• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Penutur Bahasa Jawa Terhadap Model Kamus Praktis Jawa Indonesia dan Indonesia-Jawa Berbasis Audiolingual pada Aplikas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Penutur Bahasa Jawa Terhadap Model Kamus Praktis Jawa Indonesia dan Indonesia-Jawa Berbasis Audiolingual pada Aplikas

prototipe model kamus praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa berbasis audiolingual pada aplikasi android mencakup materi, sistem operasional, serta desain, dan (3) validasi desain model kamus praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa berbasis audiolingual pada aplikasi android.

4.1. Kebutuhan Penutur Bahasa Jawa Terhadap Model Kamus Praktis Jawa- Indonesia dan Indonesia-Jawa Berbasis Audiolingual pada Aplikasi

Android.

Data kebutuhan terhadap kamus pada aplikasi android diperoleh dari wawancara dan angket kebutuhan. Data analisis kebutuhan dijabarkan dalam beberapa subbab, meliputi; (1) bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari penutur bahasa Jawa dan (2) kamus yang dibutuhkan oleh penutur bahasa Jawa.

4.1.1. Bahasa Jawa dalam Kehidupan Sehari-hari

Bahasa Jawa masih lestari di lingkungan keluarga Jawa masa kini, namun hal tersebut berlaku pada orang yang berusia paruh baya dan bukan pada generasi muda Jawa masa kini. Fakta tersebut didasari oleh hasil penelitian melalui wawancara dan angket kebutuhan. Wawancara dilakukan di beberapa lokasi penelitian. Lokasi

yang ditetapkan yaitu pasar, pembelajaran bahasa Jawa di kelas, pujasera, lingkungan rumah, dan tempat keramaian yang memungkinkan terjadi kontak verbal di dalamnya. Data yang ditunjukkan yaitu penutur bahasa Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan lawan bicara dan terkadang melakukan campur kode. Hal ini diperkuat dengan hasil angket kebutuhan yang menyatakan bahwa 66,7% dari dua puluh empat responden menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Data wawancara menunjukkan bahwa bahasa Jawa digunakan pada situasi dan lawan bicara tertentu. Pada pasar tradisional Sanggalangit Ponorogo, pembeli yang berusia tiga puluh tahun ke atas menggunakan bahasa Jawa saat transaksi, namun pembeli berusia 18-20 tahun cenderung melakukan campur kode bahkan sama sekali tidak menggunakan bahasa Jawa. Hal tersebut dipertegas data lain dari wawancara yang menyebutkan bahwa bahasa Jawa hanya sesekali digunakan dalam berkomunikasi. Hasil angket kebutuhan juga menguatkan fakta tersebut bahwa bahasa Jawa digunakan saat berkomunikasi dengan teman sebaya yang sudah akrab dan orang yang lebih tua. Selebihnya menggunakan bahasa Indonesia atau melakukan campur kode.

Data yang ditunjukkan oleh angket kebutuhan yang disebar pada dua puluh empat responden dengan latar belakang yang beragam menyebutkan bahwa bahasa Jawa adalah hal yang sulit. Sebanyak 83,3% responden menyatakan kesulitan menggunakan bahasa Jawa. Sebagian besar alasannya adalah kesulitan menerapkan bahasa Jawa ragam krama yang baik serta ketidaktahuan mengenai kosakata-kosakata

bahasa Jawa sehingga bingung saat menggunakannya. Hasil wawancara menguatkan data tersebut bahwa masyarakat suku Jawa ragu dan takut salah untuk menerapkan

undha usuk saat berkomunikasi.

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang manganut adanya tingkat tutur atau undha usuk basa (Sukoyo, 2013:1). Komunikasi yang terjadi sering menggunakan bahasa Jawa dan harus memperhatikan dan membedakan keadaan lawan bicara atau yang topik pembicaraan berdasarkan usia maupun status sosialnya. Prinsip tersebut adalah prinsip yang dianut oleh Jawa yaitu ragam ngoko dan krama (Kodiran dalam Muji, 2011:2). Penggunaan ragam bahasa Jawa menjadi faktor utama masyarakat suku Jawa khususnya generasi penerus penuturnya kesulitan berbahasa Jawa sesuai unggah-ungguh. Hasil wawancara menyebutkan bahwa penutur bahasa Jawa lebih menggunakan bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa Jawa. Alasannya adalah untuk menghindari kesalahan penggunaan ragam bahasa Jawa.

