BAB 3. METODE PENELITIAN
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1. Kecukupan energi adalah rata-rata kecukupan tingkat konsumsi energi yang disesuaikan dengan pengeluaran energi pada anak balita.
2. Kecukupan protein adalah rata-rata kecukupan tingkat konsumsi protein yang disesuaikan dengan pengeluaran protein pada anak balita.
3. Tingkat pengetahuan gizi ibu adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang gizi.
4. Tingkat pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga dalam satu bulan, baik dari penghasilan tetap maupun penghasilan tambahan.
5. Kebiasaan makan keluarga adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan makan dalam keluarga.
5.6. Metode Pengukuran
Pengukuran variabel independen yang meliputi tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan kebiasaan makan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran tingkat pengetahuan gizi ibu menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara, sebanyak 15 pertanyaan. Setiap jawaban mempunyai nilai skor tertinggi adalah 3 dan terendah adalah 0 dari total skor yaitu 45, didasarkan pada skala ordinal dengan kategori :
Baik : ≥ 50 % (jika responden mendapat nilai skor ≥ 23) Kurang : < 50 % (jika responden mendapat nilai skor < 23)
2. Pengukuran variabel tingkat pendapatan keluarga didasarkan pada skala ordinal dengan kategori : (UMP Aceh tahun 2014 menurut Peraturan Gubernur Aceh No.
78 tahun 2013 tanggal 31 Oktober 2013)
Tinggi : ≥ Rp. 1.750.000,-/bulan Rendah : < Rp. 1.750.000,-/bulan
3. Pengukuran kebiasaan makan keluarga menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara sebanyak 10 pertanyaan. Setiap jawaban mempunyai nilai skor tertinggi adalah 3 dan nilai skor terendah adalah 1 dari total skor yaitu 30, didasarkan pada skala ordinal dengan kategori:
Baik : ≥ 50 % (jika responden mendapat nilai skor ≥ 15) Kurang : < 50 % (jika responden mendapat nilai skor < 15)
Pengukuran variabel dependen yang meliputi kecukupan energi dan protein anak balita adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran kecukupan energi menggunakan metode food recall selama 3 hari kemudian diambil rata-ratanya lalu dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan, didasarkan pada skala ordinal dengan kategori (Depkes RI, 1996).
Cukup : ≥ 80 % AKG Kurang : < 80 % AKG
2. Pengukuran kecukupan protein menggunakan metode food recall selama 3 hari kemudian diambil rata-ratanya lalu dibandingkan dengan angka kecukupan protein yang dianjurkan, didasarkan pada skala ordinal dengan kategori (Depkes RI, 1996).
Cukup : ≥ 80 % AKG Kurang : < 80 % AKG
5.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari hasil penelitian tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, kebiasaan makan keluarga, kecukupan energi dan protein, kemudian dilakukan analisis data bivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen (tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan kebiasaan makan keluarga) terhadap variabel dependen (kecukupan energi dan protein) dengan menggunakan uji Chi-Square, selanjutnya dilakukan analisis data multivariat untuk mengetahui variabel independen manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Regresi Logistik Berganda metode Enter.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Muara Tiga adalah Kecamatan yang terletak dalam wilayah Kabupaten Pidie, dengan jarak tempuh ke ibukota Kabupaten + 33 km. Kecamatan Muara Tiga terhampar mulai dari pesisir pantai hingga ke pegunungan dengan luas 160 Km2.
Kecamatan Muara Tiga berada di wilayah pantai hingga pegunungan di Kabupaten Pidie, sehingga dari segi cuaca bervariasi antara daerah pantai dan gunung. Sebagian daerah Kecamatan Muara Tiga di daerah pegunungan merupakan hutan lindung. Adapun batas wilayah Kecamatan Muara Tiga adalah :
- Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batee
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Tiji
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
4.1.2. Distribusi Penduduk Kecamatan Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.258 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 9.091 jiwa dan perempuan sebanyak 9.167 jiwa.
