TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Landasan Teori
2.1.4 Kecendrungan Kecurangan Akuntansi
SPAP, Seksi 316 (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
pelakunya, kecurangan dapat dikelompokkan pada dua golongan besar, yaitu
employee fraud dan management fraud.Employee fraud biasanya disebut internal fraud dan occupational crime yang mengacu pada perbuatan mengambil harta dari majikan (pemberi kerja). Adapun management fraud mengacu kepada kejahatan organisasi-onal, perbuatan para manajer untuk membuat laporan keuangan secara curang, mamalsukan, membesar-besarkan (atau mengecilkan) aktiva atau keuntungan dengan tujuan untuk menipu pihak-pihak diluar organisasi.
Sawyer (2006) menyatakan ada banyak istilah untuk kejahatan dengan penipuan, antara lain dapat disebut dengan kecurangan (fraud), kejahatan kerah putih (white collar crime), dan penggelapan (embezzlement). Kecurangan, singkatnya adalah sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk memengaruhi seseorang agar mau ambil bagian dalam suatu hal yang berbeda. Kejahatan kerah putih didefinisikan sebagai tindakan atau serangkaian tindakan kejahatan yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran atau hilangnya uang atau harta benda, atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi. Penggelapan adalah konversi secara tidak sah untuk kepentingan pribadi harta benda yang secara sah berada di bawah pengawasan pelaku kejahatan.
Pada umumnya, diyakini bahwa terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan atau penggelapan. Tiga faktor ini bersifat kolektif dan dapat terjadi dengan tingkatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Situasi akan kebutuhan
Situasi ini dapat disebabkan oleh alasan keuangan karena pengeluaran atau kerugian uang lainnya yang tidak dapat ditutupi oleh seumber daya keuangan yang normal dari individu tersebut. Contohnya adalah: keluarga yang sakit, perjudian, hidup melebihi kemampuan pribadi,
affair perselingkuhan, kerugian akibat investasi, kecelakaan, dan kebutuhan untuk pendidikan. Kebutuhan ini juga dapat bersifat
psikologis, misalnya, keinginan untuk “hidup dalam marabahaya”, atau
untuk membalas dendam atau perlakuan yang tidak adil. Sudah pasti terdapat pengaruh yang memotivasi munculnya pemikiran untuk berusaha harus mendapatkan uang, sering kali dianggap meminjam, dalam kasus-kasus yang lainnya dengan tidak memiliki maksud untuk membayarnya kembali.
2. Lingkungan yang mengundang terjadinya penggelapan
Hal ini biasanya merupakan situasi dimana tidak terdapat kontrol, atau dimana kontrolnya lemah,atau dimana terdapat kontrol namun tidak berfungsi. Sering kali kondisi ini terungkap melalui situasi yang tidak disengaja ketika seorang individu, karena suatu kesalahan, menyadari bahwa ia telah menerima uang secara tidak benar, meskipun uang tersebut ia peroleh secara tidak sengaja, dan bahwa kontrol yang seharusnya mencegah kejadian tersebut tidak ada atau tidak berfungsi.
3. Karakteristik perilaku seseorang
Kedua kondisi diatas dapat terjadi, namun jika individu tersebut memiliki sifat jujur yang tinggi, kecurangan tidak akan dilakukan. Akan tetapi, kasus-kasus ekstrem dari unsur pertama diatas, ditambah dengan situasi kontrol yang lemah dari unsur yang kedua, dapat menguasai moral dasar seseorang yang menjauhi hal-hal seperti itu dan akan membuka pintu terjadinya penyelewengan, Sawyer (2006).
Tinggi Rendah
kebutuhan
Ada Tidak Ada
Kecurangan Rendah Tinggi Kecurangan
kontrol
Buruk Bagus
karakter
Gambar 2.1. Kondisi ketiga faktor, Sawyer (2006)
Jadi, jika kebutuhan tinggi dan kontrol tidak terlalu bagus, dan jika rasa moralitasnya tidak terlalu tinggi, individu tersebut akan berfikir dan melakukan
kecurangan, pemikiran yang bersifat sementara dan bahwa uang yang diambil akan dikembalikan sebelum situasi tersebut terungkap, yang pada kenyataannya jarang terjadi, Sawyer (2006).
