• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH AKADEMIK USULAN PERUBAHAN NOMENKLATUR, ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NASKAH AKADEMIK USULAN PERUBAHAN NOMENKLATUR, ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH    AKADEMIK    

   

USULAN  PERUBAHAN    

NOMENKLATUR,  ORGANISASI  DAN  TATA  KERJA  

     

SATUAN  KERJA    

BALAI  RISET  DAN  OBSERVASI  KELAUTAN    

  MENJADI  

 

BALAI  PENELITIAN  DAN  OBSERVASI  LAUT  

   

Disusun  oleh:  

Dr.  rer.  nat.  Agus  Setiawan   Drs.  B.  Realino,  MSc.  

Eghbert  Elvan  Ampou,  S.Ik   Komang  Iwan  Suniada,  S.Pi   Bambang  Sukresno,  M.Si  

Bayu  Priyono,  S.Si   Dessy  Berlianty,  M.Si   Camellia  Kusuma  Tito,  S.Si  

           

     

Pusat  Penelitian  dan  Pengembangan  Sumberdaya  Laut  dan  Pesisir     Badan  Penelitian  dan  Pengembangan  Kelautan  dan  Perikanan  

Kementerian  Kelautan  dan  Perikanan  

2010  

(2)

i

KATA  PENGANTAR  

Setelah mengalami proses diskusi yang panjang dengan melibatkan para narasumber dan dengan memperhatikan berbagai rujukan, akhirnya Naskah akademik Balai Penelitian Observasi Laut (BPOL) dapat diselesaikan dengan baik. Dalam Naskah Akademik ini, kami telah mencoba untuk menyelaraskan segala kegiatan yang tengah berjalan dengan kebijakan baru yang telah disusun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Seperti telah kita ketahui bersama, laut dan segala sumberdayanya memiliki potensi yang sangat besar dalam menunjang kesejahteraan rakyat. Untuk itu, pembangunan di sektor kelautan harus mendapat perhatian yang semakin serius di masa yang akan datang karena hampir 70% wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rencana strategisnya berupaya untuk menjadikan laut Indonesia sebagai salah satu penopang kemandirian ekonomi, yaitu dengan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di 2015. Lebih dari itu, karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di sekitar pantai dan menggantungkan hidup dan mata pencahariannya di pantai dan laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga tengah berupaya agar laut dan sumberdayanya dapat digunakan untuk menyejahterakan masyarakat.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPOL harus turut serta mendukung rencana strategis tersebut, sehingga apa yang menjadi visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat dicapai di 2015. Besar harapan kami agar Naskah Akademik ini dapat dijadikan panduan dan rujukan oleh para peneliti di lingkungan BPOL dalam mengembangkan organisasi dan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan sumberdaya laut yang mendukung visi dan misi tersebut.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Naskah Akademik ini. Untuk lebih menyempurnakan Naskah Akademik, kami selalu mengharapkan saran dan masukan dari pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang kelautan dan perikanan.

Jembrana, Oktober 2010 Tim Penyusun:

(3)

ii

 

DAFTAR  ISI  

 

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BABIPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 2

1.3. Landasan Hukum ... 2

1.4. Sistematika Pembahasan ... 2

BAB II PROFIL ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN 2010 ... 4

2.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja BROK ... 4

2.2. Arah Kebijakan BROK ... 5

2.2.1. Visi ... 5

2.2.2. Misi ... 5

2.2.3. Tujuan ... 5

2.2.4. Sasaran ... 6

2.2.5. Kebijakan dan Kegiatan ... 6

2.3. Program Kerja ... 7

2.4. Keragaan ... 7

2.4.1. Sumberdaya Manusia ... 7

2.4.2. Sarana dan Prasarana ... 9

BAB III PROGRAM KERJA BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN ... 13

3.1. Program Kerja Tim Inderaja Laut ... 13

3.1.1. Program Kerja ... 14

3.1.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 15

3.1.3. Kebutuhan SDM ... 17

3.2. Program Kerja Tim Konservasi Laut ... 18

3.2.1. Identifikasi Program Kerja ... 18

3.2.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 20

3.2.3. Kebutuhan SDM ... 21

3.3. Program Kerja Tim Oseanografi ... 22

3.3.2 Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 24

3.3.3. Kebutuhan SDM ... 25

3.4. Program Kerja Tim Teknologi Informasi ... 25

3.4.1. Program Kerja Tim Teknologi Informasi ... 26

3.4.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 26

3.4.3. Kebutuhan SDM Tim Teknologi Informasi ... 27

(4)

iii

BAB IV USULAN PERUBAHAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI

LAUT ... 28

4.1. Tujuan BPOL ... 28

4.2. Sasaran BPOL ... 29

4.3. Kebijakan BPOL ... 29

4.4. Rencana Kerja BPOL 2010-2014 ... 29

4.6. Tugas dan Fungsi BPOL ... 32

4.6.1. Seksi Tata Operasional ... 33

4.6.2. Seksi Pelayanan Teknis ... 33

4.6.3. Seksi Sarana dan Prasarana ... 34

4.6.4. Sub Bagian Tata Usaha ... 34

4.7. Kebutuhan SDM BPOL ... 35

4.8. Kebutuhan Sarana dan Prasarana BPOL ... 35

(5)

1

  BAB

 

I  

PENDAHULUAN  

1.1. Latar Belakang

Sepanjang sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi di muka bumi, khususnya di bidang kelautan, antara ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terjadi interaksi yang bersifat saling memperkokoh (mutually reinforcing). Dalam berbagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, akan selalu muncul inovasi teknologi yang kemudian akan memicu pula pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Salah satu contoh nyata dari keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kelautan adalah pengembangan dan inovasi teknologi instrumentasi dan pengukuran seperti conductivity-temperature-depth (CTD) dan akustik bawah laut untuk pengukuran arus laut yang didasarkan pada ilmu matematika, fisika dan kimia. Dengan pengembangan dan inovasi teknologi ini, ilmu kelautan mengalami kemajuan yang sangat pesat dan dapat memenuhi kebutuhan para ahli di bidang kelautan dalam melakukan studi oseanografi secara menyeluruh.

Indonesia sebagai salah satu negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia memiliki lautan yang sangat luas dengan potensi sumberdaya laut yang sangat besar. Dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut yang berlimpah tersebut, Indonesia perlu mengubah paradigma yang ada saat ini, yaitu dari kecenderungan yang konservatif dan kurang terukur, menuju paradigma baru yang mengandalkan Ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan untuk meningkatkan nilai tambah sumberdaya kelautan bagi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Dengan demikian, di masa yang akan datang sumberdaya laut yang ada akan dapat tetap terjaga kelestariannya. Untuk itu, pondasi yang berbasis pada riset terapan (applied research) dan pemanfaatan teknologi observasi kelautan harus dibangun, dikembangkan dan dijadikan salah satu aspek utama dalam pembangunan di sektor kelautan.

