• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROGRAM KERJA BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN

3.1. Program Kerja Tim Inderaja Laut

3.1.3. Kebutuhan SDM

Selain fasilitas riset yang memadai untuk mendukung program kegiatan hingga 2010, dibutuhkan pula sumberdaya manusia (SDM) yang handal dan profesional. Mengacu pada rangkaian program kegiatan yang akan dilaksanakan serta fasilitas riset yang tersedia, maka telah disusun pula rencana pemenuhan SDM Tim Inderaja Laut hingga 2010 seperti diberikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kebutuhan SDM Tim Inderaja Laut

Sasaran Kebutuhan Kepakaran

Tahun Pelaksanaan dan akuntabel dan program pengembangan SDM yang - Teknologi Informasi - Disain Grafis - Operator Pengolahan

Data

Jumlah kebutuhan SDM di atas menggambarkan perkembangan kebutuhan disesuaikan dengan peningkatan kegiatan dan fasilitas yang tersedia. Terlihat bahwa jumlah ideal SDM di Tim Inderaja Laut di 2010 adalah 23 orang yang terdiri dari 13 peneliti dan 10 operator dan teknisi. Jumlah ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan riset dan pengolahan data yang harus dilakukan pada tahun 2010 dalam rangka mendukung diterapkannya sistem kerja oseanografi operasional. Seluruh staf tersebut akan bekerja di Gedung Ocean Remote Sensing yang ditargetkan dibangun di 2009.

18 3.2. Program Kerja Tim Konservasi Laut

Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan, Tim Konservasi Laut telah melakukan identifikasi kebutuhan dengan menyusun program kerja, pemenuhan sarana dan prasarana, serta pengembangan SDM beserta target dan tahapan-tahapan pelaksanaaannya untuk jangka waktu 2006-2010. Secara garis besar, program kerja yang telah disusun dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap penguatan kemampuan personal dan tim (2006 – 2007)

Pada tahap ini program kerja diarahkan pada peningkatan kemampuan personal dan tim berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Tim Konservasi Laut. Jenis- jenis kegiatan yang ada pada tahap ini adalah pelatihan, workshop, seminar dan penelitian dasar ke arah konservasi laut. Pada tahap ini personal tim dilatih dan disiapkan untuk dapat berada pada jalur konservasi yang diharapkan. Disamping pelatihan, peningkatan kemampuan personal dilakukan dengan mengikutsertakan mereka dalam workshop/seminar, lokakarya, rapat kerja, rapat penentuan kebijakan dengan stake holders, kegiatan penelitian yang melibatkan tenaga ahli dari luar institusi dan program pertukaran (expert exchange) dengan institusi yang dianggap memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu. Sedangkan untuk sarana dan prasarana penunjang riset (yaitu Laboratorium Kualitas Perairan dan Laboratorium Alam) ditingkatkan keberadannya dengan cara menambah jumlah peralatan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas pengujian.

b. Tahap pemantapan dan uji coba kemampuan (2008- 2009)

Tahap pemantapan dan uji coba kemampuan dilakukan setelah Tim Konservasi Laut memiliki kemampuan dalam mencari, mengidentifikasi, dan merumuskan permasalahan yang ada mencari alternatif solusinya. Selanjutnya kemampuan yang dimiliki ini akan dipertajam dan dimantapkan dengan melakukan kegiatan lapangan sehingga hasil penelitian yang dilakukan cukup teruji dan diakui kehandalan dan akurasinya. Dalam kegiatan pelatihan, personal Tim Konservasi Laut tidak berperan sebagai pihak yang dilatih melainkan sudah pada tahap sebagai personal yang memberikan pelatihan meskipun cakupan pelatihan yang diberikan baru diakui oleh kalangan terbatas. Pada tahap ini, Laboratorium Kualitas Perairan diusahakan mendapatkan akreditasi untuk beberapa parameter kunci kualitas perairan baik parameter fisik, kimia maupun biologi. Laboratorium Alam mulai mendapat perhatian sebagai fasilitas pendukung riset kebijakan pengelolaan pesisir, sedangkan sarana dan prasarana Laboratorium Hidrolika Pantai mulai dipersiapkan sehingga di tahun 2010 ditargetkan sudah dapat beroperasi.

c. Tahap operasional (2010 – dst)

