• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH

NASIHAT BAHASA MELAYU SERDANG

TESIS

Oleh :

JUAIRI HIKMAH

NIM : 097009035/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH

NASIHAT BAHASA MELAYU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Pada Program Studi Linguistik

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

JUAIRI HIKMAH

NIM : 097009035/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Analisis Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat

Bahasa Melayu Serdang

Nama Mahasiswi : Juairi Hikmah

Nomor Induk : 097009035

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Linguistik

Menyetujui Komisaris pembimbing

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.Ph.D) (Dr. Mahriyuni, M.Hum

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Telah Diuji pada

Tanggal 17 Desember 2011

____________________________________________________________________

Panitia penguji tesis:

Ketua

:

Prof. T. Silvana Sinar, M.A.Ph.D

Anggota : 1. Dr. Mahriyuni, M.Hum

2. Dr.Eddy Setia, M. Ed. TESP

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis makna emotif dalam pepatah Bahasa Melayu Serdang (BMS), yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS) di daerah Pantai Cermin. Studi ini memokuskan pada makna emotif dalam pepatah BMS, yaitu bagaimana makna emotif yang terdapat dalam pepatah berdasarkan pada emosi dasar Melayu, menemukan makna tersirat dalam pepatah, dan menelaah makna emotif dan perangkat emotif yang dominan dalam pepatah BMS dalam mempengaruhi jiwa, sikap, karakter, cara berbicara, bersopan-santun, cara berpikir, dan bergaul dalam masyarakat.

Teori yang digunakan adalah teori semantik kognitif. Teori ini berhubungan dengan emosi dan pikiran. Teori semantik untuk menelaah emosi digunakan perangkat fonetik (tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat), perangkat leksikal (bahasa figuratif/kias yang menajamkan arti dan membandingkan), dan perangkat sintaksis (pengulangan kata, arahan kata, urutan kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata keterangan).

Sumber data yang digunakan adalah emosi dasar Melayu Serdang (kajian terdahulu), dan pepatah BMS. Data diambil melalui instrumen penelitian, dan rekaman suara informan. Data diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif.

Berdasarkan pepatah BMSB yang diperoleh, berjumlah 93 (Sembilan puluh tiga) pepatah, yang berfungsi untuk menasihati antara orang tua dengan anak, dan antar sesama warga. Selain itu pepatah berfungsi untuk menyindir, memperingatkan, berdiplomasi,dan memuji. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan pepatah berdasarkan pada acara adat pernikahan, khitan/Sunat Rasul, khatam Al-Qur’an ke dalam perangkat emotif, dan menginterpretasikan bahasa figuratif atau metafora leksikal yang digunakan dalam pepatah BMS.

Hasil analisis makna emotif berdasarkan pada emosi dasar Melayu dan perangkat emotif, diperoleh makna emotif senang ada 39, sedeh ada 13, marah ada 22, benci ada 4, malu ada 6, takut ada 5, dan bosan ada 6 pepatah. Perangkat emotif fonetik ada 16, perangkat leksikal ada 93, dan perangkat sintaksis ada 29 pepatah. Makna emotif dalam pepatah BMS memengaruhi sikap, karakter, dan cara berbicara seseorang dalam kehidupan. Dari jumlah yang dipaparkan makna emotif senang dan perangkat leksikal adalah yang dominan dalam pepatah BMS.

Emosi Melayu dipengaruhi oleh keadaan alam, tempat tinggal, dan tumbuh-tumbuhan disekitarnya. Bahasa Melayu melambangkan bangsanya. Bahasa Melayu selalu menngunakan bahasa figuratif dan metafora leksikal untuk membandingkan dan menajamkan arti, serta untuk membuat bahasa Melayu lebih sopan, halus, dan lembut. Pepatah BMS tidak hanya memiliki makna kebahasaan, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya, jiwa, karakter yang positif yang bercondong pada ajaran Islam. Hal ini menjadi pedoman hidup bagi MMS khususnya, untuk manusia pada umumnya. Selain itu berguna untuk membentuk kepribadian baik yang berguna bagi nusa dan bangsa.

(6)

ABSTRACT

This research analysis emotive meaning of Pepatah in Serdang Malay Language (SML). It is spoken by Serdang Malay Community (SMC) in Pantai Cermin. This study focuses on the emotive meaning of Pepatah in SML, they are: what kinds of emotive meanings of pepatah based on the basic Malay emotive, find the inside meaning of pepatah find the emotive meaning, and find the dominant emotive meaning of Pepatah in SML influencing the soul, character, the way of speaking, politeness, the way of thinking, and friendness in community.

This research uses cognitive semantic theory which relate to the emotion and mindset .The semantic theory which analyses emotion uses the phonetic device (the stress and strong aspiration), lexical device (figurative or metaphor to compare and intensify of meaning), and syntax device (word reduplication, word mobility, word parallel in verb, adjective or adverb).

This research uses the basic Malay emotion of Serdang (the previous research), and Pepatah in SML as the source of data. Data is taken from research instrument, interview, and informan, processed by descriptive qualitative method.

Based on the data, there are 93 Pepatah which function as advice between parents and children, and among communities in their daily life of them. In addition, its function as allusion, warning, diplomacy, and praise. The analysis is done by classifying pepatah based on cultural ceremony i.e. wedding ceremony, khitan/sunat Rasul, khatam Al-Qur’an), in emotive device and interprate the figurative or metaphor of Pepatah in SML.

Analysis of emotive meaning based on the basic Malay emotion and emotive device are 39 data of senang , 13 data of sedeh , 22 data of marah, 4 data of benci 4, 6 data of malu 6, 5 data of takut 5, and 6 data of bosan emotives. There are 16 data of Phonetic device, 93 data of lexical device, and 29 data of syntax device. The amount which is described, emotive meaning in senang and lexical device are dominated in Pepatah in SML.

Malay emotion is influenced by the condition of nature, residence, and the plants around it. Malay language symbolize nation. Malay language always uses figurative and lexical metaphor to compare and intensify the meaning, as well as makes Malay language is more polite, and softer. Pepatah in SML not only has language meaning, but it also describes the values of culture, soul, positive character which tendence to the education of Islam (moslem). It becomes way of life specially to the Malay communities, and to the human life in general. In addition, it is for perform good character of teenagers for the country.

(7)

PERNYATAAN

ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH

NASIHAT BAHASA MELAYU SERDANG

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya

sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil

karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara

jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini

bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya

bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangaan yang berlaku.

Medan, 17 Desember 2011

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya tulisan ini dapat selesai dengan baik. Tulisan yang berjudul Analisis

Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang, merupakan tugas

akhir untuk mencapai gelar Magister Humaniora.

Analisis semantik dan emotif dengan judul ”Analisis Makna Emotif dalam

Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang” merupakan penelitian yang menganalisis

makna emotif melalui tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat pada saat

mengucapkan pepatah, makna emotif yang tersirat dari pepatah melalui bahasa

figuratif atau metafora yang dipakai, dan dari urutan kata kerja, kata sifat, kata

keterangan yang disusun secara pararel atau adanya arahan kata dalam pepatah yang

menajamkan arti atau maksud. Pepatah berpengaruh dalam kehidupan sosial

Masyarakat Melayu Serdang.

Akhir kata, kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran

yang membangun untuk penulisan tesis ini penulis harapkan dari pembaca

Medan, 17 Desember 2011 Penulis,

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya tulisan ini dapat selesai dengan baik. Tulisan ini berjudul: Analisis

Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang.

Tesis ini ditulis sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Humaniora

pada Program Studi Linguistik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

(USU).

Penulis merasa bersyukur karena tulisan ini akhirnya dapat selesai juga setelah

menjalani beberapa hambatan yang sangat berat, dan terwujud dalam bentuk tesis.

Tulisan ini dapat selesai atas adanya bantuan moril dan materil dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat yang setinggi-tingginya

dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Prof. T. Silvana

Sinar, MA, Phd., selaku pembimbing I dan sekaligus Ketua Program Studi S2

Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU), atas kesabaran,

kepedulian, arahan, motivasi, bantuan moril dan materil, dan waktu yang disediakan

beliau untuk memberikan bimbingan pada penulis untuk kesempurnaan penulisan

tesis ini.