Untuk menjawab tantangan yang semakin berat di masa mendatang, peningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di sektor kelautan harus terus dilakukan, baik dalam skala nasional, regional, maupun global. Dengan telah dilakukannya berbagai kegiatan riset terapan dan pemantauan laut secara regional dan global, khususnya yang diprakarsai oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) dalam jaringan pemantauan dan pertukaran data Global Ocean Observing System (GOOS), negara-negara di Asia Tenggara telah mengambil langkah nyata dalam mendukung kegiatan tersebut agar dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi mereka.

Indonesia sebagai negara di wilayah Asia Tenggara dengan wilayah laut yang paling luas telah memberikan peranan yang signifikan dan ikut terlibat secara aktif dalam jaringan pemantauan dan pertukaran data tersebut melalui peluncuran program InaGOOS (Indonesia Global Ocean Observing System) pada tanggal 9 Agustus 2005 di Bali. Dengan adanya program InaGOOS ini kegiatan observasi kelautan di Indonesia, yang merupakan bagian dari observasi global, dapat berlangsung secara menerus dan menyeluruh dalam memberikan informasi fenomena dan dinamika laut di wilayah Indonesia.

Hingga saat ini, kegiatan riset dan pemantauan laut yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan pengembangan yang berkecimpung di sektor kelautan di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan spasial dan temporal serta belum benar-benar mengakomodasi kebutuhan mendasar yang menjadi sandaran pokok dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi nasional berbasis kelautan. Selain itu, ditinjau dari sudut pandang riset dan penerapan teknologi, kegiatan yang telah dilakukan di sektor kelautan nasional saat ini masih belum cukup bersinergi sesuai

(6)

2

dengan kapasitas kelembagaan yang ada. Untuk itu, keberadaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (sebelumnya bernama Badan Riset Kelautan dan Perikanan) harus dapat dijadikan tempat pijakan yang relevan dalam menjawab kebutuhan di atas. Untuk itu, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) harus dapat turut serta berperan aktif dan memberikan kontribusi nyata dalam mendukung pembangunan di sektor kelautan dan perikanan nasional seperti yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.06/MEN/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014.

Dalam Peraturan tersebut KKP memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di tahun 2015 dengan misi menyejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari disusunnya Naskah Akademik Usulan Perubahan Nomenklatur, Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) menjadi Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) ini adalah untuk menyelaraskan kegiatan penelitian dan observasi yang telah dan akan dilakuan di BROK sehingga dapat mendukung arah kebijakan yang telah digariskan oleh KKP. Naskah Akademik ini selanjutnya akan dijadikan pedoman dan acuan oleh para peneliti di lingkungan BROK dalam melakukan kegiatan penelitian dan observasi di bidang kelautan.

1.3. Landasan Hukum

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention in the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut).

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.06/Men/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014.

h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indinesia Nomor Kep.15/Men/2010 tentang Penggunaan Nomenklatur Kementerian Kelautan dan Perikanan.

1.4. Sistematika Pembahasan

Naskah Akademik ini terdiri dari 4 bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Landasan Hukum, serta Sistematika Pembahasan dari Naskah Akademik ini.

(7)

3

Bab II Profil Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan 2010. Bab ini dibagi menjadi 4 sub bahasan yaitu Kapasitas Kelembagaan, Program Kerja, Sumberdaya Manusia dan Sarana dan Prasarana Penunjang.

Bab III Program Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan. Bab ini menguraikan program kerja dari Tim-tim penelitian yang ada di BROK yaitu Ocean Remote Sensing, Marine Conservation, dan Oceanography serta tim Teknologi Informasi sebagai pendukung kegiatan riset dan diseminasi data.

Bab IV Usulan Perubahan Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan Menjadi Balai Penelitian dan Observasi Laut. Bab ini berisi Arah Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Arah Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Arah Kebijakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Balai Penelitian dan Observasi Laut.

(8)

4

BAB  II  

PROFIL  ORGANISASI  DAN  TATA  KERJA  BALAI   RISET  DAN  OBSERVASI  KELAUTAN  2010  

Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.10/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan. Peraturan Menteri ini diterbitkan pada tanggal 29 Agustus 2005 dan menyatakan bahwa BROK merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertanggung jawab langsung kepada Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK) – Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Pada bulan Oktober 2009, level eselonisasi BROK ditingkatkan dari IIIb menjadi IIIa melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.23/MEN/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.10/MEN/2005. Dalam Peraturan Menteri yang baru tersebut perubahan hanya dilakukan pada pasal 3 (Tugas dan Fungsi) dan pasal 15 (Status Eselonisasi), sedangkan pasal-pasal lainnya tidak mengalami perubahan.

Dalam mengembangkan kapasitas kelembagaannya, BROK memilah perangkat-perangkat pendukung yang ada menjadi 4, yaitu:

a. Perangkat keorganisasian (orgawares) b. Perangkat sumberdaya manusia (brainwares)

c. Perangkat keras (hardwares) dan perangkat lunak (software) yang mencakup fasilitas ruang kerja, peralatan survey, perangkat penerima, pengolah dan penganalisis data, serta model numerik.

d. Perangkat teknologi informasi (IT-wares) yang mendukung proses diseminasi data dan hasil- hasil penelitian dan pengembangan.

2.1.  Struktur  Organisasi  dan  Tata  Kerja  BROK  

Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) dipimpin oleh seorang Kepala Balai. Dalam kegiatan operasional organisasi sehari-hari, Kepala Balai dibantu oleh dua orang Kepala Seksi dan satu orang Kepala Sub Bagian, yaitu Kepala Seksi Tata Operasional, Kepala Seksi Pelayanan Teknis, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Gambar 2.1). Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2005, Seksi Tata Operasional memiliki tugas melakukan koordinasi perencanaan dan perumusan bahan kebijakan teknis, penyusunan program, pemantauan serta evaluasi pelaksanaan riset strategis dan aplikasi observasi kelautan. Sementara itu, Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melaksanakan kerja sama riset, diseminasi, komunikasi, publikasi dan dokumentasi hasil riset strategis dan aplikasi observasi kelautan. Sedangkan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian dan jabatan fungsional, administrasi keuangan, persuratan, kearsipan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan sarana riset.

Selain jabatan struktural seperti disebutkan di atas, di BROK terdapat pula jabatan fungsional, yaitu kelompok yang memiliki tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsionalnya, seperti peneliti, perekayasa, litkayasa, dan pranata komputer. Saat ini, untuk mengakomodir para pejabat fungsional tersebut, BROK telah membentuk 3 tim penelitian berdasarkan kepakaran dan kepeminatan para peneliti, yaitu Ocean Remote Sensing, Oceanography dan Marine Conservation.

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan, ketiga tim ini akan selalu berinteraksi

(9)

5

dan saling mendukung di bawah koordinasi Kepala Seksi Tata Operasional. Sementara itu, hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan akan didiseminasikan ke pihak luar di bawah koordinasi Kepala Seksi Pelayanan Teknis.

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan

2.2. Arah Kebijakan BROK 2.2.1. Visi

Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki visi menjadi pusat unggulan dalam pelaksanaan, penguasaan dan pengembangan riset terapan dan aplikasi teknologi observasi sumberdaya kelautan.

Dalam tahap yang lebih lanjut, aplikasi teknologi observasi yang dilakukan merupakan wujud sinergi dengan upaya perlindungan lingkungan laut.

