• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Dalam dokumen USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI (Halaman 37-60)

BAB VI ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

5.5 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk usaha konveksi pakaian jadi terdiri dari kebutuhan investasi dan modal kerja. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri. Dana yang dibutuhkan untuk investasi awal sebesar Rp. 84.550.000,-. Sedangkan kebutuhan modal kerja untuk 1 kali siklus produksi (7 hari) sebesar Rp. 4.707.846,-.

Pada contoh pembiayaan usaha baru, kebutuhan dana investasi untuk pengadaan peralatan (mesin-mesin) diasumsikan berasal dari pembiayaan LKS Sedangkan pada kebutuhan biaya modal kerja, hanya untuk pengadaan bahan penolong yang berasal dari pembiayaan LKS. Komponen-komponen biaya yang lain diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.

Selanjutnya, keperluaan dana untuk usaha konveksi pakaian jadi ditampilkan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Konveksi Pakaian Jadi

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)

1 Dana investasi yang bersumber dari

a. Pembiayaan 34.550.000

b. Dana sendiri 50.000.000

Jumlah dana investasi 84.550.000

2 Dana modal kerja yang bersumber dari

a. Pembiayaan 2.800.000

b. Dana sendiri 1.901.846

Jumlah dana modal kerja* 4.701.846

3 Total dana proyek yang bersumber dari

a. Pembiayaan 37.350.000

b. Dana sendiri 51.901.846

Jumlah dana proyek 89.251.846

Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan se-cara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi lama waktu pembiayaan sesuai dengan siklus produksinya. Sedangkan pengadaan peralatan dan bahan penolong diasumsikan telah dimiliki dan tersedia pada LKS. Pengadaan peralatan dan bahan tersebut, pihak LKS dapat berkerjasama dengan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

Aspek Keuangan

Hasil (Output) usaha konveksi pakaian jadi adalah pakaian jadi yang siap dipasarkan (ekspor). Setiap hari dengan kapasitas yang ada dapat diproduksi sebanyak 400 potong pakaian dengan asumsi hari kerja efektif adalah 26 hari per bulan.

Pada tahun pertama, hasil penjualan pakaian jadi merujuk pada kapasitas produksinya adalah sebesar Rp. 262.080.000,-. Hasil penjualan ini diasumsikan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan harga bahan penolong dan upah tenaga kerja, yaitu sebesar 5%. Produksi dan pendapatan usaha konvensi pakaian jadi dapat dilihat pada tabel 5.5 atau lampiran 5.

Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Uraian

1. Produksi per hari 400

2. Produksi per bulan 10,400

3. Produksi per tahun 4,160,000

4. Pendapatan per tahun

a. Tahun - 1 262,080,000

b. Tahun - 2 5% 275,184,000

c. Tahun - 3 5% 288,943,200

d. Tahun - 4 5% 303,390,360

e. Tahun - 5 5% 318,559,878

Pendapatan untuk satu tahun

*) data penelitian tahun 1998

Total

5.7. Proyeksi Laba Rugi

Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa usaha konveksi pakaian jadi ini sudah mampu menghasilkan keuntungan sejak tahun pertama. Secara rata-rata pada contoh perhitungan untuk usaha baru, keuntungan yang diperoleh setelah memperhitungkan pajak adalah Rp. 31.767.524,- dengan tingkat profit on sales sebesar 10,97%. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

5.8. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) dan Kelayakan Proyek

Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan pakaian jadi. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya operasional, juga termasuk angsuran pembiayaan dan pajak penghasilan.

Evaluasi kelayakan untuk usaha konveksi pakaian jadi dengan pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Hal ini dapat diketahui karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Pada arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 8,5% untuk usaha baru usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha konveksi pakaian jadi tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan.

Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak yaitu LKS dan nasabah.

Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha konveksi pakaian jadi selengkapnya ditampilkan pada lampiran 7.