Rasa hormat dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepad Dr. Mahriyuni,

M.Hum selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaraan dan kasih sayang, mengerti dan memahami kesulitan yang dialami penulis

(10)

semangat dan melanjutkan penulisan tesis ini sampai selesai, dan banyak hal lagi

yang dilakukan beliau untuk kesempurnaan dan selesainya tesis ini.

Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor USU, Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.Ak. yang

telah mengizinkan penulis untuk menjadi mahasiswa Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara (USU).

2. Dirjen Dikti yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

memperoleh beasiswa S2 di Sekolah Pasca Sarjana USU.

3. Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Ir.

A. Rahim Matondang, MSIE, yang telah memberikan kesempatan pada penulis

untuk kuliah dan menambah ilmu pengetahuan di bidang linguistik.

4. Dr.Eddy Setia, M. Ed. TESP, selaku dosen penguji I, yang telah menyediakan

waktu dan kritikan-kritikan tajam dan membangun yang menyempurnakan tesis

ini menjadi suatu karangan ilmiah yang benar.

5. Dr. T. Thyrhaya Zein, MA, selaku dosen penguji II, yang telah memberikan

kesediaan waktu, kritikan-kritikan yang membangun, dan informasi yang

berhubungan dengan lokasi penelitian.

6. Dosen-dosen Sekolah Pasca Sarjana USU yang telah memberikan ilmu yang

tidak terhingga dan tak dapat tergantikan dalam bentuk materi pada penulis

sehingga ilmu dan wawasan penulis bertambah.

7. Staf pegawai Sekolah Pasca Sarjana USU dan Pusat bahasa USU yang telah

(11)

8. Informan-informan dalam penulisan tesis ini, yaitu: Bapak Zainuddin, Bapak

Dtk. Sayuti A.S, Bapak H. Asraruddin S.os/Hasanuddin M.Z, Bapak T.

Syahruardy, Bapak Drs. Muhammad Takari Jilin, M.Hum, Ph.D, Bapak Drs.

Shafwan Hadi Umry, M.Hum, dan Bapak Azrai, SS. MSP, atas semua bantuan,

motivasi, ide yang positif, terutama informasi yang akurat tentang pepatah

sebagai data dalam tesis ini.

9. Ibu ku tercinta, Hj. Halimah, orang tua ku, tinggal satu-satunya di dunia, yang

selalu memberikan do’a dan dukungan yang tak henti-hentinya, walau dalam

keadaan apapun beliau tak pernah putus asa. Ibu ku yang menjadi motivasi utama

sehingga penulis bertekad mengikuti test untuk beasiswa di sPs USU. Apapun

yang penulis raih di sPs USU, hal itulah yang akan penulis sembahkan buat Ibu

ku agar bisa tersenyum senang dan bahagia. Tersenyumlah mak, anak mu sudah

di penghujung perjuangan meraih kesuksesan. Terima kasih juga buat kakak dan

abang penulis yang selalu membantu dalam banyak hal sehingga penulis merasa

tegar dalam menjalani hidup.

10. Teman-teman ku: Erni, Pak Sulaiman, Tanti,Yelly, dan Dewi, takkan pernah ku

lupakan hal-hal manis yang pernah kalian berikan dalam hidup Ku terutama

dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Takkan pernah ku lupakan bantuan yang diberikan oleh adik angkat ku yaitu:

Otto dan Chandra yang telah bersedia membantu dan menemani penulis dalam

(12)

Ucapan terima kasih ini, masih banyak lagi yang ingin disampaikan penulis

kepada banyak pihak. Mereka telah membantu penelitian dan penulisan penelitian ini

sehingga menjadi sempurna. Banyak pihak tersebut tidak mungkin disebutkan oleh

penulis satu persatu. Semoga kebaikan dan bantuan kalian yang diberikan kepada

penulis hanya Allah yang bisa membalasnya.

Medan, 17 Desember 2011

Penulis,

(13)

RIWAYAT HIDUP

I. Biodata:

Nama lengkap : Juairi Hikmah

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 6 Juli 1975

NIM : 097009035

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah : A

Alamat : Jl. Brigjend Zein Hamid Km. V Gg. Keluarga

No. 14 Medan

Pekerjaan : Staf Pengajar Tetap Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TRIGUNA DHARMA

Medan II. Riwayat Pendidikan Formal : 1. SDN 060900 Medan, Tahun 1988

2. SMPN 2 Medan, Tahun 1991

3. SMEA AL-AZHAR Medan, Tahun 1994

4. D3 Sekolah Tinggi Bahasa Asing Swadaya Medan, Tahun 1997 5. D1 Medan Politeknik, Tahun 1999

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

ABSTTRACT ………...ii

PERNYATAAN ...iii

KATA PENGANTAR ………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...………...v

RIWAYAT HIDUP ………..ix

DAFTAR ISI ………...x

DAFTAR SINGKATAN ....………...xvi

DAFTAR BAGAN ...………..xvii

DAFTAR TABEL ………..xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………..1

1.2. Identifikasi Masalah ………..7

1.3. Batasan Masalah ………..7

1.4. Rumusan Masalah ………..7

1.5. Tujuan Penelitian ………..8

1.6. Manfaat Penelitian ………..8

1.6.1. Manfaat Teoretis ………...8

1.6.2. Manfaat Praktis ………...9

(15)

2.2. Latar Belakang Sosial Budaya Melayu Serdang ………....…...10

2.2.1. Gambaran Umum Desa Besar II Terjun ……….12

2.2.1.1. Kabupaten Serdang Bedagai………..12

2.2.1.2. Kecamatan Pantai Cermin………..15

2.2.2. Pengertian Bahasa Melayu ………..19

2.2.3. Sekilas Tentang Folklor .………. …..20

2.2.4. Sastra lisan Melayu ………23

2.3. Pengertian Emosi ……….. ………...25

2.3.1. Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang ..………..27

2.3.2. Makna Emotif dari Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang………28

2.3.3. Teori Semantik Kognitif…… ……….………..33

2.3.4. Makna Emotif ……..……….……….36

2.3.4.1.Overtone Emotif………..37

2.3.4.2. Sumber-sumber Overtone Emotif...…………...39

2.3.4.3 Perangkat Emotif (Emotive Device)..………..40

2.4. Aspek – aspek Makna …………..………..………..42

2.5. Pepatah………...………. ………..………45

2.5.1. Jenis-Jenis Pepatah ……... …………..………...46

2.5.2. Kedudukan dan Fungsi Pepatah ……….…………..……….47

2.5.2.1. Nasihat…… … ……….………..48

(16)

2.5.2.3. Pujian……….………..48

2.5.2.4. Bahasa Diplomasi...….………...49

2.6. Kajian Terdahulu ………...49

2.6.1. Pepatah-Petitih Dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh

Iper, Dkk, 1997 ………..49

2.6.2. Emosi Melayu (Pepatah Melayu: Hubungan Antara

Emosi Melayu Dengan Pemikiran Sufisme) oleh

Awang, Dkk, 2005………...51

2.6.3. Representasi Ideologi Masyarakat Melayu Serdang dalam

Teks Situasi dan Budaya oleh T. Thyrhaya Zein ,2009………52

2.6.4. Konfigurasi Medan Leksikal Emosi Bahasa Melayu

Serdang oleh Mahriyuni, 2009………...54

2.6.5. Ciri Akustik Bahasa Melayu Serdang (BMS) oleh

T. Silvana Sinar dan T. Syarfina, 2010………...55

2.6.6. Ungkapan Verbal Etnis Melayu dan Pemeliharaan

Lingkungan oleh T. Silvana Sinar, 2010………...56

2.6.7. Pergeseran Leksikon Kuliner Melayu Serdang

Terhadap Remaja Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai oleh Sinar, 2011 ………58

2.6.8. Pergeseran Pepatah Nasihat pada Remaja

(17)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian…… ……….………..60

3.2. Lokasi Penelitian………..…..………62

3.3. Sumber data………...62

3.4. Instrumen Penelitian ………...………..62

3.5. Teknik Pengumpulan Data………..………..63

3.6. Teknik Analisis Data ………..………...………...64

3.6.1. Reduksi Data ……….64

3.6.2. Model data (Display Data) ...………..65

3.6.3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan ………...66

BAB IV PAPARAN DATA 4.1. Pengantar ………..………...68

4.2.Kumpulan Pepatah Bahasa Melayu Serdang (BMS) Berdasarkan Jenis, Fungsi, dan Artinya dalam Acara Ada Pernikahan …………...………..68

