• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Latar Belakang Sosial Budaya Melayu Serdang

2.2.1.2. Kecamatan Pantai Cermin

Pantai Cermin adalah sebua

- Kelurahan/Desa Ara Payung (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Besar 2 Terjun (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Celawan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kota Pari (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kuala Lama (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Lubuk Saban (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Naga Kisar (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kanan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kiri (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pematang Kasih (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Sementara (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Ujung Rambung (Kodepos : 20987)

Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Sergai

dengan pemandangan dan pantainya yang indah. Pantai Cermin juga memiliki sebuah

Theme Park yang cocok buat bermain anak. Objek wisata tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai

Peta Kecamatan Pantai Cermin

(Sumber

Dari paparan di atas, diketahui bahwa Desa Besar II Terjun berada di

Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian

ini mengambil lokasi di Desa Besar II Terjun. Perlu dijelaskan bahwa desa ini

dijadikan tempat penelitian, karena kebudayaan Melayu di desa ini masih kuat sejak

tahun 1941, dan sampai sekarang. Contoh, kebudayaan mereka untuk mengadakan

rapat adat yang diadakan di balai adat (berdiri sampai sekarang) bertempat di depan

kantor lurah. Hal ini membuktikan bahwa mereka masih memegang adat yang kuat.

Hanya saja adat menggunakan pepatah sudah berkurang dan sudah jarang digunakan (

informan 2: 2011).

Desa Besar II Terjun termasuk salah satu dari 12 desa Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dan desa Besar II Terjun menurut sejarahnya

dari Desa besar I Terjun dengan status tanah yang dipusakai masyarakat secara turun

temurun.

Sejarah kepemimpinan Desa Besar II Terjun sampai sekarang ini sudah

dipimpin oleh tujuh orang yaitu: Kamaruddin, Molkan, OK. Jamil, Harun Arrasyid,

Ahmat.J, Sayuti A.S. (terhitung dari tahun 1972 – 2007 selama 35 tahun), dan

diteruskan oleh Sulaimansyah mulai dari tahun 2007 sampai sekarang.

Kondisi geografi desa ini berada pada ketinggian tanah dari permukaan laut

yaitu 1-1,5 Meter, curah hujan rata-rata pertahun 225 MN, topografi yaitu dataran

rendah, dan suhu udara rata-rata 30%. Luas desa 600 Hektar (Ha) terdiri dari sawah

425 Ha, Pekarangan 135 Ha, kebun sawit 25 Ha, dan holtikultura (kebun sayur) 15

Ha. Desa ini berbatasan dengan sebelah Utara berbatas dengan desa Pantai Cermin

Kiri dan desa Pantai Cermin Kanan, sebelah Selatan berbatas dengan desa Lubuk

Cemara dan desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan, sebelah Timur berbatas dengan

desa Sementara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PTPN IV

ADOLINA. Jarak dari pusat pemerintahan propinsi lebih kurang 50 Kilometer. Untuk

lebih jelasnya keadaan geografis desa besar II Terjun dapat dilihat dari peta Desa

Desa Besar II Terjun terdiri dari delapan Dusun, dan jumlah penduduk

keseluruhannya adalah 4.136 orang (laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang tua),

mayoritas beragama Islam. Mata pencaharian di desa tersebut mayoritas petani,

selebihnya pedagang, pengrajin (anyaman tikar, atap rumbia, keranjang bumbu, dan

pembuat pisang sale), pegawai negeri dan swasta, dan wiraswasta. Fasilitas yang

dimiliki oleh Desa Besar II Terjun yaitu 4 gedung mesjid, 3 gedung musholla, 2

gedung SD.Negeri, dan 2 gedung Madrasah Diniyah Awaliyah. Sedangkan partai

politik yang berkembang di desa tersebut adalah Partai Golongan Karya, Partai

Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa,

Partai Bulan Bintang, dan Partai Gerindra. Inilah gambaran umum Desa Besar II

Terjun (sumber: laporan kependudukan bulan Juli 2011 dan ekspose desa Besar II

2.2.2. Pengertian Bahasa Melayu

Menurut Ridwan (2005:81-124) Bahasa Melayu (BM) sebagai sistem

mengisyaratkan keteraturan. BM merupakan penanda identitas masyarakat etnis

budaya Melayu, juga penanda identitas utama kehidupan manusia Melayu. Bahasa

Melayu kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya diekspresikan melalui