5.9. Perolehan Margin

Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha konveksi pakaian jadi adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu usaha baru (start up). Hasil perhitungan dengan tingkat margin 8,5% untuk usaha baru menghasilkan margin sebesar Rp. 9.524.250,- dalam jangka waktu tiga tahun pembiayaan. Tingkat margin ini diberlakukan flat (tetap) per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya, perhitungan perolehan margin dapat dilihat pada lampiran 8.

Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan) untuk setiap komponen usaha / sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku margin Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 9.

Aspek Keuangan

BAB VI

ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

6.1. Aspek Sosial Ekonomi

Dampak positif dari PKT konveksi ditinjau dari sisi perusahaan mitra usaha dan anggota koperasi adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan mitra usaha dapat meningkatkan omset penjualan pakaian jadi dengan meminimumkan investasi peralatan potong dan peralatan jahit, lahan dan bangunan serta investasi sumber daya manusia. Perusahaan mitra usaha juga dapat meminimumkan dampak negatif pengelolaan perburuhan.

b. Perusahaan mitra usaha dapat konsentrasi pada usaha perdagangan saja, sehingga memungkinkan untuk menggali lebih luas potensi pasar domestik maupun pasar ekspor. c. Anggota koperasi mendapat jaminan pekerjaan menjahit dari perusahaan mitra usaha sehingga

dapat berkonsentrasi pada produksi dan baku mutu produk.

d. Anggota koperasi dalam kaitannya dengan permohonan pembiayaan kepada bank mendapat bantuan jaminan kredit dari perusahaan mitra usaha.

e. Pemanfaatan pembiayaan murah dapat mengurangi biaya bunga sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan pendapatannya.

f. Ditinjau dari sisi penciptaan lapangan kerja, usaha konveksi pakaian jadi menyerap relatif cukup banyak tenaga kerja sehingga secara nasional dapat membantu menyelesaikan masalah pengangguran. Sebagai contoh, dalam model ini per anggota koperasi memperkerjakan 21 tenaga kerja terdiri dari 18 tenaga kerja langsung dan 3 tenaga kerja tidak langsung.

g. Dengan adanya kemungkinan perusahaan mitra usaha memperluas pasar domestik dan ekspor, maka secara nasional dapat diharapkan adanya peningkatan pendapatan pekerja, pendapatan daerah maupun devisa negara.

h. Rata-rata pekerja dapat menghasilkan 20 potong per hari atau upah tenaga kerja Rp. 10.000,- per hari

Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Terhadap Lingkungan Hidup

i. Jika PKT konveksi ini dapat dikembangkan lebih luas maka usaha hulu dan hilir seperti produk tekstil, benang jahit dan bahan baku pembantu seperti kancing dan asesoris serta pengrajin kain keset dan lap mobil dari kain majun (kain sisa potongan) dapat lebih berkembang.

6.2. Dampak terhadap Lingkungan Hidup

a. Limbah potongan kain dapat dimanfaatkan oleh pengrajin keset dan lap mobil sehingga secara umum limbah padat dari usaha konveksi dapat dikatakan tidak ada.

b. Proses produksi usaha konveksi bebas dari penggunaan bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari lingkungan.

c. Tingkat kebisingan dari usaha konveksi juga relatif tidak tinggi dibandingkan usaha lainnya sehingga secara umum juga tidak menimbulkan polusi udara. Satu-satunya kemungkinan bahaya yang dapat ditumbuhkan oleh usaha konveksi adalah bahaya kebakaran, tetapi adanya baku prosedur keamanan kerja dan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran, maka bahaya tersebut dapat dikurangi dan diantisipasi.

d. Sehingga secara keseluruhan usaha konveksi pakaian jadi dapat digolongkan pada usaha ramah lingkungan.

L A M P I R A N

Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah

Pembiayaan Syariah

Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:

1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.

Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

1. Informasi data nasabah

2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil 3. Proyeksi laporan keuangan

4. Akad pembiayaan

Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: a. Informasi data nasabah

Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.

Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan. b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil

Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.

Lampiran

Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.

c. Proyeksi laporan keuangan

Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.

Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya). d. Akad pembiayaan

Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.

Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel Pengenalan Produk Syariah

Prinsip Dasar Jenis – Jenis

Bagi Hasil (Profit Sharing)

Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation)

Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing

Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing)

Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen

Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)

Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen

Jual Beli (Sale and Payment Sale)

Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)

Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya

Bai’ as Salam (in front Payment Sale)

Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh

Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan Sewa (Operational

Lease and Financial Lease)

Al-Ijarah (operational Lease)

Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa

AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option)

Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa

Jasa (Fee-Based Services)

Al Wakalah (Deputyship)

Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan

Al-Kafalah (Guaranty)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.

Al-Hawalah (Transfer service)

Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya

Lampiran

Ar-Rahn (Mortgage)

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.

Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis Al-qardh (soft and Benevolent Loan)

Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan

Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan Industri Konveksi Pakaian Jadi *)

Uraian Satuan Unit Rp/Unit Produksi berdasarkan sistem ongkos produksi

1. Kapasitas produksi per hari 400 2. Jumlah hari produksi per bulan 26

3. Ongkos produksi per potong 2,000 4. Kenaikan harga jual produk % per tahun 5%

5. Kenaikan harga beli bahan % per tahun 5% 6. Kenaikan upah % per tahun 5%

7. Upah Minimum Regional per hari 6,000 8. Upah Tenaga Langsung per potong

a. Upah jahit 400

b. Upah obras 50

c. Upah potong 50

9. Tingkat margin pembiayaan 8.5% 10. Jangka waktu pembiayaan tahun 3 11. Jangka waktu proyek tahun 5

Lampiran

Lampiran 3.: Biay a Inv estasi Industri Konv eksi Pakaian Jadi *)

Uraian Unit Harga per Total Nilai Nilai Unit (Rp) Biay a (Rp) Ekonomis Peny usutan 1. Tanah (meter) 200 100,000 20,000,000

2. Bangunan 100 300,000 30,000,000 20 1,500,000 3. Mesin dan Alat

a. Mesin jahit biasa 5 600,000 3,000,000 5 600,000 b. Mesin juki 10 2,850,000 28,500,000 5 5,700,000 c. Mesin obras 1 1,000,000 1,000,000 5 200,000 d. Mesin potong 1 1,750,000 1,750,000 5 350,000 e. Mesin itik 1 300,000 300,000 5 60,000 Total Biay a Inv estasi 84,550,000 8,410,000 *) data penelitian tahun 1998

Lampiran 4.: Biay a Eksploitasi/ Modal Kerja Industri Konv eksi Pakaian Jadi

Uraian Unit Harga per Total Unit (Rp) Biay a (Rp) 1. Biaya langsung

a. Bahan penolong

Benang jahit dan bahan lain 1 1,000 1,000 b. Upah jahit 1 400 400 c. Upah obras 1 50 50 d. Upah potong 1 50 50 Sub Total 1,500 2. Biaya tidak langsung

a. Gaji pemilik per bulan 490,000 490,000 b. Gaji karyawan tetap per bulan 468,000 468,000 c. Biaya makan per bulan 156,000 156,000 d. Biaya pemasaran per bulan 350,000 350,000 e. Biaya listrik per bulan 400,000 400,000 SuB Total 1,864,000

*) data penelitian tahun 1998

A. Kebutuhan Biaya langsung

1. Jangka waktu satu kali siklus produksi 7 hari 2. Rencana produksi per hari 400 potong Jadi kebutuhan biay a langsung adalah 4,200,000

B.Kebutuhan Biaya tidak langsung

1. Jangka waktu perputaran modal kerja/ minggu 7 hari 2. Jumlah hari kerja per bulan 26 hari Jadi lebutuhan biay a tidak langsung adalah 501,846

C Kebutuhan total biay a operasional (7 hari) adalah 4,701,846

D Kebutuhan biay a modal kerja tahun pertama (Rp)

a. Bahan penolong 131,040,000 b. Upah langsung 65,520,000

c. Gaji 13,368,000

d. Pemasaran dan transportasi 4,200,000 e. Listrik 4,800,000 f. Besar margin pembiayaan 3,174,750 g. Penyusutan 8,410,000