Pada tahap ini kemampuan Tim Konservasi Laut telah sesuai dengan apa yang diharapkan, dimana hasil risetnya telah dapat diakui dalam forum nasional maupun internasional. Selain itu, kemampuan personalnya pun sudah diakui dan banyak diundang sebagai pembicara atau narasumber dalam forum-forum ilmiah dan forum pengambilan kebijakan. Pada tahap ini laboratorium yang ada telah mendapatkan akreditasi secara penuh sehingga dapat dijadikan laboratorium rujukan dimana hasil analisis yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, pada tahap ini ditargetkan Laboratorium Hidrolika Pantai sudah mulai beroperasi dengan baik sehingga kajian ecological engineering dapat dilakukan di BROK.

3.2.1. Identifikasi Program Kerja

Program kerja Tim Konservasi Laut disusun berdasarkan visi dan misi BROK dimana ditargetkan pada tahun 2010 BROK telah menerapkannya sistem kerja berbasis oseanografi operasional. Dalam kerangka kerja BROK, Tim Konservasi Laut memiliki tugas untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kondisi lingkungan (kimia-biologi) baik dengan melakukan pengukuran langsung (insitu) maupun data sekunder untuk kegiatan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan.

Kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

19

a. Pemanfaatan observasi untuk konservasi sumberdaya kelautan.

b. Integrasi observasi kelautan dengan ecological engineering.

c. Pengembangan Laboratorium Alam.

Pada tahun 2010, melalui 3 kelompok kegiatan tersebut, Tim Konservasi Laut diharapkan dapat menghasilkan luaran (output) sebagai berikut:

a. Database observasi terpadu sumberdaya pesisir.

b. Prototipe pemantauan Kawasan Perlindungan Laut.

c. Prototipe teknologi pelindung pantai ramah lingkungan.

d. Pelayanan riset pendukung kebijakan pengelolaan pesisir.

e. Memberikan kontribusi PNBP dari Laboratorium Kualitas Perairan.

f. Terbentuknya kawasan wisata IPTEK BROK.

Tabel 3.4. Program Kerja Tim Konservasi Laut

No Sasaran Output Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010

- Pemantauan kualitas perairan pesisir - Kajian marine species - Kajian estuari dan

2 Terintegrasi sistem observasi kelautan

Laboratorium Alam Pelayanan riset pendukung

20 3.2.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung terselenggaranya kegiatan riset konservasi laut dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti tertera pada Tabel 3.5. Tujuan akhir dari terlengkapinya sarana dan prasarana Tim Konservasi Laut adalah terbentuknya 3 laboratorium, yaitu:

a. Laboratorium Kualitas Perairan

Laboratorium ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan analisis berbagai parameter lingkungan yang dibutuhkan BROK, instansi lain maupun masyarakat. Keberadaan laboratorium ini sangat penting artinya karena cukup banyaknya kegiatan yang memerlukan analisis laboratorium dimana analisis tersebut selama ini harus dilakukan di laboratorium yang lokasinya jauh dari BROK. Di sisi lain keberadaan laboratorium ini juga akan memberikan peluang bagi BROK untuk dapat eksis dan berkembang dalam memenuhi kebutuhan analisis instansi lain di luar BROK dan masyarakat yang ada di Jembrana dan sekitarnya. Untuk mengembangkan Laboratorium Kualitas Perairan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan peningkatan dan penambahan sarana dan prasarana laboratorium yang meliputi bahan analisis, peralatan analisis, literatur, penataan ruang, peningkatan daya listrik dan penyimpan daya.

b. Laboratorium Alam

Di Laboratorium Alam terdapat empat kegiatan rutin yang bertujuan untuk mengkaji ekosistem pesisir, yaitu artificial mud ecosystem, dinamika kesuburan perairan, dan mangrove nursery dan mangrove silvofishery. Kegiatan pada laboratorium ini mengarah kepada dukungan ilmiah suatu kebijakan maupun kajian dasar yang dianggap penting. Artificial mud ecosystem bertujuan untuk mengkaji biota yang mampu bertahan dan berkembang di ekosistem unik seperti luapan lumpur Sidoarjo, lumpur tambak dan percampuran antara lumpur panas Sidoarjo dengan lumpur tambak. Laboratorium Dinamika Kesuburan Perairan dibangun untuk mengetahui penyebab dan dinamika kesuburan perairan khususnya fitoplankton dengan membuat keadaan sebagaimana di alam dengan memanipulasi berbagai parameter kunci sehingga dapat diketahui perubahan kesuburan perairan terhadap perubahan lingkungan, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di Mangrove Nursery dan Mangrove Silvofishery adalah pemantauan jangka panjang pertumbuhan dan unsur-unsur yang terkait dalam memanfaatkan mangrove untuk konservasi dan kesejahteraan masyarakat.