berbagai bentuk dan jenis kebahasaan ungkapan, kiasan, gurindam, seloka, pepatah,

yang selalu membekali manusia dengan peran tunjuk ajar untuk selalu berkehidupan

yang baik dan berbudi bahasa. Sikap berbahasa orang Melayu mencerminkan

sentuhannya dengan alam dan lingkungan yang menurut persepsi budaya dan

memiliki gejala-gejala hubungan antara sikap manusia dengan keyakinan, dambaan,

dan tata-krama seperti yang diungkapkan melalui hasil-hasil kesusastraan dan BM.

Bahasa Melayu cukup sarat dengan pesan-pesan yang bermanfaat dalam pembinaan

sikap hidup manusia yang berkepribadian dan melalui kata dan ungkapan bahasa

Melayu sesuai dengan pilar utama adat Melayu yang bernuansakan Islam.

Sinar (2002:111) mengatakan bahwa “Penutur Bahasa Melayu adalah

masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo lagues yang hidup berkelompok dan saling mempengaruhi”. Bahasa Melayu juga bersifat universal,

selalu menerima, tidak ekslusif, terbuka dan toleransi terhadap bahasa yang lain.

BMS merupakan salah satu dialek BM yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara.

BMS terdapat di Kabupaten Deli Serdang khususnya di Kecamatan Pantai Cermin

Kota Perbaungan. BMS memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi MM

dalam kegiatan sehari-hari dan upacara adat. Sementara itu, di luar wilayah

pemakaiannya, BMS digunakan oleh masyarakat Melayu Deli dan Batubara (Zein,

2009). Agar bahasa daerah Melayu tetap dapat berkembang, maka harus tetap

dilakukan pembinaannya. Dalam hal ini BMS diteliti berdasarkan semantik dalam

kajian makna emotif dalam nilai rasa dari salah satu sastra BMS yaitu pepatah.

Menurut Sinar (2002: 16) melalui ekspresi bahasa, sistem sosial akan dapat tergambar

latar belakang psikologis orang Melayu Serdang yang terkait pada cakupan emosi,

estetik, etika, moral, logika dan nasionalisme baik kepentingan individu maupun

kelompok.

2.2.3.Sekilas Tentang Folklor

Sastra lisan Melayu termasuk dalam folklor lisan. Menurut Danandjaja dalam

Pudentia (1998:54) Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar

dan diwariskan turun temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional

dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai

dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemoninic device). Ciri-Ciri Folklor sebagai berikut: (a) Penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; (b) Bersifat

tradisional; (c) Ada (exsist) dalam versi-versi bahkan dalam varian yang berbeda; (d)

Bersifat anonim; (e) Biasanya memiliki bentuk berumus; (f) Mempunyai kegunaan

(fungsi) dalam kehidupan bersama kolektifnya; (g) Bersifat pralogis; (h) Milik

bersama (kolektif); (i) Pada umumnya bersifat polos dan lugu. Fungsi Folklor

a) Sebagai sistem proyeksi (projective system)

b) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan;

c) Sebagai alat pedagogik

d) Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma masyarakat dan pengendalian

masyarakat.

Bentuk Folklor menurut Brunvand dalam Pudentia (1998: 54) berdasarkan

kategorinya, folklor digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu folklor lisan (verbal folklore), folklor sebagian lisan (party verbal) dan folklor bukan lisan (non verbal folklore).

a) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan.

Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan, ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo;

pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan

syair, cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda dan dongeng; dan nyanyian rakyat.

b) Folklor sebagian lisan

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran

unsur lisan dan bukan lisan. Yang termasuk golongan ini antara lain; kepercayaan

rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta

rakyat, dan lain-lain.