Lampiran

Lampiran 5.: Proy eksi Pendapatan Industri Konv eksi Pakaian Jadi *)

Uraian

1. Produksi per hari 400

2. Produksi per bulan 10,400

3. Produksi per tahun 4,160,000

4. Pendapatan per tahun

a. Tahun - 1 262,080,000

b. Tahun - 2 5% 275,184,000

c. Tahun - 3 5% 288,943,200

d. Tahun - 4 5% 303,390,360

e. Tahun - 5 5% 318,559,878

Pendapatan untuk satu tahun

*) data penelitian tahun 1998

Lampiran 6.: Proy eksi Laba (Rugi) Usaha Konv eksi Pakaian Jadi

Kenaikan harga bahan, harga jual dan upah per tahun = 5%

Jumlah Uraian 1 2 3 4 5 Total A. Penerimaan 262,080,000 275,184,000 288,943,200 303,390,360 318,559,878 1,448,157,438 Total Penerimaan 262,080,000 275,184,000 288,943,200 303,390,360 318,559,878 1,448,157,438 B. Pengeluaran a. Biaya operasional 1. Bahan penolong 131,040,000 137,592,000 144,471,600 151,695,180 159,279,939 724,078,719 2. Upah tenaga langsung 65,520,000 68,796,000 72,235,800 75,847,590 79,639,970 362,039,360 3. Gaji pemilik dan karyawan tetap 13,368,000 14,036,400 14,738,220 15,475,131 16,248,888 73,866,639 4. Pemasaran dan Transportasi 4,200,000 4,410,000 4,630,500 4,862,025 5,105,126 23,207,651 5. Listrik dan air 4,800,000 5,040,000 5,292,000 5,556,600 5,834,430 26,523,030 b. Penyusutan 8,410,000 8,410,000 8,410,000 8,410,000 8,410,000 42,050,000 c. Angsuran margin pembiayaan 3,174,750 3,174,750 3,174,750 - - 9,524,250 Total Pengeluaran 230,512,750 241,459,150 252,952,870 261,846,526 274,518,352 1,261,289,648 C. R/ L sebelum pajak 31,567,250 33,724,850 35,990,330 41,543,834 44,041,526 186,867,790 D. Pajak (15%) 15% 4,735,088 5,058,728 5,398,550 6,231,575 6,606,229 28,030,168 E. R/ L setelah pajak 26,832,163 28,666,123 30,591,781 35,312,259 37,435,297 158,837,621 F. Profit on sales 10.24% 10.42% 10.59% 11.64% 11.75% 10.97% BEP (rupiah) 70,358,993 70,358,993 70,358,993 51,077,419 51,077,419 313,231,819 Rata-rata BEP (rupiah) 62,646,364 Tahun

Lampiran

Lampiran 7.: Proy eksi Arus Kas Usaha Konv eksi Pakaian Jadi

Uraian Tahun - 0 Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5

A. Arus Masuk 1. Total Penjualan - 262,080,000 275,184,000 288,943,200 303,390,360 318,559,878 2. Pembiayaan a. Investasi 34,550,000 - - - - b. Modal kerja/eksploitasi 2,800,000 - - - - 3. Modal sendiri 51,901,846 - - - - 4. Nilai sisa proyek - - - - - 22,500,000

Total arus masuk 89,251,846 262,080,000 275,184,000 288,943,200 303,390,360 341,059,878 Arus masuk bersih - 262,080,000 275,184,000 288,943,200 303,390,360 341,059,878 B. Arus keluar

