• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

B. Kecemasan sosial (Social Anxiety)

Freud (1932 dalam Alwisol, 2010) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu terhadap bahaya atau ancaman sehingga individu mampu menyiapkan reaksi adaptif yang sesuai untuk ancaman tersebut.

2. Pengertian Kecemasan Sosial

American Psychiatric Association (2013) mengartikan kecemasan sosial sebagai proses yang ditandai dengan ketakutan dan lebih berhati-hati dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini senada dengan Davidson, Neale, dan Kring (2006) menyatakan bahwa kecemasan sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang berkaitan dengan keberadaan orang lain. Selain itu, menurut Dayakisni dan Hudaniah (2009) kecemasan sosial adalah perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan atau kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.

La Greca dan Lopez (1998) mengungkapkan bahwa kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap situasi sosial dan menghadapi evaluasi dari orang lain, diamati, takut dipermalukan dan dihina. Selain itu, Schelenker dan Leary (1983 dalam Leary, 1983) bahwa kecemasan sosial adalah kecemasan yang menghasilkan kemungkinan mengevaluasi secara interpersonal pada situasi yang nyata disekitar individu atau mengevaluasi melalui imajinasi dalam situasi sosial.

Beberapa pengertian tentang kecemasan sosial di atas menyimpulkan bahwa kecemasan sosial adalah kecemasan saat berada dalam situasi sosial seperti merasa cemas dan takut dinilai negatif oleh orang lain dan cemas pada saat melakukan interaksi sosial, seperti diskusi kelompok, wawancara, dan melakukan presentasi di depan publik.

3. Gejala-gejala Kecemasan Sosial

Davidson, Neale, dan Kring (2006) menyatakan bahwa kecemasan sosial muncul pada saat masa remaja, yaitu saat kesadaran sosial dan interaksi dengan orang lain menjadi sangat penting dalam kehidupan masa remaja. Hofmann dan Dibartolo (2010) menyatakan bahwa kecemasan sosial memiliki gejala sebagai berikut :

1. Gejala kognitif, ditandai evaluasi negatif, percakapan internal yang negatif. Individu merasa terancam pikirkan orang lain mengenai dirinya. Kecemasan sosial secara khas dengan cepat merespon secara negatif yang sebenarnya tidak terjadi.

2. Gejala perilaku, ditandai dengan ketakutan dalam situasi sosial, mereka evaluasi secara negatif dan perilaku menghindar.

3. Gejala fisik pada ditandai dengan pipi memerah, otot mengencang, dan berkeringat. Individu dengan kecemasan sosial terlalu tinggi dalam menaksir kecemasannya. Individu merasa bahwa orang lain memandang secara negatif dan berfokus pada gejala yang dihadapi sehingga menimbulkan evaluasi negatif mengenai orang lain (Hotmann dan Dibartolo, 2010 : 400).

Uraian di atas menyimpulkan bahwa gejala-gejala kecemasan sosial adalah, 1) kecemasan pada saat individu berada dalam situasi sosial. 2) individu merasa takut ketika dirinya atau orang lain memperlihatkan gejala kecemasan.

4. Penyebab kecemasan sosial

Penyebab kecemasan sosial adalah sebagai berikut (Leary, 1983): 1. Orang yang Tidak Dikenal (Strangers)

Strangers adalah seseorang yang memiliki sedikit informasi tentang dirinya untuk diketahui oleh orang lain. Selain itu, mereka memiliki pengaruh yang kuat untuk memicu seseorang mengalami kecemasan sosial. Hasil survey yang dilakukan oleh Zimbardo (1977) dalam Leary (1983), bahwa individu dengan jelas menampakkan rasa malu pada orang-orang yang tidak dikenal dalam situasi sosial, dikarenakan strangers membuat mereka malu. Namun menjadi lebih parah apabila individu tersebut terus merasa malu dan cemas meskipun ia sudah mengenal orang tersebut.

2. Evaluasi Diri (Self-Evaluation)

Leary (1983) mengatakan evaluasi adalah salah satu faktor dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar yang memicu kecemasan sosial. Individu yang mengalami kecemasan sosial cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Sebagai contoh, individu dengan kecemasan sosial memiliki keyakinan bahwa dirinya merasa kurang memiliki kemampuan saat menjalin hubungan sosial (Dayakisni dan Hudainah, 2009).