c. Laboratorium Hidrolika Pantai

Fungsi habitat pesisir sebagai barrier wilayah pesisir sering diabaikan sehingga masyarakat cenderung untuk merusak atau menghilangkan habitat tersebut dan menggantikannya dengan struktur buatan yang dapat merusak lingkungan pesisir. Untuk itu, Laboratorium Hidrolika Pantai harus dibangun untuk melakukan kegiatan percobaan atau simulasi interaksi antara struktur ramah lingkungan dengan dinamika pantai, khususnya yang dipengaruhi oleh gelombang. Struktur yang akan diuji antara lain material geotekstil, mangrove, padang lamun, terumbu karang dan terumbu buatan.

Tabel 3.5. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Tim Konservasi Laut

No Program Kegiatan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan Ketersediaan 1 Pemanfaatan

observasi untuk konservasi sumberdaya laut

Observasi ekosistem mangrove, trumbu karang dan padang lamun

Kajian estuari dan

• Perlengkapan selam (pakaian selam, tabung selam, alat tulis bawah laut, senter bawah laut)

• Portable Water Quality,Under water Camera dan handycam

• DGPS

• Altimeter dan Water pas

• Transek kuadrat

Belum terpenuhi

21

No Program Kegiatan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan Ketersediaan laguna

• Teropong Binokuler

• Underwater binokuler

• Sensor untuk pengukuran plankton dan parameter kimia-biologi untuk kualitas air

• Atomic Absorbance System

• Perahu fibre

2 Integrasi sistem pemantauan laut

• Theodoliteboussole (theodolite total station)

• Kompas geologi

• Shiever analysis

• Pompa lumpur head 50 m

• Bak percobaan beserta biota ujicoba

• Refraktometer

• Mikroskop

• Planktonnet

• Timbangan

• Peralatan ujicoba kualitas air

• Peralatan ujicoba analisa tanah

• Peralatan herbarium

Ruang display biota laut dan pesisir

Sudah terpenuhi

Sebagian telah terpenuhi

Belum terpenuhi

3.2.3. Kebutuhan SDM

Pemenuhan SDM untuk mengoptimalkan kinerja Tim Konservasi Laut dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas. Pada tahun 2006, tim ini telah diperkuat oleh 6 peneliti dengan kepakaran ekologi, geologi, ilmu lingkungan, geografi, biologi dan teknik sipil. Di tahun 2010, keragaman kepakaran ditergetkan meningkat sesuai dengan kebutuhan yang ada dimana para peneliti bekerja harus saling mendukung dan bersinergi dalam mencapai target dan luaran yang telah dirumuskan dan ditentukan.

22

Tabel 3.6. Kebutuhan SDM Tim Konservasi Laut

No Program Kegiatan Kepakaran

Ragam Yang sudah ada Kebutuhan 1 Pemanfaatan

2 Integrasi observasi kelautan dan

3.3. Program Kerja Tim Oseanografi

Operasional oseanografi pada tahun 2010 merupakan tujuan yang akan dicapai oleh BROK. Untuk mendukung hal tersebut, Tim Oseanografi telah membuat sebuah rencana program penelitian dengan bidang kajian sebagai berikut:

a. Laut Terbuka (Open Ocean) dan Laut Dalam (Deep Sea)

Mengkaji proses-proses fisika oseanografi dan fenomena seperti El-Nino, Dipole Samudera Hindia, dan interaksi laut-atmosfer. Untuk melakukan kajian ini, BROK merencanakan memasang alat pemantau untuk mengukur parameter oseanografis secara real time yang dapat diakses dengan cepat dan mudah.

b. Lingkungan Laut

Mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan masalah lingkungan laut seperti penyebaran polutan dan tumpahan minyak di laut yang dapat menyebabkan kerusakan pada biota laut dan lingkungan pesisir. Tim ini tidak mengkaji hingga ke dampak lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran tetapi hanya pada pola sebaran dan prediksinya yang disebabkan oleh arus laut, pasang surut, dan gelombang.

c. Proses di Pantai (Coastal Processes)

Selain kajian di laut terbuka dan laut dalam, proses interaksi laut dan daratan atau proses di pesisir seperti efek gelombang yang mengakibatkan terjadinya abrasi juga diteliti. Kajian dibatasi pada proses fisis (arus, gelombang, dan pasang surut), interaksinya, dan dampaknya pada struktur pantai.