40
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Desa/Kelurahan Jenis Kelamin
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Pidie 2013
4.1.3. Sarana Penunjang Kesehatan di Kecamatan Muara Tiga
Sarana penunjang kesehatan yang terdapat di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas : 1 Unit
4.2. Distribusi Frekuensi Sampel dan Responden di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
4.2.1. Distribusi Sampel di Kecamatan Muara Tiga Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 37 orang (57,8%) dan perempuan sebanyak 27 orang (42,2%), seperti pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2. Distribusi Sampel di Kecamatan Muara Tiga Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin n %
1.
2.
Laki-laki Perempuan
37 27
57,8 42,2
Jumlah 64 100
4.2.2. Karakteristik Responden di Kecamatan Muara Tiga
Responden dalam penelitian ini berjumlah 64 orang, sesuai dengan rencana penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3. Karakteristik Responden di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 54 orang (84,4 %). Tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan diploma/PT yaitu sebanyak 20 orang (31,2%) dan pekerjaan responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 36 orang (56,3%).
4.2.3. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Berdasarkan hasil penelitian pada setiap pertanyaan tingkat pengetahuan gizi ibu diperoleh bahwa responden yang menjawab paling banyak benar terdapat pada pertanyaan makanan apa yang ibu berikan pada anak umur di atas 3 tahun sebanyak 55 orang (85,9%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Gizi di
Makanan yang baik untuk dikonsumsi anak balita Sampai umur berapa anak diberikan ASI saja
Sampai usia berapakah ASI sebaiknya diberikan
Pada saat kapan saja ASI ibu berikan yang baik sebelum dimasak Apa yang terjadi jika anak balita kekurangan energi
Apa yang terjadi jika anak balita kekurangan protein Makanan apa yang ibu berikan pada anak umur 1–2 tahun
Makanan apa yang ibu berikan pada anak umur diatas 3 tahun
Makanan yang banyak mengandung serat
Ciri-ciri sayuran yang baik
25
Hasil pengukuran tingkat pengetahuan gizi ibu di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan baik sebanyak 52 orang (81,2%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (18,8%), seperti pada tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Ibu di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Pengetahuan n %
1 Baik 52 81,2
2 Kurang 12 18,8
Jumlah 64 100
4.2.4. Kebiasaan Makan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian pada setiap pertanyaan kebiasaan makan keluarga diperoleh bahwa responden yang menjawab paling banyak benar terdapat pada pertanyaan Siapa yang berperan dalam menentukan hidangan keluarga, sebanyak 47 orang (73,4%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden tentang Kebiasaan Makan Keluarga di Kecamatan Muara Tiga
Jawaban
No Pertanyaan 1 2 3
n % n % n %
1 Kapan keluarga mengkonsumsi makanan lengkap
Apakah ada makanan Pantangan untuk anak balita
Berapa kali frekuensi makan anak balita sehari
Dalam penyajian makanan, siapa yang paling diutamakan dalam keluarga
Siapa yang berperan dalam menentukan hidangan keluarga Apakah setiap waktu makan anak balita diberikan ikan, tempe/tahu dan sayuran Apakah anak selalu
mengkonsumsi buah-buahan Apakah ada menyediakan makanan selingan/snack
Apa yang ibu lakukan jika anak balita tidak mau makan
Apakah makanan yang ibu berikan bervariasi
Hasil pengukuran kebiasaan makan keluarga di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, diperoleh bahwa kebiasaan makan baik sebanyak 47 orang (73,4%) dan kebiasaan makan kurang baik sebanyak 17 orang (26,6%), seperti pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Keluarga di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Kebiasaan Makan n %
1 Baik 47 73,4
2 Kurang 17 26,6
Jumlah 64 100
4.2.5. Pendapatan Keluarga
Hasil pengukuran pendapatan keluarga di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, diperoleh bahwa pendapatan tinggi sebanyak 28 orang (43,8%) dan pendapatan rendah sebanyak 36 orang (56,2%), seperti pada tabel 4.8 dibawah ini :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Pendapatan n %
1 Tinggi 28 43,8
2 Rendah 36 56,2
Jumlah 64 100
4.2.6. Kecukupan Energi
Hasil pengukuran kecukupan energi pada anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, diperoleh bahwa kecukupan energi kategori cukup sebanyak 36 orang (56,2%) dan kecukupan energi kategori kurang sebanyak 28 orang (43,8%), seperti pada tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Kecukupan Energi n %
