• Tidak ada hasil yang ditemukan

2008 2009 2010 2011 2012 1 Kebutuhan Air Baku (juta

Dalam dokumen RPJMD 2013-2018 RPJMD 2013 2018 (Halaman 112-117)

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2008 2009 2010 2011 2012 1 Kebutuhan Air Baku (juta

m3/tahun) 709,128 714,518 719,734 709,180 714,895

2 Ketersediaan Air Baku

(juta m3/tahun) 284,040 300,105 317,003 326,210 343,212

Persentase (%) 40,05 42,00 44,04 46,00 48,01

c. Air Bersih, Sanitasi, dan Persampahan

Cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi sampai dengan Tahun 2012 adalah sebesar 40,60% untuk air bersih perkotaan, 20,30% untuk air bersih perdesaan, dan 60,03% untuk sanitasi dasar. Cakupan pelayanan tersebut perlu ditingkatkan dalam upaya mencapai target Millenium

Development Goals Tahun 2015 yaitu sebesar 75% air bersih perkotaan dan

52,80% air bersih perdesaan serta 72% sanitasi.

Penanganan sampah terangkut di Jawa Tengah belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sampah terangkut mengalami penurunan dari 77,41% pada Tahun 2008 menjadi 41,34% pada Tahun 2012. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.80.

Tabel 2.80.

Cakupan Pelayanan Air Bersih, Sanitasi, dan Persampahan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Air Bersih - Perkotaan (%) 33,00 37,00 38,70 38,90 40,60 - Perdesaan (%) 8,00 9,00 10,40 18,00 20,30 2 Sanitasi (%) 52,90 54,73 57,70 58,40 60,03 3 Persampahan (%) 77,41 77,09 53,33 48,73 41,34

Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jateng, 2012 dan Jawa Tengah Dalam Angka 2013

d. Jasa Konstruksi

Pelayanan uji laboratorium jasa konstruksi telah mendapatkan Survailen I, ISO 9001:2008 oleh lembaga sertifikasi IAPMO dan Re- Akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2008 oleh KAN pada Tahun 2012. Pelayanan Sertifikasi Hasil Uji (SHU) Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2008- 2012 mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebanyak 178 sertifikat, Tahun 2009 sebanyak 382 sertifikat, Tahun 2010 sebanyak 357 sertifikat, Tahun 2011 sebanyak 507 sertifikat dan Tahun 2012 meningkat menjadi 573 sertifikat.

4. Perumahan

Salah satu indikator pelayanan pada urusan Perumahan yaitu meningkatnya jumlah rumah layak huni. Pada Tahun 2008 jumlah rumah layak huni di Jawa Tengah sebanyak 5.412.645 unit (72,14%) meningkat menjadi 6.709.038 unit (76,56%) pada Tahun 2012, sedangkan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) pada Tahun 2008 sebanyak 2.090.007 unit (27,68%), turun menjadi 2.053.772 unit (23,44%) pada Tahun 2012.

Dalam rangka peningkatan kualitas perumahan serta mendukung pengurangan angka kemiskinan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta didukung oleh Corporate Social Responsibility (CSR) dari swasta, telah memberikan stimulan bagi perbaikan RTLH sejak Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 sejumlah 40.646 unit. Perkembangan jumlah rumah layak huni dan RTLH serta rasio rumah layak huni di Jawa Tengah Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.81.

Tabel 2.81.

Perkembangan Rumah Layak Huni dan Rumah Tidak Layak Huni Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Tahun

Jumlah Rumah (unit)

Rumah Layak Huni Rumah Tidak Layak Huni Jumlah (unit) Rasio (%) Jumlah (unit) Rasio (%)

2008 7.502.652 5.412.645 72,14 2.090.007 27,86

2009 7.757.025 5.425.704 69,94 2.331.321 30,06

2010 8.743.590 6.510.358 74,45 2.233.232 25,55

2011 8.529.355 6.539.551 76,67 1.989.804 23,33

2012 8.762.810 6.709.038 76,56 2.053.772 23,44

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2013

Kebutuhan rumah di Jawa Tengah pada Tahun 2012 sebanyak 1.498.724 (17,84%). Rincian masing-masing kebutuhan rumah untuk kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.82.