23 d. Perikanan Laut

Kajian difokuskan pada pengaruh dinamika oseanografi dan variabilitasnya pada perikanan laut. Kajian ini bersifat mendukung para peneliti di Tim Inderaja Laut dalam membuat PPDPI dengan memberikan data dan informasi berdasarkan pada hasil pemodelan numerik dan analisis data.

e. Energi Laut

Menjadikan laut sebagai alternatif sumber energi baru dan terbarukan sudah mulai dilakukan oleh negara-negara maju yang memiliki sumberdaya laut. Sementara itu, Indonesia sebagai negara dengan luasan lautnya yang sangat besar belum secara optimal mengkaji peluang pemanfaatan energy baru dan terbarukan dari laut. Oleh karena itu, Tim Oseanografi berusaha untuk membuat kajian awal mengenai hal ini dengan melakukan inventarisasi lokasi-lokasi di perairan Indonesia yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan.

f. Kebencanaan dan Mitigasi Bencana

Selain memiliki sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, laut juga dapat menjadi sumber bencana, seperti tsunami, banjir pasang (rob), algal bloom, dan gelombang akibat badai. Tim Oseanografi berusaha untuk mengkaji dan mempelajari serta melakukan prediksi dengan menggunakan bantuan pemodelan numerik.

Tabel 3.7. Program Kerja Tim Oseanografi

No Sasaran Output Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010 1 Termanfaatkannya data

satelit altimetri untuk dengan data insitu untuk menganalisis fenomena

2 Dihasilkannya sistem pemantauan dinamika laut yang bersifat konti-nu dan real time untuk perairan Indonesia

24

No Sasaran Output Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010 pemasangan alat tide

gauge untuk pemantauan elevasi muka air laut.

Pemasangan alat memper-kirakan waktu tiba dan tinggi gelombang

3.3.2 Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Dalam rangka menerapkan sistem oseanografi operasional di BROK, Tim Oseanografi harus didukung oleh sarana dan prasarana riset yang memadai. Sarana dan prasarana yang diperlukan oleh tim ini diharapkan dapat mendukung riset yang dilakukan dan dapat merepresentasikan keadaan di lapangan (laboratorium fisik). Untuk itu di 2008 direncanakan akan dibangun gedung stasiun pantai yang jaraknya tidak terlalu jauh dari areal perkantoran utama, yaitu di pantai selatan Perancak. Stasiun pantai ini memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai laboratorium penerima dan pengolah data, laboratorium fisik, dan laboratorium pemodelan numerik. Stasiun pantai ini rencananya akan dilengkapi juga dengan ruang display kegiatan riset Tim Oseanografi, mess untuk para peneliti, guest house, sarana olahraga, ruang keamanan, kantin, garasi, dan dermaga kecil sebagai tempat bersandarnya kapal riset kecil BROK. Sedangkan prasarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian Tim Oseanografi dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Tim Oseanografi

2007 2008 2009 2010

• Akses internet yang cepat

• Oceanographic buoy

• Komputer penerima dan pengolah data

• Printer laserjet black and colour

• Marine station

• Alat ukur oseanografi (CTD, current meter, wave and tide gauges)

• Oceanographic buoy

• Rigid laptop untuk survey lapangan

• Meteorological tools

• Aeromodelling + CCT

• Komputer penerima dan pengolah data

• Research Vessel

• Komputer penerima dan pengolah data

25

• Handheld GPS

• Software for Ocean Model

• Komputer penerima dan pengolah data

• High Performance Computer untuk running model numerik

• Scanner ukuran A0

3.3.3. Kebutuhan SDM

Sebagai tim yang baru saja terbentuk di 2007, sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Tim Oseanografi masih belum memadai, terutama jika dibandingkan dengan 2 tim yang lain, yaitu Tim Inderaja Laut dan Tim Konservasi Laut. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan riset yang terus bertambah, terutama dikaitkan dengan diterapkannya sistem oseanografi operasional di BROK, dimana peran Tim Oseanografi sangat signifikan, maka BROK telah berupaya untuk mengidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia di tim ini hingga 2010 seperti diberikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kebutuhan SDM Tim Oseanografi