1 Cukup 36 56,2
2 Kurang 28 43,8
Jumlah 64 100
4.2.7. Kecukupan Protein
Hasil pengukuran kecukupan protein pada anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, diperoleh bahwa kecukupan protein kategori cukup sebanyak 46 orang (71,9%) dan kecukupan protein kategori kurang sebanyak 18 orang (28,1%), seperti pada tabel 4.10 dibawah ini :
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
No Kecukupan Protein n %
1 Cukup 46 71,9
2 Kurang 18 28,1
Jumlah 64 100
4.3. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Energi dan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
4.3.1. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Kecukupan Energi Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi diperoleh bahwa dari 52 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, ada sebanyak 33 orang (63,5%) kecukupan energi anak balita cukup. Sedangkan dari 12 orang ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang, ada 3 orang (25,0%) anak balita kecukupan energinya cukup. Hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,036 < 0,05, artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Pengetahuan
4.3.2. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Kecukupan Energi
Hasil analisis pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan energi diperoleh bahwa dari 28 keluarga yang memiliki pendapatan tinggi, ada sebanyak 24 orang (85,7%) kecukupan energi anak balita cukup. Sedangkan dari 36 keluarga yang memiliki pendapatan rendah, ada 12 orang (33,3%) anak balita kecukupan energinya cukup. Hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,000 <
0,05, artinya ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.12. Pengaruh Pendapatan terhadap Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
4.3.3. Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Energi Hasil analisis pengaruh kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan energi diperoleh bahwa dari 47 keluarga yang memiliki kebiasaan makan baik, ada sebanyak 31 orang (66,0%) kecukupan energi anak balita cukup. Sedangkan dari 17 keluarga yang memiliki kebiasaan makan kurang baik, ada 5 orang (29,4%) anak balita kecukupan energinya cukup. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,020 < 0,05, artinya ada pengaruh kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.13. Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Kebiasaan Makan
Kecukupan Energi
Total
p Cukup Kurang
n % n % n %
Baik 31 66,0 16 34,0 47 100,0
0,020
Kurang 5 29,4 12 70,6 17 100,0
4.3.4. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Kecukupan Protein Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan protein diperoleh bahwa dari 52 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, ada sebanyak 41 orang (78,8%) kecukupan protein anak balita cukup. Sedangkan dari 12 orang ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang, ada 5 orang (41,7%) anak balita kecukupan proteinnya cukup. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,016 < 0,05, artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu
terhadap kecukupan protein anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.14. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Pengetahuan
4.3.5. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Kecukupan Protein
Hasil analisis pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan protein diperoleh bahwa dari 28 keluarga yang memiliki pendapatan tinggi, ada sebanyak 25 orang (89,3%) kecukupan protein anak balita cukup. Sedangkan dari 36 keluarga yang memiliki pendapatan rendah, ada 21 orang (58,5%) anak balita kecukupan proteinnya cukup. Hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,014 < 0,05, artinya ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan
protein anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.15. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Pendapatan
4.3.6. Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Protein Hasil analisis pengaruh kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan protein diperoleh bahwa dari 47 keluarga yang memiliki kebiasaan makan baik, ada sebanyak 38 orang (80,9%) kecukupan protein anak balita cukup. Sedangkan dari 17 keluarga yang memiliki kebiasaan makan kurang, ada 8 orang (47,1%) anak balita kecukupan proteinnya cukup. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,011 < 0,05, artinya ada pengaruh kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan protein anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16. Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Kebiasaan makan
Kecukupan Protein
Total
p Cukup Kurang