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, dibagi

menjadi dua yakni material dan nonmaterial. Bentuk folklor material: arsitektur

rakyat, misalnya bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya,

kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman

rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan bentuk nonmaterial: gerak isyarat

tradisional (gesture), bunyi, isyarat untuk komunikasi rakyat, misalnya kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang.

Menurut Pudentia (1998: 57) Macam-macam folkloryaitu:

a) Folklor humanis. Folklor humanis lebih menekankan pada aspek lor daripada

folk-nya. Merupakan jenis folklor yang terdiri dari kesusastraan lisan, seperti cerita

rakyat, takhyul, balada, dan sebagainya

b) Folklor modern. Folklor modern lebih menekankan pada aspek folk dan juga

lor-nya. semua unsur kebudayaan manusia asalkan diwariskan melalui lisan atau

dengan cara peniruan.

c) Folklor antropologis. Folklor antropologis lebih menekankan pada aspek folk

daripada lor-nya. Folklor antropologis lebih membatasi pada unsur-unsur

kebudayaan yang bersifat lisan saja (verbal arts) hanya pada jenis cerita prosa rakyat, teka-teki, peribahasa, syair rakyat dan kesusastraan lainnya.

Pepatah BMS termasuk dalam jenis folklor lisan. Unsur lisan yang terdapat

pada pepatah berupa leksem, bahasa figuratif dan metafora. Semua unsur lisan dalam

pada saat berbicara dengan orang lain dalam acara adat, bergaul dan menasihati

sesuai dengan kondisi pada saat berbicara.

2.2.4. Sastra Lisan Melayu

Sastra lisan dalam bahasa Inggrisnya disebut “oral literature” atau “orale letterkunde”, dalam bahasa Belanda, artinya adalah kesusastraan warga dalam suatu kebudayaan yang disebarkan turun-temurun secara lisan, yang memiliki fungsi yang

memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Darry dan Lord (dalam Sinar, 2002:213),

“ciri khas sastra lisan ialah lincah, selalu diciptakan dan dihayati kembali sesuai

dengan daya cipta pembawa dan penikmatnya”.

Tarigan (1979:4) diunduh dari (http://repository .usu.ac.id/bitstream /1234

56789/17847/5/Chapter%20I.pdf

Sastra lisan adalah hasil karya sastra yang tertua di dunia. Sastra lisan tetap

hidup dalam segala perubahan zaman. Sastra daerah bersifat lisan yang disebarkan

dari mulut ke mulut yang menggunakan bahasa sebagai media. Sastra lisan ini juga

merupakan tradisi lisan. Selanjutnya pengertian sastra lisan dikaitkan pada bagian

tradisi lisan. Menurut Robson dalam Yulisma, dkk, (1997:1) bahwa “tradisi lisan ) mengatakan ”sastra lisan adalah bagian dari

folklor. Folklor mencakup satra lisan dan bukan sastra lisan. Akan tetapi, biasanya

sastra lisan hanya berarti foklor yang lisan saja dan tidak mencakup

permainan-permainan dan tari-tarian rakyat, walaupun sastra lisan secara luas dapat mencakup

aneka ragam bentuk, seperti teka-teki, pepatah, sumpah serapah, guna-guna, sampai

hal-hal yang sukar di ucapkan dari permainan kata-kata. Akan tetapi, sastra lisan

bukan hanya ide satu orang, tetapi mungkin berasal dari masyarakat yang diangkat

oleh seseorang berkat ketajaman penghayatannya”.

Tradisi lisan memegang peran aktif dalam jangka waktu yang lama yang

dijadikan pedoman hidup. Tradisi lisan dilisankan dengan bahasa daerah dan berasal

dari bahasa daerah sehingga dapat menghasilkan sastra lisan daerah. Seperti yang

dikatakan Shiply (1962:102) dalam Yulisma, dkk, (1997:4) “Sastra lisan daerah

adalah jenis atau kelas karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut

tersebar secara lisan, anonim, dan menggambarkan kehidupan masyarakat masa

lampau”.

