• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

2.1 Kecemasan sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik

Berdasarkan hasil penelitian didapati sebanyak 84,6% ibu mengalami kecemasan dimana mayoritas berada pada cemas sedang 53,8%,. Akan tetapi, kecemasan setelah dilakukan komunikasi terapeutik relatif lebih rendah dibanding sebelum komunikasi terapeutik, dimana mayoritas responden tidak mengalami kecemasan 16 orang (61,5%). Tingkat kecemasan responden yang relatif sedang (53,8%) sebelum komunikasi terapeutik dikarenakan operasi yang dilakukan adalah operasi yang direncanakan dan responden sudah diberitahu terlebih dahulu oleh tim medis bahwa responden akan menjalani prosedur operasi seksio sesarea, sehingga umumnya tingkat kecemasan responden tidak berada pada tingkat cemas berat sekali (panik) melainkan berada pada tingkat cemas sedang. Berdasarkan data diatas, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2010) dengan judul hubungan dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama (Primigravida) yang mengatakan bahwa lebih dari separuh pasien mengalami kecemasan yang sedang dalam melahirkan, yang berarti bahwa kecemasan pada sebagian besar responden tidak begitu tinggi namun tidak begitu rendah.

ketidakterbukaan ibu pada saat peneliti melakukan wawancara dan observasi.Sedangkan hal ini tidak sesuai dengan penelitian Efendy (2005 dalam Zuchra, 2012) yang mengatakan bahwa respon psikologi karena pembedahan berkisar dari cemas ringan, sedang, berat, dan panik.

Tingginya proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea berada pada kelompok umur 20-35 tahun (88,5 %) . Pada kelompok umur 20-35 tahun adalah masa produktif bagi ibu untuk hamil dan melahirkan, sedangkan umur yang lebih muda akan lebih mudah mengalami stress dan kecemasan yang lebih tinggi daripada yang berusia tua. Pada kelompok umur ini juga cara berpikir ibu sudah dewasa. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sinaga (2007) dimana sebanyak 78,6% ibu yang menjalani seksio sesarea di daerah Sidikalang pada tahun 2007 berada pada rentang umur 20-35 tahun.

Selain itu jika ditinjau dari aspek spiritual diperoleh hasil sebagian besar ibu yang menghadapi operasi seksio sesarea yang beragama islam 61,5%. Aspek spiritual seorang ibu berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu tersebut.Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa ibu mengaku pasrah dan berserah kepada Tuhan dan merasa bahwa kondisi yang mereka alami adalah sesuatu yang harus dijalani. Dengan adanya keyakinan yang dimiliki maka tingkat kecemasan akan berkurang dalam menghadapi masalah. Hal ini juga didukung dengan penelitian Nuralita dan Hadjam (2002) manusia yang benar-benar religius akan terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya dan selalu siap untuk menghadapi segala

Faktor lain yang berkaitan dengan tingkat kecemasan responden adalah tingkat pendidikan yang dimilikinya. Frekuensi pendidikan responden dalam penelitian ini mayoritas berada pada tingkat sedang, yaitu 50%. Notoadmojo (2003 dalam Dachi, 2013) mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mudah mengalami stress. Stress dan kecemasan yang rendah disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh orang tersebut. Seorang ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung mencari informasi tentang hal yang akan dialaminya pada saat operasi seksio sesarea dan cara perawatan bayi dan luka pascaoperasi. Hal ini juga didukung oleh Sinaga (2007) dalam penelitiannya tentang karakteristik ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea yang dirawat inap di RSUD Sidikalang juga mengatakan bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak, dan juga keluarganya. Semakin tinggi pendidikan formal seorang ibu maka semakin meningkat pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya.

Jika ditinjau dari pekerjaan dengan kecemasan responden dalam penelitian ini maka didapatkan bahwa sebanyak 73,1% ibu yang akan menjalani operasi seksio sesarea tidak bekerja. Kecemasan juga berhubungan dengan masalah keuangan, misalnya kebutuhan yang lebih besar dibanding pendapatan. Hasilnya ibu yang tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan secara otomatis akan memikirkan bagaimana pemenuhan biaya operasi dan perawatan selanjutnya. Hawari (2001 dalam Sigiro, 2008) menjelaskan bahwa kehilangan pekerjaan

dapat berakibat terjadinya penggangguran yang berdampak pada kesehatan bahkan sampai kematian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,4% respoden menjalani operasi seksio sesarea untuk pertama kalinya. Dimana berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti bahwa salah satu kecemasan responden dikarenakan mereka tidak memiliki pengalaman sama sekali dibanding ibu yang pernah menjalani operasi seksio sesarea sebelumnya. Pengalaman ibu dalam menjalani proses persalinan secara seksio sesarea juga dipengaruhi oleh pengalamannya masa lalu. Ibu yang pernah melahirkan dengan seksio sesarea memiliki kecemasan yang berbeda dengan ibu yang baru pertama kali menjalani seksio sesarea.kemungkinan ibu yang pernah menjalani seksio sesarea lebih siap dalam menghadapi operasi seksio sesarea selanjutnya. Sebaliknya, ibu yang baru pertama kali menjalani operasi seksio sesarea akan cenderung kebingungan, marah, dan mengajukan pertanyaan tetang operasi yang akan mereka jalani. Nuralita dan Hadjam (2002) juga mengatakan bahwa kecemasna menggambarkan suatu reaksi ketakutan dikarenakan adanya stimulus yang berkaitan dengan peristiwa yang menyakitkan dimasa lalu. Oleh sebab itu, pengalaman seorang ibu akan sangat mempengaruhi persepsinya terhadap operasi seksio sesarea

Menurut Lutfa dan Maliya (2008 dalam Kaplan dan Sadock 1997) salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kecemasan pasien adalah kondisi medis (diagnosa penyakit). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa 100% ibu menjalani operasi seksio sesarea berdasarkan indikasi medis (plasenta previa,

kontraksi, dan preeklampsi/eklampsi), sedangkan faktor indikasi medis tertinggi adalah faktor ibu, yaitu panggul sempit 34,6. Dimana hal ini diagnosa medis menentukan tingkat kecemasan seorang pasien. Pada pasien dengan diagnosa yang baik, bisa jadi tidak akan terlalu cemas. Sebaliknya, pasien yang mendapatkan diagnosa pembedahan akan mempengaruhi tingkat kecemasannya, misalnya ibu hamil yang akan menjalani operasi seksio sesarea akan mempengaruhi tingkat kecemasannya.

Dokumen terkait