n % n % n %
Baik 38 80,9 9 19,1 47 100,0
0,011
Kurang 8 47,1 9 52,9 17 100,0
4.4. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan Keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan kebiasaan makan keluarga memiliki nilai p<0,05 sehingga bisa dilanjutkan untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan Keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap
Kecukupan Energi Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Variabel Nilai β Nilai p Exp (B)
Pendapatan Keluarga 2,789 0,000 16,266
Tingkat Pengetahuan Gizi 1,685 0,094 5,391
Kabiasaan Makan Keluarga 1,607 0,055 4,986
Constant -8,744 0,000 0,000
Dari hasil uji multivariat diatas diketahui bahwa hanya variabel pendapatan keluarga yang ada pengaruhnya terhadap kecukupan energi anak balita. Besarnya pengaruh pendapatan keluarga tersebut dapat dilihat dari nilai Exp(B) sebesar 16,266 dengan nilai p=0,000, yang berarti keluarga yang berpendapatan tinggi berkemungkinan 16,266 kali kecukupan energi anak balitanya cukup dibandingkan keluarga yang berpendapatan rendah.
4.5. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan Keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan kebiasaan makan keluarga memiliki nilai p<0,05 sehingga bisa dilanjutkan untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap kecukupan protein anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie menggunakan analisis regresi logistic ganda. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.18. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pendapatan Keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap
Kecukupan Protein Anak Balita di Kecamatan Muara Tiga
Variabel Nilai β Nilai p Exp (B)
Pendapatan Keluarga 1,760 0,017 5,814
Tingkat Pengetahuan Gizi 1,257 0,121 3,514
Kabiasaan Makan Keluarga 1,228 0,086 3,414
Constant -7,004 0,000 0,001
Dari hasil uji multivariat diatas diketahui bahwa hanya variabel pendapatan keluarga yang ada pengaruhnya terhadap kecukupan protein anak balita. Besarnya pengaruh pendapatan keluarga tersebut dapat dilihat dari nilai Exp (B) sebesar 5,814 dengan nilai p=0,017, yang berarti keluarga yang berpendapatan tinggi berkemungkinan 5,814 kali kecukupan protein anak balitanya cukup dibandingkan keluarga yang berpendapatan rendah.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi, Pendapatan Keluarga dan Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Kecukupan Energi anak Balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
5.1.1. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,036 (p<0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat (Khomsan, 2000), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang memengaruhi terhadap tindakan yang dilakukan. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pengalaman orang lain dan dapat diperoleh dengan mengikuti penyuluhan. Dengan demikian pengetahuan gizi yang tinggi maka dapat menanggulangi masalah gizi yang dihadapi oleh anak-anaknya.
Sedangkan pendapat (Suhardjo, 1989), pengetahuan gizi sangat menentukan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga khususnya anak balita. Jika tingkat pengetahuan ibu tinggi maka tingkat kecukupan energi dalam rumah tangga akan baik pula. Teori (Berg, 1986), mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang maka semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk di konsumsi oleh keluarga.
Menurut Marice (2008), pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap tersedianya bahan makanan sumber energi dalam rumah tangga khususnya pada anak balita, pengetahuan juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap meningkatnya kesehatan masyarakat.
Didalam sebuah keluarga biasanya ibu berperan sebagai pengatur makanan keluarga.
Oleh karena itu ibu adalah sasaran utama dalam pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan gizi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiviani (2003), di Desa Suwawal Barat Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi anak balita. Seorang ibu harus memiliki pengetahuan gizi untuk menanggulangi masalah-masalah gizi yang dihadapi oleh anak-anaknya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Erma Handarsari (2010), di Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang, menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi anak balita. Semakin baik tingkat pengetahuan gizi ibu diikuti dengan kecukupan energi yang baik pula. Walaupun sebagian besar pendidikan ibu rendah, namun pengetahuan gizi ibu dikatakan lebih baik, karena ibu-ibu diwilayah ini sering mengikuti penyuluhan yang biasanya diselenggarakan oleh kader posyandu.