Tabel 2.82.

Kebutuhan Rumah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

No Kabupaten/Kota Tahun 2012 Jumlah KK Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah (Backlog) Persentase Kebutuhan Rumah 1 Cilacap 501.044 454.800 46.244 10,17 2 Banyumas 471.968 409.995 61.973 15,12 3 Purbalingga 274.821 216.877 57.944 26,72 4 Banjarnegara 275.512 234.631 40.881 17,42 5 Kebumen 312.651 293.020 19.631 6,70 6 Purworejo 204.924 155.208 49.716 32,03 7 Wonosobo 238.400 218.738 19.662 8,99 8 Magelang 322.764 253.820 68.944 27,16 9 Boyolali 262.449 241.633 20.816 8,61 10 Klaten 382.966 301.342 81.624 27,09 11 Sukoharjo 214.539 191.688 22.851 11,92 12 Wonogiri 375.701 260.027 115.674 44,49 13 Karanganyar 234.480 210.953 23.527 11,15 14 Sragen 279.144 250.866 22.278 8,88 15 Grobogan 504.330 432.936 71.394 16,49 16 Blora 402.984 345.936 57.048 16,49 17 Rembang 166.914 165.454 1.460 0,88 18 Pati 347.961 298.703 49.258 16,49 19 Kudus 253.065 227.758 25.307 11,11 20 Jepara 295.721 271.454 24.267 8,94 21 Demak 336.436 288.809 47.627 16,49 22 Semarang 283.303 238.953 44.350 18,56 23 Temanggung 194.596 192.814 1.782 0,92 24 Kendal 227.133 192.961 34.172 17,71 25 Batang 220.999 178.951 42.048 23,50 26 Pekalongan 245.757 185.330 60.427 32,61 27 Pemalang 383.077 306.054 77.023 25,17

No Kabupaten/Kota Tahun 2012 Jumlah KK Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah (Backlog) Persentase Kebutuhan Rumah 28 Tegal 422.996 340.423 82.573 24,26 29 Brebes 526.620 412.228 114.400 27,75 30 Kota Magelang 33.897 29.985 3.912 13,05 31 Kota Surakarta 122.462 103.978 18.484 17,78 32 Kota Salatiga 47.547 38.632 8.915 23,08 33 Kota Semarang 396.354 342.882 53.472 15,59 34 Kota Pekalongan 74.806 61.150 13.656 22,33 35 Kota Tegal 67.218 51.834 15.384 29,68 Jawa Tengah 9.905.547 8.400.823 1.498.724 17,84

Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

Permukiman kumuh masih menjadi permasalahan yang dihadapi Provinsi Jawa Tengah, penanganan permukinan kumuh selama lima tahun mencapai seluas 58,75 Ha atau sebesar 6,26% dari luas kawasan kumuh (938,23 Ha), dengan perincian per tahun dapat dilihat pada Tabel 2.83.

Tabel 2.83.

Luas Kawasan Permukiman Kumuh Yang Tertangani Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Tahun Jumlah Capaian per Tahun (Ha) Kumulatif Capaian (Ha) Presentase Capaian per Tahun Presentase Capaian Kumulatif 2008 9,85 9,85 1,05 1,05 2009 10,78 20,63 1,15 2,20 2010 9,36 30,00 1,00 3,20 2011 12,18 42,17 1,30 4,50 2012 16,58 58,75 1,77 6,26

Sumber : Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2013

5. Penataan Ruang

Aspek pelayanan umum pada urusan penataan ruang dapat diindikasikan dengan telah diterbitkannya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029, yang selanjutnya dijabarkan dalam rencana rinci berupa rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, yang akan dijadikan pedoman oleh pemerintah provinsi dan masyarakat dalam implementasi rencana pembangunan, termasuk untuk pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya. Selain itu, pemerintah provinsi juga berkewajiban melaksanakan pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota di wilayahnya.