2007 2008 2009 2010

• Ahli fisika oseanografi

• Ahli

• Ahli fisika oseanografi

• Nahkoda dan anak buah kapal untuk kapal riset

• Operator laboratorium oseanografi fisik

• Surveyor hidrografi

• Surveyor oseanografi

3.4. Program Kerja Tim Teknologi Informasi

Dalam rangka mendukung kinerjanya, terutama dalam hal pemenuhan teknologi informasi, BROK telah membentuk Tim Teknologi Informasi yang rencananya akan diusulkan menjadi Seksi Teknologi Informasi pada tahun 2010 seiring dengan perubahan nomenklatur yang ada di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Saat ini, Tim Teknologi Informasi telah menyusun program kerja yang dituangkan dalam 3 rencana strategis, yaitu:

a. Menginventarisasi data kelautan dan hasil penelitian di BROK.

b. Membangun dan mengelola sistem informasi basis data kelautan BROK.

c. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan sistem distribusi dan diseminasi data dan informasi kelautan BROK kepada para pengguna.

26 3.4.1. Program Kerja Tim Teknologi Informasi

Berdasarkan pada rencana strategis tersebut, tim ini telah menyusun beberapa program kerja 2010-2014 seperti ditampilkan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Program Kerja Tim Teknologi Informasi

Sasaran Output Kegiatan

Tahun Pelaksanaan 2010 2011 2012 2013 2014 Terinventarisasinya data

kelautan dan hasil penelitian BROK sistem informasi basis data kelautan BROK distribusi dan diseminasi data dan informasi kelautan BROK kepada para pengguna

3.4.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Guna mendukung program kegiatan yang akan dilakukan sampai 2014, Tim Teknologi Informasi membutuhkan sarana dan prasarana pendukung riset dan kegiatan yang handal. Dengan mengacu pada program kegiatan yang akan dilakukan serta waktu pelaksanaannya, maka disusunlah kebutuhan sarana dan prasarana hingga 2014 seperti diberikan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Tim Teknologi Informasi

Sasaran Output Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2010 2011 2012 2013 2014 Terinventarisasinya data

kelautan dan hasil penelitian BROK sistem informasi basis data kelautan BROK distribusi dan diseminasi data dan informasi kelautan BROK kepada pengguna

27 3.4.3. Kebutuhan SDM Tim Teknologi Informasi

Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang memfokuskan kegiatannya pada riset dan observasi di bidang kelautan, BROK memerlukan dukungan teknologi informasi yang handal, terutama jika dikaitkan dengan rencana menuju oseanografi operasional. Sumberdaya manusia dalam bidang teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk melaksanakan program kerja yang sudah ditetapkan dalam bidang teknologi informasi. Untuk itu Tim Teknologi Informasi telah mencoba untuk mengidentifikasikan kebutuhan tersebut seperti dituangkan dalam Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Kebutuhan SDM Tim Teknologi Informasi

Sasaran Kepakaran Tahun Pelaksanaan

2010 2011 2012 2013 2014 Tersedianya SDM yang professional yang didukung

oleh sistem manajemen efisien dan akuntabel

- web programer - Network

engineer - Technical

Support - Operator

X X

X X

Jumlah (kumulatif dari tahun sebelumnya) 3 6

28

BAB  IV  

USULAN  PERUBAHAN  ORGANISASI  DAN   TATA  KERJA  BALAI  PENELITIAN  DAN  

OBSERVASI  LAUT  

Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) adalah nama baru yang diusulkan untuk ditetapkan menggantikan Balai Riset dan Observasi Kelautan. Penggunaan kata “Laut” menggantikan kata

“Kelautan” pada usulan perubahan organisasi ini dimaksudkan agar BPOL bisa lebih fokus pada kegiatan yang berkaitan dengan fenomena oseanografis (terutama fenomena fisis-kimiawi-biologis) dikaitkan dengan sektor kelautan dan perikanan secara umum. Unit Pelaksana Teknis ini berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Perubahan nama ini hampir bersamaan dengan perubahan induk organisasi Eselon II yang menaungi Balai Riset dan Observasi Kelautan, yaitu dari Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir. Pengusulan ini diajukan sejalan dengan adanya beberapa perubahan arah kebijakan dan struktur organisasi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, maka BPOL telah merumuskan ulang tujuan, sasaran, kebijakan, dan program kerjanya. Perumusan ulang ini dilakukan agar BPOL sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir dapat benar-benar mengimplementasikan visi-visi dan misi-misi tersebut.