4.3. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis, Fungsi, dan Artinya dalam Acara Adat Khatam Al-Qur’an.…..…………..71

4.4. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Khitan/Sunat Rasul .…..…………..73

4.5. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis Fungsi

(18)

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1. Pengantar ………...………..77

5.2. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada

Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul

Adat Melayu Menggunakan Perangkat Fonetik…...77

5.3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS

pada Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an Adat

MelayuMenggunakanPerangkat Leksikal...83

5.4. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS

pada Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul

Al-Qur’an Adat Melayu Menggunakan Perangkat Sintaksis...111

5.5. Makna dan Perangkat Emotif yang Dominan dalam Pepatah

BMS dalam Upacara Pernikahan Khatam Al-Qur’an

dan Sunat Rasul Adat Melayu………119

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ………..………...131

6.2. Saran ………..………...133

DAFTAR PUSTAKA ………135

LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambar Rumah Balai Adat Desa Besar II Terjun Kecamatan

(19)

Lampiran 2: Instrumen Penelitian ………...140

Lampiran 3: Lembar Biodata Informan ………...150

Lampiran 4: Tabel Analisis Penelitian Pepatah BMS………...153

Lampiran 5: Surat Pengantar Penelitian ………...172

Lampiran 6: Surat Izin Penelitian dari Kelurahan……….173

(20)

DAFTAR SINGKATAN

MMS : Masyarakat Melayu Serdang

BMS : Bahasa Melayu Serdang

MS : Masyarakat Serdang

MM : Masyarakat Melayu

MS : Melayu Serdang

(21)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Proses Pengumpulan Data : Model Interaktif ……….61

(22)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar MS (Mahriyuni, 2009:147)………..……….28

Tabel 2. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar………..28

Senang MS (Mahriyuni, 2009:142)

Tabel 3. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…… ……….29

Sedeh MS (Mahriyuni, 2009:142)

Tabel 4. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar………..30

Marah MS (Mahriyuni, 2009:147)

Tabel 5. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar….……….31

Malu MS (Mahriyuni, 2009:147)

Tabel 6. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar………..31

Benci MS (Mahriyuni, 2009:148)

Tabel 7. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar………..32

Takut MS (Mahriyuni, 2009:148)

Takut 8. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…….……….32

Bosan MS (Mahriyuni, 2009:149)

Tabel 9. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat...………...69

Pernikahan MS

Tabel 10. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat………...72

Khatam Al-Qur’an MS

Tabel 11. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat…………..………73

(23)

Tabel 12. Kumpulan Pepatah BMS yang sudah Modern...……..………75

Dalam Kehidupan MS

Tabel 13. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Senang…...………...121

Tabel 14. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Sedeh…..………..123

Tabel 15. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Marah……..………...124

Tabel 16. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Benci..………...125

Tabel 17. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Malu……...………...125

Tabel 18. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Takut…..….………..126

Tabel 19. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Bosan………..……..…….127

Tabel 20. Makna Emotif dan Perangkat Emotif yang Dominan dalam.…..……….128

(24)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis makna emotif dalam pepatah Bahasa Melayu Serdang (BMS), yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS) di daerah Pantai Cermin. Studi ini memokuskan pada makna emotif dalam pepatah BMS, yaitu bagaimana makna emotif yang terdapat dalam pepatah berdasarkan pada emosi dasar Melayu, menemukan makna tersirat dalam pepatah, dan menelaah makna emotif dan perangkat emotif yang dominan dalam pepatah BMS dalam mempengaruhi jiwa, sikap, karakter, cara berbicara, bersopan-santun, cara berpikir, dan bergaul dalam masyarakat.

Teori yang digunakan adalah teori semantik kognitif. Teori ini berhubungan dengan emosi dan pikiran. Teori semantik untuk menelaah emosi digunakan perangkat fonetik (tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat), perangkat leksikal (bahasa figuratif/kias yang menajamkan arti dan membandingkan), dan perangkat sintaksis (pengulangan kata, arahan kata, urutan kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata keterangan).

Sumber data yang digunakan adalah emosi dasar Melayu Serdang (kajian terdahulu), dan pepatah BMS. Data diambil melalui instrumen penelitian, dan rekaman suara informan. Data diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif.

Berdasarkan pepatah BMSB yang diperoleh, berjumlah 93 (Sembilan puluh tiga) pepatah, yang berfungsi untuk menasihati antara orang tua dengan anak, dan antar sesama warga. Selain itu pepatah berfungsi untuk menyindir, memperingatkan, berdiplomasi,dan memuji. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan pepatah berdasarkan pada acara adat pernikahan, khitan/Sunat Rasul, khatam Al-Qur’an ke dalam perangkat emotif, dan menginterpretasikan bahasa figuratif atau metafora leksikal yang digunakan dalam pepatah BMS.

Hasil analisis makna emotif berdasarkan pada emosi dasar Melayu dan perangkat emotif, diperoleh makna emotif senang ada 39, sedeh ada 13, marah ada 22, benci ada 4, malu ada 6, takut ada 5, dan bosan ada 6 pepatah. Perangkat emotif fonetik ada 16, perangkat leksikal ada 93, dan perangkat sintaksis ada 29 pepatah. Makna emotif dalam pepatah BMS memengaruhi sikap, karakter, dan cara berbicara seseorang dalam kehidupan. Dari jumlah yang dipaparkan makna emotif senang dan perangkat leksikal adalah yang dominan dalam pepatah BMS.

Emosi Melayu dipengaruhi oleh keadaan alam, tempat tinggal, dan tumbuh-tumbuhan disekitarnya. Bahasa Melayu melambangkan bangsanya. Bahasa Melayu selalu menngunakan bahasa figuratif dan metafora leksikal untuk membandingkan dan menajamkan arti, serta untuk membuat bahasa Melayu lebih sopan, halus, dan lembut. Pepatah BMS tidak hanya memiliki makna kebahasaan, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya, jiwa, karakter yang positif yang bercondong pada ajaran Islam. Hal ini menjadi pedoman hidup bagi MMS khususnya, untuk manusia pada umumnya. Selain itu berguna untuk membentuk kepribadian baik yang berguna bagi nusa dan bangsa.

(25)

ABSTRACT

This research analysis emotive meaning of Pepatah in Serdang Malay Language (SML). It is spoken by Serdang Malay Community (SMC) in Pantai Cermin. This study focuses on the emotive meaning of Pepatah in SML, they are: what kinds of emotive meanings of pepatah based on the basic Malay emotive, find the inside meaning of pepatah find the emotive meaning, and find the dominant emotive meaning of Pepatah in SML influencing the soul, character, the way of speaking, politeness, the way of thinking, and friendness in community.

This research uses cognitive semantic theory which relate to the emotion and mindset .The semantic theory which analyses emotion uses the phonetic device (the stress and strong aspiration), lexical device (figurative or metaphor to compare and intensify of meaning), and syntax device (word reduplication, word mobility, word parallel in verb, adjective or adverb).

This research uses the basic Malay emotion of Serdang (the previous research), and Pepatah in SML as the source of data. Data is taken from research instrument, interview, and informan, processed by descriptive qualitative method.

Based on the data, there are 93 Pepatah which function as advice between parents and children, and among communities in their daily life of them. In addition, its function as allusion, warning, diplomacy, and praise. The analysis is done by classifying pepatah based on cultural ceremony i.e. wedding ceremony, khitan/sunat Rasul, khatam Al-Qur’an), in emotive device and interprate the figurative or metaphor of Pepatah in SML.

Analysis of emotive meaning based on the basic Malay emotion and emotive device are 39 data of senang , 13 data of sedeh , 22 data of marah, 4 data of benci 4, 6 data of malu 6, 5 data of takut 5, and 6 data of bosan emotives. There are 16 data of Phonetic device, 93 data of lexical device, and 29 data of syntax device. The amount which is described, emotive meaning in senang and lexical device are dominated in Pepatah in SML.

Malay emotion is influenced by the condition of nature, residence, and the plants around it. Malay language symbolize nation. Malay language always uses figurative and lexical metaphor to compare and intensify the meaning, as well as makes Malay language is more polite, and softer. Pepatah in SML not only has language meaning, but it also describes the values of culture, soul, positive character which tendence to the education of Islam (moslem). It becomes way of life specially to the Malay communities, and to the human life in general. In addition, it is for perform good character of teenagers for the country.

