuluh) b).Gastrointestinal(perut,usus)

d).Musculoskeletal(otot, tulang) dan e).Endocrine(kelenjar)

2) Ambang pendengaran

Ambang pendengaran merupakan suara terlemah yang masih dapat di dengar. Makin rendah level suara terlemah yang di dengar berarti makin rendah nilai ambang pendengaran, berarti makin baik pendengaranya. Kebisingan dapat mempengaruhi nilai ambang batas pendengaran baik bersifat sementara (fisiologis) atau menetap (patofisiologis). Kehilangan pendengaran bersifat sementara apabila telinga dengan segera dapat mengembalikan fungsinya setelah terkena kebisingan (Rosidah, 2003). 3) Gangguan pola tidur

Pola tidur sudah merupakan pola alamiah, kondisi istirahat yang berulang secara teratur dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta kesembuhan. Kebisingan dapat menganggu tidur dalam hal kelelapan, kontinuitas, dan lama tidur (Fahmi, 1997).

Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi belum terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara yang akan mengganggu tidurnya, maka orang tersebut mudah marah/tersinggung. Berprilaku irrasional, dan ingin tidur. Terjadinya pergeseran kelelapan tidur dapat menimbulkan kelelahan (Fahmi, 1997).

Berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa presentase seseorang bisa terbangun dari tidurnya sebesar 5% pada tingkat intensitas suara 40 dB (A) dan meningkat sampai 30% pada tingkat 70 dB (A). Pada tingkat intensitas suara 100 dB (A) sampai 120 dB (A), hampir setiap orang akan terbangun dari tidurnya (Jain, 1981).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Burns (1979), pekerja yang terpapar kebisingan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan kecepatan sekresi bahan dalam aliran darah, sehingga mengubah konsentrasi darah dalam waktu berjam-jam, berhari-hari, atau lebih lama lagi dengan konsekuensi gangguan fungsional (Soesanto, 1990).

3. Gangguan Psikologis

Gangguan fisiologis dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan gangguan psikologis (Wahyu, 2003). Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, kejengkelan, kecemasan, ketakutan dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan penyakitpsikosomatikberupagastritis, jantung, stress, kelelahan (Sasongko, 2000). 4. Gangguan komunikasi

Kebisingan dapat mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung baik melalui tatap muka ataupun melalui via telepon. Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu percakapan diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu komunikasi tergantung pada konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang terjadi pada ruangan (Sasongko, 2000).

Tempat dimana komunikasi tidak boleh terganggu oleh suara bising adalah sekolah, area latihan dan test, teater, pusat komunikasi militer, kantor, tempat ibadah, perpustakaan, rumah sakit dan laboratorium. Banyaknya suara yang dapat dimengerti tergantung dari beberapa faktor seperti level suara pembicaraan, jarak pembicaraan dengan pendengaran, bahasa/kata yang dimengerti, suara lingkungan dan faktor- faktor lain (Jain, 1981).

5. Efek Terhadap Pendengaran

Pada awalnya, efek kebisingan ini terhadap indra pendengaran manusia bersifat sementara dan pemulihan terjadi secara cepat setelah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja secara terus menerus di area bising maka dapat menyebabkan tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian semakin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan (Prabu, 2009).

Kelainan yang terjadi pada telinga akibat bising terjadi melalui beberapa tahapan, antara lain :

1). Stadium adaptasi

Adaptasi merupakan suatu daya proteksi / perlindungan alamiah dan keadaan yang dapat pulih kembali, atau kata lain sifatnyareversible(dapat pulih kembali). 2). Stadium “temporary threshold shiff”

Disebut juga “audtory fatigue” yang merupakan kehilangan pendengaran “reversible” setelah 48 jam terhindar dari kebisingan. Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali setelah terpapar bising sekitar 16 jam. Apabila keesokan harinya pada waktu bekerja pendengaran hanya sebagian yang pulih maka akan terjadi “permanent hearing lose”.

3). Stadium “persistem trehold shiff”

Dalam stadium ini ambang pendengaran meninggi lebih lama, sekurang- kurangnya 48 jam setelah meninggalkan lingkungan bising, pendengaran masih terganggu.

4). Stadium “permanent trehold shiff”

Pada stadium ini meningginya ambang pendengaran sifatnya menetap, gangguan ini banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan kembali. Tuli akibat bising ini merupakan tuli persepsi yang kerusakannya terdapat dalamcochlea berupa rusaknya syaraf pendengaran.

Dokumen terkait