3. Pengalaman masa lalu (Past experiences)

Setiap orang pasti mempunyai pengalaman masa lalu dan ingatan seseorang pada kejadian di masa lalu membawa pengaruh yang kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa depan (Leary, 1983). Pengalaman masa lalu dihubungkan dengan lingkungan. APA (2013) menyatakan lingkungan meningkatkan kecemasan sosial karena adanya peran kausatif, sebagai contoh, akibat penganiayaan di masa kanak-kanak atau kesengsaraan akibat serangan secara psikososial.

4. Genetika (genetic)

Leary (1983) mengungkapkan bahwa berbicara keras, perilaku, cara berpikir dan perasaan secara tidak langsung adalah sesuatu yang diwariskan dari orang tua. Beberapa studi menguji seberapa besar faktor genetik berperan dalam kecemasan sosial. Pengaruh genetik sangat berperan, terutama pada lingkungan yang membuat mereka secara negatif terpengaruh oleh stress yang memicu kecemasan sosial (APA, 2013). 5. Harga Diri ( Self-Esteem)

Harga diri merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku individu dan mengakibatkan seseorang cenderung mengalami kecemasan sosial. Leary 1983a; dalam Leary (1983) mengatakan harga diri memiliki hubungan yang tinggi dengan kecemasan sosial daripada gagasan-gagasan lain yang sudah pernah diuji sebelumnnya. Individu dengan harga diri

rendah kemungkinan mengalami kecemasan sosial dibandingkan dengan orang yang memiliki harga diri tinggi.

6. Kemampuan Sosial (Social Skill)

Kemampuan sosial merupakan sesuatu yang sering dipelajari di kehidupan sehari-hari. Leary (1983) menyatakan bahwa alasan individu untuk tidak melakukan proses belajar sosial karena melakukan interaksi seperti pertemuan sosial adalah sesuatu yang tidak menguntungkan dan berpendapat bahwa individu-individu lainnya menggangap dirinya tidak memiliki kemampuan sosial.

5. Aspek-aspek kecemasan Sosial :

La Greca dan Lopez (Olivarez, 2005) mengemukakan tiga aspek kecemasan sosial :

a. Ketakutan akan evaluasi negatif.

Nevid dkk (2003) mengatakan bahwa ketakutan evaluasi negatif seperti khawatir untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau membuat dirinya merasa hina. Merasa bahwa evaluasi orang lain sedang memeriksa dengan teliti setiap gerak yang dilakukan. Individu juga cenderung fokus terhadap dirinya sendiri dan mengkoreksi kemampuan sosial yang dimilikinya serta terbawa dalam mengevaluasi kemampuan dirinya sendiri pada saat berinteraksi dengan orang lain. Puklek dan Videc (2008) menambahkan bahwa kekhawatiran terhadap evaluasi negatif dari

orang lain atau kelompok pada saat ia melakukan pidato di depan umum. Hal ini merupakan salah satu aspek kognitif dari kecemasan sosial.

b. Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau dengan orang yang tidak dikenal.

La Greeca dalam Olivers (2005) mengatakan bahwa penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi baru adalah pada saat individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti mengapa hal tersebut bisa terjadi. Merasa malu pada saat dekat dengan orang lain, gugup pada saat bertemu dengan orang yang baru dikenal maupun yang sudah dikenal. Merasa khawatir saat mengerjakan sesuatu yang baru di depan orang lain, sehingga pada saat individu merasakan hal tersebut, yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari kontak mata dan situasi sosial. Beidel (2015) menyatakan bahwa penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru merupakan salah satu aspek perilaku dari kecemasan sosial. c. Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau

dengan orang yang baru dikenal.

La Greeca dalam Olivers (2005) menyatakan bahwa penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan orang yang baru dikenal seperti melihat bagaimana kemampuan individu dalam membangun relasi. Individu merasa tidak nyaman mengajak orang lain karena takut terhadap penolakan, merasa kesulitan bertanya kepada orang lain, merasa malu ketika ada pekerjaan kelompok. Hal tersebut

membentuk kecemasan sosial, Beidel (2005) menyatakan bahwa hal ini termasuk dalam aspek psikologis.

Uraian di atas menyimpulkan bahwa faktor kecemasan sosial terbentuk dari ketakutan akan evaluasi negatif (aspek kognitif), penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru (aspek perilaku) dan penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum dengan orang yang baru dikenal (aspek psikologis).

Dokumen terkait