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya

manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu

mengalami perubahan kata, bunyi dan tulisan dari zaman ke zaman, namun tetap

memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

komunikasi. Selain itu bahasa digunakan untuk melihat tingkah laku, pola hidup,

keluarga, etnis maupun bangsa. Dalam hal ini, contoh bahasa yang digunakan untuk

melihat etnis maupun bangsa adalah bahasa Melayu, yaitu bahasa daerah Pesisir

Timur yang didiami oleh suku Melayu, misalnya pepatah Bahasa Melayu (BM).

Pepatah adalah untaian kata-kata yang berisikan pesan, pandangan hidup, ungkapan

isi hati, dan emosi. Pandangan hidup dan nilai moral adalah hal yang terkait dalam

ketepatan makna emotif dari setiap individu yang menggunakan pepatah.

Ungkapan emosi Melayu pada orang tua-tua berbeda dengan anak muda

sekarang. Orang tua pada masa lalu mengungkapkan emosinya dengan mengunakan

pepatah supaya yang mendengar dapat memaknai kata-kata yang diucapkan dan

memahami emosi pembicara: apakah emosi sedeh, senang, marah, benci, malu, takut,

atau bosan. Sementara, anak muda sekarang dalam mengungkapkan emosinya lebih

suka menggunakan makna kata yang langsung daripada menggunakan pepatah. Hal

ini dikarenakan mereka tidak perlu lagi berpikir untuk mengerti makna pepatah

(27)

tertutup, 2011). Dalam acara adat-istiadat, pepatah sudah jarang digunakan. Hal ini

dikarenakan sudah langkanya Ketua Adat yang memahami dan mengenal pepatah.

Dalam pepatah BM banyak terdapat kata-kata yang mengandung nasihat,

pujian, sindiran, atau bahasa untuk berdiplomasi, yang merupakan gambaran cara

berpikir Melayu. Seperti Menurut Awang, dkk (2005:61) “Pepatah Melayu

merupakan sekelompok frasa atau ayat tersusun rapi dan padat. Ia banyak ditemui

dalam kesusasteraan lama yang mengggambarkan cara berpikir bangsa Melayu pada

zaman lama”. Menurut Poerwadarminta (2003:869) ”Pepatah adalah peribahasa yang

mengandung nasihat dan sebagainya; perkataan (ajaran) orang tua- tua, dan petitih

adalah berbagai-bagai peribahasa”.

Hasil wawancara dengan Bapak Zainuddin (informan 1, (2011), mengatakan

“pepatah di daerah Pantai Cermin sudah jarang digunakan oleh muda-mudi, orang tua

menasihati anak-anak, bahkan pepatah ini sudah jarang sekali digunakan dalam

upacara pernikahan (merisik, meminang, jamu sukut, mengantar pengantin, makan

nasi ulam). Kalaupun ada hal itu hanya sesekali saja dikarenakan sudah langkanya

ketua adat di daerah tersebut. Pepatah terkesan kuno, kampungan, ortodok, dan

lambat bagi muda-mudi untuk memahami makna pembicaraan orang terhadap lawan

bicara, akhirnya mereka malas untuk berpikir.” Hal tersebut di atas, adalah salah satu

penyebab jarangnya pepatah dalam bahasa daerah Melayu digunakan saat ini, karena

generasi muda Melayu tidak mau lagi melestarikan bahasa Melayu melalui pepatah

(Sinar, 2010). Padahal, pemerintah sebenarnya menggalakkan pengembangan bahasa

(28)

Besar Haluan Negara (GBHN, 1993:135) bahwa ”Pembinaan dan pengembangan

bahasa daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka mengembangkan dan

memperkaya perbendaharan Bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional

sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Hal ini perlu ditingkatkan

penelitian, pengkajian, dan pengembangan bahasa dan sastra daerah serta

penyebarluasannya melalui media”.

Selari dengan beberapa masalah tersebut di atas, pembahasan penelitian ini

adalah mengenai Bahasa Melayu (BM) khususnya dalam pepatah nasihat pada

upacara adat yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS), yang berada

di Desa Besar II Terjun tepatnya di Dusun 2 Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Deli Serdang.

Pepatah banyak digunakan dalam bergaul, acara adat, seperti adat Resam

dalam Melayu. Diantara adat Resam tersebut adalah adat pernikahan, khatam

Al-Qur’an, dan sunat Rasul. Dalam penulisan tesis ini, pembahasannya diputuskan pada

makna emotif pepatah Bahasa Melayu Serdang dalam acara adat pernikahan, khatam

Al-Qur’an, dan sunat Rasul.

Menurut Ridwan (2005:206) ”dengan pemahaman struktur bahasa seseorang

akan mampu melakukan negosiasi, perintah, pertanyaan, pengarahan (“directive”),

percakapan, pengutaraan emosi (“expressions of emotions”) dan sebagainya”.

Penelitian ini dibatasi pada makna emosi MMS yang menggunakan pepatah

Bahasa Melayu Serdang (BMS) dan makna emotif yang dominan dalam pepatah

(29)

Melayu itu tinggi”. Dikuatkan lagi dengan pernyataan dari Asraruddin dan Hasan

(informan 3, 2011) bahwa “emosi Melayu itu tinggi dalam semangat juang, sebagai

contoh: dalam semangat perjuangan mempertahankan bangsa Indonesia, diantaranya

melalui semangat perjuangan Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Melayu

menjadi Bahasa Indonesia, tentunya atas dasar penggunaan bahasa Melayu yang

menyebar ke seluruh tanah air pada masa itu”. Hal mengenai emosi sesuai dengan

pendapat Awang, dkk (2005:434) mengatakan bahwa “peribahasa yang dipakai oleh

orang Melayu berarti berhubungan dalam pengungkapan emosi yang sangat

tinggi…”, untuk mengungkapkan emosi tersebut supaya tidak menyinggung perasaan

orang lain digunakan kata yang halus dan lembut, diucapkan melalui pepatah.

Pepatah digunakan agar emosi yang diungkapkan, tidak secara terang-terangan

supaya orang yang diajak bicara tidak tersinggung serta tidak menimbulkan dendam

dalam hati.

Hasil wawancara dengan T. Syahruardy (informan 4, 2011) mengatakan

“Orang Melayu Serdang suka mengatakan sesuatu dengan perumpamaan, menyuruh

orang berpikir untuk merangkai kata-kata indah”. Perumpamaan merupakan salah

satu bagian dari pepatah Melayu yang sering digunakan, tidak hanya dalam acara

adat-istiadat saja tetapi dalam kehidupan sehari-hari untuk menasihati anak-anak

mereka untuk bertingkah-laku dan bersopan-santun dalam sikap dan kata. “ Pada

masa dulu pepatah diucapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, ketua adat

terhadap masyarakatnya, raja terhadap rakyatnya, penasihat kerajaan terhadap

(30)

Dari beberapa pendapat di atas, simpulannya adalah setiap pepatah yang

diucapkan selalu berhubungan dengan pikiran penutur yang menyampaikan pesan dan

lawan tutur yang menerima pesan.

Setiap pepatah yang dipesankan selalu tergantung pada situasi yang sedang

dihadapi, supaya pilihan pepatah yang diucapkan selalu bertalian erat dengan

masyarakat pemakai bahasa dan, pandangan hidup yang ada dalam masyarakat, serta

mengandung nilai-nilai moral yang dapat mengarahkan dan memperbaiki jiwa

masyarakat yang menjadi pemakai bahasa tersebut. Pepatah adalah sebagai sarana

orang tua untuk menasihati, mengajari dan memberikan peringatan kepada

anak-anaknya (muda-mudi), atau untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara (Iper, dkk,

1997:2). Hal ini dikarenakan agar setiap pepatah yang diucapkan selalu tepat dengan

makna yang dituju sesuai dengan nilai rasa yaitu rasa marah, benci, suka, senang,

kecewa, sedih, bahagia. Contoh Pepatah BMS (informan 2, 2011) diantaranya yaitu:

Celaka Ayam, maknanya: marah/sindiran halus, artinya sudah ada rumah tetapi suka

bertandang tidur di rumah orang. Tingkah laku ‘ayam’ walaupun sudah disediakan

kandang, tetapi tetap saja tidur di kandang bebek atau angsa. Rasa marah/peduli

orang tua terhadap anaknya karena tidak bisa dinasihati untuk betah di rumah.