2.2.2. Misi

Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki misi sebagai berikut:

a. Pencapaian kapasitas sumberdaya riset dan observasi sumberdaya kelautan yang handal dan mandiri.

b. Penguasaan riset terapan dan IPTEK observasi sumberdaya kelautan yang didukung oleh sistem data dan informasi yang baik.

c. Peningkatan pemanfaatan riset dan observasi kelautan untuk kemaslahatan masyarakat.

2.2.3. Tujuan

a. Mewujudkan kapasitas dan kompetensi sumberdaya riset yang mandiri, handal, dinamis dan responsif.

(10)

6

b. Mengembangkan IPTEK observasi kelautan menuju sistem observasi kelautan yang terpadu (operational oceanography).

c. Meningkatkan riset terapan dan aplikasinya untuk pengembangan IPTEK observasi kelautan.

d. Memperluas kerjasama dan kegiatan diseminasi di bidang riset dan observasi kelautan.

2.2.4. Sasaran

a. Tersedianya SDM yang professional dan fasilitas riset dan observasi sumberdaya kelautan yang memadai yang didukung oleh sistem manajemen yang efisien dan akuntabel serta kapasitas riset yang memadai.

b. Dikuasainya IPTEK observasi kelautan \menuju sistem observasi kelautan yang terpadu (operational oceanography)

c. Diterapkannya IPTEK observasi kelautan untuk memahami karakteristik dan dinamika oseanografis untuk keperluan perlindungan wilayah pesisir dan laut Indonesia.

d. Diperolehnya peta prakiraan daerah penangkapan ikan (PPDPI) yang valid dan dapat mencakup seluruh wilayah perairan Indonesia

e. Termanfaatkannya hasil riset dan observasi kelautan secara optimal untuk mendukung sistem observasi kelautan nasional dan regional.

2.2.5. Kebijakan dan Kegiatan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2005, Balai Riset dan Observasi Kelautan diberi tugas melakukan riset strategis dan aplikasi observasi kelautan yang meliputi penelitian dan pengembangan serta penerapan teknologi yang relevan. Untuk itu, dalam rangka melaksanakan tugas yang dibebankan, Balai Riset dan Observasi Kelautan menetapkan beberapa kebijakan yang mencakup:

a. Perencanaan dan perumusan bahan kebijakan teknis dan penyerasian program serta kegiatan riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan.

b. Pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program serta kegiatan riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan.

c. Pelayanan jasa dan kerjasama riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan.

d. Pendokumentasian serta diseminasi dan publikasi hasil riset dan observasi kelautan.

e. Pembinaan sumberdaya manusia dan pengembangan infrastruktur riset dan observasi kelautan.

f. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Selanjutnya, kebijakan yang telah dirumuskan dan digariskan tersebut direalisasikan ke dalam kegiata-kegiatan sebagai berikut:

a. Mengembangkan dan memperkuat kapasitas dan daya dukung sumberdaya riset kelautan.

b. Menyiapkan sistem observasi kelautan terpadu untuk perairan Bali-Lombok dan sekitarnya.

c. Meningkatkan kegiatan pelaksanaan riset dan observasi untuk pemahaman karakteristik dan dinamika perairan dalam upaya perlindungan wilayah pesisir dan laut Indonesia.

d. Meningkatkan riset terapan teknologi penginderaan jauh dan system informasi geografis (SIG) untuk pengembangan PPDPI.

(11)

7

e. Meningkatkan pemanfaatan hasil riset dan observasi kelautan oleh para pengguna dan memasyarakatkan IPTEK kelautan dan perikanan kepada masyarakat.

2.3. Program Kerja

Dengan mengaitkan antara tugas yang telah diberikan dengan pengembangan program khusus Indonesia Global Ocean Observing System (InaGOOS) yang mendukung program pemerintah dalah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, maka beberapa hal yang menjadi prioritas bagi Balai Riset dan Observasi Kelautan di tahun 2010 – 2014 adalah:

a. Keharusan untuk membangun basis data dan informasi kelautan serta sistem diseminasi dan pertukaran data untuk perairan Indonesia. Oleh karena itu setiap kegiatan dan sub-kegiatan riset dan observasi kelautan harus dilakukan secara menerus dan memiliki tujuan jangka menengah dan panjang.

b. Keharusan untuk menguasai ilmu dan teknologi kelautan untuk mendukung pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan untuk konservasi laut dalam kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

c. Keharusan untuk berperan serta secara aktif dalam berbagai kegiatan penelitian dan ekspedisi laut baik untuk tingkat nasional maupun regional.

d. Keharusan untuk menguasai teknologi informasi dan sistem pengelolaan dan pengolahan data dalam bidang kelautan untuk mendukung pengembangan dan pembangunan sistem informasi kelautan nasional.

Untuk mengaktualisasikan hal-hal yang menjadi prioritas bagi BROK di atas, dalam jangka pendek (2006-2010) telah dirintis dan dilakukan peningkatan kemitraan nasional dan internasional dalam bidang riset dan observasi kelautan. Dengan strategi ini komponen-komponen sumberdaya yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bersinergi dalam rangka memenuhi kemampuan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung tercapainya beberapa tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014 yaitu: (i) mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, dan (ii) meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.

2.4. Keragaan

2.4.1. Sumberdaya Manusia

Hingga akhir April 2010, Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki 55 pegawai yang terdiri dari 33 orang PNS/CPNS (60%) dan 22 (40%) orang tenaga kontrak (teknisi, operator, satpam, pramubakti dan lainnya). Pendidikan akhir seluruh pegawai bervariasi dari tingkat SLTP hingga doktor (S3), dengan mayoritas sarjana (S1). Jumlah ini merupakan perkembangan yang sangat pesat dari sejak didirikannya satuan kerja ini di tahun 2002 (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Perkembangan jumlah pegawai di Balai Riset dan Observasi Kelautan berdasarkan tingkat pendidikan

Tahun Jumlah Pegawai Pendidikan Terakhir

S3 S2 S1 Akademi SLTA SLTP

2003 8 - 1 2 1 2 2

2004 16 - 2 5 1 6 2

2005 22 - 3 7 2 7 3

2006 38 - 7 13 3 12 3

2009 53 - 15 18 5 12 3

2010 56 1 14 20 4 15 2

(12)

8

Sementara itu, dari pegawai yang berstatus PNS dan CPNS, komposisinya berdasarkan golongan dan ruang dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2. Komposisi PNS/CPNS berdasarkan golongan dan ruang

Golongan

2010 Ruang

Jumlah

D C B A

III 1 7 9 9 26

II 2 1 1 3 7

3 8 10 12 33

Dari yang berstatus PNS dan CPNS, jumlah pegawai BROK berdasarkan tingkat pendidikannya memiliki 1 orang dengan tingkat pendidikan S3, 14 orang dengan tingkat pendidikan S2 (dengan 2 orang sebagai kandidat doktor), 11 orang dengan tingkat pendidikan S1, 3 orang dengan tingkat pendidikan D3 dan 4 orang dengan tingkat pendidikan SLTA (Gambar 2.2). Sementara itu, berdasarkan jabatan fungsionalnya BROK memiliki 1 orang perekayasa, 6 orang peneliti, 15 orang calon peneliti, 6 orang administrasi, 2 orang teknisi, 1 orang calon pustakawan, dan 2 orang calon pranata komputer (Gambar 2.3).