Sastra lisan dalam suku Melayu yaitu berupa pepatah. Sebagai sastra lisan,

penyebarannya sangat terbatas, dan mungkin akan perlahan-lahan hilang karena

penuturnya satu per satu meninggal dan generasi muda sekarang kurang berminat

terhadap sastra daerahnya. Maka akan punah juga cerminan jiwa, sikap, watak dan

peradaban manusia dalam tradisi. Seperti yang dikatakan Yulisma, dkk (1997:2)

bahwa “hilangnya kekayaan bahasa dan sastra itu akan hilang pulalah nilai – nilai

yang mencerminkan kekayaan jiwa, filsafat, watak, dan lingkungan peradaban yang

sudah terbentuk dan terbina dalam tradisi”. Dalam hal ini sastra Melayu dari dahulu

berubah terus, walaupun beberapa ragam dasar bertahan lama.

Pepatah dikategorikan ke dalam karya sastra, khususnya sastra Indonesia.

Dalam sastra Melayu Serdang, pepatah merupakan karya sastra lisan yang diucapkan

2.3. Pengertian Emosi

Emosi adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yakni ‘emotion’. Emosi digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan

yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Menurut Goleman (1997)

dalam Safaria dan Saputra (2009:12) ”emosi dalam makna paling harfiah

didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari

setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi yang merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran-pikiran yang khas suatu keadaan biologis dan psikologis, dan

serangkaian kecenderungan bertindak. Chaplin (2002) dalam

Safaria dan Saputra, 2009:12) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang

terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang

mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

Charles Darwin dalam Astrada, (2008:49) menemukan bahwa beberapa

ekspresi emosi bersifat bawaan, universal, lintas budaya, lintas spesies yang terdapat

pada beragam jenis makhluk hidup. Izard dalam Astrada (2008:49) mengatakan

“ekspresi emosi seperti senang, kaget, sedih, amarah, sebal, jijik dan takut ditemukan dalam berbagai budaya manusia baik yang melek maupun buta huruf. Plutchik dalam

Mahriyuni (2009:43) mengategorikan emosi ke dalam beberapa segmen bersifat

positif dan negatif (they are positive or negative), primer dan campuran (they are primary or mixed), banyak yang bergerak ke kutub yang berlawanan (many are polar and opposites), dan intensitasnya bervariasi (they vary in intensity). Jadi emosi adalah satu ciri jiwa manusia yang memamerkan perasaan-perasaan kuat yang berpuncak

daripada psikologi (mental) seseorang dan emosi dapat berlaku secara naluri

bergantung pada situasi.

Menurut Wierzbicka (1996), emosi diekspresikan dalam bentuk verbal

maupun nonverbal. Misalnya menulis dalam kata-kata, dan perubahan ekspresi

wajah. Ekspresi dari kedua bentuk tersebut dapat berupa sedih, marah, takut, senang, bahagia, ceria, atau cinta. Pengategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang

terhadap emosi yang dialami, berdasarkan nilai positif dan negatif, dan kedekatan

makna antara kata-kata emosi, dan lainnya.

Dari pendapat para pakar di atas, dihubungkan dalam emosi Melayu yaitu

emosi merupakan luapan perasaan seseorang yang terpendam berupa marah, sedih, senang, malu, bosan, benci, dan ego dari jiwa Melayu. Emosi adalah bagiandari alam dan makhluk ciptaan Allah. Awang, dkk (2005:199) mengatakan “emosi dapat

dikaitkan dengan permasalahan hubungan antara manusia dengan manusia, dan

manusia dengan Tuhan. Semua emosi dikenal sebagai bagian dari kognitif atau

kemauan-kemauan yang terjadi secara sadar”.