Analisis: kalimat celaka ayam dihubungkan dengan karakteristik manusia yaitu sifat

‘ayam’ disamakan dengan sifat manusia, yang artinya manusia yang dinasehati

(lawan tutur) dengan pepatah tersebut sifatnya sudah hampir sama dengan ‘ayam’ dan

yang menasihati (penutur) tingkat emosinya sudah tinggi tetapi masih bisa menahan,

(31)

marah. Dalam pepatah ini penutur menggunakan perangkat leksikal dalam makna

emotif yaitu bahasa yang figuratif (kiasan), beroperasi secara eksplisit yaitu

menggunakan cara perbandingan. Analisis pepatah tersebut dengan cara

menginterpretasikan sifat dan tingkah laku ayam dengan manusia.

Kedudukan pepatah adalah hasil budaya manusia dalam bidang bahasa.

Pepatah dikategorikan ke dalam karya sastra, khususnya sastra Indonesia, pepatah ini

merupakan sastra lisan karena digunakan orang pada saat berbicara secara langsung

(Iper, dkk 1997:15). Pepatah dalam penelitian ini, merupakan kajian semantik yang

berhubungan dengan makna emotif. Makna emotif dalam kajian ini dikaitkan dengan

sikap, karakter, jiwa, budaya dan bahasa Melayu. Ungkapan emosi yang digunakan

dalam Bahasa Melayu menggambarkan perilaku masyarakatnya.

Penelitian ini dilakukan karena pentingnya mendokumentasikan dan

menganalisis pepatah yang sudah jarang digunakan dalam acara adat maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Walaupun, belum ada ditemukan satu bentuk tulisan atau

rekaman objektif, dan belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang pepatah

dalam BMS, peneliti merujuk juga kepada peneliti sebelumnya yang melakukan

penelitian tentang pepatah di tempat lain, harapan peneliti hasil penelitian ini dapat

mengolah pikir, rasa dan wicara baik bagi anak-anak, remaja, dan orang tua melalui

penerapan pepatah yang aktual sesuai permasalahan masa kini untuk tujuan

mempertahankan budaya dan kebiasaan berpepatah pada masyarakat BMS.

Dalam penulisan tesis ini digunakan pendekatan ekletik, yaitu gabungan teori

(32)

penelitian terdahulu mengenai emosi dasar dan kebudayaan Melayu. Teori-teori

tersebut digunakan untuk menjadikan analisis makna emotif dalam pepatah BMS

dapat dijelaskan secara ilmiah.

1.2. Identifikasi Masalah

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah masalah pepatah BMS yang

mencakup tentang: Makna Emotif dalam petatah BMS, Perangkat dan Makna Emotif

yang selalu muncul dalam pepatah BMS. Kajian ini mengarah pada kajian semantik.

1.3. Batasan Masalah

Batasan penelitian tentang pepatah BMS di daerah Pantai Cermin yaitu:

“Makna emotif dalam pepatah pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat

Rasul adat Melayu Serdang, Perangkat dan Makna Emotif yang selalu muncul dalam

pepatah BMS. Emosi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah emosi

senang, marah, sedeh, bosan, benci, takut dan malu.

1.4. Rumusan Masalah

Pepatah dalam MMS khususnya di daerah Pantai Cermin selalu berhubungan

dengan adat-istiadat dan gambaran kesopansantunan masyarakatnya. Penelitian ini

terfokus pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

(33)

2.Perangkat dan makna emotif manakah yang dominan dalam pepatah masyarakat

Melayu Serdang?

1.5. Tujuan Penelitian

Penulisan penelitian ini bertujuan:

1.Mendeskripsikan makna emotif pepatah Bahasa Melayu Serdang ditinjau dari aspek

makna.

2. Mendeskripsikan makna emotif dan perangkat emotif mana yang paling dominan

dalam pepatah BMS.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoretis:

Temuan atau hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti:

1. Sebagai bahan rujukan penelitian yang berhubungan dengan Sastra Melayu dalam

kajian Linguistik.

2. Sebagai satu rekaman objektif yang dapat digunakan sebagai studi perbandingan

antara Bahasa Melayu Serdang dan bahasa daerah lain di Indonesia.

3. Sebagai masukan kepada pemerintah setempat untuk menghidupkan kembali

(34)

1.6.2. Manfaat praktis :

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi remaja untuk menyadari dan

menerapkan pepatah yang dibuat dalam bentuk Muatan Lokal sebagai salah satu mata

pelajaran tambahan di sekolah; Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, atau

Sekolah Menengah Atas, bagi orang tua dan Ketua Adat pepatah nasihat

disosialisasikan sebagai acuan pedoman hidup; dalam bergaul, dan bersopan santun

dalam berbahasa agar membangun karakter dan moral berbahasa, berbudaya dan

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar

Penelitian ini berhubungan dengan budaya dan emosi suku Melayu, oleh

karena itu dalam tinjauan pustaka, dijelaskan tiga hal yang berkaitan dengan

penelitian tentang suku Melayu, yaitu: (1) Sosial Budaya Melayu Serdang Bedagai,

Gambaran Umum Desa Besar II Terjun, Pengertian Bahasa Melayu, Sastra Lisan

Melayu Serdang dan Folklor, (2) Kajian Teori Emosi dan Makna Emotif, dan (3)

Kajian Terdahulu.

2.2. Latar Belakang Sosial Budaya Melayu Serdang Bedagai

Suku Melayu di Sumatera Utara berdomisili di Pesisir Timur Propinsi

Sumatera Utara. Menurut Napitupulu, dkk (1997:108-104), batas-batas daerah

domisili suku Melayu di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: sebelah Utara

berbatasan dengan Daerah Istimewa Aceh, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah

Barat dan Barat Daya berbatas dengan Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten

Simalungun. Di Pesisir Timur Sumatera Utara daerah hunian masyarakat Melayu

adalah sepanjang daerah pantai sehingga pada zaman dahulu orang Belanda

menyebutnya dengan “de Doskusters”. Kawasan hunian merupakan daerah-daerah

yang pada sejarah lampau terdapat kerajaan-kerajaan dan ”Zelfbestuur” Langkat, Deli

(36)

Dalam suku Melayu mempunyai beragam budaya. Kebudayaan itu adalah

segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya

mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak yang

membentuk pola perilaku dan struktur sosial masyarakat. Bahasa merupakan hasil

dari kebudayaan, karena bahasa merupakan hasil karya manusia, karya tersebut

dipakai terus-menerus sampai sekarang dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Faktor

dominan dalam budaya Melayu adalah Bahasa Melayu (BM), karena BM merupakan

hasil karya Melayu dalam bentuk pepatah. Pepatah ini sebagai alat komunikasi untuk

menyampaikan maksud hati.

Pada umumnya Masyarakat Melayu (MM) banyak mendiami daerah pesisir

pantai, dan mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan.

Masyarakat Melayu selalu hidup tolong-menolong, bekerja berkelompok, dan bekerja

sama. Hidup saling membantu masih menjadi budaya dalam kehidupan mereka,

contoh: kalau ada salah satu diantara mereka yang mengalami kesusahan. Dari

kehidupan mereka seperti muncul satu pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama

dijinjing” ( informan 1, 2011). Relevan dengan pepatah Dayak Ngaju “Bebehat sama

metue, mahiang sama mimbing” (Iper, dkk, 1997:10).

Masyarakat Melayu Serdang adalah masyarakat yang beradat. Adat dilakukan

oleh orang yang dituakan dan dihormati. Orang yang dituakan adalah orang yang

dinilai mereka orang yang adil, jujur, bijaksana, berani, sabar, pandai, cerdik dan

menghargai pendapat orang lain. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan adat karena

(37)

Syarak bersendi Kitabullah” (Sinar, 2002:17). Kemudian dalam pepatah ”Biar mati

anak daripada mati adat” (Rimbunan Petitih Melayu; riesnazasly.blogspot.com)

artinya begitu pentingnya adat serta amalannya dalam MM. Dari pola hidup, sosial

budaya dan adat yang mempengaruhi kehidupan mereka seperti itu, akhirnya tercipta

beberapa pepatah yang melambangkan kehidupan mereka.