Gambar 2.2. SDM PNS/CPNS di BROK tahun 2010 berdasarkan tingkat pendidikan

Gambar 2.3. SDM PNS/CPNS di BROK tahun 2010 berdasarkan fungsionalnya

(13)

9

Dari pegawai yang ada, komposisi kepakaran para peneliti dan calon peneliti di BROK secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 4 bidang keilmuan, yaitu:

a. Ilmu perikanan (fisheries).

b. Ilmu kebumian (geosciences), termasuk geografi, geologi dan oseanografi.

c. Ilmu pengetahuan alam (natural sciences), termasuk kimia, ekologi, biologi, dan lingkungan.

d. Keteknikan (engineering), yaitu teknologi informasi.

Sementara itu, untuk mewadahi kegiatan penelitian dan pengembangan, BROK membentuk 3 kelompok penelitian, yaitu Tim Inderaja Kelautan (Ocean Remote Sensing Team), Tim Oseanografi (Oceanography Team) dan Tim Konservasi Laut (Marine Conservation Team). Para peneliti di ketiga tim tersebut bersama-sama melakukan penelitian dan observasi kelautan dengan sistem matriks.

2.4.2. Sarana dan Prasarana

Dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya, baik yang bersifat rutin maupun riset, diperlukan sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Hingga tahun 2010, beberapa fasilitas yang telah dimiliki oleh BROK adalah:

a. Gedung Utama yang terdiri dari ruang Kepala Balai, ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, ruang Kepala Seksi Tata Operasional dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis, ruang administrasi (2 ruang), ruang teknologi informasi, ruang rapat, ruang pertemuan, ruang Tim Inderaja Kelautan, ruang Tim Konservasi Laut, dan musholla.

b. Gedung Asimilasi Data yang terdiri dari ruang Tim Oseanografi, ruang perpustakaan, mess tamu (5 kamar), ruang istirahat tamu (living room), dapur dan ruang cuci.

c. Laboratorium Kualitas Perairan.

d. Gudang Instrumentasi.

e. Kantor Satuan Pengamanan.

f. Guest House (3 kamar, 1 VIP).

g. Perumahan Karyawan (13 rumah).

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga riset dan observasi serta untuk mencapai visi dan misinya, maka ketersediaan sarana riset mutlak diperlukan. Beberapa sarana penunjang riset dan observasi tersebut diantaranya adalah stasiun bumi penerima data satelit, stasiun pengamatan pasang surut, laboratorium, alat-alat pengukuran parameter oseanografi, laboratorium alam pembibitan mangrove untuk konservasi pesisir dengan soft construction, serta sarana pengolah data. Selain itu terdapat pula sarana lain seperti jaringan internet untuk memudahkan komunikasi dan transfer informasi, perahu (speedboat) untuk keperluan pengambilan data lapangan di perairan sekitar Selat Bali dan, yang sedang direncanakan untuk dibangun, gedung stasiun pengamatan laut berskala internasional yang berlokasi di Pantai Perancak. Berikut adalah daftar fasilitas yang dimiliki oleh tim penelitian yang ada di BROK:

a. Fasilitas Penelitian Tim Inderaja Laut

Sejak awal berdirinya di akhir tahun 2002, fasilitas riset yang dimiliki oleh BROK adalah miliki Tim Inderaja Laut, yaitu stasiun bumi Satelit NOAA. Dalam perkembangannya, lokasi stasiun bumi ini telah mengalami perpindahan sebanyak 3 (tiga). Fasilitas riset pendukung lain yang telah dimiliki oleh Tim Inderaja Laut diberikan pada Tabel 2.3. Peralatan Stasiun Bumi NOAA yang ada

(14)

10

sekarang adalah hasil kerjasama dengan CLS Argos, Perancis, dimana merupakan satu dari sekian banyak stasiun bumi yang berada di seluruh dunia dan dikelola datanya oleh CLS Argos.

Tabel 2.3. Fasilitas Tim Inderaja Laut

Jenis Fasilitas Fungsi Jumlah

(unit)

Komputer akuisisi data satelit Akuisisi data Satelit NOAA 1

Komputer pengolah data satelit Pengolahan data satelit oseanografi 10 Komputer pengiriman data Pengiriman PPDPI melalui teknologi FOD & IVR 1

Komputer data storage Penyimpanan data satelit oseanografi 1

Software ErMapper Pengolahan data satelit 1

Software ArcGIS Pengolahan data vektor 1

Software ERDAS Imagine Pengolahan data satelit 1

Software SEADAS Pengolahan data satelit MODIS 1

b. Fasilitas Penelitian Tim Konservasi Laut

Meskipun telah melakukan kegiatan penelitian sejak 2004, Tim Konservasi Laut baru resmi didirikan di tahun 2005. Fasilitas yang dimiliki oleh tim ini disajikan pada Tabel 2.4. Guna mendukung kegiatan observasi dan penelitian sumberdaya laut dibutuhkan juga peralatan selam/SCUBA yang sesuai dengan standar internasional. Hingga 2010, Balai Riset dan Observasi Kelautan telah memiliki 4 set SCUBA gear, namun demikian peralatan ini belum dilengkapi dengan tabung, kompresor, ruang peralatan, dan peralatan penunjang lainnya. Disamping itu jumlah peralatan tersebut dirasakan masih belum mencukupi kebutuhan observasi dan penelitian yang ada saat ini.

Tabel 2.4. Peralatan selam Tim Konservasi Laut

No. Jenis Alat Selam Jumlah

1 BCD 4

2 Regulator 4

3 Wet Suit 5

4 Booties 2

6 Fins 5

7 Masker 4

8 Snorkel 3

9 Gear bag 2

10 Regulator bag 2

11 Dive Com 1

Selain itu, Tim Konservasi Laut juga telah memiliki Laboratorium Kualitas Perairan (LKP) yang didirikan April 2006. LKP sedang dalam proses akreditasi ISO-IEC 17025-2005. Peralatan yang dimiliki oleh LKP hingga saat ini diberikan pada Tabel 2.5.