1. Biaya Investasi 84,550,000

2. Biaya Operasional 4,701,846 - - - - 15,099,000 3. Modal kerja

a. Bahan penolong - 131,040,000 137,592,000 144,471,600 151,695,180 159,279,939 b. Upah tenaga langsung - 65,520,000 68,796,000 72,235,800 75,847,590 79,639,970 c. Gaji pemilik dan karyawan tetap - 13,368,000 14,036,400 14,738,220 15,475,131 16,248,888 d. Pemasaran dan Transportasi - 4,200,000 4,410,000 4,630,500 4,862,025 5,105,126 e. Listrik dan air - 4,800,000 5,040,000 5,292,000 8,410,000 5,834,430 4. Angsuran pokok Pembiayaan 12,450,000 12,450,000 12,450,000 - 5. Angsuran Margin 3,174,750 3,174,750 3,174,750 - 6. Pajak - 4,735,088 5,058,728 5,398,550 6,231,575 6,606,229

Total Arus keluar 89,251,846 239,287,838 250,557,878 262,391,420 262,521,501 287,813,581 Arus keluar bersih 89,251,846 223,663,088 234,933,128 246,766,670 262,521,501 287,813,581 C. Total Arus kas (NCF) - 22,792,163 24,626,123 26,551,781 40,868,859 53,246,297 Kumulatif - 22,792,163 47,418,285 73,970,066 114,838,924 168,085,221 D. Arus kas bersih (89,251,846) 38,416,913 40,250,873 42,176,531 40,868,859 53,246,297 a. DF 8.5% 1.00000 0.92166 0.84946 0.78291 0.72157 0.66505 b. PV (89,251,846) 35,407,293 34,191,316 33,020,347 29,489,918 35,411,206 Kumulatif Arus kas bersih (89,251,846) (53,844,554) (19,653,237) 13,367,110 42,857,028 78,268,234

Lampiran 8. Proy eksi Perolehan Margin

Jumlah

1 Total Biay a Inv estasi 84,550,000

Pembiayaan untuk pembelian mesin jahit, mesin juki

mesin obras, mesin potong dan mesin itik 34,550,000 2 Total Biay a modal kerja 4,701,846

Pembiayaan pembeliaan bahan penolong 2,800,000 3 Total Biay a produksi 89,251,846

a. Pembiayaan 37,350,000 b. Modal sendiri 51,901,846 4 Total pembiay aan dan Margin 21,848,500

a. Pembiayaan investasi

Margin Investasi 8,810,250 b. Pembiayaan modal kerja 2,800,000 Margin Modal kerja 714,000 c. Total margin 9,524,250

Keterangan:

Angsuran pengembalian pembiay aan

1 tahun 12 bulan

Margin 8.5% (setara flat rate per tahun)

A Pembiay aan Inv estasi 34,550,000

Jangka waktu 3 tahun

Besarnya margin 8,810,250

Uang muka 0

Angsuran pokok per tahun 11,516,667 Angsuran margin per tahun 2,936,750

B Pembiay aan modal kerja 2,800,000

Jangka waktu 3 tahun

Besarnya margin 714,000

Uang muka 0

Angsuran pokok per tahun 933,333 Angsuran margin per tahun 238,000

Lampiran

Lampiran 9. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah

No. Parameter BRI BMI BSM BSMI BNIS

1 Besar rata-rata (kisaran terkecil 9.45% - 18.26% 19% - 22% 19% - 22% 15% - 24% 9,00% - 10,00%

dan terbesar) margin yang (flat rate p.a) eff. p.a eff. p.a eff. p.a. (flat rate p.a)

diberikan sampai saat ini (tergantung

jangka waktu pembiayaan)

2 Besar rata-rata (kisaran terkecil menyesuaikan (95% - 5%) - kisaran bagsil Nasabah: Tergantung dan terbesar) nisbah bagi hasil dgn base rate (77% - 23%) dengan 0,3% - 85,3% Revenue atau

yang diberikan sampai yg ada di BRI, yi: ekspektasi Bank: Profit mudharib

sekarang 17% - 24% return bank: 14,7% - 99,7% Dengan patokan

eff. Rate p.a 16,08% - 19.08% expected return

p.a. effektif bank berkisar

Adapun nisbah bank 14% - 18% p.a

tergantung perban-dingan antara eksp. bank dan realisasi penjualan nasabah

3 Besar rata-rata (kisaran terkecil 9.45% -18.26% 19% - 22% 19% - 22% belum ada belum ada

dan terbesar) ijarah dan (flat rate p.a) eff. p.a portfolionya portfolionya

istishna' yang diberikan sampai (tergantung

sekarang jangka waktu

pembiayaan)