2.2.1. Gambaran Umum Desa Besar II Terjun

Sebelum dijabarkan gambaran umum Desa Besar II Terjun, dalam tulisan ini

dipaparkan sekilas tentang Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Pantai

Cermin. Hal itu dikarenakan Desa Besar II Terjun merupakan salah satu desa dari

dari Kecamatan Pantai Cermin dan bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai.

2.2.1.1. Kabupaten Serdang Bedagai

Lambang Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota

yang baru dimekarkan dari

Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentuka

(38)

Bupatinya adalah Ir. H.T. Erry Nuradi, MBA, Wakil Bupati adalah Ir. H.

Soekirman serta Sekretaris Kepala Daerah adalah Ir. H. Djaili Azwar, M.Si. Ketiga

pimpinan ini dikenal sebagai pimpinan yang sangat kompak, sehingga menjadikan

Serdang Bedagai menjadi Kabupaten Pemekaran Terbaik di Indonesia, dan

Kabupaten terbaik di Sumatera Utara. Proses lahirnya undang-undang tentang

pembentukan Sergai sebagai kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang

disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Sumatera Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan

Pemekaran Kabupaten Deli Serdang. Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret

2003 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang

Atas Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten

(Kabupaten Deli Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten yang

luasnya mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang

berada dalam 13 kecamatan.

Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dari sebelah Utara berbatasan

dengan Selat Malaka, dari sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Barat berbatasan dengan Sungai Ular dan Sungai Buaya, dan dari sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamat

(39)

Cermin,

Penduduknya berjumlah 579.499 jiwa atau 131.844 keluarga dengan

kepadatan penduduk rata-rata 305 jiwa per kilometer persegi. Dari jumlah penduduk

tersebut, tingkat pengangguran terbuka relatif kecil yakni 14.774 jiwa atau sekitar 3

persen. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari muklti etnis yang ada,

yakni Jawa, Melayu, Batak Karo, Batak Simalungun, Karo, Angkola, Mandailing,

Minang, Banjar, Aceh, Nias dan Tionghoa-Indonesia. Potensi terbesar yang dimiliki

Sergei adalah persawahan yang memproduksi 354.355 ton gabah dari luas lahan

68.967 hektar pada tahun 2003. Produksi ini surplus 134.115 ton yang didistribusikan

ke berbagai daerah, disusul oleh ubi kayu 272.173 ton (di unduh dari

Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat dari peta sebagai berikut:

(40)

2.2.1.2. Kecamatan Pantai Cermin

Pantai Cermin adalah sebua

- Kelurahan/Desa Ara Payung (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Besar 2 Terjun (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Celawan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kota Pari (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kuala Lama (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Lubuk Saban (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Naga Kisar (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kanan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kiri (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pematang Kasih (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Sementara (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Ujung Rambung (Kodepos : 20987)

Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Sergai

dengan pemandangan dan pantainya yang indah. Pantai Cermin juga memiliki sebuah

Theme Park yang cocok buat bermain anak. Objek wisata tersebut merupakan salah

satu sumber pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai

(41)

Peta Kecamatan Pantai Cermin

(Sumber

Dari paparan di atas, diketahui bahwa Desa Besar II Terjun berada di

Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian

ini mengambil lokasi di Desa Besar II Terjun. Perlu dijelaskan bahwa desa ini

dijadikan tempat penelitian, karena kebudayaan Melayu di desa ini masih kuat sejak

tahun 1941, dan sampai sekarang. Contoh, kebudayaan mereka untuk mengadakan

rapat adat yang diadakan di balai adat (berdiri sampai sekarang) bertempat di depan

kantor lurah. Hal ini membuktikan bahwa mereka masih memegang adat yang kuat.

Hanya saja adat menggunakan pepatah sudah berkurang dan sudah jarang digunakan (

informan 2: 2011).

Desa Besar II Terjun termasuk salah satu dari 12 desa Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dan desa Besar II Terjun menurut sejarahnya

(42)

dari Desa besar I Terjun dengan status tanah yang dipusakai masyarakat secara turun

temurun.

Sejarah kepemimpinan Desa Besar II Terjun sampai sekarang ini sudah

dipimpin oleh tujuh orang yaitu: Kamaruddin, Molkan, OK. Jamil, Harun Arrasyid,

Ahmat.J, Sayuti A.S. (terhitung dari tahun 1972 – 2007 selama 35 tahun), dan

diteruskan oleh Sulaimansyah mulai dari tahun 2007 sampai sekarang.

Kondisi geografi desa ini berada pada ketinggian tanah dari permukaan laut

yaitu 1-1,5 Meter, curah hujan rata-rata pertahun 225 MN, topografi yaitu dataran

rendah, dan suhu udara rata-rata 30%. Luas desa 600 Hektar (Ha) terdiri dari sawah

425 Ha, Pekarangan 135 Ha, kebun sawit 25 Ha, dan holtikultura (kebun sayur) 15

Ha. Desa ini berbatasan dengan sebelah Utara berbatas dengan desa Pantai Cermin

Kiri dan desa Pantai Cermin Kanan, sebelah Selatan berbatas dengan desa Lubuk

Cemara dan desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan, sebelah Timur berbatas dengan

desa Sementara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PTPN IV

ADOLINA. Jarak dari pusat pemerintahan propinsi lebih kurang 50 Kilometer. Untuk

lebih jelasnya keadaan geografis desa besar II Terjun dapat dilihat dari peta Desa

(43)

Desa Besar II Terjun terdiri dari delapan Dusun, dan jumlah penduduk

keseluruhannya adalah 4.136 orang (laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang tua),

mayoritas beragama Islam. Mata pencaharian di desa tersebut mayoritas petani,

selebihnya pedagang, pengrajin (anyaman tikar, atap rumbia, keranjang bumbu, dan

pembuat pisang sale), pegawai negeri dan swasta, dan wiraswasta. Fasilitas yang

dimiliki oleh Desa Besar II Terjun yaitu 4 gedung mesjid, 3 gedung musholla, 2

gedung SD.Negeri, dan 2 gedung Madrasah Diniyah Awaliyah. Sedangkan partai

politik yang berkembang di desa tersebut adalah Partai Golongan Karya, Partai

Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa,

Partai Bulan Bintang, dan Partai Gerindra. Inilah gambaran umum Desa Besar II

Terjun (sumber: laporan kependudukan bulan Juli 2011 dan ekspose desa Besar II

(44)

2.2.2. Pengertian Bahasa Melayu

Menurut Ridwan (2005:81-124) Bahasa Melayu (BM) sebagai sistem

mengisyaratkan keteraturan. BM merupakan penanda identitas masyarakat etnis

budaya Melayu, juga penanda identitas utama kehidupan manusia Melayu. Bahasa

Melayu kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya diekspresikan melalui

berbagai bentuk dan jenis kebahasaan ungkapan, kiasan, gurindam, seloka, pepatah,

yang selalu membekali manusia dengan peran tunjuk ajar untuk selalu berkehidupan

yang baik dan berbudi bahasa. Sikap berbahasa orang Melayu mencerminkan

sentuhannya dengan alam dan lingkungan yang menurut persepsi budaya dan

memiliki gejala-gejala hubungan antara sikap manusia dengan keyakinan, dambaan,

dan tata-krama seperti yang diungkapkan melalui hasil-hasil kesusastraan dan BM.

Bahasa Melayu cukup sarat dengan pesan-pesan yang bermanfaat dalam pembinaan

sikap hidup manusia yang berkepribadian dan melalui kata dan ungkapan bahasa

Melayu sesuai dengan pilar utama adat Melayu yang bernuansakan Islam.

Sinar (2002:111) mengatakan bahwa “Penutur Bahasa Melayu adalah

masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo lagues yang hidup

berkelompok dan saling mempengaruhi”. Bahasa Melayu juga bersifat universal,

selalu menerima, tidak ekslusif, terbuka dan toleransi terhadap bahasa yang lain.

BMS merupakan salah satu dialek BM yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara.

BMS terdapat di Kabupaten Deli Serdang khususnya di Kecamatan Pantai Cermin

Kota Perbaungan. BMS memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi MM

(45)

dalam kegiatan sehari-hari dan upacara adat. Sementara itu, di luar wilayah

pemakaiannya, BMS digunakan oleh masyarakat Melayu Deli dan Batubara (Zein,

2009). Agar bahasa daerah Melayu tetap dapat berkembang, maka harus tetap

dilakukan pembinaannya. Dalam hal ini BMS diteliti berdasarkan semantik dalam

kajian makna emotif dalam nilai rasa dari salah satu sastra BMS yaitu pepatah.