Awang, dkk (2005:173-174) menyatakan “luapan emosi Melayu selalu

direalisasikan dengan mengunakan pepatah. Sebagaimana pepatah merupakan hasil

dari sastra lisan, pepatah sebagai media ekspresi emosi bangsa Melayu digunakan

untuk mendidik masyarakat supaya menghayati nilai-nilai akhlak mulia dan budaya

bangsa. Emosi Melayu berhubungan dengan budaya, contohnya: emosi dendam yang

martabat, dan sistem nilai. Emosi Melayu yang lebih tinggi derajatnya adalah emosi

malu dan marah, yaitu” Orang Melayu mempunyai konsep malu yang lebih tinggi”. Konsep malu telah menetapkan dan memerlukan cara seseorang individu Melayu

bertingkah laku dalam amalannya sehari-hari sehingga dapat memperlihatkan nilai

yang suci dan murni dalam keseluruhan hidupnya. Oleh karena itu emosi yang

dinyatakan dalam setiap petuturan sebaiknya dipilih ungkapan yang tidak mempunyai

makna langsung. Hal ini dilakukan karena apabila lawan bicara yang terkena

ungkapan emosi langsung tidak akan bersenang hati dan memikirkan cara untuk

melakukan dan akhirnya terpengaruh dengan situasi yang lebih emosional sifatnya.

2.3.1. Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu

pertama; emosi positif atau afek positif; yang memberikan dampak menyenangkan

dan menenangkan. Jenis dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru dan senang.

Penentuan emosi dasar MMS berdasarkan pada pemakaian kata-kata emosi

atau nama-nama emosi yang menggambarkan jiwa mereka, dan gambaran itu adalah

emosi yang sesungguhnya. Emosi dasar memiliki bentuk ungkapan emosi (tingkah

laku tertentu) yang melekat dan diketahui dengan baik oleh informan (Mahriyuni,

2009:136).

Menurut Mahriyuni (2009:137) dari hasil penelitian tentang emosi Bahasa

Melayu Serdang, emosi dasar Melayu Serdang yang diperoleh dari emosi penutur

benci. Jenis emosi dasar dan bentuknya yang muncul berdasarkan rasa/perasaan MMS adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar Melayu Serdang (Mahriyuni, 2009: 141)

No Jenis Emosi Makna

1 Senang Suke, bahagie, puas, gembire, gemar, hoji, cinte, damai, enak, nikmat, sedap, bangge, riang, kaseh, sayang, birahi, tenang, ikhlas, tenteram, rindu, dendam, leluase, lege, sejahtere

2 Sedeh Susah, duke, gundah, saket, haru, sedu, sengsare, gelisah, merane, nyeri, lare, pedeh, ibe, pilu, terenyuh, khawatir, cemas, lelah, leteh, lesu, lemas, lelah, lunglai, hamper, penat

3 Marah geram, palak, garang, gemas, jengkel, kecewa, kesal 4 Malu hina, canggung, riseh, segan, kaku, rimas, malas, sungkan

5 Takut Tesiau, khawatir, ngeri, gentar, tegang, tekimput, gelisah, bimbang. cemas, gamang, seram, bingung, kacau, tebere, resah, sangsi, ragu, curige, gugup kalut.

6 Bosan muak, luat, muntah, jijik, mual

7 Benci Iri, hambar, jijik, dengki, cemburu, sirik

2.3.2. Makna Emotif dari Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Makna dalam pepatah berupa ajaran, pendidikan, petunjuk, peringatan,

nasihat, sindiran dan pujian yang termasuk dalam makna emotif dengan

menngunakan kajian semantik kognitif. Dalam menentukan makna dilakukan

pendefinisian makna berdasarkan kelompok emosi dasar MMS.

Tabel 2. Berikut definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar senang:

(Mahriyuni, 2009: 142)

No Jenis Emosi Makna

1 Senang puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, betah, berbahagia, suka, gembira, sayang, keadaan baik, mudah, serba mudah.

2 Suka berkeadaan senang, girang hati, mau, sudi, rela, menaruh simpati, setuju, menaruh kasih sayang, acak mudah sekali.