(15)

11

Tabel 2.5. Daftar peralatan Laboratorium Kualitas Perairan

No. Nama Peralatan Merk Jumlah

1 Spektrofotometer Genesys 1 unit

2 Autoclave All American 1 unit

3 BOD Incubator Domos DS-1200 1 unit

4 Centrifuge Hittich 1 unit

5 Desicator Duran 1 unit

6 DO Meter 1 unit

7 Freezer Sanyo 1 unit

8 Grab Sampler 1 unit

9 Hot Plate Hach 1 unit

10 Incubator Memmert 1 unit

11 Mikroskop Binacular Optica 1 unit

12 Mikroskop dengan Kamera 1 unit

13 Oven Memmert 1 unit

14 pH Meter Hanna 1 unit

15 pH Meter Digital 1 unit

16 Plankton Net 1 unit

17 Portable Water Pump Hanna 3 unit

18 Refrigerator Sanyo 1 unit

19 Seechi Disk 1 unit

20 Soil Tester Takemura 1 unit

21 Thermohygrometer Germany 1 unit

22 Timbangan/Neraca Ohaus 1 unit

23 Timbangan Digital Ohaus 1 unit

24 Titralyzer 1 unit

25 Vacum Pump Gast USA 1 unit

26 Vacum Pump RRC 1 unit

27 Water Distillation Unit Iwaki 4.5 L 1 unit

28 Water Sampler 1 unit

29 Waterbath (Shake, Still) Memmert 10 L 1 unit

30 Underwater Camera 1 unit

c. Fasilitas Penelitian Tim Oseanografi

Balai Riset dan Observasi Kelautan sebagai unit pelaksana teknis yang salah satu fungsinya adalah melakukan penelitian dan observasi fenomena oseanografis di perairan Indonesia telah mencoba untuk melakukan kegiatan dengan membentuk Tim Oseanografi. Tim ini menitikberatkan penelitiannya pada pemahaman masalah-masalah fisika oseanografi seperti pola arus, gelombang, pasang surut, dan salinitas serta temperatur laut. Penelitian mengenai fenomena-fenomena fisika oseanografi ini dilakukan dengan cara melakukan survey lapangan, pengolahan data dan penggunaan model numerik. Fasilitas peralatan yang dimiliki oleh Tim Oseanografi diberikan pada Tabel 2.6.

(16)

12

Tabel 2.6. Fasilitas Tim Oseanografi

No. Nama barang Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Echosounder hydrobox 200/50 kHz GPS Map sounder

Rugged laptop 14’

Kompas geologi

Komputer workstation dual monitor Komputer personal

Software SMS ver 9.0 Software Matlab ver 2006

Stasiun observasi kelautan 2 sensor (elevasi laut & angin) Stasiun osbervasi kelautan 1 sensor (elevasi muka laut)

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 6 unit 4 modul 1 modul 4 unit 1 unit

(17)

13

BAB  III  

PROGRAM  KERJA  BALAI  RISET  DAN   OBSERVASI  KELAUTAN  

Dalam rangka mewujudkan pembangunan sektor kelautan secara berkelanjutan seperti yang diamanahkan dalam Agenda 21, kegiatan penelitian dan pengembangan memiliki peran yang sangat strategis. Oleh karena itu, Balai Riset dan Observasi Kelautan berkewajiban untuk melakukan dan mewujudkan peneletian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang mampu memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembangunan sektor kelautan nasional untuk memperkuat daya tahan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan lingkungan. Menindaklanjuti hal tersebut, maka setiap tim penelitian di Balai Riset dan Observasi Kelautan telah membuat Rencana IPTEK (Science and Technology Plan) 2006-2010 seperti dijelaskan di bawah ini.

3.1. Program Kerja Tim Inderaja Laut

Teknologi penginderaan jauh untuk kelautan terus mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Dalam Renstra BROK 2006-2010 telah ditetapkan beberapa sasaran yang harus dicapai terkait dengan aplikasi teknologi penginderaan jauh untuk kelautan, yaitu:

a. Dikuasainya IPTEK observasi kelautan menuju sistem observasi kelautan terpadu (operational oceanography).

b. Dihasilkannya PPDPI yang valid, terdistribusi secara rutin, dan dapat mencakup seluruh wilayah perairan Indonesia.

Dalam rangka mendukung terwujudnya operational oceanography di tahun 2010, teknologi penginderaan jauh memiliki peranan yang cukup signifikan, terutama dalam penyediaan data suhu dan salinitas permukaan laut, konsentrasi klorofil-a, dan tinggi permukaan laut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan aplikasi teknologi penginderaan jauh untuk wilayah perairan laut di Indonesia hingga 2010, Tim Inderaja Laut telah menetapkan beberapa tujuan yang akan dicapai ke dalam Renstra 2006-2010, yaitu :

a. Meningkatan jumlah data satelit oseanografi.

b. Meningkatkan keakuratan PPDPI.

c. Meningkatkan pemahaman tentang karakteristik perairan laut di wilayah Indonesia.

d. Mengembangkan dan menerapkan algoritma yang sesuai untuk wilayah perairan Indonesia.

e. Meningkatkan sistem pengelolaan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi data.

Guna mencapai tujuan tersebut di atas, beberapa program kegiatan riset dan non-riset serta peningkatan kapasitas kelembagaan (SDM dan fasilitas riset) telah diidentifikasi dan dirumuskan serta diterapkan oleh Tim Inderaja Laut pada tahun 2006-2010.

(18)

14 3.1.1. Program Kerja

Dalam kiprahnya di dunia IPTEK kelautan, Tim Inderaja Laut berusaha untuk mendukung renstra yang telah ditetapkan oleh BROK dengan menyusun beberapa kegiatan selama 2006-2010 (Tabel 3.1).

Tabel 3.1. Program Kerja Tim Inderaja Laut

Sasaran Output Kegiatan

Tahun Pelaksanaan 2006 2007 2008 2009 2010

Dikuasainya IPTEK observasi kelautan dalam rangka menuju sistem observasi kelautan yang terpadu (operational oceanography)

- Meningkatnya kegiatan pemantauan laut dengan teknologi penginderaan jauh - Tersedianya data satelit

oseanografi (suhu, klorofil-a, arus geostropik, SLA) permukaan laut secara kontinu.

- Tersedianya data karakteristik

oseanografi permukaan laut dari pengolahan data satelit

- Dikuasainya teknologi penginderaan jauh terkini

- Penyediaan dan manejemen data satelit oseanografi - Pemanfaatan data

satelit untuk pemantauan laut - Aplikasi data satelit

untuk wilayah pesisir menggunakan Formosat/Merris - Identifikasi TSM dan klorofil-a di wilayah pesisir - Riset karakteristik

wilayah perairan

- Riset

pengembangan algoritma untuk wilayah perairan Indonesia - Riset aplikasi data

sea surface salinity

X

X

X

X

X

X

X

X

Dihasilkannya PPDPI yang akurat dan meliputi seluruh perairan laut di wilayah Indonesia

- Akurasi PPDPI mencapai 90%

- PPDPI untuk ikan pelagis ekonomis - PPDPI untuk wilayah

pesisir

- Peningkatan akurasi PPDPI

- Penyusunan peta kesuburan perairan laut di Indonesia - PPDPI untuk ikan

pelagis tertentu

X

X

X

X

Keterangan : √ = kegiatan rutin, X = kegiatan riset

Untuk pengembangan PPDPI, kegiatan yang dilakukan terutama bertujuan untuk meningkatkan akurasi prakiraan daerah penangkapan dan mengembangkan algoritma untuk menghasilkan PPDPI bagi beberapa jenis ikan pelagis ekonomis tertentu seperti tuna, cakalang, tongkol dan lemuru.

Untuk tingkat akurasi PPDPI, pada tahun 2010 ditargetkan sudah mencapai 90%.

Tim Inderaja Laut menargetkan mulai tahun 2008 sudah akan diproduksi PPDPI khusus untuk ikan tuna berdasarkan riset yang dilakukan tahun 2007. Sementara itu, di tahun 2010 ditargetkan telah diproduksi PPDPI skala detail untuk seluruh Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Samudera (dimana pada tahun 2006 baru diterapkan untuk 3 pelabuhan) sehingga dapat dimanfaatkan oleh nelayan tradisional di sekitar pelabuhan.