Sampai dengan Tahun 2012, pasca ditetapkan RTRW Provinsi Jawa Tengah, telah disusun 5 (lima) dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dari 61 (enampuluh satu) kawasan strategis provinsi yang belum ditetapkan dalam bentuk Perda. Namun, sampai dengan Tahun 2012, belum ada kabupaten/kota yang menetapkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai penjabaran operasional RTRW Kabupaten/Kota.

Dari aspek pengendalian tata ruang, kondisi hingga Tahun 2012, diketahui tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang

sebesar 62%. Hal ini menunjukkan kurang optimalnya implementasi rencana tata ruang disebabkan antara lain masih adanya perizinan yang belum efektif dan efisien serta kurang optimalnya kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).

6. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

Kinerja Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu Tahun 2008 - 2012 antara lain tercermin di bidang kerjasama perencanaan pembangunan yaitu terselenggaranya forum kerjasama antar daerah di 35 kabupaten/kota dan pada 59 SKPD Provinsi, kesepakatan kerjasama pembangunan wilayah perbatasan Provinsi Jawa Tengah–Jawa Barat Tahun 2008-2013 serta kerjasama pengembangan ekonomi antar daerah meliputi kawasan Barlingmascakeb, Subosukawonosraten, Kedungsepur, Kedu Plus, Sapta Mitra Pantura dan Pakudjembara.

Untuk menjamin terciptanya perencanaan pembangunan yang konsisten dan berkelanjutan serta sebagai dasar penyusunan dokumen penganggaran, telah disusun dokumen perencanaan pembangunan secara periodik untuk kurun waktu tertentu. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan dua puluh tahunan telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025. Dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013. Dokumen perencanaan pembangunan tahunan ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Gubernur. Dokumen perencanaan pembangunan disusun dengan memperhatikan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029. Dalam rangka pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sebagai wujud komitmen terhadap kebijakan global dan nasional, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga telah menyusun Rencana Aksi Daerah Percepatan target Millenium Development Goals (RAD-MDGs) Tahun 2011 - 2015, Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 - 2014, Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2010 - 2020, Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB), serta dokumen perencanaan sektoral lainnya.

Untuk mengefektifkan pelaksanaan program-program pembangunan tersebut maka telah dibentuk kelompok kerja (Pokja) yang bersifat lintas SKPD serta melakukan koordinasi dengan 35 kabupaten/kota. Selanjutnya guna mendukung pelaksanaan pembangunan daerah yang mengedepankan proses kelitbangan dan IPTEK, pengembangan dan penerapannya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7. Perhubungan

Pelayanan umum pada urusan perhubungan meliputi perhubungan darat (angkutan darat, kereta api dan ASDP), perhubungan laut, dan perhubungan udara. Pelayanan urusan perhubungan dapat dilihat dari jumlah penumpang dan barang yang dapat terangkut oleh angkutan baik darat, laut maupun udara.

a. Perhubungan Darat

Pelayanan angkutan darat di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan selama kurun waktu Tahun 2010 - 2012. Hal ini terlihat dari jumlah izin trayek Antar Kota Antar Provinsi/AKAP Provinsi Jawa Tengah sebanyak 840 izin trayek (Tahun 2010) menjadi 902 izin trayek (Tahun 2012). Untuk jumlah izin trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) selama kurun waktu yang sama tidak mengalami peningkatan.

Jumlah angkutan wisata (kendaraan) juga mengalami peningkatan dari 952 kendaraan (Tahun 2008) menjadi 2.249 kendaraan (Tahun 2012). Sementara itu jumlah bus untuk pelayanan umum Tahun 2012 sebanyak 10.490 unit, meningkat jika dibandingkan dengan Tahun 2011 sebanyak 10.174 unit. Jumlah mobil penumpang umum selama 4 (empat) tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, yaitu sebanyak 397.667 unit. Perkembangan pelayanan angkutan darat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.84.

Tabel 2.84.

Perkembangan Pelayanan Angkutan Darat di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Dalam dokumen RPJMD 2013-2018 RPJMD 2013 2018 (Halaman 112-117)