3. Bahagia keadaan atau perasaan senang dan tenteram.

4. Gembira suka, bahagia, bangga, snang, rinag, senang hati, bersuka cita, ria. 5. Ikhlas Bersih hati, tulus hati.

6. Lega Lapang, luas, tidak sempit, berasa senang, tidak sibuk. 7. Puas Merasa senang karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. 8. Girang Riang, gembira

No Jenis Emosi Makna 11. Sejahtera Aman sentosa dan makmur

12. Hoji Perasaaan hati dalam keadaan suka terhadap suatu benda 13. Ria Riang, suka cita, gembira ramai.

14. Damai Tidak ada perang, tidak ada kerusuhan. 15. Cinta Suka sekali, saying

16. Sayang Kasih sayang, cinta kasih, amat suka akan mengasihi 17. Bangga Besar hati, merasa gagah.

18. Gemar Suka sekali.

19. Leluase Lapang, bebas, tidak terbatas, berbuat sesuka hati.

20. Rindu Sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu.

21. Sedap Enak, tentang perasaan pada umumnnya, bersih dan rapi, harum baunya, lezat.

22. Dendam Perasaan rindu, menaruh cinta kasih.

Makna emosi dasar senang, dalam masyarakat Melayu Serdang merupakan dimensi semantik reaksi perasaan yang timbul melalui perasaan dari rasa nikmat,

gairah, atau keinginan karena melakukan sesuatu dan suka terhadap seseorang.

Penyebab munculnya perasaan senang, yaitu karena memperoleh hasil yang

diharapkan, mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan akhir tercapai, masalah

yang diemban sudah selesai, mendapatkan kabar yang baik, sudah sampai pada

tujuan, melakukan pekerjaan yang diminati, mendapatkan pujian, mendapatkan

perhatian, cinta dan kasih sayang. Semua peristiwa yang dipaparkan adalah

merupakan emosi dasar senang pada MMS.

Tabel 3. Definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar sedeh: (Mahriyuni, 2009: 145)

No Jenis Emosi Makna

1 Sedeh Susah hati, sangat pilu, berduka cita

2 Merane Lama menderita sakit, selalu sakit-sakit, selalu menderita sedih. 3. Gundah Sedih, bimbang, gelisah.

4. Pedeh Berasa sakit hati, bercampur sedeh. 5. Pilu Sangat sedeh, terharu.

6. Ibe Belas kasihan, merasa terharu dan kasihan 7. Sedu Sedih, susah hati, sedeh hati.

8. Terenyuh Terharu dan sedih sekali.

9. Hampe Tidak berisi, kosong, tidak bergairah, tidak ada hasilnya, bodoh, tidak berpengetahuan.

No Jenis Emosi Makna 10. Duke Susah hati, sedih hati.

11. Letih Tidak bertenaga, sedih sekali.

12. Lesu Tidak berdaya sama sekali karena lelah. 13. Lelah Penat, payah, tidak bertenaga.

14. Lemah Tidak kuat, tidak bertenaga, tidak tegas 15. Ngeri Berasa takut atau khawatir.

16. Haru Kasihan, iba karena mendengar/melerai sesuatu. 17. Sengsare Kesulitan atau kesusahan hidup, kesukaran.

Makna emosi dasar sedeh, dalam MMS merupakan dimensi semantik reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan oleh sesuatu kehilangan atau masalah.

Berdasarkan klasifikasi jenis dan makna emosi yang dihasilkan menunjukkan

ekspresi negatif pada seseorang dari pengalaman hidup. Tetapi ada juga yang

menunjukkan ekspresi positif seperti perasaan emosi terenyuh, ibe, dan terharu, bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Tabel 4. Definisi makna emosi tergolong dalam makna emosi dasar marah (Mahriyuni, 2009: 147)

No Jenis Emosi Makna

1 Marah Merasa sangat tak senang dan panas karena diperlakukan kurang baik, gusar, berang

1. Geram Marah sekali, gemas.

3. Palak Panas hati, marah, merasa benci, kesal, menjadi sangat berani. 4. garang Pemarah lagi bengis, galau, ganas.

5. Jengkel Kesal, perasaan mendongkol.

6. Kecewe Kecil hati, tidak puas, cela, cacat, tidak berhasil. 7. Kesal Mendongkol, sebal, kecewa, tidak suka, jemu.

Makna emosi dasar marah, dalam MMS merupakan dimensi semantik reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan karena tidak tercapainya suatu tujuan, merasa

tidak puas terhadap sesuatu atau seseorang. Klasifikasi emosi marah dari leksem

geram dan palak, termasuk kedalam kelompok negatif, karena menimbulkan perasaan

Dokumen terkait