(19)

15

Dalam rangka mendukung terwujudnya operational oceanography di 2010, Tim Inderaja Laut telah menetapkan beberapa kegiatan untuk meningkatkan penerimaan data satelit oseanografi. Data yang telah diterima akan lebih ditingkatkan lagi kualitasnya ditambah dengan menerima data terbaru untuk menunjang operational oceanography. Di tahun 2010 ditargetkan telah diperoleh data suhu dan salinitas, klorofil-a, dan tinggi permukaan laut secara menerus dengan kualitas yang lebih baik.

Karena data dari satelit oseanografi juga dapat dimanfaatkan untuk wilayah pesisir, maka ditargetkan pada tahun 2010 teknologi pemanfaatan data satelit oseanografi untuk wilayah pesisir, terutama di bidang perikanan tangkap, sudah dapat dikuasai. Hal ini penting karena sebagian besar nelayan di Indonesia adalah nelayan tradisional dengan wilayah operasi di sekitar wilayah pesisir.

3.1.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Guna mendukung program kegiatan yang akan dilakukan sampai 2010, Tim Inderaja Laut membutuhkan sarana dan prasarana yang handal untuk mendukung kegiatan riset. Mengacu pada program kegiatan yang dilakukan serta waktu pelaksanaannya, maka disusunlah kebutuhan sarana dan prasarana hingga 2010 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kebutuhan Fasilitas Riset dan Observasi

Sasaran Output Program Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010 Tersedianya fasilitas riset

dan observasi sumberdaya kelautan yang memadai yang didukung oleh sistem manajemen yang efisien dan akuntabel serta kapasitas riset yang berkompeten

- Meningkatnya kegiatan pemantauan laut dengan teknologi penginderaan jauh - Tersedianya data satelit

oseanografi (suhu, klorofil-a, arus geostropik, SLA) permukaan laut secara kontinu

- Tersedianya data karakteristik

oseanografi permukaan laut wilayah perairan Indonesia dari pengolahan data satelit - Terdistribusinya data

satelit oseanografi dan PPDPI dengan baik

- Peningkatan kapasitas penyimpanan data - Penambahan

komputer dengan performansi tinggi untuk pemrosesan data

- Penambahan perangkat lunak untuk pengolahan citra

- Peningkatan kapasitas bandwidth jaringan internet menjadi 256 kbps.

- Peningkatan kapasitas bandwidth jaringan internet menjadi 512 kbps.

- Database management program - Pembangunan

Ground Station data Satelit MODIS - Pembangunan

Gedung Lab Ocean Remote Sensing

X

X X

X

X

X X

X

X

X

X X

X

Dari Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hingga 2006 ketersediaan fasilitas riset dan observasi untuk Tim Inderaja Laut masih dirasakan kurang memadai untuk mengakomodir tujuan yang ingin dicapai.

(20)

16

Untuk itu, perlu dilakukan percepatan pemenuhan ketersediaan fasilitas riset terutama dalam mendukung terlaksananya oseanografi operasional di tahun 2010.

Data satelit oseanografi harus dapat diakuisisi setiap hari agar diperoleh kesinambungan data yang baik. Untuk itu, diperlukan media penyimpan data dengan kapasitas yang besar sehingga pengarsipan data dapat berlangsung dengan baik. Keberadaan media penyimpan data satelit yang ada saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan data hingga 2007, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah data yang harus disimpan, di 2008 dibutuhkan media penyimpan data tambahan dengan kapasitas yang cukup besar untuk mengakomodir volume data yang ada.

Selanjutnya, dengan akan ditingkatkannya kapasitas stasiun bumi serta pembangunan Gedung Ocean Remote Sensing di 2009, jumlah data masuk akan semakin bertambah besar sehingga di 2010 kembali dibutuhkan penambahan media penyimpan data dengan kapasitas yang lebih besar lagi, terutama jika oseanografi operasional sudah benar-benar diterapkan di BROK. Sementara itu, untuk pemrosesan data, Tim Inderaja Laut banyak menggunakan perangkat lunak ErMapper dan SEADAS. Namun demikian, untuk beberapa kegiatan pengolahan data, tim ini membutuhkan pula perangkat lunak lainnya yaitu ENVI yang ditargetkan terealisasi pada 2008.

Data satelit oseanografi yang ada di Tim Inderaja Laut tidak hanya berasal dari hasil akuisisi ground station yang ada, tetapi juga pengunduhan melalui jaringan internet. Secara umum data satelit yang diunduh memiliki ukuran yang besar (dalam orde ratusan mega byte). Dengan kapasitas bandwidth 128 kbps, proses pengunduhan data berjalan sangat lambat dan seringkali terputus. Akibatnya, kegiatan operasional dan penelitian di BROK menjadi terhambat pula. Untuk itu peningkatan bandwidth menjadi 256 kbps telah ditargetkan di 2007, dimana selanjutnya akan terus meningkat menjadi 512 kbps di 2009.

Sebagai bagian dari lembaga penelitian yang salah satu tugasnya adalah memberikan informasi kepada para pengguna, BROK selalu mengupayakan agar hasil riset yang telah dilakukan oleh Tim Inderaja Laut dapat didistribusikan dan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan data yang baik harus mulai dilakukan dan terus ditingkatkan kualitasnya. Kebutuhan akan program yang dapat mengelola data dengan baik ini ditargetkan terpenuhi di tahun 2008 karena jumlah data dan hasil pengolahannya sudah cukup banyak. Program database management ini juga harus dapat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan data hingga 2010 untuk mendukung penerapan oseanografi operasional.

Selain memanfaatkan data Satelit NOAA yang mampu diakuisisi oleh ground station yang dimiliki oleh BROK, untuk kepentingan pembuatan PPDPI dibutuhkan juga data kesuburan perairan yang diperoleh dari Satelit MODIS. Data ini diperoleh dengan cara mengunduh melalui jaringan internet.

Data MODIS yang bias diunduh tersebut merupakan data 3 hari sebelumnya atau lebih dengan proses pengunduhan yang membutuhkan waktu yang relative lama dan membutuhkan cukup banyak bandwith. Dalam rangka mendukung oseanografi operasional di 2010, data satelit oseanografi yang digunakan sebaiknya diperoleh secara real time sehingga informasi yang diperoleh merupakan informasi terkini. Untuk itu, ground station yang saat ini hanya mampu mengakuisisi data dari Satelit NOAA perlu ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengakuisisi data dari Satelit MODIS. Peningkatan kemampuan ini ditargetkan dapat terwujud di 2009 sehingga di 2010 sudah dapat beroperasi dengan baik mendukung pembuatan PPDPI.

Hal lain yang perlu menjadi bahan pertimbangan untuk mendukung kinerja Tim Inderaja Laut adalah ruang kerja dan laboratorium penginderaan jauh yang memadai. Dengan kondisi ruang kerja yang ada saat ini yang masih kurang memadai untuk menampung kegiatan penelitian dan pengembangan yang semakin meningkat, maka perlu dibangun satu gedung tersendiri yang mampu menampung kebutuhan hingga 10 tahun ke depan. Gedung ini direncanakan memiliki 3 lantai dan memiliki ruang dengan fungsi khusus, yaitu:

(21)

17

a. Laboratorium Akuisisi Data Satelit Oseanografi yang berfungsi untuk melakukan proses akuisisi data satelit oseanografi, baik dari ground station maupun melalui jaringan internet.