Dari hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan gizi ibu menunjukkan responden dengan pengetahuan baik serta dapat memberikan energi yang cukup pada
anak balita sebanyak 33 orang (63,5%) dan responden dengan pengetahuan kurang serta dapat memberikan energi yang cukup pada anak balita sebanyak 3 orang (25%).
Hasil ini dapat dilihat dari pernyataan responden tentang makanan apa yang ibu berikan pada anak umur diatas 3 tahun, responden yang paling banyak menjawab benar yaitu sebanyak 55 responden (85,9%) dan yang menjawab kurang benar yaitu sebanyak 2 responden (3,1%). makanan yang ibu berikan pada anak umur diatas 3 tahun adalah makanan yang biasa dimakan oleh keluarga, 3 kali sehari terdiri dari nasi, lauk pauk sayur dan buah. makanan yang ibu berikan pada anak umur 1-2 tahun adalah nasi lembik, telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, sayuran dan buah, paling banyak menjawab benar yaitu sebanyak 46 responden (71,9%) dan yang menjawab kurang benar yaitu sebanyak 5 responden (7,8%).
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan menggunakan metode Enter pada uji Regresi Logistik Ganda menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,094 (p>0,05).
Selain pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga juga sangat memengaruhi terhadap tersedianya zat gizi yang cukup. Jika tingkat pengetahuan gizi ibu tinggi tetapi pendapatan keluarga rendah maka tidak bisa membeli bahan makanan sumber zat gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Kurangnya asupan energi pada anak balita di karenakan rendahnya pendapatan keluarga yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan walaupun tingkat pengetahuan gizi ibu tinggi.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan secara bersama-sama, yaitu tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan kebiasaan makan keluarga, ternyata hanya pendapatan keluarga yang berpengaruh terhadap kecukupan energi anak balita, sedangkan tingkat pengetahuan gizi dan kebiasaan makan keluarga tidak berpengaruh.
5.1.2. Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan energi anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,000 (p<0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat (Suhardjo, 1989), tingkat pendapatan akan memengaruhi pola kebiasaan makan yang selanjutnya berperan dalam penyediaan prioritas penyediaan pangan berdasarkan nilai ekonomi dan nilai gizinya. Bagi mereka dengan pendapatan yang sangat rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan berupa sumber karbohidrat yang merupakan pangan prioritas utama. Jika tingkat pendapatan meningkat maka pangan merupakan prioritas kedua.
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu membeli pangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiviani (2003), di Desa Suwawal Barat Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, menunjukkan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kecukupan energi pada anak balita. Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas dan kuantitas makanan. Tetapi perlu disadari bahwa tidak selalu membawa perbaikan pada susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli untuk makanan. Jika keuangan memungkinkan serta memiliki keleluasaan dalam memilih, maka kebutuhan makanan akan terpenuhi.
Akan tetapi jika keuangan terbatas, memilih makanan yang murah, namun diharapkan dengan uang yang sedikit tersebut dapat dibelanjakan bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi. Jadi dalam mengolah diperlukan pertimbangan yang cermat, hal dimaksud agar dapat menggunakan uang belanja dengan sebaik-baiknya serta dapat mencukupi kebutuhan keluarga, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nilasari (2012), di Kabupaten Cilacap, menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendapatan dengan kecukupan energi anak balita. Kenaikan pendapatan akan memberi reaksi yang proporsional terhadap tingkat kecukupan energi. Hasil penelitian Priyadi (2002), di Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah, dimana hasil
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nilasari (2012), di Kabupaten Cilacap, menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendapatan dengan kecukupan energi anak balita. Kenaikan pendapatan akan memberi reaksi yang proporsional terhadap tingkat kecukupan energi. Hasil penelitian Priyadi (2002), di Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah, dimana hasil