Keterangan

*) Data per bulan Juni 2006 1 BRI = Bank Rakyat Indonesia 2 BMI = Bank Muamalat Indonesia 3 BSM = Bank Syariah Mandiri 4 BSMI = Bank Syariah Mega Indonesia 5 BNIS = Bank Negara Indonesia Syariah

Lampiran 10

CONTOH NOTA KESEPAKATAN

PROYEK KEMITRAAN TERPADU PAKAIAN JADI

Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di ...tanggal ...oleh dan antara : 1. PERUSAHAAN ..., beralamat di... dalam hal ini diwakili secara sah oleh

Sdr. ...beralamat di ...KTP no..., selaku ...,oleh karena bertindak untuk dan atas nama PERUSAHAAN yang didirikan tanggal ...berdasrkan Akta Notaris...di...dan telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman berdasarkan SK nomor...tanggal...dan telah diterbitkan dalam Lembaran Berita Negara nomor...tanggal...selanjutnya disebut PIHAK I.

2. Koperasi ..., suatu koperasi primer beralamat di ...dalam hal diwakili secara sah berdasarkan RAT terakhir tahun ....oleh....beralamat di ...KTP no...sebagai Ketua Koperasi dengan Badan Hukum No. : ..., tanggal ..., SIUP nomor...tanggal..., TDP nomor...tanggal ..., bertindak untuk dan atas nama anggota koperasi sebagaimana daftar nominatif pemohon pembiayaan terlampir, selanjutnya disebut sebagai PIHAK II.

Dengan ini kedua belah pihak tersebut di atas sepakat untuk membuat dan menandatangi Perjanjian Kerjasama dalam rangka pelaksanaan

PROYEK KEMITRAAN TERPADU KONVEKSI PAKAIAN JADI

yang selanjutnya disebut PROYEK dengan ketentuan dan persyaratan yang disepakati bersama sebaga berikut:

Pasal 1 BATASAN

Semua istilah yang didefinisikan dalam Pasal ini dan digunakan dalam perjanjian antara para pihak, harus diartikan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, kecuali konteks dari istilah tersebut

mensyaratkan pengertian lain sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam perjanjian ini. 1. Bank

Adalah bank pelaksana yang menyalurkan skim kredit KKPA bagi pelaksanaan PROYEK hasil kerjasama para pihak dalam perjanjian ini.

2. Kredit

Adalah fasilitas Kredit Koperasi untuk Anggota (skim KKPA) yang disediakan oleh BANK dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mendanai BIAYA PROYEK diluar EQUITY.

Lampiran

Adalah perjanjian kredit antara PIHAK II dan BANK untuk membiayai PROYEK. 4. Biaya Proyek

Adalah kebutuhan dana investasi dan atau modal kerja yang dibutuhkan oleh anggota Pihak II untuk membiayai PROYEK, dalam bentuk pembelian lahan/bangunan/mesin/peralatan dan modal kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan PROYEK

5. Equity

Adalah bagian dari Biaya Proyek yang ditanggung oleh anggota PIHAK II. 6. Jaminan

Adalah jaminan utama dan jaminan tambahan yang dipersyaratkan oleh BANK dalam kaitan pemanfaatan KREDIT.

7. Baku Mutu

Adalah baku mutu pekerjaan menjahit PRODUK yang ditetapkan oleh PIHAK I. 8. Produk

Adalah pakaian jadi. 9. Dokumen Pesanan

Adalah dokumen pesanan jasa menjahit yang dikeluarkan oleh PIHAK I kepada anggota PIHAK II diketahui oleh PIHAK II mencakup BAKU MUTU, jumlah pesanan, bahan baku, Upah, waktu penyerahan barang, waktu pembayaran upah, biaya rework, biaya afkir dan denda

Dalam dokumen USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI (Halaman 37-60)

Dokumen terkait