• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Pola Usaha

Dalam dokumen USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI (Halaman 32-37)

BAB V ASPEK KEUANGAN

5.2 Pemilihan Pola Usaha

5.2.1. Karakteristik Usaha Konveksi Pakaian Jadi

Produk yang dipilih adalah pakaian jadi. Produk pakaian jadi merupakan salah satu produk dari industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Secara pasar, pakaian jadi mempunyai pasar yang pasti (captive market) karena produk yang dihasilkan dipasarkan sesuai dengan nilai kuota yang ditetapkan. Umumnya pengusaha sudah mempunyai hubungan tetap dengan importir di negara – negara tujuan ekspor. Berdasarkan kondisi tersebut, maka usaha konveksi pakaian jadi berpeluang untuk dikembangkan.

5.2.2. Pola Pembiayaan

Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, maka pada aspek keuangan ini akan disajikan contoh produk pembiayaan dengan cara murabahah (jual beli). Pertimbangannya adalah karena produk ini sudah banyak diterapkan dalam praktek oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta mengakses pola pembiayaan tersebut.

Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada LKS maupun nasabah apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha (biaya investasi dan modal kerja/eksploitasi) atau hanya untuk komponen-komponen tertentu.

Dalam analisis keuangan dipilih pola usaha industri konveksi pakaian jadi. Jangka waktu analisis keuangan didasarkan pada umur proyek yakni lima tahun. Pada contoh perhitungan ini, akan disampaikan pembiayaan untuk membeli komponen-komponen tertentu bagi usaha baru (strat up) yaitu untuk kebutuhan biaya investasi dan modal kerja. Pembiayaan bagi usaha baru adalah untuk pengadaan mesin-mesin dan pembelian bahan penolong dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.

5.2.3. Produk Murabahah

Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh lembaga keuangan syariah maupun oleh nasabah. Untuk mengenal produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005

tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman) dan ijab qabul (sighat).

Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.

2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad.

3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.

4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.

7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:

a. Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah,

b. Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Aspek Keuangan

5.3. Asumsi dan Parameter

Periode proyek diasumsikan selama lima tahun, periode proyek ini ditentukan dari umur ekonomis mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri konveksi pakaian jadi. Gambaran kondisi dan perkembangan keuangan usaha ini dihitung dengan menggunakan asumsi-asumsi dan parameter yang ditetapkan berdasarkan hasil penelitian terkait dan pengamatan lapangan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan aspek keuangan disajikan pada tabel 5.1. dan lampiran 2.

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter Untuk Analisa Keuangan Usaha Konvensi Pakaian Jadi

Uraian Satuan Unit Rp/ Unit

Produksi berdasarkan sistem ongkos produksi

1. Kapasitas produksi per hari 400 2. Jumlah hari produksi per bulan 26

3. Ongkos produksi per potong 2,000

4. Kenaikan harga jual produk % per tahun 5% 5. Kenaikan harga beli bahan % per tahun 5%

6. Kenaikan upah % per tahun 5%

7. Upah Minimum Regional per hari 6,000 8. Upah Tenaga Langsung per potong

a. Upah jahit 400

b. Upah obras 50

c. Upah potong 50

9. Tingkat margin pembiayaan 8.5%

10. Jangka waktu pembiayaan tahun 3 11. Jangka waktu proyek tahun 5

*) data penelitian tahun 1998

5.4. Komponen dan Struktur Biaya

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha konveksi pakaian jadi dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja (eksploitasi). Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi lahan usaha, bangunan dan peralatan. Biaya modal kerja/eksploitasi adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi dalam hal ini pada awal proyek.

5.4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi atau disebut juga sebagai biaya tetap adalah biaya dalam pengertian short run, yaitu biaya yang tidak berubah (selalu sama), atau tidak terpengaruh terhadap besar kecilnya produksi. Biaya investasi dalam usaha konveksi pakaian jadi meliputi biaya tanah, bangunan dan

peralatan. Komponen biaya investasi usaha konveksi pakaian jadi disajikan pada Tabel 5.2 atau lampiran – 3.

Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Konveksi Pakaian Jadi

U raian U n it H arg a p er To tal N ilai N ilai

U n it (R p ) B iay a (R p ) Eko n o m is Pen y u su tan

1. Tanah (meter) 200 100,000 20,000,000

2. Bangunan 100 300,000 30,000,000 20 1,500,000

3. Mesin dan Alat

a. Mesin jahit biasa 5 600,000 3,000,000 5 600,000

b. Mesin juki 10 2,850,000 28,500,000 5 5,700,000

c. Mesin obras 1 1,000,000 1,000,000 5 200,000

d. Mesin potong 1 1,750,000 1,750,000 5 350,000

e. Mesin itik 1 300,000 300,000 5 60,000

To tal B iay a In v estasi 84,550,000 8,410,000

*) data penelitian tahun 1998

5.4.2. Biaya Operasional

Biaya eksploitasi atau biaya modal kerja selalu tergantung pada besar kecilnya produksi per periode waktu. Biaya operasional ini meliputi biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja.

Sementara itu, modal kerja awal yang dibutuhkan sebesar Rp. 4.701.846,- di mana modal kerja awal ini merupakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai aktivitas konveksi pakaian jadi selama 7 hari kerja (pertama), yang merujuk pada sistem pembayaran kontrak. Biaya Operasional selengkapnya ditampilkan pada tabel 5.3 atau lampiran 4.

Aspek Keuangan

Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Konveksi

Uraian Unit Harga per Total Unit (Rp) Biay a (Rp) 1. Biaya langsung

a. Bahan penolong

Benang jahit dan bahan lain 1 1,000 1,000 b. Upah jahit 1 400 400 c. Upah obras 1 50 50 d. Upah potong 1 50 50 Sub Total 1,500 2. Biaya tidak langsung

a. Gaji pemilik per bulan 490,000 490,000 b. Gaji karyawan tetap per bulan 468,000 468,000 c. Biaya makan per bulan 156,000 156,000 d. Biaya pemasaran per bulan 350,000 350,000 e. Biaya listrik per bulan 400,000 400,000 SuB Total 1,864,000

*) data penelitian tahun 1998

Kebutuhan Biaya langsung

1. Jangka waktu satu kali siklus produksi 7 hari 2. Rencana produksi per hari 400 potong Jadi kebutuhan biay a langsung adalah 4,200,000

Kebutuhan Biaya tidak langsung

1. Jangka waktu perputaran modal kerja/ minggu 7 hari 2. Jumlah hari kerja per bulan 26 hari Jadi lebutuhan biay a tidak langsung adalah 501,846 Kebutuhan total modal kerja (7 hari) adalah 4,701,846 Kebutuhan biay a operasional tahun pertama (Rp)

a. Bahan penolong 131,040,000 b. Upah langsung 65,520,000

c. Gaji 13,368,000

d. Pemasaran dan transportasi 4,200,000 e. Listrik 4,800,000 f. Besar margin pembiayaan 3,174,750 g. Penyusutan 8,410,000

5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk usaha konveksi pakaian jadi terdiri dari kebutuhan investasi dan modal kerja. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri. Dana yang dibutuhkan untuk investasi awal sebesar Rp. 84.550.000,-. Sedangkan kebutuhan modal kerja untuk 1 kali siklus produksi (7 hari) sebesar Rp. 4.707.846,-.

Pada contoh pembiayaan usaha baru, kebutuhan dana investasi untuk pengadaan peralatan (mesin-mesin) diasumsikan berasal dari pembiayaan LKS Sedangkan pada kebutuhan biaya modal kerja, hanya untuk pengadaan bahan penolong yang berasal dari pembiayaan LKS. Komponen-komponen biaya yang lain diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.

Selanjutnya, keperluaan dana untuk usaha konveksi pakaian jadi ditampilkan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Konveksi Pakaian Jadi

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)

1 Dana investasi yang bersumber dari

a. Pembiayaan 34.550.000

b. Dana sendiri 50.000.000

Jumlah dana investasi 84.550.000

2 Dana modal kerja yang bersumber dari

a. Pembiayaan 2.800.000

b. Dana sendiri 1.901.846

Jumlah dana modal kerja* 4.701.846

3 Total dana proyek yang bersumber dari

a. Pembiayaan 37.350.000

b. Dana sendiri 51.901.846

Jumlah dana proyek 89.251.846

Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan se-cara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi lama waktu pembiayaan sesuai dengan siklus produksinya. Sedangkan pengadaan peralatan dan bahan penolong diasumsikan telah dimiliki dan tersedia pada LKS. Pengadaan peralatan dan bahan tersebut, pihak LKS dapat berkerjasama dengan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

Dalam dokumen USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI (Halaman 32-37)

Dokumen terkait