Wawancara yang dilakukan menyebutkan bahwa penutur bahasa Jawa kesulitan mengikuti pembelajaran. Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Jawa di kelas, guru menyisipkan bahasa Indonesia agar siswanya lebih memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulder (dalam Muji, 2011:2) yang menyebutkan bahwa bahasa itu memang merupakan bahasa rumah sebagian besar murid, tetapi sekarang sudah banyak diberikan pelajaran dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, siswa lebih memahami menggunakan bahasa nasional dibandingkan dengan bahasa Jawa.

Keluarga sebagai unit terkecil merupakan tempat asal tumbuh dan berkembangnya perilaku individu, yang salah satunya melalui frekuensi bertemu dan berkomunikasi, kualitas hubungan antar keluarga, juga keterlibatan di antara anggota keluarga dalam saling mempengaruhi (Liliweri dalam Muji,2011:3).

Sebagaimana pendapat Liliweri yang dikutip oleh Muji (2011:3) menunjukkan bahwa keluarga memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian anak. Rasa hormat kepada orang tua diajarkan dalam berbahasa Jawa yang mengenal undha

usuk basa. Berdasarkan wawancara dengan orang tua menyebutkan bahasa Jawa

sedikit perlahan tergeser dengan bahasa Indonesia. Lingkungan sekitar baik sekolah maupun masyarakat menganggap menggunakan bahasa Indonesia lebih praktis. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Jawa sering kesulitan menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dan sebaliknya. Oleh karena itu, berkurangnya penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari mengakibatkan perbendaharaan kosakata bahasa Jawa semakin terbatas.

4.1.2. Kamus yang Dibutuhkan Penutur Bahasa Jawa

Pada bagian ini dideskripsikan kamus berbasis android yang dibutuhkan penutur bahasa Jawa. Kamus praktis bahasa Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa berbasis audiolingual pada aplikasi android merupakan kamus yang lebih efektif dan menarik dibandingkan kamus cetak. Data kebutuhan kamus diperoleh dari angket kebutuhan yang disebar pada dua puluh empat responden dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan usia. Beberapa hal tersebut meliputi; materi dan fitur, gambar, jenis huruf, desain, warna, ukuran aplikasi, dan teknik keluar aplikasi.

Berdasarkan data angket kebutuhan dapat ditarik simpulan bahwa penutur bahasa Jawa menginginkan kamus yang memuat kosakata sehari-hari. Kosakata yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, transaksi jual beli, anggota tubuh, aktifitas di rumah dan lingkungan. Pada kamus juga dibubuhkan informasi kata mengenai ragam bahasa Jawa.

Desain kamus yang diinginkan yaitu kamus berdesain sederhana namun tetap menarik dengan paduan warna lembut. Font yang disukai untuk kamus ini

adalah font „times new roman‟ dengan size 12 dengan alasan keterbacaan. Di samping desain dan jenis huruf, icon kamus juga dipertimbangkan. Berdasarkan angket kebutuhan, sebanyak 87,5% menginginkan gambar wayang atau yang berkaitan dengan Jawa digunakan sebagai icon aplikasi ini.

Ditinjau dari sistem aplikasi, penutur bahasa Jawa berharap aplikasi kamus tidak memberatkan kinerja smartphone. Oleh karena itu, ukuran aplikasi yang dipilih pada rentang kurang dari sepuluh megabytes (10Mb). Adapun alasannya adalah kecepatan dalam pengoperasian dan aksesnya. Hal lain yang berkaitan dengan sistem aplikasi, penutur bahasa Jawa membutuhkan tombol atau link keluar untuk mengakhiri aplikasi.

4.2. Prototipe Model Kamus Praktis Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa

Dokumen terkait