4.1. Tujuan BPOL

Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang mengerjakan kegiatan-kegiatan teknis penelitian dan observasi untuk keperluan perumusan kebijakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, BPOL, berdasarkan pada perkiraan perkembangan sektor kelautan dan perikanan 5 tahun ke depan, telah menetapkan beberapa tujuan yang harus dicapai, yaitu:

a. Mewujudkan kapasitas dan kompetensi sumberdaya penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut yang mandiri, handal, dinamis dan responsif.

b. Meningkatkan keakuratan dan pemanfaatan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) untuk mendukung rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan.

c. Memanfaatkan IPTEK secara optimal dan tepat guna dalam penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut, terutama dalam rangka mewujudkan sistem observasi kelautan terpadu dan mendukung implementasi Indonesia Global Ocean Observing System (InaGOOS).

d. Melakukan kegiatan penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut terkait dengan isu perubahan iklim dan pemanasan global.

e. Memperluas jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut.

29 4.2. Sasaran BPOL

a. Tersedianya SDM yang handal dan profesional serta fasilitas penelitian dan observasi yang memadai dan didukung oleh sistem manajemen yang efisien dan akuntabel dalam menghasilkan IPTEK yang bermanfaat bagi pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.

b. Tersedianya PPDPI yang akurat untuk seluruh wilayah perairan Indonesia melalui proses otomatisasi dan dapat mendukung rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan.

c. Terkuasainya IPTEK observasi di bidang kelautan untuk mewujudkan sistem observasi laut terpadu yang mendukung implementasi InaGOOS.

d. Tersedianya data dan informasi kelautan yang lengkap untuk memahami fenomena perubahan iklim dan pemanasan global serta dampaknya pada karakteristik dan dinamika perairan di Indonesia.

e. Termanfaatkannya hasil penelitian dan observasi BPOL di bidang sumberdaya laut untuk pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.

f. Terlibatnya BPOL secara aktif dalam jejaring kerjasama nasional dan internasional di bidang sumberdaya laut.

4.3. Kebijakan BPOL

a. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sumberdaya penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut.

b. Mengembangkan sistem informasi kelautan terpadu berbasis pada oseanografi operasional untuk meningkatkan pemahaman karakteristik dan dinamika perairan serta variabilitas dan interaksinya dengan fenomena regional dan global (ENSO, IOD, dan perubahan iklim).

c. Mengembangkan penelitian terapan yang memanfaatkan teknologi inderaja, SIG dan pemodelan numerik untuk pembuatan PPDPI di wilayah perairan Indonesia.

d. Meningkatkan penyebaran data dan informasi serta pemanfaatan hasil penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut kepada para pengguna.

4.4. Rencana Kerja BPOL 2010-2014

Secara umum, BPOL telah menyusun indikator capaian yang harus dicapai pada tahun 2015, yaitu:

a. Model pengembangan, yang mencakup:

• Otomatisasi PPDPI untuk ikan pelagis ekonomis.

• Sistem pemantauan laut Indonesia (InaGOOS) untuk mendukung pengelolaan sumberdaya laut dan perubahan iklim.

b. Empat puluh (40) karya tulis ilmiah.

c. Hak Kekayaan Intelektual (HKI), yaitu:

• Bioreef.

• Sistem otomatisasi PPDPI.

d. Rekomendasi kebijakan, yaitu:

• Rekomendasi pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) untuk wilayah perairan Buleleng, Nusa Penida dan Morotai.

• Rekomendasi pengelolaan perikanan tangkap untuk ikan pelagis ekonomis.

• Rekomendasi pengelolaan wilayah laut dan pesisir untuk mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.

30

Guna mencapai tujuan tersebut di atas, BPOL telah melakukan perubahan nama terhadap 2 (dua)

Guna mencapai tujuan tersebut di atas, BPOL telah melakukan perubahan nama terhadap 2 (dua)

Dokumen terkait