Menurut Sinar (2002: 16) melalui ekspresi bahasa, sistem sosial akan dapat tergambar

latar belakang psikologis orang Melayu Serdang yang terkait pada cakupan emosi,

estetik, etika, moral, logika dan nasionalisme baik kepentingan individu maupun

kelompok.

2.2.3.Sekilas Tentang Folklor

Sastra lisan Melayu termasuk dalam folklor lisan. Menurut Danandjaja dalam

Pudentia (1998:54) Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar

dan diwariskan turun temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional

dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai

dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemoninic device). Ciri-Ciri

Folklor sebagai berikut: (a) Penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; (b) Bersifat

tradisional; (c) Ada (exsist) dalam versi-versi bahkan dalam varian yang berbeda; (d)

Bersifat anonim; (e) Biasanya memiliki bentuk berumus; (f) Mempunyai kegunaan

(fungsi) dalam kehidupan bersama kolektifnya; (g) Bersifat pralogis; (h) Milik

bersama (kolektif); (i) Pada umumnya bersifat polos dan lugu. Fungsi Folklor

(46)

a) Sebagai sistem proyeksi (projective system)

b) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan;

c) Sebagai alat pedagogik

d) Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma masyarakat dan pengendalian

masyarakat.

Bentuk Folklor menurut Brunvand dalam Pudentia (1998: 54) berdasarkan

kategorinya, folklor digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu folklor lisan (verbal

folklore), folklor sebagian lisan (party verbal) dan folklor bukan lisan (non verbal

folklore).

a) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan.

Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel

kebangsawanan, ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo;

pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan

syair, cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda dan dongeng; dan nyanyian rakyat.

b) Folklor sebagian lisan

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran

unsur lisan dan bukan lisan. Yang termasuk golongan ini antara lain; kepercayaan

rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta

rakyat, dan lain-lain.

(47)

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, dibagi

menjadi dua yakni material dan nonmaterial. Bentuk folklor material: arsitektur

rakyat, misalnya bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya,

kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman

rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan bentuk nonmaterial: gerak isyarat

tradisional (gesture), bunyi, isyarat untuk komunikasi rakyat, misalnya kentongan

tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang.

Menurut Pudentia (1998: 57) Macam-macam folkloryaitu:

a) Folklor humanis. Folklor humanis lebih menekankan pada aspek lor daripada

folk-nya. Merupakan jenis folklor yang terdiri dari kesusastraan lisan, seperti cerita

rakyat, takhyul, balada, dan sebagainya

b) Folklor modern. Folklor modern lebih menekankan pada aspek folk dan juga

lor-nya. semua unsur kebudayaan manusia asalkan diwariskan melalui lisan atau

dengan cara peniruan.

c) Folklor antropologis. Folklor antropologis lebih menekankan pada aspek folk

daripada lor-nya. Folklor antropologis lebih membatasi pada unsur-unsur

kebudayaan yang bersifat lisan saja (verbal arts) hanya pada jenis cerita prosa

rakyat, teka-teki, peribahasa, syair rakyat dan kesusastraan lainnya.

Pepatah BMS termasuk dalam jenis folklor lisan. Unsur lisan yang terdapat

pada pepatah berupa leksem, bahasa figuratif dan metafora. Semua unsur lisan dalam

(48)

pada saat berbicara dengan orang lain dalam acara adat, bergaul dan menasihati

sesuai dengan kondisi pada saat berbicara.

2.2.4. Sastra Lisan Melayu

Sastra lisan dalam bahasa Inggrisnya disebut “oral literature” atau “orale

letterkunde”, dalam bahasa Belanda, artinya adalah kesusastraan warga dalam suatu

kebudayaan yang disebarkan turun-temurun secara lisan, yang memiliki fungsi yang

memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Darry dan Lord (dalam Sinar, 2002:213),

“ciri khas sastra lisan ialah lincah, selalu diciptakan dan dihayati kembali sesuai

dengan daya cipta pembawa dan penikmatnya”.

Tarigan (1979:4) diunduh dari (http://repository .usu.ac.id/bitstream /1234

56789/17847/5/Chapter%20I.pdf

Sastra lisan adalah hasil karya sastra yang tertua di dunia. Sastra lisan tetap

hidup dalam segala perubahan zaman. Sastra daerah bersifat lisan yang disebarkan

dari mulut ke mulut yang menggunakan bahasa sebagai media. Sastra lisan ini juga

merupakan tradisi lisan. Selanjutnya pengertian sastra lisan dikaitkan pada bagian

tradisi lisan. Menurut Robson dalam Yulisma, dkk, (1997:1) bahwa “tradisi lisan ) mengatakan ”sastra lisan adalah bagian dari

folklor. Folklor mencakup satra lisan dan bukan sastra lisan. Akan tetapi, biasanya

sastra lisan hanya berarti foklor yang lisan saja dan tidak mencakup

permainan-permainan dan tari-tarian rakyat, walaupun sastra lisan secara luas dapat mencakup

aneka ragam bentuk, seperti teka-teki, pepatah, sumpah serapah, guna-guna, sampai

hal-hal yang sukar di ucapkan dari permainan kata-kata. Akan tetapi, sastra lisan

(49)

bukan hanya ide satu orang, tetapi mungkin berasal dari masyarakat yang diangkat

oleh seseorang berkat ketajaman penghayatannya”.

Tradisi lisan memegang peran aktif dalam jangka waktu yang lama yang

dijadikan pedoman hidup. Tradisi lisan dilisankan dengan bahasa daerah dan berasal

dari bahasa daerah sehingga dapat menghasilkan sastra lisan daerah. Seperti yang

dikatakan Shiply (1962:102) dalam Yulisma, dkk, (1997:4) “Sastra lisan daerah

adalah jenis atau kelas karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut

tersebar secara lisan, anonim, dan menggambarkan kehidupan masyarakat masa

lampau”.

Sastra lisan dalam suku Melayu yaitu berupa pepatah. Sebagai sastra lisan,

penyebarannya sangat terbatas, dan mungkin akan perlahan-lahan hilang karena

penuturnya satu per satu meninggal dan generasi muda sekarang kurang berminat

terhadap sastra daerahnya. Maka akan punah juga cerminan jiwa, sikap, watak dan

peradaban manusia dalam tradisi. Seperti yang dikatakan Yulisma, dkk (1997:2)

bahwa “hilangnya kekayaan bahasa dan sastra itu akan hilang pulalah nilai – nilai

yang mencerminkan kekayaan jiwa, filsafat, watak, dan lingkungan peradaban yang

sudah terbentuk dan terbina dalam tradisi”. Dalam hal ini sastra Melayu dari dahulu

berubah terus, walaupun beberapa ragam dasar bertahan lama.

Pepatah dikategorikan ke dalam karya sastra, khususnya sastra Indonesia.

Dalam sastra Melayu Serdang, pepatah merupakan karya sastra lisan yang diucapkan

(50)

2.3. Pengertian Emosi

Emosi adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yakni ‘emotion’. Emosi

digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan

yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Menurut Goleman (1997)

dalam Safaria dan Saputra (2009:12) ”emosi dalam makna paling harfiah

didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari

setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi yang merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran-pikiran yang khas suatu keadaan biologis dan psikologis, dan

serangkaian kecenderungan bertindak. Chaplin (2002) dalam

Safaria dan Saputra, 2009:12) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang

terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang

mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

Charles Darwin dalam Astrada, (2008:49) menemukan bahwa beberapa

ekspresi emosi bersifat bawaan, universal, lintas budaya, lintas spesies yang terdapat

pada beragam jenis makhluk hidup. Izard dalam Astrada (2008:49) mengatakan

“ekspresi emosi seperti senang, kaget, sedih, amarah, sebal, jijik dan takut ditemukan

dalam berbagai budaya manusia baik yang melek maupun buta huruf. Plutchik dalam

Mahriyuni (2009:43) mengategorikan emosi ke dalam beberapa segmen bersifat

positif dan negatif (they are positive or negative), primer dan campuran (they are

primary or mixed), banyak yang bergerak ke kutub yang berlawanan (many are polar

and opposites), dan intensitasnya bervariasi (they vary in intensity). Jadi emosi adalah

(51)

daripada psikologi (mental) seseorang dan emosi dapat berlaku secara naluri

bergantung pada situasi.