Sawyer dalam bukunya Sawyer‟s Internal Auditing (2006) menyatakan ada 40 bentuk umum kecurangan yaitu:
1. Pemalsuan cap stempel
2. Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang perlengkapan lainnya
3. Mengambil sejumlah kecil uang kas dan mesin kasir
4. Tidak mencatat penjualan barang, dan mengantongi uangnya
5. Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan
6. Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunkaan uang muka untuk kepentingan pribadi
7. Memutar penagihan atas rekening pelanggan
8. Mengambil pembayaran dari rekening pelanggan, mengeluarkan tanda terima diatas secarik kertas atau dari buku tanda terima yang dibuat sendiri
9. Menagih rekening, mengambil uangnya, dan kemudian membiayakannya; mengambil pembayaran rekening yang sudah dibiayakan dan tidak
10.Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
11.Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
12.Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja
13.Mengganti tanggal pada slip setoran untuk menutupi pencurian
14.Membulatkan penjumlahan setoran-kemudian mencoba untuk mengejarnya di akhir bulan
15.Mencantumkan penggunaan tenaga bantuan tambahan fiktif dalam penggajian, atau meningkatkan tarif atau jam kerjanya
16.Masih mencantumkan karyawan dalam daftar gaji meskipun telah melewati tanggal akhir masa kerja aktualnya
17.Memalsukan penambahan daftar gaji; menahan upah yan gbelum diklaim
18.Menghancurkan, mengubah, atau membatalkan karcis penjualan dan mengambil uang hasil penjualannya
19.Mengambil penerimaan penjualan kas dengan menggunakan rekening pembebanan palsu
20.Mencatat diskon kas yang tidak sah
21.Meningkatkan jumlah voucher kas kecil dan/atau jumlah totalnya dalam mempertanggungjawabkan pembayaran
22.Menggunakan tanda terima pengeluaran pribadi untuk mendukung pembayaran-pembayaran palsu
23.Menggunakan salinan dari voucher asli yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan voucher tahun lalu yang telah disetujui dengan benar dengan mengganti tanggalnya
24.Membayar faktur-faktur palsu, yang dibuat sendiri atau diperoleh melalui kolusi dengan pemasok
25.Meningkatkan jumlah dari faktur pemasok melalui kolusi
26.Membebankan pembelian-pembelian pribadi ke perusahaan melalui penyalahgunaan order pembelian
27.Menagih barang curian ke rekening fiktif
28.Mengirimkan barang curian ke rumah karyawan atau keluarganya
29.Memalsukan persediaan utnuk menutupi pencurian atau kejahatan
30.Mengambil cek yang dibayarkan kepada organisasi atau pemasok
31.Meningkatkan cek bank yang dibatalkan agar sama dengan jurnal-jurnal fiktif
32.Memasukkan lembar buku besar fiktif
33.Melakukan penjumlahan yang salah dari penerimaan kas dan buku pengeluaran
34.Dengan sengaja mengacaukan pembukuan ke akun kontrol dan akun rincian
35.Menjual limbah dan bahan baku sisa serta mengantongi hasil penjualannya
36.“Menjual” kunci-kunci pintu atau kombinasi dari lemari besi
37.Menimbulkan saldo kredit di buku besar dan mengkonversinya ke kas
38.Memalsukan konosemen (bill of lading) dan membagi dua hasilnya dengan pengirim
39.Mendapatkan cek-cek kosong (yang tidak dijaga) dan memalsukan tanda tangan
40.Memberikan harga khusus atau istimewa kepada pelanggan, atau memberikan bisnis kepada pemasok yang disukai, untuk mendapatkan
“imbalan balik”