Ruang ini harus dilengkapi dengan komputer berkemampuan tinggi (high performance computer) dengan kapasitas pengolahan dan penyimpanan data yang besar. Laboratorium ini direncanakan berada di lantai 3.

b. Laboratorium Pengolahan Data Satelit Oseanografi yang berfungsi untuk mengolah data yang telah diakuisisi untuk menghasilkan informasi yang near real time dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan riset dan pengembangan. Di laboratorium ini diperlukan pula perangkat komputer berkemampuan tinggi dan perangkat lunka pengolah data dan citra satelit. Laboratorium ini direncanakan berada di lantai 2 dan terhubung melalui jaringan (Local Area Network) dengan Laboratorium Akuisisi Data.

c. Ruang Display Data yang berfungsi untuk menampilkan data dan informasi yang dihasilkan beserta pemanfaatannya. Ruang in akan dilengkapi dengan komputer dan sarana display lainnya seperti televisi LCD berlayar lebar dan berada di lantai 1.

3.1.3. Kebutuhan SDM

Selain fasilitas riset yang memadai untuk mendukung program kegiatan hingga 2010, dibutuhkan pula sumberdaya manusia (SDM) yang handal dan profesional. Mengacu pada rangkaian program kegiatan yang akan dilaksanakan serta fasilitas riset yang tersedia, maka telah disusun pula rencana pemenuhan SDM Tim Inderaja Laut hingga 2010 seperti diberikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kebutuhan SDM Tim Inderaja Laut

Sasaran Kebutuhan Kepakaran

Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010

Tersedianya SDM yang handal dan profesional yang didukung sistem manajemen yang efisien dan akuntabel dan program pengembangan SDM yang terencana.

- Geografi - Manajemen

Sumberdaya Perairan - Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan - Ocean Remote

Sensing - Coastal Remote

Sensing - Marine Biology - Programmer - Teknologi Informasi - Disain Grafis - Operator Pengolahan

Data - Teknisi

3 1 -

- - - - - - 2 1

1 - 1

- - - - - - 1 -

- - -

1 1 1 - - - 1 1

- - -

- - 1 - - - 1 -

- - -

- - - 1 1 1 2 1

Jumlah (kumulatif dari tahun sebelumnya) 7 10 15 17 23

Jumlah kebutuhan SDM di atas menggambarkan perkembangan kebutuhan disesuaikan dengan peningkatan kegiatan dan fasilitas yang tersedia. Terlihat bahwa jumlah ideal SDM di Tim Inderaja Laut di 2010 adalah 23 orang yang terdiri dari 13 peneliti dan 10 operator dan teknisi. Jumlah ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan riset dan pengolahan data yang harus dilakukan pada tahun 2010 dalam rangka mendukung diterapkannya sistem kerja oseanografi operasional. Seluruh staf tersebut akan bekerja di Gedung Ocean Remote Sensing yang ditargetkan dibangun di 2009.

(22)

18 3.2. Program Kerja Tim Konservasi Laut

Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan, Tim Konservasi Laut telah melakukan identifikasi kebutuhan dengan menyusun program kerja, pemenuhan sarana dan prasarana, serta pengembangan SDM beserta target dan tahapan-tahapan pelaksanaaannya untuk jangka waktu 2006-2010. Secara garis besar, program kerja yang telah disusun dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap penguatan kemampuan personal dan tim (2006 – 2007)

Pada tahap ini program kerja diarahkan pada peningkatan kemampuan personal dan tim berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Tim Konservasi Laut. Jenis- jenis kegiatan yang ada pada tahap ini adalah pelatihan, workshop, seminar dan penelitian dasar ke arah konservasi laut. Pada tahap ini personal tim dilatih dan disiapkan untuk dapat berada pada jalur konservasi yang diharapkan. Disamping pelatihan, peningkatan kemampuan personal dilakukan dengan mengikutsertakan mereka dalam workshop/seminar, lokakarya, rapat kerja, rapat penentuan kebijakan dengan stake holders, kegiatan penelitian yang melibatkan tenaga ahli dari luar institusi dan program pertukaran (expert exchange) dengan institusi yang dianggap memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu. Sedangkan untuk sarana dan prasarana penunjang riset (yaitu Laboratorium Kualitas Perairan dan Laboratorium Alam) ditingkatkan keberadannya dengan cara menambah jumlah peralatan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas pengujian.

b. Tahap pemantapan dan uji coba kemampuan (2008- 2009)

Tahap pemantapan dan uji coba kemampuan dilakukan setelah Tim Konservasi Laut memiliki kemampuan dalam mencari, mengidentifikasi, dan merumuskan permasalahan yang ada mencari alternatif solusinya. Selanjutnya kemampuan yang dimiliki ini akan dipertajam dan dimantapkan dengan melakukan kegiatan lapangan sehingga hasil penelitian yang dilakukan cukup teruji dan diakui kehandalan dan akurasinya. Dalam kegiatan pelatihan, personal Tim Konservasi Laut tidak berperan sebagai pihak yang dilatih melainkan sudah pada tahap sebagai personal yang memberikan pelatihan meskipun cakupan pelatihan yang diberikan baru diakui oleh kalangan terbatas. Pada tahap ini, Laboratorium Kualitas Perairan diusahakan mendapatkan akreditasi untuk beberapa parameter kunci kualitas perairan baik parameter fisik, kimia maupun biologi. Laboratorium Alam mulai mendapat perhatian sebagai fasilitas pendukung riset kebijakan pengelolaan pesisir, sedangkan sarana dan prasarana Laboratorium Hidrolika Pantai mulai dipersiapkan sehingga di tahun 2010 ditargetkan sudah dapat beroperasi.

c. Tahap operasional (2010 – dst)

Pada tahap ini kemampuan Tim Konservasi Laut telah sesuai dengan apa yang diharapkan, dimana hasil risetnya telah dapat diakui dalam forum nasional maupun internasional. Selain itu, kemampuan personalnya pun sudah diakui dan banyak diundang sebagai pembicara atau narasumber dalam forum-forum ilmiah dan forum pengambilan kebijakan. Pada tahap ini laboratorium yang ada telah mendapatkan akreditasi secara penuh sehingga dapat dijadikan laboratorium rujukan dimana hasil analisis yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, pada tahap ini ditargetkan Laboratorium Hidrolika Pantai sudah mulai beroperasi dengan baik sehingga kajian ecological engineering dapat dilakukan di BROK.

3.2.1. Identifikasi Program Kerja

Program kerja Tim Konservasi Laut disusun berdasarkan visi dan misi BROK dimana ditargetkan pada tahun 2010 BROK telah menerapkannya sistem kerja berbasis oseanografi operasional. Dalam kerangka kerja BROK, Tim Konservasi Laut memiliki tugas untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kondisi lingkungan (kimia-biologi) baik dengan melakukan pengukuran langsung (insitu) maupun data sekunder untuk kegiatan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan.

Kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

(23)

19

a. Pemanfaatan observasi untuk konservasi sumberdaya kelautan.

b. Integrasi observasi kelautan dengan ecological engineering.

c. Pengembangan Laboratorium Alam.

Pada tahun 2010, melalui 3 kelompok kegiatan tersebut, Tim Konservasi Laut diharapkan dapat menghasilkan luaran (output) sebagai berikut:

a. Database observasi terpadu sumberdaya pesisir.

b. Prototipe pemantauan Kawasan Perlindungan Laut.

c. Prototipe teknologi pelindung pantai ramah lingkungan.

d. Pelayanan riset pendukung kebijakan pengelolaan pesisir.

e. Memberikan kontribusi PNBP dari Laboratorium Kualitas Perairan.

f. Terbentuknya kawasan wisata IPTEK BROK.

Tabel 3.4. Program Kerja Tim Konservasi Laut

No Sasaran Output Kegiatan Tahun Pelaksanaan

2006 2007 2008 2009 2010 1 Termanfaatkannya

observasi untuk konservasi sumberdaya kelautan

Database observasi terpadu sumberdaya pesisir

Prototipe sistem pemantauan Kawasan

Perlindungan Laut

Kontribusi PNBP dari Laboratorium

Observasi ekosistem mangrove, trumbu karang dan padang lamun

- Pemantauan kualitas perairan pesisir - Kajian marine species - Kajian estuari dan

laguna

Operasionhalisasi Laboratorium Kualitas Perairan

X X

X X

X X

X X X

X X

X X X

X X

X X X

X

2 Terintegrasi sistem observasi kelautan dengan ecological engineering untuk perlindungan pantai

Prototipe teknologi pelindung pantai ramah lingkungan

Geotekstil Greenbelt Artificial reef

X X X

X

X

3 Terbentuknya

Laboratorium Alam Pelayanan riset pendukung kebijakan lingkungan pesisir Kawasan Wisata IPTEK BROK

Artificial Mud Ecosystem Mangrove Nursery Mangrove silvofishery Laboratorium Dinamika Kesuburan Perairan Marine Camp Program

X X

X X X

X X

X X X

X X X X

X X X X

X

(24)

20 3.2.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung terselenggaranya kegiatan riset konservasi laut dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti tertera pada Tabel 3.5. Tujuan akhir dari terlengkapinya sarana dan prasarana Tim Konservasi Laut adalah terbentuknya 3 laboratorium, yaitu:

a. Laboratorium Kualitas Perairan

Laboratorium ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan analisis berbagai parameter lingkungan yang dibutuhkan BROK, instansi lain maupun masyarakat. Keberadaan laboratorium ini sangat penting artinya karena cukup banyaknya kegiatan yang memerlukan analisis laboratorium dimana analisis tersebut selama ini harus dilakukan di laboratorium yang lokasinya jauh dari BROK. Di sisi lain keberadaan laboratorium ini juga akan memberikan peluang bagi BROK untuk dapat eksis dan berkembang dalam memenuhi kebutuhan analisis instansi lain di luar BROK dan masyarakat yang ada di Jembrana dan sekitarnya. Untuk mengembangkan Laboratorium Kualitas Perairan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan peningkatan dan penambahan sarana dan prasarana laboratorium yang meliputi bahan analisis, peralatan analisis, literatur, penataan ruang, peningkatan daya listrik dan penyimpan daya.

b. Laboratorium Alam

Di Laboratorium Alam terdapat empat kegiatan rutin yang bertujuan untuk mengkaji ekosistem pesisir, yaitu artificial mud ecosystem, dinamika kesuburan perairan, dan mangrove nursery dan mangrove silvofishery. Kegiatan pada laboratorium ini mengarah kepada dukungan ilmiah suatu kebijakan maupun kajian dasar yang dianggap penting. Artificial mud ecosystem bertujuan untuk mengkaji biota yang mampu bertahan dan berkembang di ekosistem unik seperti luapan lumpur Sidoarjo, lumpur tambak dan percampuran antara lumpur panas Sidoarjo dengan lumpur tambak. Laboratorium Dinamika Kesuburan Perairan dibangun untuk mengetahui penyebab dan dinamika kesuburan perairan khususnya fitoplankton dengan membuat keadaan sebagaimana di alam dengan memanipulasi berbagai parameter kunci sehingga dapat diketahui perubahan kesuburan perairan terhadap perubahan lingkungan, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di Mangrove Nursery dan Mangrove Silvofishery adalah pemantauan jangka panjang pertumbuhan dan unsur-unsur yang terkait dalam memanfaatkan mangrove untuk konservasi dan kesejahteraan masyarakat.

c. Laboratorium Hidrolika Pantai

Fungsi habitat pesisir sebagai barrier wilayah pesisir sering diabaikan sehingga masyarakat cenderung untuk merusak atau menghilangkan habitat tersebut dan menggantikannya dengan struktur buatan yang dapat merusak lingkungan pesisir. Untuk itu, Laboratorium Hidrolika Pantai harus dibangun untuk melakukan kegiatan percobaan atau simulasi interaksi antara struktur ramah lingkungan dengan dinamika pantai, khususnya yang dipengaruhi oleh gelombang. Struktur yang akan diuji antara lain material geotekstil, mangrove, padang lamun, terumbu karang dan terumbu buatan.

Tabel 3.5. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Tim Konservasi Laut

No Program Kegiatan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan Ketersediaan 1 Pemanfaatan

observasi untuk konservasi sumberdaya laut

Observasi ekosistem mangrove, trumbu karang dan padang lamun

Kajian estuari dan

• Perlengkapan selam (pakaian selam, tabung selam, alat tulis bawah laut, senter bawah laut)

• Portable Water Quality,Under water Camera dan handycam

• DGPS

• Altimeter dan Water pas

• Transek kuadrat

Belum terpenuhi

Gambar

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan
Gambar 2.2. SDM PNS/CPNS di BROK tahun 2010 berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 2.4. Peralatan selam Tim Konservasi Laut
Tabel 2.5. Daftar peralatan Laboratorium Kualitas Perairan
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi riset sosial ekonomi kelautan dan perikanan, dan adanya perubahan organisasi dan tata kerja Kementerian Kelautan

Balai Besar Industri dan Balai Riset Standardisasi merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) di bawah Kementrian Perindustrian yang berperan dalam memberikan Pelayanan Jasa Teknis

Dalam mensukseskan program pemerintah disektor industri, Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh sebagai unit pelaksana teknis dibawah Badan Penelitian dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKRETARTAT BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA BRSDM KELAUTAN DIIN PERIKANAN TAHUN

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan tentang

BP2KSI merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang penelitian pemulihan dan konservasi sumber daya ikan perairan tawar dan

Organisasi Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) sesuai dengan PERMEN Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PERMEN KP NOMOR PER.34/MEN/2011 merupakan Unit

Realisasi Anggaran Balai Diklat Aparatur KKP pada tahun anggaran 2020 melaksanakan kegiatan yang terdiri dari 4 output yaitu penyelenggaraan pelatihan aparatur kelautan dan