Menurut Wierzbicka (1996), emosi diekspresikan dalam bentuk verbal

maupun nonverbal. Misalnya menulis dalam kata-kata, dan perubahan ekspresi

wajah. Ekspresi dari kedua bentuk tersebut dapat berupa sedih, marah, takut, senang,

bahagia, ceria, atau cinta. Pengategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah

dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang

terhadap emosi yang dialami, berdasarkan nilai positif dan negatif, dan kedekatan

makna antara kata-kata emosi, dan lainnya.

Dari pendapat para pakar di atas, dihubungkan dalam emosi Melayu yaitu

emosi merupakan luapan perasaan seseorang yang terpendam berupa marah, sedih,

senang, malu, bosan, benci, dan ego dari jiwa Melayu. Emosi adalah bagiandari alam

dan makhluk ciptaan Allah. Awang, dkk (2005:199) mengatakan “emosi dapat

dikaitkan dengan permasalahan hubungan antara manusia dengan manusia, dan

manusia dengan Tuhan. Semua emosi dikenal sebagai bagian dari kognitif atau

kemauan-kemauan yang terjadi secara sadar”.

Awang, dkk (2005:173-174) menyatakan “luapan emosi Melayu selalu

direalisasikan dengan mengunakan pepatah. Sebagaimana pepatah merupakan hasil

dari sastra lisan, pepatah sebagai media ekspresi emosi bangsa Melayu digunakan

untuk mendidik masyarakat supaya menghayati nilai-nilai akhlak mulia dan budaya

bangsa. Emosi Melayu berhubungan dengan budaya, contohnya: emosi dendam yang

(52)

martabat, dan sistem nilai. Emosi Melayu yang lebih tinggi derajatnya adalah emosi

malu dan marah, yaitu” Orang Melayu mempunyai konsep malu yang lebih tinggi”.

Konsep malu telah menetapkan dan memerlukan cara seseorang individu Melayu

bertingkah laku dalam amalannya sehari-hari sehingga dapat memperlihatkan nilai

yang suci dan murni dalam keseluruhan hidupnya. Oleh karena itu emosi yang

dinyatakan dalam setiap petuturan sebaiknya dipilih ungkapan yang tidak mempunyai

makna langsung. Hal ini dilakukan karena apabila lawan bicara yang terkena

ungkapan emosi langsung tidak akan bersenang hati dan memikirkan cara untuk

melakukan dan akhirnya terpengaruh dengan situasi yang lebih emosional sifatnya.

2.3.1. Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu

pertama; emosi positif atau afek positif; yang memberikan dampak menyenangkan

dan menenangkan. Jenis dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira,

lucu, haru dan senang.

Penentuan emosi dasar MMS berdasarkan pada pemakaian kata-kata emosi

atau nama-nama emosi yang menggambarkan jiwa mereka, dan gambaran itu adalah

emosi yang sesungguhnya. Emosi dasar memiliki bentuk ungkapan emosi (tingkah

laku tertentu) yang melekat dan diketahui dengan baik oleh informan (Mahriyuni,

2009:136).

Menurut Mahriyuni (2009:137) dari hasil penelitian tentang emosi Bahasa

Melayu Serdang, emosi dasar Melayu Serdang yang diperoleh dari emosi penutur

(53)

benci. Jenis emosi dasar dan bentuknya yang muncul berdasarkan rasa/perasaan

MMS adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar Melayu Serdang (Mahriyuni, 2009: 141)

No Jenis Emosi Makna

1 Senang Suke, bahagie, puas, gembire, gemar, hoji, cinte, damai, enak, nikmat, sedap, bangge, riang, kaseh, sayang, birahi, tenang, ikhlas, tenteram, rindu, dendam, leluase, lege, sejahtere

2 Sedeh Susah, duke, gundah, saket, haru, sedu, sengsare, gelisah, merane, nyeri, lare, pedeh, ibe, pilu, terenyuh, khawatir, cemas, lelah, leteh, lesu, lemas, lelah, lunglai, hamper, penat

3 Marah geram, palak, garang, gemas, jengkel, kecewa, kesal 4 Malu hina, canggung, riseh, segan, kaku, rimas, malas, sungkan

5 Takut Tesiau, khawatir, ngeri, gentar, tegang, tekimput, gelisah, bimbang. cemas, gamang, seram, bingung, kacau, tebere, resah, sangsi, ragu, curige, gugup kalut.

6 Bosan muak, luat, muntah, jijik, mual

7 Benci Iri, hambar, jijik, dengki, cemburu, sirik

2.3.2. Makna Emotif dari Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Makna dalam pepatah berupa ajaran, pendidikan, petunjuk, peringatan,

nasihat, sindiran dan pujian yang termasuk dalam makna emotif dengan

menngunakan kajian semantik kognitif. Dalam menentukan makna dilakukan

pendefinisian makna berdasarkan kelompok emosi dasar MMS.

Tabel 2. Berikut definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar senang:

(Mahriyuni, 2009: 142)

No Jenis Emosi Makna

1 Senang puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, betah, berbahagia, suka, gembira, sayang, keadaan baik, mudah, serba mudah.

2 Suka berkeadaan senang, girang hati, mau, sudi, rela, menaruh simpati, setuju, menaruh kasih sayang, acak mudah sekali.

3. Bahagia keadaan atau perasaan senang dan tenteram.

4. Gembira suka, bahagia, bangga, snang, rinag, senang hati, bersuka cita, ria. 5. Ikhlas Bersih hati, tulus hati.

6. Lega Lapang, luas, tidak sempit, berasa senang, tidak sibuk. 7. Puas Merasa senang karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. 8. Girang Riang, gembira

(54)

No Jenis Emosi Makna 11. Sejahtera Aman sentosa dan makmur

12. Hoji Perasaaan hati dalam keadaan suka terhadap suatu benda 13. Ria Riang, suka cita, gembira ramai.

14. Damai Tidak ada perang, tidak ada kerusuhan. 15. Cinta Suka sekali, saying

16. Sayang Kasih sayang, cinta kasih, amat suka akan mengasihi 17. Bangga Besar hati, merasa gagah.

18. Gemar Suka sekali.

19. Leluase Lapang, bebas, tidak terbatas, berbuat sesuka hati.

20. Rindu Sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu.

21. Sedap Enak, tentang perasaan pada umumnnya, bersih dan rapi, harum baunya, lezat.

22. Dendam Perasaan rindu, menaruh cinta kasih.

Makna emosi dasar senang, dalam masyarakat Melayu Serdang merupakan

dimensi semantik reaksi perasaan yang timbul melalui perasaan dari rasa nikmat,

gairah, atau keinginan karena melakukan sesuatu dan suka terhadap seseorang.

Penyebab munculnya perasaan senang, yaitu karena memperoleh hasil yang

diharapkan, mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan akhir tercapai, masalah

yang diemban sudah selesai, mendapatkan kabar yang baik, sudah sampai pada

tujuan, melakukan pekerjaan yang diminati, mendapatkan pujian, mendapatkan

perhatian, cinta dan kasih sayang. Semua peristiwa yang dipaparkan adalah

merupakan emosi dasar senang pada MMS.

Tabel 3. Definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar sedeh: (Mahriyuni, 2009: 145)

No Jenis Emosi Makna

1 Sedeh Susah hati, sangat pilu, berduka cita

2 Merane Lama menderita sakit, selalu sakit-sakit, selalu menderita sedih. 3. Gundah Sedih, bimbang, gelisah.

4. Pedeh Berasa sakit hati, bercampur sedeh. 5. Pilu Sangat sedeh, terharu.

6. Ibe Belas kasihan, merasa terharu dan kasihan 7. Sedu Sedih, susah hati, sedeh hati.

8. Terenyuh Terharu dan sedih sekali.

Gambar

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar Melayu Serdang (Mahriyuni, 2009: 141)
Tabel 3. Definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar sedeh:
Tabel 4. Definisi makna emosi tergolong dalam makna emosi dasar marah(Mahriyuni, 2009: 147)
Tabel 6. Definisi Makna emosi yang tergolong dalam makna emosi dasar Benci (Mahriyuni, 2009: 148)
+7

Referensi

Dokumen terkait